Oleh:
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
: Wiwin Hadianti
: B1J014029
: VI
:1
: Indri Muhati
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mamalia mempunyai aktivitas seksual yang menyertai sepanjang
hidupnya. Aktivitas seksual tersebut selalu berubah-ubah, kadang tinggi
dan kadang rendah. Periode yang menunjukkan bahwa hewan betina sedang
mengalami aktivitas seksual tinggi yang ditunjukkan dengan tanda-tanda
seperti gelisah dan mau dekati oleh pejantannya. Kehadiran periode keinginan
seksual yang tinggi dikenal dengan istilah estrus, yang diwujudkan melalui
tingkah laku hewan tersebut. Dengan diperolehnya data melalui percobaan,
diketahui bahwa pada saat estrus terjadi perubahan-perubahan yang penting
dalam hewan tersebut, yang sangat erat kaitannya dengan saat ovulasi, yang
bisanya bersamaan dengan fase estrus (Gilbert, 1994).
Siklus estrus ini berbeda antara suatu spesies dengan spesies yang lain.
Setiap siklus estrus memiliki tipe sel yang berbeda. Perbedaan
dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui suatu fase estrus pada individu
betina. Periode antara satu fase estrus dengan fase estrus berikutnya disebut
siklus estrus. Satu siklus estrus terdapat empat fase yaitu proestrus, estrus,
metestrus/postestrus, dan diestrus. Masing-masing fase tersebut berkaitan dengan
perubahan aktivitas seksual dan struktur pada ovarium, uterus, dan vagina
(Jati, 2007).
Pengujian dengan Vaginal Smear untuk melihat perubahan fase saat
terjadinya proses perubahan siklus estrus. Vaginal Smear merupakan metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi fase siklus estrus yang sedang dialami
oleh individu betina. Vaginal Smear dilakukan dengan cara mengamati sel
penyusun vagina atau lapisan mukosanya dengan melalui pembuatan
sel
preparat
uji yang
8
minggu. Hewan yang akan diamati siklus estrusnya melalui pembuatan preparat
Vaginal Smear adalah yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil (Yatim,
1990).
Praktikum kali ini menggunakan mencit betina (Mus musculus) untuk
mewakili kelas mamalia, khususnya rodentia. Penggunaan mencit (Mus musculus)
sebagai preparat karena mudah didapat dan lebih efisien. Ukuran mencit (Mus
musculus) yang relatif kecil juga memudahkan saat diamati.
Siklus estrus yang terjadi pada mencit hanya lima hari. Siklus estrus pada
mamalia non primata dapat dipengaruhi oleh musim dan iklim. Sebagian besar
mamalia, yaitu mamalia non primata hanya akan berkopulasi selama periode
di sekitar masa ovulasi. Periode aktivitas seksual ini, yang disebut fase estrus,
yaitu satu-satunya waktu dimana perubahan vagina memungkinkan terjadinya
perkawinan (Campbell, 2004).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Vaginal Smear adalah mahasiswa dapat melakukan
prosedur pembuatan preparat apus vagina, dapat mengidentifikasi tipe-tipe sel
dalam preparat tersebut dan dapat menentukan fase estrus dari hewan uji.
II.
praktikum
mikroskop cahaya, gelas objek beserta penutupnya, cotton bud, tissue, dan pipet
tetes.
Bahan-bahan yang diperlukan pada praktikum Vaginal Smear adalah
Mencit betina (Mus musculus) matang kelamin dan tidak sedang hamil, larutan
NaCl 0,9% , larutan alkohol 70%, pewarna methylen blue 1% , dan akuades.
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
1. Mencit betina (Mus musculus) yang akan diperiksa dipegang dengan tangan
kanan, dengan cara melentangkannya di atas telapak tangan sementara tengkuk
dijepit dengan ibu jari dan telunjuk. Ekor dijepit di antara telapak tangan dan
jari kelingking.
2. Ujung cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% kemudian secara
perlahan dimasukan kedalam vagina mencit (Mus musculus) sedalam 5 mm
dan diputar searah secara perlahan-lahan dua hingga tiga kali.
3. Gelas objek dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikering udarakan. Ujung
cotton bud yang sudah dioleskan pada vagina tersebut dioleskan memanjang
dua atau tiga baris olesan dengan arah yang sama pada gelas objek.
4. Olesan vagina tersebut ditetesi dengan larutan methylen blue 1% sambil
sesekali dimiringkan agar pewarna merata pada permukaan ulasan dan
ditunggu selama 5 menit. Pewarna yang berlebihan dibersihkan dengan
membilas membilas gelas objek menggunakan akuades atau air mengalir
dengan debit air yang kecil kemudian ditutup dengan gelas penutup.
5. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah kemudian
pembesaran kuat. Perhatikan tipe dan proporsi sel dalam preparat Vaginal
Smear. Menggambar sel-sel yang ditemukan dalam sediaan tersebut dan
menentukan fasenya dalam siklus estrus.
III.
(A)
Keterangan :
(B)
B. Pembahasan
Hasil pengamatan yang didapat pada praktikum ini adalah fase estrus
akhir dengan perbesaran 40 x 10
dengan
metode
yang
digunakan untuk
sediaan
Vaginal Smear.
ditandai
oleh
ephitel
setelah ovulasi, atau pada betina yang dikastrasi, injeksi estrogen dihentikan,
maka akan tampak epitelium vagina dengan kornifikasi mulai berkurang
dan leukosit
dominan. Epitelium
vagina secara
tipe skuama berlapis tebal karena estrogen ke epitelium kuboid rendah tipis yang
menandakan fase anestrus dari siklus estrus (Helena et al , 2006).
Metode Vaginal Smear menggunakan sel epitel dan sel lukosit sebagai
bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina,
sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan
sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Sel leukosit
merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu. Sel leukosit di
vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak ovum. Sel
epitel berbentuk oval atau poligonal, sedangkan sel leukosit berbentuk bulat dan
berinti (Hill, 2006).
Teknik preparat Vaginal Smear ternyata paling bermanfaat, terutama pada
spesies yang memiliki siklus estrus pendek (mencit dan tikus), karena pada
spesies ini, histologi vagina dapat menunjukan kejadian-kejadian pada ovarium
paling tepat. Spesies dengan siklus yang lebih panjang, seperti pada wanita dan
pada semua hewan domestikasi, akan mengalami keterlambatan satu sampai
beberapa hari dari perubahan ovarium, sehingga preparat Vaginal Smear kurang
dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai indikator kejadian di ovarium.
Kecuali itu, betina dengan siklus panjang menunjukkan variasi individu yang
sangat nyata, dan hal ini juga yang mengakibatkan aplikasi teknik kurang tepat
dan kurang berguna. Tikus yang siklusnya berakhir sekitar empat hari,
perbandingan yang seksama telah dilakukan antara morfologi ovarium dengan
histologi vagina, dan siklus estrus telah dibagi ke dalam tahap-tahap siklus.
Hewan yang diamati silkus estrusnya adalah hewan yang berumur 8 minggu,
telah masak kelamin dan tidak dalam masa kehamilan (Nalbandov, 1990).
Reproduksi merupakan faktor penting dalam kehidupan. Reproduksi pada
mamalia erat kaitannya dengan siklus estrus. Hormon progesteron merupakan
salah satu hormon yang berperan penting dalam siklus estrus. Kadar progesteron
dan estradiol dalam tubuh dapat dijadikan parameter dalam penentuan fase pada
siklus estrus (Khanum et al, 2008). Siklus reproduksi yang biasa disebut siklus
estrus merupakan periode antara fase estrus ke fase estrus berikutnya. Siklus
estrus memiliki 4 tahap yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Tahap
proestrus merupakan tahapan awal dimana folikel tumbuh berkembang dengan
stimuli FSH dan menghasilkan hormon estrogen. Terdapat banyak sel epitel
berinti dan beberapa leukosit dan sel epitel terkornifikasi (Xiao et al, 2014).
IV.
DAFTAR REFERENSI
Achiraman, S. 2011. Biochemical Analysis of Female Mice Urine with Reference
to Endocrine Function: A Key Tool for Estrus Detection. Journal of
Endocrinology. Department of Zoology, 28 (8): 600-605.
Campbell, N. A. 2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid III. Erlangga, Jakarta.
Frisch, R.E., Hegstedt, D.M., Yoshinaga, K., 2000. Body weight and Food Intake
at Early Estrus of Rats on a High Fat Diet.Journal of Endocrinology. Proc.
Nat. Acad. Sci. USA.72 (10): 4172-4176.
Gilbert, S.F. 1994. Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc
Publisher, Massachusetts.
Helena et al. 2006. Changes in -estradiol Receptor and Progrsterone Reseptor
Expression in the Locus Coreleus and Preoptic Area though out the Rat
Estrous Cycle. Journal of Endocrinology, 18 (8): 155-165.
Hill, M. 2006. Estrous Cycle. The University of New South Wales, Sidney.
Jati, W. 2007. Aktif Biologi. Ganeca exact, Jakarta.
Marcondes, K.M., Miguel, K.J., Melo, L.L., Spadari, R.C., 2001. Estrous cycle
influences the response of female rats in the elevated plus-maze test.
Physiology & Behavior, 74 (2001): 435 440
Nalbandov, A. V. 1990. Reproductive Physiology of Mammals and Birds. W. H.
Freeman and Company, San Fransisco.
Ola S.I., Oyegbade M.O. 2008. The Influence Of Different Contact Levels With
Male On The Vaginal Cytology In Rabbits Under The Tropical Humid
Condition.
Rizar, Muhammad, Agung Pramana, Gatot Ciptadi. 2014. Siklus Estrus Induk
Kambing Peranakan Boer F1 Dengan Perlakuan Penyapihan Dini Pada
Masa Post Partum. Jurnal Biotropika, 2 (2).
Xiao L, Zhang C, Li X, Gong S, Hu R. 2014 Signaling Role of Prokineticin 2 on
the Estrous Cycle of Female Mice. PLoS ONE 9(3)
Yatim, W. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.