Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PERKEMBANGAN HEWAN
“PENGAMATAN METAMORFOSIS PADA KODOK”

(tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan hewan)

Disusun oleh:

Reni

17507079

Dosen pengampu:

Prof. Dr. R. Mege MSi

Dr. Nonny M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan kesempatan dan kemampuan untuk terus belajar dan belajar dalam
mendalami satu disiplin ilmu. Dalam kesempatan ini dapat saya menyelesaikan laporan
Botani Tumbuhan Rendah dengan judul “PENGAMATAN REPRODUKSI PADA
TIKUS BETINA ” dengan baik.

Dalam proses penyusunan laporan ini kami banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka diucapkan terima kasih kepada semua yang berperan
dalam penyusunan laporan ini.

Demikianlah penyusunan laporan ini diucapkan banyak terima kasih.

Tondano, 5 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................ 4


B. Tujuan ..................................................................................................... 7

BAB II METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat ................................................................................. 8


B. Alat dan Bahan Pengamatan ................................................................... 8
C. Prosedur Kerja ....................................................................................... .9

BAB III HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan.................................................................................. 11
B. Pembahasan............................................................................................ 14

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 15
B. Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

DOKUMENTASI .............................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan yang digunakan dalam percobaan
laboratorium. Tikus putih yang digunakan untuk percobaan laboratorium yang dikenal ada
tiga macam galur yaitu Sprague Dawley, Long Evans dan Wistar (Akbar, 2010: 5). Tikus
putih yang menjadi bahan percobaan adalah tikus putih yang berjenis kelamin betina, untuk
melihat sistem reproduksi bagian eksterna dan internanya serta menetukan GSI dan membuat
preparasi apusan vagina. Sistem reproduksi pada tikus betina tidak jauh berbeda dengan
reproduksi tikus jantan pada umunya, yaitu terdiri dari kelenjar kelamin, saluran reproduksi
dan kelenjar asesoris. Kelenjar kelamin betina terdapat pada ovarium. Saluran reproduksi
pada mamalia terbagi kedalam tiga bagian, yaitu: oviduct, uterus, vagina (Supripto, 1994:
173). Selain itu, kelenjar aksesoris yang terdapat pada tikus betina tidak jauh berbeda dengan
tikus jantan yang sudah dijelaskan pada praktikum pertama.
Pada kemauan menerima hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau
birahi. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan
untuk menerima hewan-hewan jantan, dan perubahan-perubahan struktural terjadi di dalam
organ-organ assesori seks betina (Adnan, 2006 : 43). Tikus putih (Rattus norvegicus)
termasuk hewan poliestrus. Artinya, dalam periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang
berulang-ulang. Daur estrus kedua jenis hewan ini dibedakan menjadi lima fase yaitu
proestrus, estrus, metestrus I, metestrus II dan diestrus. Siklus estrus tikus berlangsung dalam
6 hari. Meskipun pemilihan waktu siklus dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksteroseptif
seperti cahaya, suhu, status nutrisi dan hubungan sosial. Setiap fase dari daur estrus dapat
dikenali melalui pemeriksaan apus vagina. Melalui apus vagina dapat dipelajari berbagai
tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak langsung mencerminkan perubahan
fungsional ovarium. (Akbar, 2010: 10). Oleh karena itu, praktikum ini akan mempelajari
anatomi sistem reproduksi baik ekterna maupun interna, siklus estrus, serta indeks
gonadosomatik (GSI) pada tikus betina.

4
Reproduksi merupakan faktor penting dalam kehidupan. Reproduksi pada mamalia erat
kaitannya dengan siklus estrus. Hormon progesteron merupakan salah satu hormon yang
berperan penting dalam siklus estrus. Kadar progesteron dan estradiol dalam tubuh dapat
dijadikan parameter dalam penentuan fase pada siklus estrus (Khanum dkk. dalam Iman,
2011). Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang
berikutnya. Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda, ada golongan hewan
monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan hewan poliestrus (estrus beberapa kali
dalam satu tahun), dan golongan hewan poliestrus bermusim (estrus hanya selama musim
tertentu dalam setahun). Daur atau siklus estrus terdiri dari empat fase, yaitu proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus. Fase estrus berbeda dengan siklus estrus. Fase estrus
merupakan fase dimana telur diovulasikan dari ovarium ke saluran telur. Fase ini
menandakan bahwa individu betina telah masak kelamin. Fase estrus setiap spesies berbeda-
beda dan dapat diamati dengan metode vaginal smear, tetapi tidak dapat diamati jika hewan
betina tersebut belum masak kelamin dan sedang hamil. (Hafez, 1968 dalam Iman, 2011).
Estrus adalah fase terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan betina
memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam fase ini pula
hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi, ciri khas dari estrus adalah terjadinya
kopulasi, jika hewan menolak kopulasi, meskipun tanda-tanda estrusnya sangat terlihat jelas,
maka penolakan tersebut memberi pertanda bahwa hewan betina masih dalam fase estrus
yang telah terlewat. Tanda lain dari fase estrus untuk tiap jenis ternak berlainan, tetapi pada
umumnya mereka memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang
sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari jika pejantan mendekati (Partodiharjo,
1986). Perbedaan siklus estrus dan siklus menstruasi dapat dibedakan secara jelas. Siklus
estrus hanya terjadi pada primata saja dan terjadi perubahan secara fisiologi maupun
morfologi pada ovarium, vagina, uterus dan tingkah laku serta pseudomenstruation pada
nonprimata adalah disebabkan oleh diapedesis dan sama sekali tidak bisa dibandingkan
dengan menstuasi pada primata. Sedangkan untuk siklus menstruasi hanya terjadi pada
primata dengan bentuk peluruhan sel telur. Terjadi perubahan fisiologi dan morfologi sama
dengan yang terjadi pada siklus estrus nonprimata, namun tanpa adanya tingkah laku khusus
penerimaan seksual. Serta pada siklus menstruasi terjadi pelepasan endometrium uterus
diikuti oleh pendarahan yang disebut menstruasi yang penyebabnya adalah tidak adanya

5
hormon progesterone (Niam, 1995). Perubahan fisiologi yang utama terjadi pada ovarium
dan direflesikan dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada vagina dibawah
pengaruh hormon ovarium, estrogen dan progesteron. Siklus reproduksi terdiri dari siklus
estrus dan siklus menstruasi. Siklus ovarium merupakan ovulasi pada hewan tipe spontan vs
induksi siklus endometrium. Sedangkan siklus vagina merupakan adalah bagian dari vaginal
smear (Niam, 1995). Siklus estrus ini dikontrol oleh hormon estrogen. Reseptor hormon
estrogen tidak hanya di oviduktus, tetapi juga pada hati. Reseptor hormon estrogen pada
oviduktus berfungsi untuk mensintesis protein telur. Reseptor hormon estrogen pada hati
berfungsi mensintesis vitelogen (Rugh, 1962). Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa
tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estur, dana metestrus. Tahap-tahap siklus dapat
ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Pada saat estrus, vgina
memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan-
hewan laboratorium, umpamanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina
disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva
hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan
menandakan bahwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari
kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006 dalam Iman, 2011). Pada fase estrus terlihat pengaruh
estrogen dan dikerakteristikan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit.
Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off invasi leukosit terjadi. Selama
diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus terjadi dengan pengaruh hormone
gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama
fase ini di mana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesterone dan
menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari. Fase diestrus
dikarakteristikan oleh aktivitas corpus luteum di mana dalam memproduksi progesteron
(Hill, 2006 dalam Iman, 2011). Factor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah
histology dan fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi,
terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk factor-faktor yang mempengaruhi siklus
estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat factor-
faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormone (Taw, 2008 dalam Iman, 2011). Saluran
terdepan system pembiakan betina beraada di antara vestibule genitalia luar dan servix.
Dinding terdiri dari tiga lapis yaitu mukosa, otot polos, dan jaringan ikat. Lapisan mukosa

6
terdiri dari epitel dan lamina propia. Sel epitel beberapa lapis dan terluar menggepeng.
Dalam keadaan norma, ;apisan epitel ini tak menanduk pada promata, tetapi menanduk pada
rodentia (mencit). Pada rodentia sel-sel epitel menanduk (kornifikasi) ini dijumapi pada
waktu dilakukan apusan vagina.

B. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah utuk mengetahui dan mempelajari organ dan system organ
pada tikus putih betina (Rattus norvegicus).

7
BAB II
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal : Kamis 19 Desember 2019
Waktu :09.00-10.00 WITA
Tempat : Lab. Biologi FMIPA UNIMA
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gunting
b. Cutter
c. Jarum pentul
d. Sterofom
e. Sarung tangan
f. Masker
g. Pinset
h. Buku
i. Pulpen
j. Kamera
2. Bahan
a. Tikus
b. Alcohol atau kloroform

Gambar tikus yang akan di bedah

8
C. Prosedur kerja
Langkah- langkah yaitu:
1. Siapkan sterofom di atas meja yang akan digunakan untuk membelah tikus
2. Siapkan alat alat bedah seperti gunting, pinset,jarum pentul, dan cutter
3. Kemudian letakkan tikus di atas sterofom yang sudah disediakan kemudian pentul
keempat kaki tikus agar mudah saat membedah
4. Sebelum membedah perhatikan apakah bulu tikus panjang atau tidak jika panjang
usahakan potong terlebih dahulu sebelum membedah
5. Dan mulailah membedah dengan menggunakan alat bedah
6. Setelah selesai membedah, kemudian mulai mengamati organ reproduksi pada
tikus betina.
7. Setelah selesai mengamati jangan lupa untuk mengambil gambar.
1. Tikus sebelum dibedah

Gambar 1
2. Tikus yang akan dibedah

9
Gambar 2
3. Pada saat mulai membedah

Gambar 3

4. Tikus setelah dibedah

Gambar 4

10
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Dari praktikum yang telah dilakukan pada tikus putih dengan mengamati organ
reproduksinya terdiri dari:
1. Ovarium
2. Saluran telur
3. Plasenta
4. Uterus
5. Vagina

B. Pembahasan
a. Vagina
Vagina adalah ruangan berdinding tebal yang membentuk saluran kelahiran yang
dilalui bayi saat lahir; dan juga merupakan tempat singgah bagi sperma selama koopulasi
(Campbell dkk., 2003). Pengamatan vagina ini tidak dilakukan secara langsung karena
mencit betina yang digunakan tidak bisa dibedah karena adanya kendala yang tidak bisa
disebutkan. Pengamatan vagina ini diganti menjadi studi literature. Namun sejauh ini,

11
gambar mengenai bagian-bagian dari vagina dan bagian-bagian repoduksi mencit betina
tidak ditemukan yang lebih detail.
b. Ovarium
Gonad perempuan, ovarium (ovary), berada di dalam rongga abdomen, manggantung,
dan bertaut melalui mesentrium ke uterus. Masing- masing ovarium terbungkus dalam
kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel terdiri atas satu sel
telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel, yang memberikan
makanan dan melindungi sel telur yang berkembang. Keseluruhan dari 400.000 folikel
yang dimiliki oleh seorang perempuan sudah terbentuk sebelum kelahirannya. Dari
jumlah tersebut, hanya beberapa ratus folikel yang membebaskan sel telur selama tahun-
tahun reproduksi perempuan. Mulai pada masa pubertas dan terus berlangsung sampai
menopause, umumnya sebuah folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap satu
siklus menstruasi. Sel-sel folikel juga menghasilkan hormone seks utama perempuan,
yaitu estrogen. Sel telur itu didorong dari folikel dalam proses ovulasi. Jairngan folikel
sisanya kemudiantmbuh di dalam ovarium untuk membentuk massa padat yang disebut
sebagai korpus luteum (corpus luteum). Korpus luteum mensekresikan tambahan
estrogen dan progesterone, yaitu hormone yang mempertahanakan dinding uterus selama
kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi, korpus luteum akan lisis, dan sebuah folikel baru
akan mengalami pematangan selama siklus berikutnya (Campbell dkk., 2003).
c. Histologi ovarium
Histology ovarium adalah pengamatan sayatan ovarium di bawah mikroskop cahaya.
Preparat yang digunakan adalah preparat awetan yang telah disediakan di laboratorium,
dengan teknik pewarnaan tertentu. Pengamatan sayatan ovarium terlihat seperti serat otot.
Namun, diduga kemungkinan bagian yang berwarna merah seperti otot tersebut adalah
bagian luar dari korpus luteum yang mengeliling bakal ovum. Sedangkan bagian sebelah
kanan yang berwana lebih terang merupakan bagian dalam dari korpus luteum.
d. Histology dinding uterus
Histology vagina juga dilakukan dengan menggunakan preparat awetan. Gambar
yang berwarna lebih terang di sebelah kanan merupakan bagian luar vagina, sedangkan
bagian yang berwarna lebih gelap adalah endometrium. Bagian endometrium terlihat
berwarna merah terang karena mengandung banyang pembuluh darah. Garis-garis yang

12
terlihat merupakan bagian yang melekuk ke dalam. Sayangnya, karena preprat yang
digunakan bukan mencit yang sama pada pengamatan apusan vagina, karenanya fase
estrusnya tidak dapat ditentukan. Hal ini juga karena gambar sayatan dinding uterus
hanya ada satu buah dan tidak diketahui fasenya sehingga tidak ada data perbandingan
untuk menentukan fasenya.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) betiana bagian eksterna
terdiri dari beberapa organ penting diantaranya: kelenjar susu, klitoris, dan vulva.
Pada sistem reproduksi tikus putih (Rattus norvegicus) betiana bagian interna terdiri
dari beberapa organ penting diantaranya: ovarium, saluran reproduksi (oviduct, uterus
dan vagina), dan beberapa kelenjar asesoris. Selain itu terdapat juga organ-organ pada
sistem eksresi yang mulai dari ginjal, ureter, vesikula urinaria, hingga uretra.

B. Saran
Dari laporan yang saya buat masih banyak yang kurang dan perlu di perbaiki
untuk itu sangat di butuhkan saran dari para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Makassar.
Adriyan Permana Putra. 2009. Efektivitas Pemberian Kedelai Pada Tikus Putih (Rattus
novergicus) Bunting Dan Menyusui Terhadap Pertumbuhan Dan Kinerja Reproduksi
Anak Tikus Betina. Bogor: IPB.
Budhi Akbar. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi
sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Iman, Cikha Farahdiba. 2011. Vaginal Smear. http:// www.biosains.edu.com [diakses pada
tanggal 03 November 2013]
Niam, B. 1995. Diktat Kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan II. Purwokerto: Unsoed.
Partodiharjo S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta:.Mutiara.
Rugh, R. 1962. Experimental Emrbryology. Minnesota: Burger Publishing Company.
Soeminto. 2000. Embriologi Vertebrata. Purwokerto: Unsoed.
Storer, T.I. 1961. Element of Zoology. New York: Mc Graw-Hill Book Company Inc.
Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung:.Angkasa.

15
DOKUMENTASI

16

Anda mungkin juga menyukai