Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EMBRIOLOGI DAN REPRODUKSI HEWAN

SIKLUS ESTRUS DAN MENSTRUASI

Disusun oleh:
Kelompok 5 Biologi 6D
Titik Setiowati 201710070311123
Lilis Setiorini 201710070311133
Rizqa Mafrida Z.K. 201710070311137
Ni’matul Azizah R 201710070311141
Alvina Via Denita 201710070311161

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Embriologi
dan Reproduksi Hewan dengan judul “Siklus Estrus dan Menstruasi”. Penulis
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 16 Maret 2020

(Kelompok 5)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siklus estrus adalah ritme fungsi fisiologis tertentu dari sistem kelamin, yang
terjadi pada saat ternak mencapai masa pubertas. Pada
ternak perkawinan hanya terjadi pada waktu estrus dilanjutkan dengan terjadi
ovulasi, sedangkan pada manusia perkawinan tidak terbatas selama siklus
menstruasi, sedangkan ovulasi terjadi dipertengahan siklus menstruasi.
Siklus birahi ini dipengaruhi oleh hormone estrogen, yang dihasilkan oleh kelenjar
theca interal follicle de graaf atau oleh placenta. Stimulasi pelepasan
estrogen berada dibawah pengaruh gonadotrophin dari kelenjar hipofisa anterior.
Estrogen ini menimbulkan gejala-gejala klinis dan syaraf pada
siklus birahi. Gejala tersebut meliputi mengendor dan membukanya serviks, sel-
sel goblet serviks dan vagina bagian cranial mensekresikan sebagian besarmucus
oophorus. Vulva mengendor dan oedematous. Estrogen meninggikanlaju migrasi
leukosit kedalam lumen uterus dan dengan demikianmeninggikan aktifitas
bakterisit pada uterus selama estrus.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa perbedaan dan persamaan siklus estrus dan siklus menstruasi?
2. Apa saja konsep-konsep siklus reproduksi?
3. Apa saja konsep-konsep pada siklus menstruasi?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan dan persamaan siklus estrus dan siklus menstruasi.
2. Mengetahui konsep-konsep siklus reproduksi.
3. Mengetahui konsep-konsep pada siklus menstruasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Siklus Estrus Dan Menstruasi dengan Skema

1. Hormon yang berperan adalah estrogen, progesteron, LH, FSH.


2. Keduanya merupakan siklus ovulasi dalam proses reproduksi.
3. Terjadi pada mamalia.
4. Ovulasi terjadi setelah endometrium

SIKLUS SIKLUS
MENSTRUASI PERSAM ESTRUS
AAN
SIKLUS REPRODUKSI

PERBEDAAN

SIKLUS SIKLUS
MENSTRUASI ESTRUS

1. Tidak terjadi pendarahan karena


1. Tidak terjadi pembuahan maka endometrium diserap (reabsorpsi) oleh
endometrium akan dikeluarkan uterus.
bersama darah (eksternal bleeding) 2. Terjadi pada mamalia non primata.
2. Terjadi pada primata. 3. Terlihat adanya perubahan perilaku
3. Perubahan perilaku tidak terlalu pada setiap tahapannya.
terlihat. 4. Perkawinan dapat terjadi kapan saja.
4. Perkawinan hanya terjadi pada fase 5. Siklus estrus terdiri dari proestrus,
estrus saja. estrus, metaestrus, diestrus.
5. Siklus mentrusasi terdiri dari fase
menstruasi, pra-ovulasi, ovulasi, pasca
ovulasi.

B. Konsep-Konsep Siklus Reproduksi


Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus, dan vagina). Siklus reproduksi dipengaruhi
oleh faktor pelepas dari hipotalamus, hormone gonadotropin dari hipifisis dan
hormone seks dari ovarium. Siklus reproduksi pada mamalia non primate disebut
siklus estrus, sedangkan siklus reproduksi pada primate disebut siklus menstruasi.
Siklus Menstruasi
Selama periode pematangan sel telur, hormon yang dihasilkan indung telur
menyebabkan siklus menstruasi di endometrium. Siklus menstruasi dimulai
dengan menstruasi yang pertama pada usia 10-15 tahun dengan siklus-siklus yang
pada mulanya tidak lengkap lalu berakhir pada usia 45-55 tahun dengan
menstruasi terakhir (monopause).
Menstruasi (haid) adalah peristiwa keluarnya darah dari vagina. Darah haid
berasal dari rahim dan timbul akibat terlepasnya selaput lendir rahim yang
mengalami proses kemunduran dan kerusakan akibat sel telur yang tidak dibuahi
oleh sperma. Pada umumnya, darah haid bersifat cair atau hanya sedikit
mengandung bekuan darah, berwarna merah atau merah tua. Lamanya pendarahan
rata-rata berlangsung antara 2-6 hari.
Jangka waktu dari hari pertama haid sampai hari pertama haid berikutnya
disebut daur haid atau siklus menstruasi. Dalam satu siklus menstruasi, di dalam
indung telur terjadi serangkaian perubahan. Saat menstruasi terakhir, beberapa
benih telur mulai mengalami proses pematangan menjadi sel telur. Dalam proses
ini, benih telur yang semula tampak sebagai bintik-bintik kecil berubah bentuk
menjadi gelembung-gelembung telur yang semkain lama semakin besar.
Pada suatu saat, salah satu gelembung telur tersebut menjadi sedemikian
besarnya sehingga menonjol di permukaan indung telur. Akhirnya, gelembung
telur tersebut pecah dan melepaskan sel telur yang sudah matang. Peristiwa ini
dikenal dengan nama ovulasi yang umumnya terjadi pada hari ke-15 setelah
berakhirnya menstruasi. Dari sekitar 7 juta oogonium, pada masa akil balig tersisa
50.000 sel telur. Dari jumlah ini hanya sekitar 400-500 sel telur yang akan
mengalami ovulasi.
Siklus menstruasi dianggap normal bila berlangsung antara 21-40 hari
lamanya dan dikatakan teratur bilamana perbedaan dalam siklus menstruasi yang
dialami seseorang wanita tidak lebih dari satu minggu lamanya. Siklus menstruasi
dibedakan dalam dua tahap, yaitu tahap sebelum ovulasi (pra-ovulasi) dan setelah
ovulasi (pasca ovulasi)

a) Tahap pra ovulasi


Merupkan jangka waktu antara hari pertama haid sampai saat ovulasi.
Lamanya tahap sebelum ovulasi dapat berubah-ubah pada seseorang dan
berbeda-beda di antara para wanita
b) Tahap pasca ovulasi
Merupakan jangka waktu antara ovulasi sampai hari pertama haid
berikutnya. Untuk semua siklus menstruasi, lamanya tahap sesudah ovulasi
adalah tetap dan sama, yiatu rata-rata 14 hari. Oleh karena itu, perbedaan
dalam panjang pendeknya siklus menstruasi ditentukan oleh tahap sebelum
ovulasi.

C. Konsep Siklus Estrus


1. Pengertian Siklus Estrus
Siklus estrus adalah periode seksual yang sangat jelas yang disebabkan
oleh tingginya level estradiol, folikel de Graaf membesar dan menjadi matang,
uterus berkontraksi dan ovum mengalami perubahan kearah pematangan.
Metestrus adalah periode dimana korpus luteum bertambah cepat dari sel-sel
graulose folikel yang telah pecah dibawah pengaruh Luteinizing hormone (LH)
dari adenohyphophysa. Diestrus adalah periode terlama dalam siklus estrus
dimana korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesterone terhadap
saluran reproduksi menjadi nyata. Diestrus adalah periode dimana folikel de Graaf
bertumbuh dibawah pengaruh follicle stimulating hormone (FSH) dan
menghasilkan sejumlah estradiol bertambah.
Sedangkan pada manusia perkawinan tidak terbatas selama siklus
menstruasi, sedangkan ovulasi terjadi dipertengahan siklus menstruasi. Siklus
birahi ini dipengaruhi oleh hormone estrogen, yang dihasilkan oleh kelenjar theca
interal follicle de graaf atau oleh placenta. Stimulasi pelepasan estrogen berada
dibawah pengaruh gonadotrophin dari kelenjar hipofisa anterior.
Estrogen ini menimbulkan gejala-gejala klinis dan syaraf pada siklus
birahi. Gejala-gejala tersebut meliputi mengendor dan membukanya serviks, sel
sel goblet serviks dan vagina bagian cranial mensekresikan sebagian besar mucus
oophorus. Vulva mengendor dan oedematous. Estrogen meninggikan laju migrasi
leukosit kedalam lumen uterus dan dengan demikian meninggikan aktifitas
bakterisit pada uterus selama estrus.
2. Tahapan Periode Siklus Estrus
Siklus estrus secara garis besar melalui dua tahapan yaitu fase folikuler
dan fase luteal. Fase folikuler dibagi lagi menjadi dua tahapan yaitu fase proestrus
dan fase estrus, sedangkan fase luteal dibagi lagi menjadi dua yaitu metestrus dan
diestrus.
1) Fase Folikuler
 Fase proestrus
Proestrus adalah periode perkembangan folikel pada ovari. Selama tahap ini,
folikel mulai berkembang dan tumbuh. Ketika ukuran folikel meningkat, produk
yang dihasilkannya berupa estrogen juga meningkat kira-kira pada hari ke-18
sampai hari ke-20 dari siklus estrus, sehingga menimbulkan banyak perubahan-
perubahan fisik dalam upaya mempersiapkan saluran reproduksi lainnya untuk
ovulasi, dan perkawinan. Perubahan-perubahan tersebut mencakup penebalan dan
perkembangan lapisan-lapisan oviduk, uterus, dan vagina. Epitel yang melapisi
dinding dalam vagina juga mulai berkornifikasi., yakni membentuk melindungi
vagina dari gesekan fisik perkawinan yang akan segera terjadi.
 Fase Estrus
Estrus adalah periode birahi atau periode penerimaan seksual pada betina.
Ini terjadi ketika kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel-folikel yang matang
mencapai puncaknya. Kadar estrogen yang tinggi ini menyebabkan perubahan-
perubahan fisik dan perilaku, pertanda bahwa hewan betina ingin dan siap
dikawini oleh hewan jantan. Tergantung pada spesies, lama estrus berkisar dari
kira-kira 12 jam sampai beberapa hari. Kadar estrogen yang tinggi menyebabkan
sentakan LH dan FSH, sentakan ini menyebabkan kadar LH meninggi sehingga
memicu ovulasi menjelang akhir atau segera sesudah estrus; hari ke-1 pada siklus
estrus sapi.
Pada kebanyakan spesies, ovulasi terjadi menjelang akhir estrus. Namun pada
sebagian besar spesies, seperti kucing, musang, dan kelinci, ovulasi tidak terjadi
sampai tiba saatnya kawin. Spesies-spesies tadi disebut dengan pengovulasi
-pengovulasi terinduk (induced ovulators), mereka tetap mengalami estrus yang
panjang apabila belum juga kawin.
2) Fase Luteal
 Fase Matestrus
Matestrus adalah periode sesudah ovulasi ketika korpus luteum
berkembang dan mulai menghasilkan progesterone; kira-kira hari ke-2 sampai ke-
5 pada sapi. Sel-sel granulosa yang tertinggal dalam folikel yang kini kosong
mulai memperbanyak diri di bawah rangsangan terus menerus LH. Sel-sel
tersebut denga segera menghasilkan struktur yang padat, korpus luteum (badan
kuning) yang ukurannya kira-kira sebesar folikel matang terdahulu. Hormon
progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum, untuk sementara menghambat
perkembangan folikel di dalam ovari, menyebabkan lapisan yang mendindingi
uterus menjadi sangat tebal dan “juicy” (seperti jus) dalam rangka menyiapkan
implantasi ovum yang telah dibuahi dan menyebabkan hilangnya lapisan epitel
keratin yang berkembang dalam vagina selama proestrus dan estrus.
 Fase Diestrus
Diestrus adalah tahap ketika korpus luteum telah mencapai ukuran
maksimum dan sangat aktif memproduktif progesterone. Jika hewan kawin dan
berhasil bunting maka estrus berikutnya dihambat, dan korpus luteum menerima
sinyal endokrin dari embrio yang sedang berkembang agar terus mempertahankan
keberadaannya dengan baik selama kebuntingan. Jika tidak terjadi konsepsi
(kebuntingan) maka hormone prostaglandin dilepaskan dari dinding uterus yang
mengakibatkan regresi KL pada akhir diestrus. Hewan betina kemudian kembali
menjalani tahap proestrus; atau kegiatan siklus ovarinya terhenti, dan hewan
mengalami keadaan unestrus (nirbirahi). Diestrus berlangsung dan kira-kira hari
ke-5 sampai ke-18 pada siklus estrus sapi.
Anestrus
Adalah periode ketidakatifan ovari sementara waktu yang dialami oleh
hewan-hewan poliestrus bermusim, maupun hewan-hewan diestrus dan
monoestrus. Ini adalah periode antara siklus perkawinan (breeding atau mating
season) ketika ovari menghentikan aktivitas bersiklusnya untuk sementara.
Berikut adalah ringkasan penjelasan ciri-ciri keempat tahap siklus estrus dan
anestrus:
Fase Ciri-Ciri
Proestrus Fase persis menjelang estrus. Hormone utama yang dihasilkan
ovari adalah estrogen.
Estrus Periode penerimaan pejantan. Selama fase ini terjadi estrus pada
semua spesies domestic, kecuali sapi, dimana estrus terjadi
segera sesudah itu. Hormone utama yang dihasilkan di ovari,
dalam FSH dan LH adalah estrogen.
Metestrus Fase sesudah estrus ketika betuna tidak mau lagi menerima
pejantan. Periode pembentukan korpus luteum. Hormone utama
yang dihasilkan oleh ovari adalah progesterone.
Diestrus Periode pematangan, korpus luteum fungsional. Hormone
utama yang dihasilkan di ovari adalah progesterone.
anestrus Fase istirahat kelamin yang diperpanjang menyela keberdauran
estrus pada beberapa spesies. System reproduksi diam, tidak
aktif bekerja.

Pada kebanyakan spesies, peningkatan kadar estrogen yang dihasilkan oleh


folikel-folikel ovarium selama proestrus mencapai kadar batas tertentu sehingga
menimbulkan sentakan (surge) GnRH yang disekresioleh hipotalamus selama
estrus. Pada saat mencapai kelenjar pituitary anterior, GnRH kemudian
merangsang sekresi dan sentakan LH. Di ovarri, LH dibutuhkan untuk
pematangan akhir oosit dan pelepasan oosit melalui proses ovulasi. Di antara
spesies hewan domestic, kucing dan unta tergolong unik Karena sentakan GnRH
penyebab ovulasi diinduksi melalui kopulasi. Selanjutnya, kucing terus
menunjukan kelakuan estrus dan mau menerima jantan meskipun telah memasuki
fase metestrus.
Ovulasi tanpa Estrus
Pada beberapa hewan betina kejadian fisiologik dan histologik serta proses
ovulasi dan berbagai fase siklus berahi dapat berjalan secara normal tetapi tidak
disertai timbulnya gejala gejala berahi. Perkembangan perkembangan folikuler
ovulasi dan terbentuknya korpus luteum dapat diketahui dengan pemeriksaan
melalui palpasi rectal, tetapi dalam hal ini tidak terlihat gejala berahi dari luar.
Ovulasi tanpa estrus banyak ditemukan pada hewan muda dari pada hewan
tua. Ovulasi tanpa estrus ini ditandai dengan perpanjangan periode siklus berahi
yaitu 2-3 kali normal. Hal ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
Estrus tanpa Ovulasi
Estrus tanpa ovulasi merupakan kebalikan dari ovulasi tanpa estrus. Hal ini
menyebabkan perkawinan yang steril dan bisa terjadi pada setiap ternak. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu dapat berupa rangsangan dari luar.
3. Siklus estrus menurut jenis ternaknya
Berdasarkan siklus birahinya, hewan-hewan dapat digolongkan menjadi
tiga golongan, yaitu:
a. Monestrus
Hewan-hewan monestus adalah hewan-hewan yang hanya memiliki satu
siklus birahi per tahun. Hewan-hewan yang termasuk golongan monestrus
biasanya adalah hewan-hewan liar.
b. Polyestrus
Hewan-hewan polyestrus meliputi jenisjenis ternak sapi, babi, dan kuda yang
memperlihatkan estrus sepanjang tahun.
c. Poliestrus bermusim
Hewan-hewan poliestrus bermusim adalah hewanhewan yang memiliki siklus
birahi yang periodic hanya selama musim-musim tertentu dalam setahun.
Contoh hewan yang termasuk golongan poliestrus bermusim adalah domba.
4. Fisiologi Reproduksi
a. Fisiologi Reproduksi Pada Kuda Betina
Kuda betina memiliki kornua uteri yang kecil, yang bersambung ke korpus
uteri yang besar secara hampir tegak lurus sehingga memberi huruf T pada organ
kelamin betina tersebut. Kornua uteri memiliki suatu legokan convex yang
menhadap ke depan, bawah dan lateral. Cervix kuda lebih pendek
dibandingkan dengan sapi dan berbentuk seperti suatu mangkok datar. Struktur
cervix lebih sederhana dari pada ungulata. Dinding cervix relatif lebih tipis dan
mengandung sangat sedikit jaringan ikat. Canalis cervicalis terbuka selama birahi,
dan tertutup selama periode kebuntingan.
Pubertas kuda mulai antara umur 10-24 bulan. Panjangnya waktu antara
permulaan suatu periode estrus sampai permulaan periode berikutnya bervariasi
pada kuda antara 7-124 hari. Akan tetapi angka yang rata-rata yang dilaporkan
oleh banyak peneliti adalah 21 atau 22 hari. Kuda betina dara mencapai dewasa
kelamin atau pubertas pada usia 15-18 bulan.
Lamanya estrus pada kuda kira-kira 6 hari dengan masa metestrus 2-3 hari,
diestrus sekitar 15 hari dan proestrus 2-3 hari. Ovulasi biasanya terjadi secara
spontan menjelang hari terakhir estrus. Kuda dengan lama estrus 1-3 hari
hendaknya dikawinkan pada hari pertama setelah terlihat gejala estrus. Kuda
dengan lama estrus yang lebih panjang hendaknya dikawinkan pada hari ke-3 atau
ke-4 dan diulang lagi 48 sampai 72 jam kemudian.
Beberapa kuda memperlihatkan keinginan kawin yang besar pada awal
musim kawin selama periode estrus yang panjang tapi tidak terjadi ovulasi. Kuda-
kuda ini mungkin tidak akan subur sampai periode estrusnya menjadi lebih
pendek dan lebih teratur. Kuda-kuda lain mungkin hanya mengalami birahi tenang
atau silent heat dimana terjadi ovulasi tapi tidak memperlihatkan keinginan untuk
kawin. Banyak kuda-kuda semacam ini akan dapat bunting apabila saat estrus
dapat diidentifikasi melalui palpasi rektal dan dari perubahan-perubahan fisik pad
vulva, vagina dan cerviks.
b. Fisiologi Reproduksi Pada Babi Betina
Babi adalah ternak mamalia yang menghasilkan anak dalam jumlah besar
sekaligus dengan interval generasi yang lebih singkat dari pada domba, sapi,
kerbau atau kuda. Sifat-sifat tersebut membuat babi sebagai jenis ternak dengan
potensi reproduksi yang tinggi untuk produksi ternak komersial.
Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali
berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai
berlainan antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran.
Pubertas terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dari
folikel-folikel dan pembentukan hormon-hormon ovarial oleh folikel yang
matang.
Seekor babi betina mencapai pubertas pada umur 5-8 bulan dan umur rata-
rata yang dianjurkan untuk perkawinan pertama adalah 8-10 bulan. Babi betina
yang berahi memperlihatkan suatu respon diam atau sikap kawin yang jelas
apabila ditekan punggungnya oleh pejantan. Respon ini sangat bermanfaat dalam
deteksi bukan saja permulaan birahi tetapi juga tingkatan birahi karena suatu sikap
yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode berahi.
Siklus etrus berlangsung kira-kira 21 hari dan estrus sendiri berlangsung
selama 3-5 hari. Ada empat fase yang jelas dalam siklus berahi babi yaitu:
1. Proestrus : terjadi sebelum estrus dan terjadi selama 3-4 hari

2. Estrus : berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina
memiliki seksual reseptif terhadap pejantan. Periode ini biasanya lebih pendek
pada babi dara dibandingkan babi induk. Pada saat estrus akan terjadi ovulasi.

3. Metestrus: terjadi setelah ovulasi, corpus luteum terbentuk dalam setiap


folikel yang pecah dalam waktu 6-8 hari.

4. Diestrus: adalah waktu inaktivitas yang pendek yang ditandai oleh


penghancuran corpus luteum setelah 14 hari dari puncak berahi. Dalam 3-4 hari
serombongan folikel baru mulai berkembang dan siklus tadi akan terulang
sendiri.

5. Siklus Estrus
1) Siklus Estrus pada Sapi
Pada sapi pubertas bervariasi tergantung bangsa dan tingkat nutrisi. Sapi-
sapi Holstein memperlihatkan birahi pertama pada umur rata-rata 37 minggu
apabila tingkat nutrisinya baik dan 49 minggu bila nutrisinya sedang, 72 minggu
bila tingkat nutrisinya rendah. Periode estrus pada sapi dapat dinyatakan saat
dimana sapi beina tetap siap sedia dinaiki oleh betina lain atau pejantan. Periode
itu rata-rata 18 jam, kisaran normalnya 12-24 jam. Ovulasi normalnya terjadi kira-
kira 10-15 jam setelah berakhirnya estrus. Konsepsi masih dapat terjadi pada sapi
yang dikawinkan mulai dari 34 jam sebelum ovulasi sampai menjelang 14 jam
setelah ovulasi. Untuk kepentingan IB, sapi-sapi yang nampak birahi pada pagi
hari, sebaiknya diinseminasi siang itu juga dan sapi yang nampak birahi sore,
hendaknya dikawinkan besok pagi hari. Perdarahan pada vulva sering terjadi pada
heifer dan sapi dewasa 1-3 hari setelah berakhirnya estrus. Fenomena tersebut
disebut perdarahan metestrus dan apabila perkawinan dilakukan pada saat tersebut
konsepsi jarang terjadi.
2) Siklus Estrus pada Domba
Pubertas pada domba mulai umur 12 bulan. Domba merupakan contoh nyata
untuk hewan-hewan yang mempunyai poliestrus musiman dengan periode
anestrus yang panjang diikuti dengan musim kawin yang bervarasi dari 1-20 hari
siklus estrus yang berurutan. Panjangnya musim kawin tampak berkaitan dengan
keadaan iklim pada saat itu. Pada iklim tertentu periode melahirkan bagi domba
terbatas dan akibatnya musim kawin atau musim birahi juga terbatas dengan
demikian kelahiran hanya terjadi pada waktu yang memungkinkan.
Lama siklus estrus domba rata-rata 16-17 hari. Siklus yang terlalu panjang atau
terlalu pendek cenderung terjadi selama awal atau akhir masa birahi, bukan pada
pertengahan birahi. Lama estrus rata-rata 30 jam dengan kisaran 3-84 jam, tetapi
kebanyakan domba betina akan siap menerima pejantan selama periode 24-48
jam. Domba-domba pejantan sudah mulai tertarik pada sat proestrus, metestrus,
dan estrus, tetapi domba-domba betina baru bisa menerima pejantan hanya
periode estrus saja. Ovulasi terjadi pada saat akhir estrus, 2 atau 3 ovulasi dapat
terjadi pada estrus yang sama. Saat yang terbaik untuk mengawinkan domba
betina adalah pada pertengahan sampai akhir periode estrus.
3) Siklus Estrus pada Kuda
Pubertas mulai antara umur 10-24 bulan dengan rata-rata sekitar 18 bulan.
Panjang waktu estrus antara permulaan suatu periode estrus sampai permulaan
periode berikutnya bervariasi pada kuda antara 7-124 hari. Akan tetapi angka rata-
rata yang dilaporkan oleh banyak peneliti adalah 21 atau 22 hari. Rata-rata
lamanya siklus estrus pada kuda kira-kira 6 hari, tetapi dimungkinkan juga adanya
variasi yang besar. Periode estrus cenderung memendek dalam perubahan musim
semi ke musim panas. Periode estrus yang terpendek nampak berkaitan erat
dengan baiknya fertilitas. Pada awal musim kawin yaitu Maret dan April, periode
estrus cenderung tidak teratur dan panjang, sering juga terjadi tanpa ovulasi. Dari
bulan Mei ke Juli periode tersebut memendek dan menjadi lebih teratur, dengan
adanya ovulasi sebagai suatu bagian yang normal dan suatu siklus. Kuda dengan
periode birahi 1-3 hari hendaknya dikawinkan paa hari pertama. Kuda dengan
periode yang lebih panjang hendaknya dikawinkan pada hari k-3 dan ke-4 dan lagi
48-72 jam kemudian. Apabila periode itu lebih lama dari 8-10 hari, sebaiknya
ditunggu sampai periode birahi berikutnya. Kuda dengan periode birahi yang
pendek dan teratur sepanjang tahun dapat dikawinkan. Pada awal musim kawin,
beberapa kuda memperlihatkan keinginan kawin yang besar selama periode birahi
yang panjang, tetapi tidak terjadi ovulasi. Kuda-kuda ini mungkin tidak akan
konsepsi sampai periode birahinya menjadi lebih pendek dan teratur. Kuda –kuda
lain mungkin hanya mempunyai silent heat atau birahi tenang, dimana terjadi
ovulasi tapi tanpa memperlihatkan keinginan untuk kawin.
4) Siklus Estrus pada primata
Manusia dan primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle),
sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estrous cycle). Kedua kasus ini,
ovulasi terjadi setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah,
karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Pada siklus
menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina
dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada ovarium selama siklus estrus :
1. Selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat folikel kecil-kecil (folicle
primer)
2.  Sebelum estrus folikel-folikel ini akan menjkadi besar tetapi akhirnya hanya
satu yang berisi ovum matang.
3. Folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, oosit keluar (ovulasi), saat
disebut waktu estrus.
4. Kalau oosit dibuahi, korpus luteum akan dipertahankan selama kehamilan dan
siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui.
5. Kalau oosit tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru
akan tumbuh lagi, siklus diulangi.
Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata yang dewasa seksual
yang ditandai dengan adanya siklus haid, jika tidak terjadi pembuahan maka
lapisan endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh. Sedang pada mamalia
lain terjadi siklus estrus. Pada siklus astruns, meliputi empat fase yaitu fase
diestrus, proestrus, estrus, dan fase metesterus, jika tidak terjadi pembuahan,
endomentrium akan direabsorbsi oleh tubuh.
5) Siklus Estrus pada Babi
Birahi pada babi berlangsung 2 sampai 3 hari dengan variasi antara 1 sampai 4
hari. suatu batasan yang nyata antara permulaan dan akhir estrus sulit ditentukan
karena estrus adalah suatu fenomena yang berlangsung gradual.
Babi betina yang birahi memperlihatkan suatu respon diam atau sikap kawin
yang jelas apabila ditekan punggungnya baik oleh pejantan, oleh betina lain atau
penunggu ternak. Respon ini sangat bermanfaat dalam deteksi bukan saja
permulaan birahi tetapi juga tingkatan birahi karena suatu sikap yang lebih tenang
dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode birahi.
Ovulasi terjadi selama estrus pada babi betina dan sebagian besar ova
dilepaskan 38 sampai 42 jam sesudah permulaan estrus. Lama proses ovulasi
adalah 3,8 jam. Ovulasi terjadi kira-kira 4 jam lebih cepat pada betina yang sudah
dikawinkan dibandingkan dengan pada betina yang belum kawin.
Siklus birahi pada babi mencapai 19 sampai 23 hari, rata-rata 21 hari, dan
relatif konstan. Estrus terjadi sepanjang tahun. Corpora lutea bertumbuh sempurna
dalam waktu 6-8 hari dan, kalau hewan tidak bunting, beregresi kembali pada hari
ke 14 sampai ke-16 siklus birahi.
6) Siklus estrus pada kerbau
Fisiologi reproduksi kerbau betina agak berbeda dari sapi, dan mencapai
pubertas pada umur yang lebih tua daripada sapi. Rata-rata dewasa kelamin
kerbau betina dicapai pada umur 3 tahun. Di jawa, estrus pertama terlihat pada
kerbau lumpur pada umur antara 3 sampai 5 tahun. Kerbau betina adalah ternak
produktif selama hidupnya, yang dapat menghasilkan 20 ekor anak dalam waktu
25 tahun.
Kerbau betina memperlihatkan siklus birahi yang normal selama kurang
lebih 3 minggu, di Indonesia siklur birahi pada kerbau lumpur berkisar antara 17
dan 29 hari, rata-rata 23,53 hari. Birahi berlangsung lebih lama pada kerbau
daripada sapi, mencapai 24 sampai 36 jam. Pada penelitian lain dicatat lama birahi
rata-rata 17,65 jam. Dari hasil survei yang dilakukan penulis di Sumatera, Jawa,
Tana Toraja di Sulawesi Selatan, dan Bali serta observasi selama 3 bulan pada
sejumlah kerbau di kampung Maharang desa Prai Karoku Jangga, Sumba Barat
pada tahun 1975 terbukti bahwa tanda-tanda birahi dan keinginan kelamin jelas
terlihat di siang hari terutama pada waktu pagi sebelum kerbau dikeluarkan dari
kandang dan pada sore hari sesudah kembali di kandang dari padang gembalaan.
Tanda-tanda birahi yang terlihat adalah diam dinaiki kawannya dan keluar lendir
transparan dari vulva. Lendir transparan ini jelas terlihat di sore hari pada waktu
hewan istirahat dan berbaring untuk memamah biak di mana perutnya bertumpu
di tanah dan tertekan sehingga saluran kelamin ikut tertekan dan terdesak untuk
mengeluarkan lendir birahi. Keadaan birahi tersebut berlangsung antara 12 sampai
96 jam, rata-rata 41,84 jam.

 
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2004). Biologi. Jilid 3. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Khaira, Huda. 2017. Pengaruh Ekstrak Sambiloto (andrographis paniculata nees.)
Terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus musculus l. swiss webster). Eksakta. 18
(2).
Furqonita, D. (2007). Seri IPA BIOLOGI 3 Kelas IX. Jakarta: Penerbit Yudhistira.
Lien A. Sutasurya., Sitasiwi, Agung Janika. (2011). Penetuan Kandungan
Estradiol (E2) dan Luteinizing Hormone (LH) pada Petarus Breviceps
Papuanus (Marsipialia) selama satu siklus estrus. JurnalSains dan teknologi
Nukli. 11 (2).
Lusiana, Nova. (2015). Pengaruh Fitoestrogen Daging Buah Kurma Ruthab
(Phoenix dactylifera L.) Terhadap Sinkronisasi Siklus Estrus Mencit Betina
(Mus musculus). JURNAL KLOROFIL. Vol. 1. No. 1.
Puji, Febiarana & Nova, Maulidina. (2017). Siklus Estrus pada Mencit (Mus
Musculus). Jurnal Biologi. 1 (1).

Anda mungkin juga menyukai