Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KUALITAS TANAH DAN AIR SUMUR DI WILAYAH TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH SUPIT URANG DESA MULYOREJO


KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

MAKALAH PROYEK
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Dasar Ilmu Lingkungan
yang dibina oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes
(Email: sueb.fmipa@um.ac.id)
Disajikan pada Jum’at 5 Mei 2017

Oleh Kelompok 18 Offering I 2016


1. Desi Yulia Safitri (160342606202)
2. Hana Veronica (160342606281)
3. Rias Aldila (160342606246)
(Email: desiyulias@yahoo.com)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
ANALISIS KUALITAS TANAH DAN AIR SUMUR DI WILAYAH TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH SUPIT URANG
Desi Yulia S., Hana Veronica., Rias Aldila., Dr. Sueb, M.Kes
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email: sueb.fmipa@um.ac.id & desiyulias@yahoo.com

ABSTRAK

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Supit Urang diduga berpotensi mencemari
tanah dan air di lingkungan sekitarnya. Pencemaran lingkungan di sekitar TPA terutama
berasal dari air lindi yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik di TPA. Air
lindi tersebut mengandung bahan-bahan yang beracun dan mempengahruhi pH air serta tanah
yang terdapat di bawah timbunan sampah tersebut maupun sekitarnya. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan kajian tentang kualitas tanah dan air di sekitar TPA. Sampel air diambil di saluran
air lindi, jaringan irigasi, dan di sumur, Sedangkan sampel tanah diambil di bawah timbunan
sampah serta tanah disekitar timbunan sampah. Baku mutu air menurut Direktorat
Penyelidikan Masalah Air dan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 digunakan untuk menilai
kualitas air di lokasi penelitian. Sedangkan baku mutu tanah menurut PP No.66 Tahun 2014
dan PERMENTAN No.07 Tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan pH air maupun tanah
memiliki nilai pH yang…., ini menandakan bahwa air dan tanah yang terdapat disekitar
tempat pembuangan akhir memiliki pH yang tergolong …. Kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan yaitu air dan tanah yang terdapat disekitar
wilayah tempat pembuangan akhir sampah Supit Urang
telah……………………………………………. . Pengolahan sampah serta menejemen
sampah yang baik akan dapat mengurangi pencemaran pada air dan juga tanah yang terdapat
di TPA maupun disekitarnya.
Kata kunci Air irigasi, air lindi, air sumur, kualitas air, kualitas tanah dan tempat
pembuangan akhir

ABSTRACT

Supit Urang landfill is suspected to potentially contaminate soil and water at nearby
environment around the landfill. The main source of contaminant is leachate that is produced
during organic matter decomposition in the landfill. The leachate may contain hazard
compounds so that a set of research was conducted to evaluate water and soil quality at
nearby environment around the landfill. Water samples were taken from leachate drains,
irrigation network, and some local wells, while soil samples were taken from under the pile
of garbage and around the pile of garbage. Water quality was evaluated using water quality
standard of the Directorate of Water Issues Investigation of Public Work, Regulation of
Health Ministry Number 492 year 2010 and Water Issues Investigation Directorate, Republic
of Indonesia; PP Number 82 of 2001. And soil quality evaluated using standart of Regulation
of Health Ministry Number 07 year 2006 and PP No.66 Tahun 2014. The results show that
the pH of water and soil has a high pH value, this indicates that the water and soil contained
around the landfill have a pH that is classified as base. The conclusion that can be taken from
the observations we have done that is water and soil that is around the area where Supit
Urang landfill has .................................................... . Waste processing and good waste
management will be able to reduce the contamination of water and also land in the landfill or
nearby.
Keywords Irrigation water, landfill, leachate, water quality, well water
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum kualitas tanah (soil quality) didefenisikan sebagai kapasitas tanah untuk
berfungsi dalam suatu ekosistem dalam hubungannya dengan daya dukungnya terhadap
tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan terjadinya pengaruh negatif terhadap
sumberdaya air dan udara (Karlen et al., 1997). Serta Salah satu permasalahan yang menjadi
sorotan banyak Negara yaitu tentang pencemaran lingkungan yang banyak terjadi diberbagai
Negara. Pencemaran sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti proses,
cara, perbuatan mencemari atau mencemarkan atau pengotoran. Sedangkan lingkungan
menurut KBBI memiliki arti kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Indonesia merupakan salah satu Negara
yang sudah banyak mengalami kerusakan. Sehingga mengakibatkan dampak yang tidak
diinginan oleh masyarakat, seperti keseimbangan ekosistem yang terganggu, penyakit yang
menular, bencana alam, dan lain-lain.

Pencemaran lingkungan yang banyak dialami berbagai Negara yaitu meningkatnya


volume sampah yang diiringi peningkatan jumlah peduduk yang sangat pesat yang
mengaibatkan sampah yang dihasilkan semakin meningkat dan menjadi masalah yang sangat
pelik untuk diselesaikan. Di Indonesia telah banyak tempat pembuangan akhir yang masih
kesuliatan dalam mengolah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat perharinya. Hal ini
diakibatkan pesatnya jumlah penduduk yang mengakibatkan semakin meningkatnya kenaikan
volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir setiap harinya. Taraf hidup
masyarakat dan perubahan perilaku masyarakatlah yang diduga menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume sampah yang dihasilkan setiap harinya.

Pencemaran yang diakibatkan oleh menumpuknya sampah bisa mempengaruhi kualitas


tanah dibawahnya serta juga berpengaruh terhadap kualitas air disekitar tempat yang menjadi
pembuangan akhir sampah. Kualitas tanah dan air disekitar tempat pembuangan akhir
tersebut akan menurun akibat dari polutan yang dihasilkan oleh sampah yang terus menerus
tertimbun diatas tanah, sehingga menyebabkan tanah tersebut kehilangan kesuburannya.
Sedangkan air yang terdapat disekiar tempat pembuangan akhir juga mengalami pencemaran
akibat dari polutan yang dihasilkan sampah yang telah tertimbun sejak lama, dan
menyebabkan air tersebut tidak layak konsumsi dan berpotensi menyebabkan penyakit bagi
masyarat sekitar TPA tersebut. Polutan tersebut dihasilkan oleh sampah yang menumpuk dan
menghasilkan air lindi yang banyak mengandung bahan berbahaya bagi manusia, air lindi
tersebut akan memberikan dampak yang tidak baik bagi air dan tanah dibawahnya. Pelindian
inilah yang dapat menyebabkan logam berat pindah dari lapisan perakaran ke lapisan tanah di
bawahnya sehingga tanah menjadi tercemar (Triastuti, 2013).Lindi yang dihasilkan dari
pembusukan sampah terdiri dari berbagai macam unsur kimia, salah satunya yaitu timbal.
Lindi yang banyak mengandung tibal akan terserap oleh tanah dibawahnya, hal ini
mengakibatkan kandungan timbal (Pb) didalam tanah menjadi sangat tinggi. Tanaman yang
terlalu banyak menyerap timbal (Pb) akan berdampak buruk bagi tanaman tersebut karena
akan mempengaruhi klorofil yang terdapat dalam tanaman tersebut.

Malang merupakan salah satu kota yang memiliki tempat pembuangan akhir sampah
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Tempat pembuangan akhir sampah
ini terletak di desa mulyorejo yang bernama tempat pembuangan akhir sampah Supit Urang
atau yang lebih dikenal dengan TPA Supit Urang. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kota Malang (2013), penduduk tetap kota Malang pada tahun 2013
berjumlah 867.832 jiwa dan penduduk pendatang kurang lebih 300.000 jiwa. Jumlah
penduduk yang sangat banyak tersebut mengakibatkan timbunan sampah pada tahun 2013
yang dihasilkan mencapai 464,74 ton per hari (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Malang, 2014).

Sampah yang dibuang pada TPA Supit Urang tersebut merupakan sampah organik yang
proses pembusukannya sangat cepat, sehingga menyebabkan terbentunya lindi dari proses
pembusukan tersebut. Lindi memiliki berbagai macam kandungan kimia salah satunya yaitu
timbal (Pb). Lindi yang mengandung timbale akan terserap tanah, menyebabkan tanah
dibawahnya memiliki kandungan timbal yang sangat tinggi. Timbale pada tanaman akan
memiliki pengaruh terhadap klorofilyang dikandung oleh tanaman tersebut. Sedangkan
konduktivitas lindi berbeda dengan kondiktivitas air tanah. Dari hasil penelitian para ahli,
konduktivitas lindi yang dihasilkan oleh pembusukan sampah tersebuta memiliki kendutivitas
yang lebih tinggi daripada kondukivitas air. Sehingga, nilai resistivitas polutan ini lebih
rendah dari pada air tanah. Menurut Loke dan Barker (1997) resistivitas air bersih (fresh)
adalah antara 10-100 Ώm.
Ditinjau dari hasil analisis pengujian laboratorium kimia Universitas Miyazaki – Jepang
pada tahun 2008 menunjukan bahwasanya salah satu sumur penduduk di kawasan TPA Supit
Urang memiliki kandungan unsur kimia dengan kadar yang cukup tinggi yaitu Mangan (Mn)
sebesar 12,154 mg/l (Pambudi, 2009). Jika air sumur tersebut dikonsumsi terus-menerus
maka akan berakibat fatal bagi masyarakat sekitar tempat pembuangan sampah Supit Urang
tersebut. Menurut penelitian yang telah dilakukan Madwiratna (2012), menyatakan bahwa
Rembesan polutan sampah terletak pada timur dan utara dari tempat pembuangan akhir.
Keberadaan polutan berada di bawah permukaan tanah dengan kedalaman berkisar 5-6 meter.
Hal tersebut membuat kami tertarik untuk menguji kualitas dari tanah maupun air yang
terdapat di sekitar tempat pembuangan akhir Supit Urang, Malang. Dikarenakan wilayah
tersebut merupakan empat yang digunakan untuk menampung sampah dari berbagai daerah
di kota Malang setiap hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kualitas tanah tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang, Malang?
2. Bagaimanakah kualitas air sumur di wilayah tempat pembuangan akhir Supit Urang,
Malang?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan kualitas tanah tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang, Malang
2. Menjelaskan kualitas air sumur di wilayah tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang,
Malang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kualitas tanah (revisi)


Kualitas tanah adalah gabungan komponen fisika, biologi dan kimia tanah serta
interaksinya (Mulyana:2009). Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis
indikator kualitas tanah. Indikator kualitas tanah dipilih dari sifat yang menunjukkan
kapasitas fungsi tanah. Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika,
kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah (SQI, 2001).

Kualitas tanah adalah gabungan komponen fisika, biologi dan kimia tanah serta
interaksinya. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator
kualitas tanah. Ciri tanah yang sehat adalah tanah mudah diolah, jeluk tanah cukup dalam,
unsur hara cukup tidak berlebihan, populasi hama dan penyakit tanaman kecil, drainase
sangat baik, populasi organisme tanah yang menguntungkan sangat banyak, gulma sangat
kecil, bebas bahan kimia dan toksin, tahan degradasi, lentur (resilience) ketika terjadi kondisi
yang buruk (Gugino dkk, 2007).

Pengukuran indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas
tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas
tanah. Penentuan kualitas tanah untuk mengevaluasi keberhasilan rehabilitasi lahan sangat
diperlukan, Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai kualitas tanah ada berbagai
penutupan lahan hasil rehabilitasi lahan untuk melihat perkembangan kegiatan tersebut dan
untuk memberi masukan untuk pengelolaan selanjutnya.

2.2 Kualitas air


Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan
kebutuhan tertentu bagi kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman, minuman
ternak, dan kebutuhan langsung untuk diminum, mandi, mencuci, dan sebagainya. Kualitas
air ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut di dalam
air tersebut (Arsyad:2000). Derajat Keasaman Air (pH), nilai pH menyatakan intensitas
keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya.
Nilai pH merupakan parameter penting dalam analisis kualitas air karena pengaruhnya
terhadap proses biologis dan kimia di dalamnya (Chapman, 2000). Suatu lingkungan perairan
dapat dikatakan baik jika memenuhi syarat untuk menjamin kehidupan dan mempunyai pH
netral yaitu berkisar 6.5-7.5 (Purwanti et al. 2005). Dalam beberapa kasus pH air yang jauh
dari netral. Diketahui dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, misalnya
penurunan kekerasan gigi akibat konsumsi minuman yang memiliki pH lebih kecil dari 7
(Prasetyo: 2004).

Alaerts dan Santika (1984) menyatakan bahwa bakteri yang sering digunakan sebagai
indikator untuk menilai kualitas perairan adalah bakteri koliform, fecal koliform, dan fecal
streptococcus. Bakteri koliform merupakan bakteri yang berasal dari tinja manusia, hewan
berdarah panas, hewan berdarah dingin, dan dari tanah. Bakteri koliform mudah dideteksi,
sehingga jika bakteri tersebut ditemui dalam sampel air berarti air tersebut tercemar oleh tinja
dan kemungkinan besar perairan tersebut mengandung bakteri patogen. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 tahun 2001, kadar maksimum total koliform yang diperbolehkan pada
perairan umum yang diperuntukkan untuk mengairi pertanaman dan peternakan sebesar
10.000 MPN/100ml.

2.3 Kondisi Tepat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Supit Urang


Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Supit Urang berada di desa Mulyorejo,
kecamatan Sukun, kota Malang. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah ini memiliki luas
memiliki luas lahan seluas 30 Ha pada tahun 2014. Kondisi tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah Supit Urang merupakan perbukitan dengan ketinggian sekitar 15 meter diatas
permukaan laut. Kondisi geologi di kawasan TPA Supit Urang terdiri dari kelompok batuan
andesit dan batuan sedimen serta memiliki bentuk lahan geologi alluvium (Purwandari,2015).
Serta terdapat tiga jenis tanah yang terdapat pada tempat pembungan akhir (TPA) sampah
Supit Urang, yaitu mediteran coklat kekuningan (inceptisol), andosol (andisol), dan litosol
(entisol).

Kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang ini memiliki tumpukan sampah
merupakan hal yang paling mendominasi. Dari hasil penelitian Pambudi (2009), Timbunan
sampah rata-rata ±700 m3/hari sampai dengan 800 m3/hari atau ±21.000 m3/bulan sampai
dengan ±24.000 m3/bulan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Pambudi, dapat diketahui
banyaknya sampah yang menumpuk pada tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang ini.
TPA Supit Urang ini merupakan satu-satunya TPA yang berada di Kota Malang, sehingga
semua sampah yang dihasilkan oleh penduduk Malang ditampung di TPA Supit Urang ini.
Timbunan sampah yang tidak segera diolah, akan terus-menerus melakukan pembusukan dan
akan semakin mencemari tanah dibawahnya serta sumber mata air terdekat, sehingga kedua
sumber daya alam ini akan kehilangan fungsi alaminya sebagai pendukung kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanah disekitar wilayah tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah supit urang akan semakin kehilangan kesuburannya akibat dari rembesan lindi
yang dihasilkan dari peroses pembusukan sampah yang tertimbun lama pada daerah tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah Supit Urang tersebut. Sumber mata air disekitar wilayah
tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang tersebut akan tercemar dengan lindi hasil dari
pembusukan sampah yang tertimbun lama, karena lindi hasil dari pembusukan sampah
tersebut dapat mengalir munuju sumber mata air terdekat dengan wilayah tempat
pembuangan akhir (TPA) Sumpit Urang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Hal ini digunakan untuk mengetahui kualitas
tanah dan air di sekitar TPA Supit Urang, sehingga kualitas ini dapat dijadikan patokan untuk
mengetahui besar pencemaran yang terjadi pada wilayah TPA maupun wilayah sekitarnya.
Pengambilan sampel tanah dan air dilakukan secara berurutan yang tersebar mulai dari loksai
TPA hingga daerah sekitar TPA.
Tabel 3.1 Jabaran Variabel
Cara/Alat
Skala Item
No Variabel Subvariabel Indikator Pengumpulan
Variabel Pernyataan
Data
1. a. Warna a. Warna air
Kualitas - Indera mata
b. pH b. pH air Interval -
Tanah - pH meter
c. Aroma c. Aroma
2. Kualitas Air a. Warna a. Warna air
- Indera mata
b. Ph b. pH air Interval -
- pH meter
c. Tekstur c. Tekstur

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada kawasan tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang dan
sekitarnya, di Desa Mulyorejo Kecamatan Sukun. Lokasi ini memiliki jarak ± 10.3 km dari
Kota Malang, lokasi ini meiliki luas area ± 30 Ha. Kawasan TPA Supit Urang ini pada bagian
timur bersebelahan dengan pemukiman warga dengan jarak ±700m, sebelah utara berbatasan
dengan sungai Sumber Songo dengan jarak ± 300m, sebelah selatan berbatasan dengan
sungai Gandulan dengan jarak ±200m, sebelah barat merupakan perbukitan dan lembah.

Topografi lokasi TPA Supit Urang berupa perbukitan dengan ketinggian 540 m di atas
permukaan air laut dengan beda ketinggian antara bagian atas dan bagian bawah sekitar
±15m. Kawasan TPA Supit Urang ini memiliki akses jalan dengan panjang sekitar 2 km dan
lebar ±4 m. Kawasan ini terdiri dari kelompok batuan andesit dan batuan sedimen serta
memiliki bentuk lahan geologi alluvium.

3.2 Populasi Sampel Dan Teknik Sampling


Populasi sampel yang digunakan sebagai tempat penelitian yaitu sampel tanah,
pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil dari tanah disekitar tempat yang
digunakan sebagai tempat menumpuk sampah atau lokasi TPA, lahan pertanian, dan tanah di
sekitar rumah penduduk yang paling dekat dengan TPA. Sedangkan pada sampel air,
pengambilan dilakukan dengan cara mengambil sampel pada sumur pantau yang terdapat
pada sekitar TPA Supit Urang, sumur pantau yang digunakan sebagai sampel yaitu sumur
pantau 1, sumur pantau 2, dan sumur pantau 3. Pada tiap pengambilan sampel dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali sehingga data nilai pH tanah dan air dapat diperoleh dengan
akurat.

Gambar 3.1. Lokasi penelitian


3.3 Alat dan Bahan
a. Untuk pengujian kualitas air
Alat yang digunakan untuk penganbilan sampel yaitu 3 botol Mineral ukuran 500 ml,
Stiker/Label, untuk memberi identitas pada masing-masing wadah sampel, Alat tulis
digunakan untuk mencatat hasil pengukuran lapangan, dan kamera digunakan untuk
mendokumentasikan proses pengambilan sampel, serta menggunakan alat pengukur pH air.

Bahan utama yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu sampel air sumur
pantau 1, air sumur pantau 2, dan air sumur pantau 3 yang terdapat disekitar kawasan tempat
pembuangan akhir (TPA) Supit Urang.

b. Untuk pengujian kualitas tanah


Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel terdiri dari sekop yang digunakan
untuk menggali tanah dan menggemburkan tanah, alat tulis digunakan untuk mencatat hasil
pengukuran, meteran digunakan untuk mengukur jarak antara tempat pengambilan sampel
dengan tempat penimbunan sampah, dan alat pH meter untuk tanah

Sampel yang digunakan yaitu tanah yang terdapat pada tepat yang digunakan untuk
menimbun sampah, tanah lahan pertanian dan tanah yang terdapat di pemukiman penduduk
yang terdekat dengan TPA Supit Urang.

3.4 Cara Pengumpulan Data


a. Untuk pengujian kualitas air

Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif dengan mengunakan


metodePurposive Sampling. Pada penelitian ini kami melakukan pengambilan air sumur yang
terdapat disekitar TPA Supit Urang yang digunkakan sebagai sampel dalam melakukan
pengujian pH air dari sumur yang terdapat diekitar TPA Supit Urang dengan menggunakan
bantuan alat pH meter untuk air langsung di lokasi penelitian. Sampel yang diambil
berjumlah 4 buah dari sumur yang berbeda serta dengan jarak yang berbeda pula.
b. Untuk pengujian kualitas tanah

Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif dan menggunakan purpose


sampling. Pada penelitian yang kami lakukan kami mengambil 4 buah sampel tanah yang
akan kami gunakan dalam pengujian pH tanah, pengambilan sampel dilakukan dengan cara
mengambil tanah dengan variasi jarak antara tempat sampel dengan tempat penimbunan
sampah, kami melakukan uji pH tanah pada tanah disekitar wilayah tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah Supit Urang dengan berberapa variasi jarak dengan tempat penimbunan
sampah yang terdapat pada TPA ini dengan menggunakan alat pH meter untuk tanah.

3.5 Analisis data

Analisis data dilakukan secara deskriptif. Kemudian, hasil analisis kualitas air dan tanah
dicocokkan dengan standar baku mutu air yang telah ditetapkan oleh Direktorat Penyelidikan
Masalah Air dan Peratuaran Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sedangkan hasil analisis kualitas tanah dicocokan
dengan standar baku yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2014 dan
Peraturan Mentri Kehutanan No.07 Tahun 2006. Dari peraturan dan ketetapan yang telah
ditentukan ini menjadi dasar dan patokan kami dalam menganalisis hasil pengamatana yang
kami peroleh.

Hasil analisis kualitas air lindi dicocokkan dengan baku mutu air limbah menurut
Direktorat Penyelidikan Masalah Air. Standar baku mutu air limbah disajikan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Baku mutu air limbah berdasarkan Direktorat Penyelidikan Masalah Air

Mutu Air
Parameter
I (Baik) II (Sedang) III (Kurang) IV (Kurang Sekali)

Temperatur (oC) 45 45 45 45
pH 6-9 5-9 4.5-9.5 4.0-10
TSS (mg/L) 100 200 400 500
Nitrat (sbg N) (mg/L) 10 20 30 50
Logam Pb (mg/L) 0.1 0.5 1 5
Pada tabel 3.1 dapat diketahui ambang batas temperature, pH, TSS, Nitrat, dan Logam
Pb yang diperbolehkan terdapat pada air limbah menurut Direktorat Penyelidikan Masalah
Air. Pada percobaan yang kami lakukan, kami mencocokan hasil penelitian yang kami
lakukan hanya dengan ambang batas pH yang telah ditetapkan oleh Direktorat Penyelidikan
Masalah Air.

Hasil analisis kualitas air sumur juga dicocokkan dengan kriteria mutu air minum
yang tertuang dalam Peratuaran Kementrian Kesehatan Republik Indonesia No. 492 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Disajikan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Kriteria mutu air minum berdasarkan PERMENKES RI No. 492 Tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

No Parameter Satuan Kriteria

1 Temperatur 0C temperatur udara ±3


2 pH - 6.5-8.5
3 TSS mg/L -
4 Nitrat (sbg N) mg/L 10
5 Logam Pb mg/L 0.01

Pada tabel 3.2 dapat diketahui ambang batas temperature, pH, TSS, Nitrat, dan Logam
Pb yang diperbolehkan terdapat pada air minum menurut Peraturan Mentri Kesehatan
Republic Indonesia No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pada
percobaan yang kami lakukan, kami mencocokan hasil penelitian yang kami lakukan hanya
dengan ambang batas pH yang telah ditetapkan oleh Peraturan Mentri Kesehatan Republic
Indonesia No. 492 Tahun 2010.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Supit Urang berada di desa Mulyorejo,
kecamatan Sukun, kota Malang. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah ini memiliki
luas memiliki luas lahan seluas 30 Ha pada tahun 2014. Kondisi tempat pembuangan
akhir (TPA) sampah Supit Urang merupakan perbukitan dengan ketinggian sekitar 15
meter diatas permukaan laut. Kondisi geologi di kawasan TPA Supit Urang terdiri dari
kelompok batuan andesit dan batuan sedimen serta memiliki bentuk lahan geologi
alluvium (Purwandari,2015). Serta terdapat tiga jenis tanah yang terdapat pada tempat
pembungan akhir (TPA) sampah Supit Urang, yaitu mediteran coklat kekuningan
(inceptisol), andosol (andisol), dan litosol (entisol).
Kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang ini memiliki tumpukan sampah
merupakan hal yang paling mendominasi. Pada tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
Supit Urang, terdapat penimbunan sampah yang sangat banyak dan terjadi mebusukan
pada sampah-sampah yang tertimbun lama. Pembusukan tersebut menghasilkan polutan
yang dapat merembes ke lapisan tanah dibawahnya serta dapat pula mencemari air tanah
dibawahnya, lapisan tanah yang telah dirembesi polutan akan kehilangan kesuburan serta
akan mengandung banyak logam berat hasil dari pembusukan sampah tadi yang biasa
disebut dengan polutan atau lindi. Lapisan tanah yang mengandung lindi dari hasil
pembusukan tanah tersebut akan kehilangan fungsi aslinya yaitu sebagai tempat
tumbuhnya tanaman karena tanah tersebut telah berubah fungsi menjadi tempat
penampungan sampah secara besar-besaran. Tidak hanya mencemari tanah dibawahnya,
lindi hasil dari pembusukan sampah ini juga bisa mengalir menuju sumber air terdekat
yang biasa digunakan warga untuk keperluan sehari-hari. Lindi hasil pembusukan sampah
ini bisa bercampur dengan sumber mata air terdekat dan mencemari dengan logam-logam
berat yang dikandung oleh lindi tersebut, jika sumber mata air ini digunakan oleh
masyarakat sekitar maka akan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat
sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Supit Urang tersebut. Selain dapat
mencemari sumber mata air terdekat, lindi hasil pembusukan juga dapat mencemari air
yang berada di dalam tanah. Lindi yang telah mencemari tanah kemudian akan terus
merembes hingga mencapai air tanah sehingga air tersebut juga tercemar oleh lindi hasil
pembusukan sampah sehingga air tanah ini tidak layak konsumsi dan kehilangan fungsi
alaminya sebagai penunjang kehidupan masyarakat.
Dari hasil penelitian Pambudi (2009), Timbunan sampah rata-rata ±700 m3/hari
sampai dengan 800 m3/hari atau ±21.000 m3/bulan sampai dengan ±24.000 m3/bulan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Pambudi, dapat diketahui banyaknya sampah yang
menumpuk pada tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang ini. TPA Supit Urang ini
merupakan satu-satunya TPA yang berada di Kota Malang, sehingga semua sampah yang
dihasilkan oleh penduduk Malang ditampung di TPA Supit Urang ini. Timbunan sampah
yang tidak segera diolah, akan terus-menerus melakukan pembusukan dan akan semakin
mencemari tanah dibawahnya serta sumber mata air terdekat, sehingga kedua sumber
daya alam ini akan kehilangan fungsi alaminya sebagai pendukung kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Tanah disekitar wilayah tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah supit urang akan semakin kehilangan kesuburannya akibat dari rembesan lindi
yang dihasilkan dari peroses pembusukan sampah yang tertimbun lama pada daerah
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Supit Urang tersebut. Sumber mata air disekitar
wilayah tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang tersebut akan tercemar dengan
lindi hasil dari pembusukan sampah yang tertimbun lama, karena lindi hasil dari
pembusukan sampah tersebut dapat mengalir munuju sumber mata air terdekat dengan
wilayah tempat pembuangan akhir (TPA) Sumpit Urang.

4.1.1 pH Air di Sekitar TPA Supit Urang Kota Malang


Tabel 4.1 Rerata pH Air di Sekitar TPA Supit Urang Malang

Nama Lokasi Direktorat PERMENKES


Jenis
Penyelidikan RI No. 492
Pengujian Sumur Sumur Sumur
Masalah Air Tahun 2010
Pantau 1 Pantau 2 Pantau 3
X bar ± SD 6,03 6,363 6,243 6-9 6.5-8.5
Bening
Bening
Warna Air Bening Agak - -
Keruh
Keruh
Tidak Tidak Tidak
Aroma Air - -
Berbau Berbau Berbau

Pada table 4.1 dapat diketahui pH air yang terdapat disekitar wilayah TPA khususnya
pada sumur pantau yang terdapat pada wilayah TPA Supit Urang. TPA Supit Urang memiliki
3 titik yang dijadikan sebagai tempat sumur pantau, sumur pantau 1 memiliki kedalaman
sekitar ± 58 meter dengan air yang berwarna bening serta memiliki pH rata-rata sebesar 6,03
sesuai dengan pH yang telah ditetapkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Air yang
menetapkan pH air yang baik yaitu sebesar 6-9, hal ini juga didukung dengan ketentuan
Peratuaran Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Pada Tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum yang menetapkan air yang dapat dijadikan air minum yaitu air
yang memiliki pH 6,5-8,5, sehingga hal ini dapat dijadikan dasar bahwa air sumur pantau 1
memiliki kualitas yang baik dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta air pada
sumur pantau 1 tidak berbau. Pada sumur pantau 2 yang memiliki kedalaman ± 38 meter, dan
warna yang dimiliki oleh air didalamnya yaitu bening keruh serta memiliki pH air rata-rata
sebesar 6,363 sama halnya dengan sumur pantau 1 , pada sumur pantau 2 juga sesuai dengan
nilai pH yang telah ditetapkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Air yang menetapkan
pH air yang baik yaitu sebesar 6-9, hal ini juga didukung dengan ketentuan Peratuaran Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Pada Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum yang menetapkan air yang dapat dijadikan air minum yaitu air yang memiliki pH 6,5-
8,5, sehingga hal ini dapat dijadikan dasar bahwa air sumur pantau 2 memiliki kualitas yang
baik dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari meskipun memiliki warna yang
sedikit keruh, air pada sumr pantau 2 tidak berbau. Pada sumur pantau 3 memiliki kedalaman
yang sama dengan sumur pantau 2 yaitu ± 38 meter dengan warna air yang bening keruh serta
memiliki nilai pH rata-rata sebesar 6,243, nilai pH sumur pantau 3 masih dalam batas ambang
yang diperbolehkan oleh ketentuan Peratuaran Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492 Pada Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang menetapkan air yang
dapat dijadikan air minum yaitu air yang memiliki pH 6,5-8,5 serta tergolong memiliki
kualitas yang baik menurut Direktorat Penyelidikan Masalah Air karena nilai pH air sumur
pantau tidak melibihi batas yang telah ditentukan yaitu sebesar 6-9, air pada sumur pantau 3
juga sama seperti air sumur pantau 1 dan sumur panatu 2 yaitu tidak berbau.
4.1.2 pH Tanah di Sekitar TPA Supit Urang Kota Malang
Tabel 4.2 Rerata pH Tanah di Sekitar TPA Supit Urang Malang

Nama Lokasi PERMENTAN


Jenis PP No.66
No.07 Tahun
Pengujian TPA Supit Lahan Pemukiman Tahun 2014
2006
Urang Pertanian Penduduk

X bar ± SD 5,67 5,9 5,733

Warna Coklat Terang Coklat


Coklat - -
Tanah Kehitaman Gelap
Tekstur
Keras Gembur Agak keras - -
Tanah
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pH tanah TPA Supit Urang memiliki nilai pH
tanah yang berada pada wilayah sekitar TPA Supit Urang. Pada tanah yang digunakan
sebagai tempat menimbun sampah dapat diketahui bahwa memiliki pH rata-rata sebesar 5,67
dengan warna tanah yang coklat terang dengan lapisan bagian bawah yang berwarna hitam
ketika digali, selain memiliki warna coklat terang dengan lapisan bawah yang hitam tekstur
tanah yang digunakan sebagai tempat menimbun tanah memiliki tekstur yang keras ketika
digali………………………………………………………………………………………… .
Pada pengamatan pH tanah di wilayah lahan pertanian terdekat dengan TPA Supit Urang
memiliki pH rata-rata sebesar 5,9 dengan warna tanah coklat gelap serta memiliki tekstur
yang gembur dan mudah untuk digali, ………………………………………………………..
Pada pengamatan pH tanah yang dekat dengan pemukiman penduduk memiliki rata-rata pH
tanah sebesar 5,733 dengan warna tanah coklat muda serta memiliki tekstur yang agak keras,
…………………………………………………………………….

Pembahasan yaitu membandingkan hasil penelitian dengan penelitian di tempat lain


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat persamaan hasil dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh ……………….. pada tahun………….
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Membuang sampah pada tempatnya tentu akan memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi lingkungan, selain terjaganya keindahan lingkungan karena tidak adanya sampah, hal ini
juga mempermudah pihak yang mengelola sampah, kerena mempermudah proses
pengambilan dan pengolahan sampah. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa membuang
sampah pada tempat seharusnya juga menjadi faktor penentu tercemar tidaknya lingkungan
tanah dan air di sekitar warga.
Menejemen pengelolaan sampah juga harus tingkatkan agar sampah-sampah yang
terimbun lama bisa segera diproses sehingga tidak menghasilkan dampak yang tidak baik
terhadap lingkungannya
DAFTAR RUJUKAN

Alaerts, G. dan S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. Hal.
309
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID) : IPB Pr.
Chapman D. 2000. Water Quality Assesment. London Edition 1.2, Cornell University,
Geneva, N.Y 59 pp.
Gugino, B.K., Idowu, O.J.,Schindelbeck, R.R., van Es, H.M., Wolfe, D.W., Thies, J.E.
Karlen, D.L, et all. 1997, Soil Quality: A Concept, Definition, and Framework for
Evaluation.Published in Soil Sci. Soc. Am. 61: halaman 4-10.
www.naldc.nal.usda.gov, diunduh 24 Maret 2017
Loke MH, Barker RD, 1996. Practical techniques for 3D resistivity surveys and data
inversion. Jurnal Geophy. Prosp., 44: halaman 499-524.
www.onlinelibrary.wiley.com, diunduh 28 Februari 2017
Madwiratna, Meidanta, 2012.Penerapan Metode Geolistrik Untuk Mengetahui Rembesan
Polutan Sampah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Desa
Mulyorejo Kota Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.
Pambudi, 2009. Studi Dampak Lingkungan TPA Supit Urang Kota Malang. Skripsi tidak
dipublikasikan. Malang: Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya.
Prasetyo EA. 2004. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan permukaan gigi
[artikel penelitian]. Surabaya (ID) : Universitas Airlangga
Puji Lestari, Ani. et all. 2014. Program Inovasi Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. Jurnal
Administrasi Publik (JAP), 2(3): halaman571-577. www.download.portalgaruda.org,
diunduh 28 Februari 2017
Purwandari,Endah Rusiana, 2014. Studi Kualitas Airtanah Dangkal Kawasan Tpa Supit
Urang Kota Malang. Jurnal Ilmiah Konservasi Sumber Daya Air, 2(1) : halaman 1-
5. www.pengairan.ub.ac.id, diunduh 10 Februari 2017
Purwanti AA, Sunarto, Setyaningsih R. 2005. Kualitas air tanah di sekitar aliran Sungai Pepe,
Surakarta. BioSmart [internet]. [diunduh 2016 Mar 04];7(1):66-71. Tersedia pada :
http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/689/Kualitas-air-tanah-di-sekitar-aliran-sungai-
Pepe-Surakarta
Soil Quality Institute. Natural Resources Conservation Services. USDA.
SQI, 2001. Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning.
Triastuti, Y. 2013. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg2+) Menggunakan Tanaman
Akar Wangi (Vetiverzizanioides) Pada Lahan Eks-TPA Keputih, Surabaya.
Wahab, Solichin Abdul. 2008, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang, Universitas
Muhammadiyah Malang.
[KEMENKES RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta (ID): Kemenkes
LAMPIRAN 1

Data Mentah pH Tanah dan pH Air di Sekitar TPA Supit Urang Kota
Malang Tahun 2017

a. Data Mentah pH Tanah


Nama Lokasi
Jenis Pengujian
Lahan Pemukiman
TPA Supit Urang
Pertanian Penduduk
6,5 6 5
Nilai pH Tanah 5,25 5,95 5,3
5,25 5,75 6,9
Rata-rata pH
5,67 5,9 5,733
Tanah
Coklat Terang
Warna Tanah Coklat Gelap Coklat
Kehitaman
Tekstur Tanah Keras Gembur Agak keras

b. Data Mentah pH Air


Nama Lokasi
Jenis Pengujian
Sumur Sumur
Sumur Pantau 1
Pantau 2 Pantau 3
6,03 6,43 6,21
Nilai pH Air 6,03 6,33 6,27
6,03 6,33 6,25
Rata-rata pH Air 6,03 6,363 6,243
Bening Agak
Warna Air Bening Bening Keruh
Keruh
Aroma Air Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau
LAMPIRAN 2

Proses Permohonan Surat Observasi

Gambar 1. Tampak depan Badan


Kesatuan Bangsa dan Politik

Gambar 2. Proses pengambilan


surat Rekomendasi
Observasi di Dinas
Lingkungan Hidup

Gambar 3. Surat Rekomendasi Observasi dari Bdan


Kesatuan Bangsa Dan Politik
LAMPIRAN 3

Proses Pengambilan Data

Gambar 1. Proses pengambilan sampel


air sumur pantau 2

Gambar 2. Proses pengukuran pH air


Gambar 1. Proses pengukuran jarak pengambilan sampel pH tanah pada
lahan pertanian

Gambar 2. Proses pengukuran pH tanah pada lahan pertanian


Gambar 2.Proses penggalian tanah ketika akan
mengukur pH tanah pada lahan TPA

Gambar 1. Proses pengukuran jarak pada


pengambilan sampel pH tanah
di TPA

Gambar 3. Pengukuran pH tanah pada lahan TPA

Anda mungkin juga menyukai