Anda di halaman 1dari 5

Siklus Estrus pada Mencit (Mus Musculus)

Norma Yustika
160342606298
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang, Malang.

I. PENDAHULUAN

Pada hewan betina yang dewasa seksual dikenal adanya siklus reproduksi. Siklus
reproduksi terdiri dari siklus estrus, siklus ovarium dan siklus menstruasi. Siklus reproduksi
adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa seksual dan tidak hamil
yang meliputi perubahan-perubahan siklik pada organ-organ reproduksi tertentu. Sedangkan
siklus estrus merupakan salah satu aspek reproduksi yang menggambarkan perubahan
kandungan hormon reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas ovarium dibawah pengaruh
hormone gonadotrophin. Perubahan kandungan hormon reproduksi selanjutnya
menyebabkan perubahan struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi. Estrus
berasal dari bahasa latin yang berarti kegilaan atau gairah dimana pada fase ini
merupakan satu-satunya waktu terjadi perubahan pada vagina yang memungkinkan
terjadinya perkawinan. Siklus estrus pada mencit terjadi secara berulang-ulang, namun
setiap kali mengalami siklus estrus terjadi selama 5 hari. Waktu yang diperlukan untuk
siklus estrus setiap hewan berbeda-beda. Pada saat peristiwa estrus terjadi, siklus estrus
mempersiapkan saluran reproduksi betina untuk melakukan kopulasi. Peristiwa estrus dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti musim dan iklim. Pada siklus estrus
terdapat beberapa tahapan atau fase yaitu fase diestrus, fase proestrus, fase estrus dan
fase metestrus.

II. METODOLOGI

Pengamatan ini dilaksanakan di Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Malang. Dalam pengamatan ini menggunakan seekor mencit (Mus musculus) betina, kaca
penutup, kaca benda, pipet, dan larutan HBSS, pewarna metilen blue dan mikroskop.

1
Pengamatan ini dilakukan dengan metode pengamatan vagina pada mencit.
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil sedikit cairan HBSS dengan
menggunakan pipet. Selanjutnya dimasukkan ke dalam vagina mencit dan menarik sedikit
cairan pada vagina mencit. Selanjutnya, meletakkan pada kaca benda dan ditetesi cairan
metilen blue secukupnya. Preparat dibilas dengan menggunakan air dan ditutup dengan
menggunakan kaca penutup. Kemudian mengamatinya di bawah mikroskop.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan dilakukan dengan menggunakan mencit sebagai hewan percobaan,


karena dinilai cukup efisien dan ekonomis untuk digunakan dalam percobaan. Selain itu
mencit juga mudah untuk dipelihara dan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.
Penggunaan larutan HBSS pada saat percobaan bertujuan untuk pada saat pengambilan
apusan vagina mencit. Pengapusan vagina pada mencit sebaiknya dilakukan sekali saja,
agar vagina pada mencit tidak mengalami iritasi jika terlalu sering dilakukan pengapusan.
Sedangkan pewarna metilen blue bertujuan untuk menetralkan pH pada preparat sehingga
preparat dapat diwarnai. Metilen blue mempunyai pH yang bersifat basa, sedangkan pada
vagina mencit mempunyai pH yang bersifat asam. Dengan adanya perbedaan ion maka
molekul-molekul akan saling berikatan. Sedangkan pembilasan air pada preparat bertujuan
untuk mengurangi intensitas pewarnaan pada preparat agar dapat diamati pada mikroskop.
Pada umumnya siklus estrus pada hewan terjadi melalui empat fase, yaitu fase proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus.

Fase proestrus merupakan fase sebelum estrus yaitu fase persiapan dari siklus
birahi, pada saat folikel de graaf tumbuh diawah pengaruh hormone FSH. Produksi hormone
FSH menyebabkan terjadinya sekresi esterogen dalam darah meningkat sehingga
menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan saraf pada hewan. Pada fase ini ditandai
dengan adanya sel-sel epitel mengalami penandukan, leukosit tidak ada atau sangat sedikit
dan terdapat banyak lendir. Pada fase ini vagina banyak mensekresikan mucus yang tebal
dan berlendir. Mucus tersebut disekresikan oleh sel goblet.

Fase selanjutnya yaitu fase estrus, pada fase ini ditandai dengan adanya sel-sel
epitel yang sangat banyak, dan beberapa sel epitel dengan inti yang berdegenerasi.
Sehingga pada fase ini keinginan birahi dan penerima pejantan oleh hewan betina. Selain itu
pada fase ini ditandai dengan oviduk yang menegang, epitel matang, silia aktif bergerak,
dan terdapat lendir. Lendir pada vagina bertambah menjadi banyak sehingga sel-sel epitel
menjadi menanduk dan terkelupas di dalam vagina.

2
Pada percobaan terdapat mencit yang sedang mengalami fase estrus yang ditandai
dengan banyaknya sel-sel epitel berinti pada vagina yang sedang mengalami penandukan
atau berdegenerasi meskipun pada percobaan terdapat beberapa epitel yang masih berinti.
Selain itu terdapat banyak jumlah leukosit disekitar sel epitel pada vagina dan terdapat
banyak lendir. Sehingga hasil pengamatan sesuai dengan literatur yang menunjukkan ciri-
ciri bahwa mencit tersebut sedang mengalami fase estrus.

Sumber: Dokumentasi
Pribadi kelompok 7

Selanjutnya yaitu fase metestrus, pada fase ini ditandai dengan berhentinya puncak
estrus dan bekas folikel setelah ovulasi. Fase metestrus ditandai dengan adanya sel-sel
epitel yang mengalami penandukan, jumlah leukosit banyak dan produksi lendir menjadi
sedikit. Pada fase ini dipengaruhi oleh hormone progresteron yang menghasilkan korpus
luteum serta menghambat sekresi hormon FSH. Selama fase metestrus berlangsung, uterus
mempersiapkan untuk menerima dan memberi makan embrio.

Fase terakhir yaitu fase diestrus, pada fase ini merupakan periode terakhir dan
terlama pada siklus birahi. Selain itu pada fase ini juga disebut dengan fase istirahat, karena
pada fase ini mencit tidak mengalami ketertarikan terhadap mencit jantan. Pada tahap ini
ditandai dengan terdapat banyak sel leukosit dan sel epitel yang berinti. Fase diestrus terjadi
dengan pembentukan folikel-folikel primer yang masih belum terbentuk dan hanya beberapa
saja yang sudah mengalami pertumbuhan awal.

Pada hasil pengamatan terdapat mencit yang sedang mengalami fase diestrus. Pada
fase diestrus vagina pada mencit terdapat banyak sel epitel yang berinti. Selain itu terdapat
banyak leukosit yang tersebar pada sel epitel vagina. Pada vagina juga terdapat banyak
lendir, namun pada saat praktikum lendir tidak begitu terlihat karena kurang berhati-hati

3
dalam melakukan praktikum sehingga pada saat pencucian dengan air lendir ikut tercuci dan
pada preparat lendir menjadi sedikit.

Sumber: Dokumentasi
Pribadi kelompok 7

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, ada mencit yang sedang mengalami
fase estrus. Pada hasil pengamatan, fase ini ditandai dengan banyak sel epitel yang
mengalami penandukan, selain itu banyak jumlah sel leukosit yang tersebar pada vagina
dan terdapat banyak lendir. Selain terdapat mencit yang sedang mengalami fase diestrus,
yaitu pada vagina terdapat banyak sel epitel yang berinti, banyak terdapat leukosit dan
terdapat banyak lendir.

4
DAFTAR PUSTAKA

[1] Caligioni, C. 2009. Assessing Reproductive Status / Stages in Mice. America: National
Insitutes of Health.

[2] Feron, C & Gheusi, G. 2003. Social Regulation of Reproduction in the Female Mound-
Builder Mouse (Mus spicilegus). France: University Paris.

[3] Fried, George H., Hademenos, George J. 2005. Schaums Outlines Biologi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.

[4] Nalbandov, A.V. 1976. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

[5] McDonald, L.E. 2001. Veterinary Endrocrinology and Reproduction. Philadelphia: Lea
and Febiger.

[6] Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

[7] Raugh, J. 1968. The Mouse its Reproduction and Development. United State of America:
Burgges Publishing Company

[8] Shannon, dkk. 2012. Mouse Estrous Cycle Identification Tool and Images. United States
of America: National Cancer Institute

[9] Zulfiati, Eva. 2003. Gambaran Sitologi Ulas Vagina Mencit (Mus musculus albinus)
selama Siklus Estrus dengan Tinjauan Khusus Pada Distribusi Leukosit. Bogor:
Institut Pertanian Bogor Fakultas Kedokteran Hewan.

Anda mungkin juga menyukai