Anda di halaman 1dari 4

1.

POTENSI PENCEMARAN AIR TANAH

DAERAH SIDENRENG RAPPANG, SULAWESI SELATAN

ALFIAN MUH. RIDOH

D111 20 1063

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2022
Kabupaten Sidenreng Rappang terletak antara 3 043’– 4 009’ Lintang Selatan
dan 119041’-1200 10’ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan
Kabupaten Pinrang di sebelah Utara dan Kabupaten Luwu dan Kabupaten Wajo di
sebelah Timur. Batas sebelah Barat adalah Kabupaten Sidenreng Rappang dan
Kabupaten Pinrang, sementara sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru
dan Kabupaten Soppeng. Luas wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang tercatat
1.883,25 Km2 dari total Wilayah Sulawesi Selatan 46.083,94 Km2 . Administrasi
Kabupaten Sidenreng Rappang meliputi 11 kecamatan yang terbagi dalam 106
Desa/Kelurahan dengan jarak 183 Km dari ibu Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan.
Kecamatan Pitu Riase merupakan kecamatan terluas dengan luas 84.477 Km2 dari
seluruh wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang. Pada tahun 2010 jumlah penduduk
Kabupaten Sidenreng Rappang 271.911 jiwa, lalu tahun 2017 meningkat menjadi
296.125 jiwa.
Sumberdaya air di Kabupaten Sidrap secara konvensional dapat dikelompokkan
sebagai air permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan di wilayah Kabupaten
Sidrap bersumber dari air permukaan. Sumber air tanah umumnya berasal dari air
tanah dangkal dengan kedalaman antara 5-10 meter, atau sumur dalam hasil
pengeboran dengan kedalaman antara 20-25 meter. Di Kabupaten Sidenreng Rappang
terdapat tujuh (7) Station Penakar Hujan (SPH) untuk menakar curah hujan antara lain
di Tanru Tedong, Rappang, Amparita, Bilokka, Baranti, Lawawoi, Pangkajene BPP
Sereang. Penyebaran curah hujan yang berbeda menyebabkan pola penyebaran tipe
iklim yang berbeda pula. Pada daerah yang mempunyai iklim C, rata-rata curah hujan
setiap tahun lebih dari 2.500 mm dan hari hujan bulanan lebih dari 10 hari. Dengan
demikian jumlah curah hujan yang tertinggi dalam waktu yang cukup lama. Curah
hujan tertinggi dijumpai pada bulan Desember, Januari, Februari dan kemudian
menurun mencapai nilai minimum sekitar bulan Agustus dan September.
Berdasarkan Peta Tinjauan tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian
Bogor Tahun 1966, maka jenis tanah yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang
terdiri dari alluvial, regosol, grumusol, mediteran dan Podsolit. Jenis tanah Alluvial
meliputi 21,08 % dari luas wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang yang paling luas
terdapat pada Kecamatan Pitu Riawa yaitu 12.110 Ha dan yang paling sempit pada
Kecamatan Panca Rijang yaitu 228 Ha. Bahkan ada 2 (dua) Kecamatan yang tidak
terdapat jenis tanah ini yaitu Kecamatan Kulo dan Watang Pulu. Fisik tanah ini berupa
dataran dan merupakan endapan tanah liat bercampur pasir halus hitam kelabu
dengan daya penahan air cukup baik dan tersedia cukup mineral yang berguna bagi
tumbuh-tumbuhan. Jenis tanah alluvial terdiri dari alluvial Hidromorf daerah kering,
alluvial Hidromorf, alluvial kelabu tua, alluvial cokelat kekelabuan.
Pencemaran merupakan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tersebut tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya (PP No.82, tahun 2001). Menurut Odum (1996),
pencemaran adalah perubahan-perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi yang tidak
dikehendaki pada udara, tanah, dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan
bahaya bagi kehidupan manusia atau spesies-spesies yang berguna, proses-proses
industri, tempat tinggal dan peninggalanpeninggalan kebudayaan atau dapat merusak
sumber bahan mentah. Pencemaran air tanah merupakan sebuah kondisi yang mana
tanah sebagai tempat berkumpulnya air tercemar oleh polutan (zat pencemar)
sehingga air yang berada di dalamnya juga ikut tercemar.
Pencemaran air tanah pada kabupaten Sidenreng rappang disebabkan
berbagai faktor, terutama karena aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.
Aktivitas masyarakat sekita sangat berpengaruh terhadap kualitas air tanah yang
tersedia didaerah ini. Adapun pencemaran air tanah yang terjadi didaerah sidenreng
rappang disebabkan oleh berbagai faktor yaitu sebagai berikut:
1. Pencemaran airtanah akibat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
SPBU ini sangat berpotensi menyebabkan pencemaran terlebih lagi letaknya
yang terletak dengan aliran sungai yang dapat dengan mudah menyebar
mempengaruhi air tanah yang lain. Beberapa kejadian pencemaran hidrokarbon
dari SPBU adalah kebocoran tangki timbun dan sistem perpipaan, pengisian
tangki timbun yang terlalu penuh dan ceceran saat pengisian bahan bakar.
Tumpahan dari kecelakaan kendaraan bermotor dan keluaran dari sumber lain
pencemaran hidrokarbon pada airtanah dan air permukaan.
2. Pencemaran Air Tanah akibat aktivitas pertanian
Aktivitas pertanian merupakan salah satu potensi terjadinya pencemaran air
tanah yang ada di daerah sidenreng rappang. Hal ini disebabkan karena
penggunaan pupuk, dan pestisida yang merupakan bahan kimia yang dapat
mencemari wilayah air tanah yang terdapat pada daerah tersebut. bahan kimia
akan masuk kedalam air tanah dan tercampur dengan air tanah sehingga
menyebabkan pencemaran air tanah.
3. Kebiasaan membuang limbah ke aliran sungai
Jaringan irigasi di Kabupaten Sidenreng Rappang melayani areal sawah seluas
48.710 hektar yang tersebar pada 11 wilayah kecamatan dan 101 Daerah
Irigasi. Aktivitas masyarakat yang menyimpang dengan membuang limbah ke
sungai sangat menjadi potensi pencemaran air tanah didaerah sidenreng
rappang. Limbah-limbah yang dibuang ini seperti limbah sampah anorganik ini
bisa berwujud sampah plastik, kaleng dan sterofoam yang menumpuk pada
aliran sungai dan berfiltrasi kedalam tanah akan membawa serta zat- zat
pencemar yang berasal dari sampah organik dan pada akhirnya menyebabkan
pencemaran air tanah. selain sampah anorganik ada juga sampah organik
meskipun sampah ini dapat terurai tetapi sampah yang terurai dialiran air
sungai menyebabkan terbentuknya berbagai bakteri kotor pada air dan
menyebabkan bau tidak sedap dan menurunkan kualitas air tanah dan air aliran
sungai tersebut. Terakhir adanya buangan limbah rumah tangga pada aliran
sungai limbah ini berupa minyak jelantah, air cucian, air sabun yang sangat
mempengaruhi penurunan kualitas air tanah yang tercampur dengan limbah-
limbah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai