Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM SIKLUS REPRODUKSI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Struktur Perkembangan Hewan II
Yang dibimbing oleh Ibu Nursasi Handayani

Disusun oleh:
Kelompok 7 / Offering c
Dewi Karomika

(150341601038)

Difandini Rizky Firdaus

(150341606658)

Nailul Minnah

(150341606658)

Tristanti Rakhmaningrum (150341603788)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
OKTOBER 2016

A. Tujuan
1. Membedakan sel-sel hasil apusan vagina.
2. Menentukan tahapan siklus reproduksi yang sedang dialami hewan betina.
B. Dasar Teori
Siklus reproduksi adalah proses berulang yang terjadi pada sistem reproduksi
hewan betina dewasa yang memperlihatkan perubahan organ-organ reproduksi tertentu.
Organ-organ tersebut adalah organ-organ reproduksi, seperti ovarium, oviduk, uterus,
vagina. Siklus reproduksi pada mamalia (primata) disebut dengan silus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non-primata disebut siklus estrus (Campbell dkk.,
2004).
Siklus estrus adalah proses berulang yang menggambarkan perubahan kadar
hormon reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas ovarium di bawah pengaruh hormon
pituitari. Perubahan kadar hormon reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan
struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi. Siklus estrus ditandai dengan adanya
birahi pada hewan betina, sehingga akan bersifat reseptif terhadap hewan jantan pada saat
estrus. Hal tersebut dikarenakan di dalam ovarium terjadi pematangan sel telur dan uterus
berada pada fase yang tepat untuk implantasi. Lamanya siklus estrus berbeda-beda
menurut jenis hewan, misalnya pada tikus 4-5 hari, marmot 15 hari, simpanse 35 hari,
anjing 2-3 kali per tahun (Marcondes dkk., 2002). Terdapat pembagian siklus estrus
berdasarkan banyak sedikitnya siklus yang terjadi selama satu tahun. Hewan yang hanya
memiliki satu siklus estrus dalam satu tahun misalnya srigala, rusa dan rubah disebut
monoestrus. Apabila terjadi lebih dari satu siklus estrus setiap tahunnya disebut
poliestrus. Tikus dan mencit tergolong dalam poliestrus, namun ketika hewan tersebut
menyusui maka aktivitas seksual seolah-olah juga terhenti dan pada waktu itu disebut
lactational diestrus (Sagi, 1994).
Siklus estrus didasarkan pada perubahan berkala ovarium yang terdiri dari 2 fase,
yaitu folikel dan lutein. Fase folikel merupakan fase pembentukan folikel sampai masak,
sedangkan fase lutein adalah fase setelah ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai
(Yatim, 1994). Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap
proestrus, estrus, dan diestrus.
1. Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel
kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Fase estrus dibagi menjadi
estrus awal dan estrus akhir. Fase estrus awal terdapat sel epitel berinti dan sel

menanduk (cornified). Sedangkan pada akhir fase estrus, hanya terdapat sel
kornifikasi yang semakin banyak (Yatim, 1994).
2. Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi.
Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen.
Estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler pada alat kelamin tambahan, terutama
pada vagina dan uterus. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa inilah
betina siap menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada
hewan yang memerlukan rangsangan sexual lebih dulu untuk terjadinya ovulasi).
Pada saat tersebut betina jadi berahi. Apabila terjadi coitus dan pembuahan, esrtrus
diiringi oleh masa hamil. Jika tidak terjadi pembuahan, maka terjadi masa haid. Di
masa hamil atau haid berlangsunglah fase lutein. Pada fase ini corpus luteum dalam
ovarium giat menghasilkan progesteron (Yatim, 1994).
3. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus
dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan
mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan
tingkatan estrogen. Pada tahap ini terdapat banyak sel epitel menanduk dan lekosit,
dan sel epitel berinti (Yatim, 1994).
4. Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam
memproduksi progesteron. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah (Yatim,
1994).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium selama siklus estrus, diantaranya
selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat folikel kecil (folicle primer),
sebelum estrus folikel-folikel ini akan menjadi besar tetapi akhirnya hanya satu yang
berisi ovum matang, folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar
(ovulasi), disebut fase estrus. Jika telur dibuahi, korpus luteum akan dipertahankan
selama kehamilan dan siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui. Tapi jika
telur tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru akan tumbuh lagi,
siklus diulangi (Vilee, 1989). Pada tikus dan mencit, perubahanperubahan yang
berlangsung pada vagina meliputi perubahan histology epitel yang tergambar pada saat
dilakukan pengamatan apusan vagina. Teknik preparat apusan vagina sangat bermanfaat
terutama pada spesies yang memiliki siklus estrus pendek (mencit dan tikus), karena

pada spesies ini histologi dapat mencerminkan kejadiankejadian pada ovarium dengan
tepat (Nalbandov, 1990).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Mikroskop
Kaca penutup
- Kaca benda
Pipet tetes
2. Bahan
- Mencit (Mus musculus) betina dewasa tidak hamil
- Alkohol 70%
- Metilen biru 1%
- Air Leding
- Cotton bud
- NaCl 0,9%
D. Prosedur Observasi
Menyemprotkan dan menyedot larutan NaCl 0,9% ke dalam vagina dengan
menggunakan pipet tetes sampai cairan pada pipet menjadi keruh.
Meneteskan cairan keruh dari vagina mencit ke kaca benda yang sudah dibersihkan
dengan alkohol 70%.
Mewarnai tetesan tersebut dengan metilen biru 1%.
Menunggu selama 3-5 menit lalu membuang kelebihan zat warna dan membilas
dengan air leding.
Menutup dengan kaca penutup dan mengamati preparat di bawah mikroskop.

Menggambar sel-sel yang terlihat pada lembar hasil pengamatan.


E. Hasil Pengamatan
No

Gambar Pengamatan

Gambar Praktikum

Gambar Literatur

Tahapan Estrus Akhir


pada Mus musculus

c
c
c
c
c

Perbesaran 10x10

(Sumber: Ross et al, 2011)

(Sumber: Isnaeni, 2006)


Keterangan: C= Sel epitel kornifikasi (banyak)
Menunjukkan tahapan estrus akhir

F. Analisis dan Pembahasan


Secara normal pertumbuhan dan pembuahan alat reproduksi merupakan suatu
proses yang bertahap dan memerlukan beberapa waktu postnatal sebelum terlihat tandatanda birahi pada individu baru. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh hewan penting
artinya untuk perkembangan fungsi kelamin pada hewan jantan maupun betina. Estrus
terjadi pada hewan betina tidak hamil menurut siklusritmik yang khas. Interval antara
timbulnya suatu periode birahi ke permulaan birahi berikutnya dikenal dengan suatu
siklus birahi. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahan- perubahan fisiologik
di dalam saluran kelamin betina (Toelihere, 1985).Pada pengamatan terhadap mencit,
diamati siklus estrusnya melalui pembuatan preparat apus vagina adalah mencit yang
telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Vaginal smear menggunakan daerah vagina
sebagai daerah identifikasi. Mukosa vagina diambil untuk bahan identifikasi. Sel epitel

dan leukosit terdapat dalam mukosa vagina. Identifikasi bentuk sel epitel dan leukosit
dapat menunjukkan fase dalam siklus estrus (Storer, 1961).
Dalam pengamatan terhadap siklus estrus pada mencit, digunakan pewarna
metilen blue untuk lebih memperjelas sel yang hendak diamati. Metilen blue digunakan
sebagai zat warna untuk apusan vagina yang akan di amati di bawah mikroskop. Dalam
hal ini pewarnaan sangat perlu dilakukan agar hasil dari apusan vagina mencit pada objek
glass ini lebih jelas untuk diamati dibawah mikroskop. Selain itu struktur luar dan
struktur dalam dari sel-selnya menjadi lebih jelas terlihat. Menurut teori yang
dikemukakan Waluyo (2008), dalam hal ini terdapat beberapa faktor yag dapat
mempengaruhi pewarnaan yang dihasilkan, diantaranya:
a. Fikasasi: Cara yang paling banyak digunakan adalah cara fisik dengan pemanasan
atau dengan freeze driying. Fungsi dari fiksasi dalam praktikum ini adalah untuk
lebih merekatkan sel pada objek glass, selain itu agar warna lebih melekat pada sel
yang diamati.
b. Pelunturan zat warna: Pelunturan zat warna adalah suatu senyawa yang
menghilangkan warna dari sel yang telah diwarnai. Dalam praktikum, pelunturan zat
warna ini dilakukan dengan cara mengairi objek glass dengan air/aquades, pengairan
ini tidak dilakukan lama-lama agar sel yang ingin diamati tidak hilang larut bersama
air. Pelarutan zat warna Ini berfungsi untuk mengahsilkan kontras yang baik pada
bayangan mikroskop.
Pada pengamatan yang dilakukan, ditemukan fase estrus pada apusan vagina
yang telah dibuat. Hal ini ditandai dengan ditemukannya banyak sel-sel superfisal
(sel epitel kornifikasi). Sel superfisal adalah sel tersebar yang dapat dilihat dalam
vaginal smear, berbentuk poligonal dan terlihat sangat pipih. Nukleus terkadang
tidak diketemukan tetapi sangat kecil dan gelap (piknotik). Sel-sel superfisial yang
tanpa inti tersebut seringkali mengalami kornifikasi. Pada fase ini terkadang juga
ditemukan leukosit dalam jumlah yang sangat sedikit. Tahap Estrus pada mencit
terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel
sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap estrus awal ini adalah ukuran
maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu terjadi tahap estrus akhir dimana
terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak

terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap matesterus
( A.Tamyis, 2008).
Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang
berikutnya. Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda, ada golongan
hewan monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan hewan poliestrus
(estrus beberapa kali dalam satu tahun), dan golongan hewan poliestrus bermusim
(estrus hanya selama musim tertentu dalam setahun). Daur atau siklus estrus terdiri
dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Fase estrus berbeda
dengan siklus estrus. Fase estrus merupakan fase dimana telur diovulasikan dari
ovarium ke saluran telur. Fase ini menandakan bahwa individu betina telah masak
kelamin. Fase estrus setiap spesies berbeda-beda dan dapat diamati dengan metode
vaginal smear, tetapi tidak dapat diamati jika hewan betina tersebut belum masak
kelamin dan sedang hamil. (Hafez, 1968).
Estrus adalah fase terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan
betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam
fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi, ciri khas dari
estrus adalah terjadinya kopulasi, jika hewan menolak kopulasi, meskipun tandatanda estrusnya sangat terlihat jelas, maka penolakan tersebut memberi pertanda
bahwa hewan betina masih dalam fase estrus yang telah terlewat. Tanda lain dari
fase estrus untuk tiap jenis ternak berlainan, tetapi pada umumnya mereka
memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang sama
sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari jika pejantanmendekati (Partodiharjo,
1992).
Rintafiani (2014 : 2-3) menyatakan

bahwa Estrus berasal dari bahasa latin

oestrus yang berarti kegilaan atau gairah dimana pada fase ini merupakan
satu-satunya waktu dimana terjadi perubahan pada vegina yang memungkinkan
terjadinya perkawinan. Pengaruh musim dan iklim juga lebih kuat terhadap siklus
estrus. Estrus kadang-kadang disebut heat (panas) karena pada saat tersebut, suhu
tubuh betina meningkat. Panjang dan frekuensi siklus reproduksi pada masingmasing organisme berbeda-beda. Pada tikus, siklus estrus berlangsung selama 5
hari . Tipe siklus birahi pada mencit (Mus musculus) adalah poliestrus, dimana
dalam setahun terjadi lebih dari dua kali masa birahi.Siklus hewan ini berulang

secara periodik dengan selang wktu 4 5 hari. Siklus estrus terjadi dalam empat
fase, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Masing-masing fase pada
siklus estrus dapat diamati dengan metode apus vagina.
1)
Fase proestrus
Merupakan fase persiapan dari siklus birahi, setiap jenis hewan betina yang
berada dalam fase ini mulai menampakan gejala birahi walaupun belum mau
menerima pejantan untuk kopulasi. Folikel de graaf akan tumbuh di bawah pengaruh
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hal tersebut mengakibatkan sekresi
esterogen dalam darah meningkat sehingga akan menimbulkan perubahanperubahan fisiologis dan syaraf kelakuan birahi pada hewan. Perubahan fisiologis
tersebut meliputi pertumbuhan folikel, peningkatan dan pertumbuhan endometrium,
uterus, serviks serta vaskularisasi dan keratinisasi epithel vagina pada beberapa
spesies. Pada fase ini serviks mengalami relaksasi secara bertahap dan makin banyak
mensekresikan mukus yang tebal dan berlendir. Mukus tersebut disekresikan oleh
sel-sel goblet pada serviks, anterior vagina serta kelenjar-kelenjar uterus. Cairan
lumen yang terdapat di organ-organ reproduksi berhubungan dengan aktivitas
pertahanan antibacteri. Korpus luteum mengalami vakuolisasi, degenerasi dan
pengecilan secara cepat.
2)
Fase Estrus
Fase berikutnya adalah fase estrus yang ditandai oleh keinginan birahi dan
penerimaan pejantan oleh hewan betina. Pada fase ini folikel de graaf membesar dan
menjadi matang. Tuba falopii akan menegang, epitel menjadi matang dan silia aktif
serta terjadi kontraksi tuba falopii dan ujung tuba yang berfimbria merapat ke folikel
de graaf. Lendir serviks dan vagina bertambah serta terjadi banyak mitosis di dalam
mukosa vagina dan sel-sel baru yang menumpuk, sementara lapisan permukaan
menjadi squamosa da bertanduk (berkornifikasi). Sel-sel bertanduk ini terkelupas ke
dalam vagina. Oleh karena itu pada apusan vagina akan ditemukan sel epithel
bertanduk dalam jumlah yang dominan.
3)
Fase Metestrus
Berikutnya adalah fase metestrus. Fase ini merupakan fase lanjutan ketika sistem
reproduksi di bawah pengaruh hormon yang diproduksi oleh corpus luteum.
Progesteron menghambat sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) sehingga
menghambat pembentukan folikel de graaf dan mencegah terjadinya estrus. Selama

metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan untuk menerima dan memberi


makan embrio. Apabila tidak terjadi fertilisasi, uterus dan saluran reproduksi akan
beregresi ke keadaan yang kurang aktif yang sama sebelum proestrus, disebut
diestrus.
4)
Fase Diestrus
Fase terakhir dan terlama dari siklus estrus adalah fase diestrus. Pada tahap ini
terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami
pertumbuhan awal. Fase ini disebut juga dengan fase istirahat karena mencit betina
sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat
banyak sel sel epithel berinti dan sel leukosits.
Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon
reproduksi dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara
uterus dengan sel-sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin
alami yang menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi
progesteron. Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus.
Selama fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi
progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan
balik negatif dari hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat
perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang
tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku
estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor
untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus
meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan
menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan
pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami
kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa
menuju ovary (Tenzer, 2003).
G. Diskusi
1 Bagaimana cara menentukan tahap siklus reproduksi mencit?
Jawab: Tahap-tahap siklus repoduksi mencit dapat ditentukan dengan melihat gambaran
sitologi apusan vaginanya. Siklus reproduksi mencit disebut dengan siklus estrus.
Lamanya siklus estrus pada mencit adalah 4-5 hari. Siklus estrus dibagi menjadi
empat tahap yaitu, proestrus, estrus, metestrus, dan diesrtrus.

Proestrus, pada tahap ini di ovarium tampak adanya folikel-folikel yang sedang
tumbuh, sedang di uterus dinding endometri mulai menebal. Lama tahap ini
adalah 12 jam. Pada pengamatan mikroskop, fase ini ditandai dengan
terlihatnya sel epitel berinti atau disertai dengan adanya sel-sel epitel yang

berkornifikasi.
Estrus awal, pada tahap ini ovarium terjadi ovulasi, sedangkan diuterus dinding
endometrium akan bergranular dan membengkak mencapai ketebalan
maksimum. Lama tahap 12 jam. Pada pengamatan mikroskop, fase ini ditandai
dengan terlihatnya sel epitel berinti dan disertai adanya sel-sel epitel

kornifikasi dengan jumlah yang sangat banyak.


Estrus akhir, tahap ini diovarium terjadi ovulasi, sedangkan di uterus dinding
endometrium akan bergranular dan membengkak mencapai ketebalan
maksimum. Lama tahap ini adalah 18 jam. Pada pengamatan mikroskop, fase
ini ditandai dengan hanya terlihatnya sel-sel epitel kornifikasi dengan jumlah

yang sangat banyak.


Metestrus tahap ini di ovarium tampak adanya korpus luteum yang mulai
berdegenarasi dan dinding uterus dinding endometrium meluruh. Lama tahap
ini adalah 6 jam. Pada pengamatan mikroskop, fase ini ditandai dengan
terlihatnya sel epitel kornifikasi dan adanya leukosit atau bisa juga terdapat sel

epitel berinti.
Diestrus, pada tahapi nidiovarium terlihat banyak folikel-folikel muda,
sedangkan di uterus dinding endometrium mempunyai lapisan yang paling
tipis. Lamanya tahap ini adalah 2-2,5 jam. Pada pengamatan mikroskop, fase
ini ditandai dengan terlihatnya sel epitel berinti, leukosit dan juga terlihat
adanya lendir.
Jadi, dengan mengamati struktur epitelium permukaan vagina yang

dilakukan dengan cara membuat apusan vagina, dapat diketahui stadium estrus
2

suatu hewan betina.


Bagaimana keadaan ovarium, oviduk, uterus dan vagina jika tahap siklus reproduksi
mencit sudah diketahui. Serta hormon yang dominan pada keadaan tersebut!
a Keadaan Ovarium
PROESTRUS
ESTRUS
METESTRUS
DIESTRUS
Tampak adanya Ovarium terjadi Ovarium nampak Ovarium banyak

folikel-folikel
yang

ovulasi.

adanya

sedang

korpus folikel-folikel

luteum

yang muda.

tumbuh

mulai

kemudian

berdegenerasi

membesar.
Keadaan Oviduk
PROESTRUS
ESTRUS
Sel-sel
dan Menegang,

METESTRUS
DIESTRUS
Sekresi
cairam

lapisan

menurun,

bersilia berkontraksi,

pertumbuhannya

epitel

meningkat.

sinyalnya

silia

matang, kurang aktif.


aktif

dan sekrei cairan


bertambah.
Ujung
yang

oviduk
defimbrae

mrapat ke folike
de Graaf untuk
menangkap
ovum matang.
c

Keadaan Uterus
PROESTRUS

ESTRUS

METESTRUS

DIESTRUS

Mukosa dari uteri Dinding

Uterus

Dinding

mengalami

endometrium

mengadakan

endometrium

vaskularisasi,

bergranuler dan persiapan

banyak

terjadi membengkak

sekresimukus
dikelenjar

mencapai

lapisan

menerima ovum, yang paling tipis,


epitelium

uterus, ketebalan

dinding

untuk memiliki
pada kelenjar

uterina

kuronkula uterus membesar,

maksimal.

otot

sangat hiperemis uterus menunjukkan

endometrium

dan

terjadi peningkaan

mulai menebal.

hemoragis kapiler perkembangan.


sehinga

terjadi

pendarahan,
dinding
endometrium
meluruh.
d

Keadaan Vagina
PROESTRUS
Epitel

ESTRUS

METESTRUS

vagina Mukosa vagina Jaringan

mengalami
penebalan

DIESTRUS

vagina Mukosa

sangat menebal, kering dan pusat pucat,


dan sekresinya

terjadi

bertambah,

vaskularisasi.

epitel

bibir

vagina
lendirnya

vagina jarang, dan lengket.

endenatous.
yang

berkornifikasi
tunggal.

H. Tugas/Evaluasi
1. Jelaskan hubungan antara siklus vagina, siklus uterus, dan siklus ovarium dalam
kaitannya dengan siklus estrus!
Jawab: Hubungan antara siklus vagina siklus uterus, dan siklus ovarium berkaitan dengan
siklus estrus yaitu pada saat siklus estrus terjadi maka vagina, uterus dan ovarium
akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain:

A. Vagina, perubahan-perubahan yang berlangsung pada vagina meliputi


perubahan histologi epitel yang tergambar pada saat dilakukan pengamatan
apusan vagina. Epitel vagina secara siklik dirusak dan dibentuk kembali selama
siklus, bervariasi dari bentuk skuama berlapis hingga kuboid rendah.
B. Uterus, Perubahan yang sangat nyata terjadi di endometrium dan kelenjarnya.
Selama fase folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus sederhana dan lurus
dengan sedikit cabang. Penampilan kelenjar uterus ini menandakan untuk
stimulasi esterogen. Selama fase luteal, yakni saat progeteron beraksi terhadap
uterus, endometrium bertambah tebal secara mencolok. Diameter dan panjang
kelenjar meningkat secara cepat, menjadi bercabang-vabang dan berkelokkelok.
C. Ovarium, Puncak peristiwa siklus estrus adalah pecahnya folikel dan
terlepasnya ovum dari ovarium.
2. Hormon-hormon apakah yang berperan dalam mengatur siklus reproduksi pada manusia?
Jelaskan pengaruh masing-masing hormon tersebut!
Jawab:
a Hormon GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormon) berfungsi menstimulasi hipofisis
anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin
b

(FSH/LH).
Hormon FSH (Follicle Stimullating Hormone) berfungsi Merangsang pematangan
folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen, mengendalikan ciri seksual pria &
wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur dan ketebalan kulit, suara dan

bahkan mungkin sifat kepribadian)


Hormon LH (Lutinizing Homone)/ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormon)
berfungsi mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan
progestron, mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma dan sementum,

pematangan sel telur, siklus menstruasi.


Hormon Estrogen berfungsi mengendalikan perkembangan ciri seksual dan sistem
reproduksi wanita, saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai
berisi, tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di
ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon estrogen juga membantu dalam
pembentukan lapisan endometrium.

Progesteron berfungsi mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel telur yang
telah dibuahi, mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu, menjaga
penebalan endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlancar

produksi laktogen (susu).


HCG (Human Chorionic

Gonadotrophin)

Berfungsi

meningkatkan

dan

mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid


g

terutama pada masa-masa kehamilan awal.


LTH (Lactotrophic Hormon) / Prolactin berfungsi untuk memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi pematangan sel telur dan
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.

3. Apakah beda siklus menstruasi dari siklus estrus?


Jawab:
Hewan yang sedang estrus mengalami dorongan seksual yang sangat kuat namun
singkat selama pertengahan masa estrus, tetapi tidak reseptif secara seksual di masamasa lain; sementara reseptivitas seksual terjadi sepanjang siklus menstruasi.
Secara fisik, estrus mempersiapkan saluran reproduksi betina bagi kopulasi,
sedangkan siklus menstruasi melibatkan persiapan yang amat rumit agar
endometrium siap bagi implantasi sel telur yang terfertilisasi. Sebagai akibatnya, jika
fertilisasi tidak terjadi, penebalan dinding uterus.
Apapun yang telah dipersiapkan pada hewan-hewan yang mengalami estrus akan
diserap kembali; pada hewan-hewan yang mengalami menstruasi, pelapis-pelapis
hipertrofik meluruh sebagai aliran darah menstruasi.
Peristiwa-peristiwa pada siklus estrus lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan
daripada siklus menstruasi.
Waktu kawin, Pada hewan yang mengalami siklus estrue perkawinan hanya terjadi
pada fase estrus saja sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus
menstruasi perkawinan dapat terjadi kapan saja.
4. Jika kita hendak mengawinkan mencit, keberhasilan terbesar akan terjadi bila hewan
betina pada tahap apa dari siklus estrus? Jelaskan mengapa demikian!
Jawab:
Penyatuan gamet (pengawinan) pada mencit sebaiknya dilakukan pada saat fase estrus
awal. Hal ini dikarenakan pada fase estrus terjadi peningkatan estrogen sehingga aktifitas
menjadi tinggi. Pada saat estrus hewan betina akan reseflik sebab di dalam antrum sedang

terjadi ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk fase ovulasi berikutnya.
Sumbatan vagina setelah penyatuan menandakan kopulasi telah berlangsung dari hari itu,
dan dihitung sebagai kehamilan yang ke nol.
I. Kesimpulan
1. Berdasarkan pengamatan pada apusan vagina Mus musculus, Mus
musculus sedang dalam siklus estrus pada tahap estrus akhir yang
dicirikan dengan banyaknya sel kornifikasi yang teramati pada
mikroskop.
2. Mus musculus mengalami siklus estrus selama 4-5 hari yang terdiri
dari fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
a) Fase proestrus ditandai dengan perubahan fisiologis meliputi
pertumbuhan

folikel,

peningkatan

dan

pertumbuhan

endometrium, uterus, serviks serta vaskularisasi dan keratinisasi


epithel vagina pada beberapa spesies. Pada fase ini serviks
mengalami

relaksasi

secara

bertahap

dan

makin

banyak

mensekresikan mukus yang tebal dan berlendir.


b) Fase Estrus ditandai dengan adanya folikel de graaf yang menjadi
matang. Tuba falopii menegang, epitel menjadi matang dan silia
aktif serta terjadi kontraksi tuba falopii dan ujung tuba yang
berfimbria merapat ke folikel de graaf. Pada apusan vagina
ditemukan sel epithel bertanduk dalam jumlah yang dominan.
c) Fase Metestrus merupakan fase lanjutan ketika sistem reproduksi
di bawah pengaruh hormon yang diproduksi oleh corpus luteum.
Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan untuk
menerima dan memberi makan embrio.
d) Fase Diestrus merupakan fase terlama, pada tahap ini terbentuk
folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang
mengalami pertumbuhan awal. Fase ini disebut juga dengan fase
istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada
mencit jantan. Pada apusan vagina akan terlihat banyak sel sel
epithel berinti dan sel leukosits.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Jurusan Biologi. Makasar: FMIPA UNM.
Campbell, N.A dkk. 2004. Biologi Jilid 3. Erlangga: Jakarta.
Hafez, ed. 1968. Adaptation of Domestic Animal. Philadelphia : Lea and Fibiger, Pa.
Isnaeni dan Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Lopez, H.,L. D. Satter, and M. C. Wiltbank. 2004. Relationship between level of milk production
and estrous behavior of lactating dairy cows. Anim. Reprod. Sci. 89:209223.
Marcondes, F.K., Bianchi, F.J., dan Tanno, A.P. 2002. Determination of the estrous cyclephase
of rats: some helpful considerations. Journal Brazilian Archive of Biology and
Technology.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas, Cetakan Pertama.
Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).
Partodiaharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
Rintafiani. 2014. Siklus Estrus pada Mencit (Mus Musculus). Surabaya : ITS
Ross, Michael H., Pawlina, Wojciech. 2011. Histology: A Text and Atlas: with Correlated Cell
and Molecular Biology 6th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer
business.
Sagi, M. 1994. Embriologi Perbandingan pada Vertebrata. Yogyakarta: UGM Press.
Storer, T.I. 1961. Element of Zoology. New York: Mc Graw-Hill Book Company Inc.
Tamyis, A.L. 2008. Siklus Estrus. Malang: FMIPA UniversitasBrawijayaMalang.
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM
Toelihere, M.R. 1985a. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Villee, Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D. Barnes. 1988. Zoologi Umum Edisi Keenam
Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari Sugiri. Erlangga. Jakarta.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai