Anda di halaman 1dari 6

PSB’16

LEMBAR KERJA MAHASISWA


ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN
SIKLUS ESTRUS PADA MENCIT

Disusun Oleh
Kelompok 5
1. M. Wildan Ainun S. (16030654020)
2. Rona Tiara Sajati (16030654026)
3. Asrofiatin Aliyah (16030654049)
4. Lafilatul Anisa (16030654076)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN IPA
2018
A. Judul
Siklus Estrus pada Mencit

B. Tujuan
Untuk menentukan tahap siklus estrus pada mencit betina.

C. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui tahap siklus estrus pada mencit betina.

D. Pertanyaan Pengamatan
Bagaimanakah tahap siklus estrus pada mencit betina?

E. Kajian Teori
Terdapat pembagian siklus Estrus berdasarkan banyak sedikitnya
siklus yang terjadi selama satu tahun. Hewan yang hanya memiliki satu siklus
estrus dalam satu tahun misalnya srigala, rusa dan rubah disebut monoestrus.
Apabila terjadi lebih dari satu siklus estrus setiap tahunnya disebut poliestrus.
Hewan-hewan yang mengalami poliestrus misalnya kuda, kambing dan kera
rhesus (Austin dan Short, dalam Karlina, 2003). Pada tikus dan mencit, siklus
estrrusnya termasuk poliestrus hanya saja ketika hewan tersebut menyusui
maka aktivitas seksual seolah-olah juga terhenti dan pada waktu itu disebut
lactacional destrus (Sagi dalam Karlina, 2003).
1. Siklus Reproduksi
Siklus reproduksi merupakan serangkaian kegiatan biologik
kelamin yang berlangsung secara periodik hingga terlahir generasi baru
dari suatu makhluk hidup. Siklus reproduksi juga berhubungan dengan
adanya siklus birahi dalam pematangan gonad. Siklus birahi didefinisikan
sebagai waktu antara dua periode birahi. &iklus reproduksi umumnya
diagi menjadi 4 tahapan
yaitu, proestrus, diestrus,
estrus, dan metestrus
(Muljono, 2001)
Pada setiap siklus
yang terjadi pada tubuh
mencit, terjadi
perubahan- perubahan
perilaku yang dipengaruhi
oleh hormon yang
berpengaruh di dalam
tubuhnya. Berikut adalah
penggambaran diri mencit
pada setiap tahap yang Gambar 1. Hasil Apus Vagina Tikus
terjadi: (Sumber: Fiani, 2014)
a. Fase Poliestrus
Fase proestrus merupakan fase persiapan dari siklus birahi,
setiap jenis hewan betina yang berada dalam fase ini mulai
menampakan gejala birahi walaupun belum mau menerima pejantan
untuk kopulasi. Folikel de graaf akan tumbuh di bawah pengaruh
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) (McDonald, 2001). Hal
tersebut mengakibatkan sekresi esterogen dalam darah meningkat
sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan
syaraf kelakuan birahi pada hewan.
Perubahan fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel,
peningkatan dan pertumbuhan endometrium, uterus, serviks serta
vaskularisasi dan keratinisasi epithel vagina pada beberapa spesies
(Toelihere, 1979). Pada fase ini serviks mengalami relaksasi secara
bertahap dan makin banyak mensekresikan mukus yang tebal dan
berlendir. Mukus tersebut disekresikan oleh sel-sel goblet pada
serviks, anterior vagina serta kelenjar-kelenjar uterus. Cairan lumen
yang terdapat di organ-organ reproduksi berhubungan dengan
aktivitas pertahanan antibacteri (Strezemienski, Kenneg,1984).
Korpus luteum pada zaman terdahulu mengalami vakuolisasi,
degenerasi dan pengecilan secara cepat (Nalbandov, 1976).

b. Fase Esterus
Fase berikutnya adalah fase estrus yang ditandai oleh keinginan
birahi dan penerimaan pejantan oleh hewan betina (Toelihere, 1979).
Pada fase ini folikel de graaf membesar dan menjadi matang (Guyton,
1986). Tuba falopii akan menegang, epitel menjadi matang dan silia
aktif serta terjadi kontraksi tuba falopii dan ujung tuba yang
berfimbria merapat ke folikel de graaf. Lendir serviks dan vagina
bertambah serta terjadi banyak mitosis di dalam mukosa vagina dan
sel-sel baru yang menumpuk, sementara lapisan permukaan menjadi
squamosa da bertanduk (berkornifikasi). Sel-sel bertanduk ini
terkelupas ke dalam vagina (Fitrianti, 2002). Oleh karena itu pada
apusan vagina akan ditemukan sel epithel bertanduk dalam jumlah
yang dominan.

c. Fase Metestrus
Berikutnya adalah fase metestrus. Fase ini merupakan fase
lanjutan ketika sistem reproduksi di bawah pengaruh hormon yang
diproduksi oleh corpus luteum (Fiani, 2014). Progesteron
menghambat sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) sehingga
menghambat pembentukan folikel de graaf dan mencegah terjadinya
estrus. Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan
untuk menerima dan memberi makan embrio. Apabila tidak terjadi
fertilisasi, uterus dan saluran reproduksi akan beregresi ke keadaan
yang kurang aktif yang sama sebelum proestrus, disebut diestrus
(Strezemienski, 1984).

d. Fase Diestrus
Fase terakhir dan terlama dari siklus estrus adalah fase diestrus.
Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh
dan beberapa yang mengalami pertumbuhan awal. Fase ini disebut
juga dengan fase istirahat karena mencit betina sama sekali tidak
tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat banyak
sel sel epithel berinti dan sel leukosit (Strezemienski, 1984).

2. Hormon yang Berpengaruh


Seperti halnya siklus menstruasi yang terjadi pada mamalia betina
primata, siklus estrus sangat dipengaruhi oleh hormon esterogen dan
progesteron yang dihasilkan ovarium serta hormon FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang dihasilkan
oleh hipofisis anterior (Ganong, 1983). Hormon FSH merangsang
pertumbuhan folikel pada ovarium dan folikel yang sedang tumbuh ini
mensekresikan hormon estrogen, dimana saat terjadinya lonjakan dari
hormon estrogen, hipofisis anterior akan meningkatkan sekresi hormon
LH sehingga akan terjadi ovulasi. Setelah ovulasi LH akan merangsang
jaringan folikel yang tertinggal di ovarium, untuk membentuk korpus
luteum yang akan mensekresikan hormon progesteron. Hormon
progesteron ini akan merangsang penebalan dinding endometrium untuk
mempersiapkan kehamilan jika terjadi pembuahan (Campbell, 2004).

3. Perbedaan Siklus Estrus dengan Siklus Menstruasi


Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina.
Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi
(menstrual cycle), sementara mamalia lain non primata mempunyai siklus
estrus (estrous cycle). Saat ovulasi terjadi, setelah endometrium mulai
menebal dan teraliri banyak darah karena menyiapkan uterus untuk
kemungkinan implantasi embrio, terdapat perbedaan antara kedua siklus
(Fiani, 2014). Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari
uterus melalui serviks da vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai
menstruasi. Sedangkan pada siklus estrus, endometrium diserap kembali
oleh uterus dan tidak terjadi pendarahan yang banyak. Perbedaan utama
lainnya meliputi perubahan perilaku yang lebih jelas terlihat selama siklus
estrus dibandingkan dengan pada siklus menstruasi serta pengaruh musim
dan iklim yang lebih kuat pengaruhnya terhadap siklus estrus. Siklus
estrua juga merupakan satu-satunya fase yang menyebabkan mamalia
betia non primata dapat dikawinkan (Campbell, 2004). Selain hal diatas,
terdapat satu perbedaan lagi yaitu siklus estrus berlangsung seumur hidup
organisme sementara siklus menstruasi dibatasi oleh fase menopause.

F. Alat dan Bahan


 Alat
a. Mikroskop 1 buah
b. Kaca benda dan kaca penutup 1 buah
c. Cotton bud 2 buah
d. Kertas tisu secukupnya
 Bahan
a. Mencit betina dewasa (tidak sedang hamil) 1 ekor
b. Alcohol 70% 30 ml
c. NaCl 0.9% 30 ml
d. Methylene blue 1%

G. Alur Percobaan

Mencit Betina Dewasa

 Diangkat bagian ekor mencit, sehingga bagian


lubang vagina terlihat.
 Dimasukkan ujung cotton bud ke dalam vagina
(yang telah dibasahi larutan NaCl 0,9 %).
 Diputar searah jarum jam sebanyak 2-3 kali
(cotton bud).
 Dioleskan pada kaca benda, sehingga
membentuk 3 garis sejajar.

Kaca Benda yang Sudah


Diolesi Cairan Vagina

 Diwarnai dengan methylene blue 1% dan


ditunggu selama 10 menit.
 Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
(apusan).
 Ditutup dengan menggunakan kaca penutup.
 Diamati dengan mikroskop.

Hasil Pengamatan
(siklus Estrus Mencit)
H. Tabel Percobaan

Tabel 1.1 Pengamatan Mencit pada Mikroskop


No Gambar Perbesaran Keterangan
1
2

I. Daftar Pustaka
Campbell, N., J. Reece, dan L. Mitchael. 2004. Biologi Jilid Ketiga Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga.

Fiani, Rinta. 2014. Siklus Estrus pada Mencit (Mus Musculus). Surabaya:
Biologi, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Fitrianti. 2002. Efektifitas Penyuntikan Prostaglandin F2a Satu Kali dan Dua
Kali untuk Sinkronisasi Estrus pada Tikus Putih (Rattus sp.).
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor Fakultas Kedokteran
Hewan.

Ganong, W.F. 1983. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerjemah Adji Dharma.


EGC.

Guyton, A. C. 1986. Textbook of Medical Physiolog Edisi ke-7. WB Saunders


Co.

Karlina, Yeni. 2003. Siklus Estrus dan Struktur Histologis Ovarium Tikkus
Putih (Rattus norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam.
[Skripsi]. Surakarta: Universiats Sebelas Maret.

McDonald, L. E. 2001. Veterinary Endrocrinology and Reproduction.


Philadelphia: Lea and Febiger.

Muljono, Albertus Teguh. 2001. Presentasi Jenis-Jenis Leukosit pada Tiap


Fase Siklus Reproduksi Tikus Putih (Rattus sp.). [Skripsi]. Bogor :
Kedokteran Hewan IPB.
Nalbandov, A. V. 1976. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas
Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Strezemienski, P. J., Kenneg, D. D., Kenneg, R. M. 1984. Antibacterial


Activity of Mare Uterine Fluid. Journal Biology of Reproduction.
Vol 31: 303:311.
Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai