Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK PENCEMARAN AIR TERHADAP LINGKUNGAN

Lingkungan hidup merupakan hak asasi manusia yang harus dijaga dan dilestarikan,
serta merupakan salah satu komponen kesejahteraan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan pada Pasal 28 H Ayat (1)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan.” Negara harus menjamin dan
memenuhi hak asasi ini bagi setiap individu. Tentunya karena setiap orang berhak atas timbal
balik, maka mewajibkan setiap orang untuk menghormati hak orang lain atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat.
Berdasarkan penelitian pada jurnal yang kami temukan, salah satu pabrik yang
memberikan kerugian atas pencemaran air salah satunya ialah Pabrik Kertas Pino Deli
yang terjadi pada tahun 1978-1980. Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran atas pabrik
tersebut ialah aliran sungai Citarum sempat berbau lem, yang menganggu aktivitas
warga di Desa poponcol, tidak hanya air yang menjadi objek tercemar pada saat itu
udara ikut menjadi salah satu objek yang tercemar. Di Sungai Citarum sendiri, kuantitas dan
kualitas airnya bahkan menurun hingga sangat memprihatinkan. Sebaliknya, penurunan
kuantitas disebabkan oleh perubahan fungsi daerah tangkapan air, sehingga air tidak meresap
ke dalam tanah pada musim hujan, tetapi langsung masuk ke selokan atau sungai sehingga
menyebabkan banjir dan masuk ke badan air di daerah aliran sungai. musim kemarau.
Ketersediaan air menurun karena persediaan dan sumber air juga berkurang. Berdasarkan
survei lapangan, ditemukan banyak pemukiman penduduk yang terletak di sekitar Sungai
Citarum di desa Poponcol di bantaran sungai. Hal ini pun tidak sesuai dengan ketentuan
penataan ruang yang ada yaitu peraturan Mentri Pekerjaan Umum/ Per.Men.PU Nomor
63/PRT/1993 tentang garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, daerah Penguasaan
Sungai dan Bekas Sungai” Masyarakat stempat relatif kurang disipilin dalam memenuhi atau
mematuhi peraturan ini, hal ini dapat berdampak antara lain:
1. Ambrolnya bangunan DAM atau bendungan.
2. Longsornya tanah di bantaran sungai
3. Hanyutnya rumah-rumah dibantaran sungai
4. Rusaknya tanggul sepanajang sisi kan dan sisi kiri sungaie.Amblesnya tiang
penyangga jembatan
Pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan hidup dilakukan dengan didasarkan
pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup
inventarisasi lingkungan hidup, penerapan wilayah ekoregian, dan RPPLH (rencana
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup) yang perlu diatur lebih lanjut di dalam
peraturan pemerintah (PP) dan peraturan daerah (perda) untuk menjamin efektifitas
implementasinya. Dalam menyoroti pengendalian dampak lingkungan hidup perlu diamati
beberapa hal : Pertama adalah penetapan ecoregion yang dasar pemikirannya menganggap
dalam lingkungan hidup tidak mengenal sebatas administratif. Lingkungan hidup mempunyai
peta wilayah yang berbeda, berdasarkan kesamaan karekteristik bentang alam, daerah aliran
sungai, iklim, flora dan fauna, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat, dan
infentarisasi lingkungan hidup (Pasal 7 Ayat 2). Wilayah ekoregion ini mempunyai posisi
strategi karena seluruh pengendalian dampak lingkungan hidup, termasuk izin lingkungan
yang di keluarkan oleh pejabat berwenang dibidang lingkungan hidup, akan di dasarkan pada
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup disebuah wilayah ekoregion sejalan
dengan infentarisasi lingkungan hidup diwilayah ekoregion tersebut14 Kedua, pengendalian
dampak lingkungan hidup mencakup tiga aspek penting, yaitu pencegahan, penanggulangan
dan pemulihan (pasal 13). Diantara ketiga aspek pengendalian ini, pencegahan dampak
lingkungan hidup mendapat porsi pengaturan yang paling banyak. Ada banyak sekali
instrumen pencegahan yang di akomodasi dan di atur dalam undang – undang Pencemaran
limbah tahu merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup dan dapat
menyebabkan penyakit kepada umat manusia. Para industri tahu selalu melakukan apapun
untuk mendapatkan keuntungan yang besar untuk kepentingan diri mereka sendiri, pabrik
tahu di Indonesia cukup banyak. Tahu merupakan makanan ringan dan mudah untuk
didapatkan yang mengadung banyak nutrisi seperti, protein, lemak,karbohidrat, dll, yang
bagus untuk kesehatan manusia, namun mempunyai dampak buruk jikalau kita tidak
mengelolahnya dengan baik dan benar.
Jika menyangkut pencemaran air atau pencemaran badan air, hal itu dapat berdampak
negatif tidak hanya pada manusia tetapi juga pada lingkungan. Pencemaran air memiliki
berbagai efek, termasuk penyakit manusia, hewan dan tumbuhan, kerusakan ekosistem,
eutrofikasi dan gangguan rantai makanan. Jika pencemaran air ini terus berlanjut dan
dibiarkan begitu saja, maka akan menimbulkan dampak yang sangat mengerikan bahkan bisa
berakibat fatal. Salah satu sumber air yang paling tercemar saat ini adalah sungai. Sebagian
besar sungai di Indonesia tidak sehat, padahal peran sungai bagi masyarakat sangat besar.
Tidak hanya itu, fungsi sungai sangat penting bagi ekosistem sungai. Definisi yang tepat dari
pencemaran air dibagi menjadi dua kelompok, yaitu menurut masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, energi, zat atau komponen lain yang dapat menyebabkan kelebihan bahan
baku kualitas yang ditentukan. Pencemaran sungai disebabkan oleh dua sumber pertama,
yaitu sumber khusus. Contoh sumber spesifik ini berasal dari kegiatan industri serta limbah
rumah tangga terpadu. Sumber lain adalah sumber yang tidak ditentukan dimana sumber ini
berasal dari pemukiman, transportasi, dan kegiatan pertanian. Pencemaran air juga dapat
terjadi secara biologi, kimia, dan fisika. Pencemaran kimia sendiri dapat dibagi menjadi dua
bidang, yaitu kimia organik dan kimia anorganik. Pencemaran ketiga faktor tersebut apabila
melebihi baku mutu akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan perairan dan manusia
apabila digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun selain itu, efek pencemaran limbah
domestic terhadap air dapat menyebabkan gangguan organisme air melalui kekurangan
oksigen, ledakan pertumbuhan populasi ganggang dan tanaman air, pendangkalan dasar air,
kepunahan organisme air, banjir dan perkembangbiakan air, wabah penyakit.
Daya serap lingkungan negara berpenduduk padat akan sangat rendah hal ini
merupakan dampak dari pencemaran air. Selain itu, dampak dari pencemaran air ini dapat
menyebabkan tanah menjadi tercemar. Di Pakistan, kualitas air yang buruk merupakan salah
satu masalah utama terkait lingkungan dan kesehatan. Baik air permukaan maupun air tanah
di negara tersebut tercemar oleh mikroorganisme dan berbagai senyawa beracun. Tinjauan
lebih dari 7.000 sampel air yang ditinjau di sini mengungkapkan bahwa rata-rata lebih dari
71% dan 58% sampel di negara tersebut masing-masing sangat terkontaminasi dengan total
coliform dan fecal coliform. Dua danau paling tercemar di Sri Lanka adalah Danau Beira dan
Danau Kandy. Danau-danau ini sangat tercemar dengan wabah ganggang yang timbul dari
eutrofikasi, peningkatan kandungan organik dalam badan air menghabiskan oksigen dan
memengaruhi populasi ikan. Selain itu, meningkatnya jumlah pembuangan sampah juga
merusak lingkungan karena kurangnya infrastruktur untuk pengumpulan sampah. Semua
sampah beracun ini kemudian dialirkan ke selokan, yang kemudian menyebabkan
pencemaran badan air yang dilaluinya. Ini berkontribusi pada banyak masalah kesehatan dan
pencemaran atmosfer.
Di Nepal, isu lingkungan air dapat dibedakan dalam dua jenis besar. Pertama
disebabkan oleh sumber yang menyebar seperti sedimentasi sungai, erosi tanah, pupuk,
pestisida dari lahan pertanian, dan dari pengelolaan air limbah yang tidak tepat. Pencemaran
sumber menyebar adalah umum di daerah pedesaan, di mana mayoritas orang bergantung
pada kegiatan pertanian dan tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi dasar. Demikian pula,
penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan di lahan pertanian dekat dengan area
pasar pertanian. Jenis masalah kedua berasal dari sumber titik dan menyebar yang khusus
untuk daerah perkotaan seperti Kathmandu dan Pokhara. Sumbernya termasuk pembuangan
langsung air limbah domestik dan industri dan pembuangan limbah padat secara ilegal ke
badan air alami (sungai, danau, kolam). Pembangunan perkotaan yang tidak terencana dan
kurangnya fasilitas pengelolaan limbah merupakan hambatan utama untuk mengurangi
masalah pencemaran air. Akibatnya, sungai perkotaan seperti Bagmati di lembah Kathmandu
sangat tercemar sedangkan tingkat BOD sangat tinggi. Demikian pula, pembuangan limbah
manusia telah menyebabkan eutrofikasi dan munculnya makrofisika di bagian tertentu Danau
Phewa di Pokhara. Oleh karena itu, kekurangan sumber daya air seperti air permukaan dan air
tanah di negara-negara Asia Selatan semakin menghambat pengendalian pencemaran air dan
peningkatan kualitas air.
Pencemaran air berdampak juga terhadap lautan. Aktivitas manusia yang membuah
limbah yang tidak dipakai dan seringkali berbahaya ke laut merupakan sumber utamanya.
Pencemaran air laut merupakan campuran kompleks dari limbah plastic, logam beracun,
bahan kimia buatan pabrik, tumpahan minyak, limbah perkotaan dan industry, pestisida,
pupuk, bahan kimia farmasi, dan limbah pertanian. Sehingga hal tersebut memiliki efek yang
berbahaya pada ekosistem laut. Limbah plastik dapat membunuh ikan, paus, dan lumba-
lumbah. Limbah farmasi berkontribusi terhadap kerusakan terumbu karang. Peningkatan
penyerapan karbondioksida ke lautan juga menyebabkan pengasaman laut, menghancurkan
terumbu karang dan melarutkan papan yang mengandung kalsium d dasar jarring makan laut.
Polutan berbasis minyak bumi juga dapat menghambat produksi oksigen terhadap
mikroorganisme laut.
Meskipun ukurannya sangat besar, lautan terancam, dan aktivitas manusia adalah
sumber utama dari ancaman tersebut. Perubahan iklim dan gangguan lingkungan lainnya
yang berasal dari manusia telah menyebabkan suhu permukaan laut naik, gletser mencair, dan
spesies alga berbahaya serta bakteri patogen bermigrasi ke perairan yang sebelumnya tidak
tercemar. Naiknya permukaan air laut dan badai pantai yang semakin ganas membahayakan
600 juta orang di seluruh dunia yang hidup dalam jarak 10 m dari permukaan laut.
Meningkatnya konsentrasi CO2 atmosfer telah menyebabkan pengasaman laut, yang pada
gilirannya menghancurkan terumbu karang, mengganggu perkembangan tiram dan kerang
lainnya, dan melarutkan mikroorganisme yang mengandung kalsium di dasar jaring makanan.
Lautan kehilangan oksigen, stok ikan menurun, pengerukan, eksplorasi minyak, dan
penambangan logam bawah laut yang direncanakan juga sangat mengancam dasar laut.
Pencemaran air juga memiliki dampak seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman
hayati, dan menipisnya pasokan air tawar dunia, polusi membahayakan stabilitas sistem
pendukung bumi dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat manusia.

Daftar Pustaka :
Aprilia, I. S., & Zunggaval, L. E. Z. (2019). PERAN NEGARA TERHADAP DAMPAK PENCEMARAN AIR SUNGAI
DITINJAU DARI UU PPLH. SUPREMASI JURNAL HUKUM , 2(1), 15–30.

Arni, A. (2022). Pencemaran air sungai akibat pembuangan sampah di desa bagan kuala tanjung
beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Nautical : Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1.
https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/nautical/index
Irpan, A., & Spalanzani, W. (2020). Penyuluhan Minimasi Pencemaran Air di Lingkungan
Masyarakat Kampung Kedaung Bekasi (Vol. 1, Nomor 2).
http://ejurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/JSTPM
Landrigan, P. J., Stegeman, J. J., Fleming, L. E., Allemand, D., Anderson, D. M., Backer, L. C.,
Brucker-Davis, F., Chevalier, N., Corra, L., Czerucka, D., Bottein, M. Y. D., Demeneix, B.,
Depledge, M., Deheyn, D. D., Dorman, C. J., Fénichel, P., Fisher, S., Gaill, F., Galgani, F., …
Rampal, P. (2020). Human health and ocean pollution. Annals of Global Health, 86(1), 1–64.
https://doi.org/10.5334/aogh.2831
Lobo, A. C. (2022). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP DAMPAK PENCEMARAN AIR
TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI DESA POPONCOL KABUPATEN
KARAWANG. JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, 9(3), 1386–1394.
https://doi.org/10.31604/justitia.v9i3
Sarker, B., N. Keya, K., I. Mahir, F., M. Nahiun, K., Shahida, S., & A. Khan, R. (2021). Surface
and Ground Water Pollution: Causes and Effects of Urbanization and Industrialization in
South Asia. Scientific Review, 73, 32–41. https://doi.org/10.32861/sr.73.32.41

Anda mungkin juga menyukai