Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOREMEDIASI

PUTRI APRIYANI HAMZAH

E201500294

SIMULASI FITOREMEDIASI PERAIRAN TERCEMAR


BBERAPA JENIS POLUTAN DENGAN TANAMAN AIR

(Eichhornia crassipes)

PROGRAM STUDI D3 PENGELOLAAN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2022

1
1. Latar belakang
Pesatnya perkembangan zaman, membuat masyarakat terpacu memberikan
kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu
sektor, tetapi banyak sektor yang saling terkait. Dan pembangunan yang cukup
pesat terjadi dalam sektor industri. Namun tidak banyak orang yang turut
memperhatikan aspek lain dalam pembangunan industri tersebut, seperti aspek
kesehatan dan lingkungan.
Permasalahan lingkungan hidup telah menjadi suatu penyakit kronis yang
dirasa sangat sulit untuk dipulihkan. Selama 20 tahun terakhir Pembangunan
ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Tidak kurang terdapat
30.000 industri yang beroperasi di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan. Peningkatan jumlah ini menimbulkan dampak ikutan dari
industrialisasi ini yaitu terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari
proses produksi industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan persoalan yang harus dihadapi
oleh komunitas-komunitas yang tinggal di sekitar kawasan industri. Seiring
berkembangnya zaman yang semakin maju, menyebabkan meningkatnya
kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan papan. Hal ini berdampak
pada jumlah limbah yang semakin banyak. Sayangnya, masih banyak industri di
Indonesia yang tidak memperhatikan lingkungan. Industri hanya berpusat pada
bagaimana proses produksi yang efisien berdasarkan ekonomi dan waktu.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi seperti limbah padat, limbah cair
dan limbah bahan beracun berbahaya (B3). Semakin memprihatinkan kondisi
lingkungan karena ulah industri-industri tidak bertanggung jawab.

Pencemaran yang paling sering terjadi adalah pencemaran air. Air adalah
kebutuhan utama bagi kegiatan manusia, begitu pula dengan industri-industri.
Air merupakan bahan utama untuk proses produksi. Akibat dari kegiatan
industri, maka akan banyak air sisa proses yang langsung dibuang ke lingkungan
tanpa adanya penanganan terlebih dahulu. Sehingga air buangan tersebut
mencemari sungai-sungai sekitar kawasan industri. Biasanya pada jam-jam
tertentu air sungai berubah menjadi berwarna keruh seperti merah, hijau dan
biru. Tergantung air sisa dari kegiatan produksi industri tersebut. Bahkan tak
jarang air sungai berbau busuk yang sangat menyengat dan tentu saja
mengganggu pernafasan masyarakat sekitar.

Tujuan melakukan penelitian ini untuk memahami fitoremediasi dengan media


tanaman air dan menggunakan beberapa jenis polutan.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian air
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga
tidak ada kehidupan seandainya tidak ada air di bumi. Namun, air dapat
menjadi malapetaka jika tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik
kualitas maupun kuantitas airnya. Air yang bersih sangat dibutuhkan
manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihan sanitasi kota, dan sebagainya.

Air limbah yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar. Seperti misalnya air
limbah domestik yang berasal dari dapur, kamar mandi, WC, toilet, dan
laundry. Memiliki kandungan mineral dan organik dihasilkan dari kotoran
manusia, kertas, sabun, sampah, sisa makanan, dan yang lainnya akan
menambah beban limbah (Fair, 1971).

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.


Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air.
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga
tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air
dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang
benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat
didan bakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk
keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan
pertanian dan lain sebagainya (Warlina, L., 2004).

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius.
Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini
menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga
secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula
secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat. Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita
mengenai pencemaran air. Pencemaran air ini terjadi dimana- mana
(Warlina, L., 2004).

B. Sifat air
Air yang secara kimia, hanya terdiri dari atom H dan O mempunyai sifat yang
unik. Tanpa air tidak akan mungkin terdapat kehidupan. Air di alam dijumpai
dalam tiga bentuk, yakni bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air,
dan bentuk gas sebagai uap. Bentuk mana yang akan ditemui, tergantung
keadaan cuaca setempat. Kepadatan (density), seperti halnya bentuk, juga
tergantung pada temperatur dan tekanan barometris (P) (Herlambang, A.,
2006).
Pada umumnya densitas meningkat dengan menurunnya temperatur,
sampai tercapai maksimum pada 4°C Celsius, apabila temperatur turun lagi,
maka densitas akan turun pula. Sekalipun demikian temperatur air tidaklah
mudah berubah. Hal ini nampak dari spesifik heat air, yakni angka yang

3
menunjukkan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu
gram air satu derajat celsius. Spesifik heat air adalah 1 /gram/°C, suatu
angka yang sangat tinggi dibandingkan spesifik heat elemen-elemen lain di
alam. Dengan demikian tranfer panas dari dan kedalam air tidak banyak
menimbulkan perubahan temperature (Herlambang, A., 2006).
Kapasitas panas yang besar ini juga menyebabkan efek stabilitas badan air
pterhadap udara sekitarnya. Kondisi ini sangat penting untuk melindungi
kehidupan akuatik yang sangat sensitif terhadap gejolak suhu. Pada tekanan
atmosfir air mendidih pada 100 °C, karena tekanan di daerah tinggi lebih
rendah dari satu atmosfir, maka air mendidih pada temperatur yang lebih
rendah (Herlambang, A., 2006).

C. Pencemaran air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam
siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia.
Kemanfaatan terbesar danau, sungi, lautan dan air tanah adalah untuk
irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air
hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.
Pencemaran air sebagai penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurniannya. Banyak air tawar yang tercemar berat oleh sisa-
sisa pembuangan kotoran dan cairan pembuangan dalam bentuk cairan
yang dihasilkan dari industri dan rumah tangga. Pencemaran ini berupa zat-
zat racun yang mengendap atau deoksigenasi. Secara garis besar, ada dua
tipe polutan yang masuk ke dalam perairan yaitu pertama, zat yang
memperkaya perairan sehingga merangsang pertumbuhan mikroorganisme
dan alga, dan yang kedua adalah materi materi yang bersifat racun sehingga
dapat membunuh mikroorganisme yang hidup dalam air. Zat yang
memperkaya perairan pada umumnya sampah organik yang dibuang oleh
manusia (Pratiwi, R. 2022).

D. Karakteristik air limbah


Air limbah yang berdasarkan sumber asalnya akan mempunyai komposisi
yang sangat beragam. Namun dengan zat-zat yang terkandung dalam air
limbah tersebut secara garis besar dapat di kelompokan dan ditangani
sesuai dengan karakteristiknya. Karakteristik yang dimiliki air limbah
meliputi sifat fisika, sifat kimia dan sifat biologi. Mengetahui dengan adanya
berbagai jenis-jenis polutan. Sehingga setiap limbah tidak dapat diolah
dengan proses yang sama. Terdapat dalam air limbah dapat menentukan
unit proses yang akan dibutuhkan.

E. Pengertian Fitromediasi
Fitromediasi adalah pemanfaatan tumbuhan dan mikroba untuk
membersihkan lingkungan dari bahan organik dan anorganik (Priyanto,
2010). Setelah dilakukannya proses fitoremidiasi maka kosentrasi
kandungan yang berbahaya pada air limbah sarung tenun Samarinda akan

4
diminimalkan sehingga mengurangi dampak negatif saat limbah dibuang ke
lingkungan.yang baik) serta macam-macam produk yang dibutuhkan
kehidupan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Fitoremediasi merupakan
bagian dari metode pengolahan air limbah secara biologis yaitu mengolah
air limbah dengan memanfaatkan kemampuan organisma ataupun
mikroorganisme secara alami. Industri batik di Kota Tasikmalaya kebanyakan
usaha kecil dan menengah sehingga mayoritas tidak memiliki sistem
pengolahan air limbah. Kondisi tersebut sangat merugikan mengingat air
limbah batik yang tidak diolah dapat mencemari lingkungan seperti sungai
dan bahkan air sumur gali warga sekitar. Metode fitore mediasi dengan
enceng gondok, kayu apu, dan kayambang merupakan metode yang
penerapan nya sederhana dan telah terbukti dapat memperbaiki
karakteristik air limbah di beberapa penelitian terdahulu (Setiyono dan Rian,
2017).

Mekanisme fitoremediasi dalam mengurangi kontaminan dalam air limbah


terdiri dari phytoextraction, phytostabilization, phytovolatilization dan
rhizofiltration. Phytoextraction andalah penyerapan dan pemindahan
kontaminan oleh akar tanaman dari lingkungan dan translokasi menjadi
biomassa tanaman yang dapat dipanen. Phytostabilization adalah
pengurangan mobilitas dan ketersediaan hayati polutan di lingkungan baik
oleh efek fisik maupun kimiaseperti pengontrolan pH tanah, pengendapan,
penyerapan, humifikasi dan lignifikasi senyawa organik. Phytovolatilization
adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman dan penguapan ke
atmosfer oleh sistem daun. Rhizofiltration adalah penggunaan akar tanaman
untuk menyerap atau mengadsorbsi kontaminan yang ada dalam larutan
disekitar zona perakaran (Zahro, N dan Varradiah, 2020).
Faktor utama keberhasilan fitoremediasi ditentukan oleh pemilihan
tumbuhan. Terdapat batas konsentrasi polutan yang dapat ditolerir oleh
tanaman, menyebabkan teknik fitoremediasi biasanya menggunakan jenis-
jenis tanaman yang toleran terhadap polutan tertentu. Tanaman dapat mati
apabila konsentrasi polutan yang tinggi dan melebihi batas toleran.
Tanaman secara umum hanya dapat hidup pada limbah dengan BOD kurang
dari 300 mg/L (Zahro, N dan Varradiah, 2020).

F. Eceng Gondok sebagai Agen Fitoremediasi


Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah
perairan yang hidup terapung pada air yang dalam yang memiliki aliran
tenang (Zahro, N dan Varradiah, 2020).
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae Super Divisi : Embryophyta Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida Super Ordo : Lilianae

Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Spesies : Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms

5
Eceng gondok dapat tumbuh hingga tinggi sekitar 0,4 - 0,8 meter. Eceng
gondok tidak memiliki batang sejati. Daunnya berwarna hijau, berbentuk
daunnya oval, dan permukaannya licin. Dapat berbunga berwarna ungu dan
termasuk bunga majemuk Eceng gondok merupakan salah satu tanaman
yang berakar serabut (Zahro, N dan Varradiah, 2020).

3. ALAT
 Akuarium.
 Jerigen.
 Gayung.
 pH meter.
 TDS meter.
 Kamera.

4. BAHAN
 Air
 Wantex (pewarna pakaian)
 Eceng Gondok

5. PROSEDUR KERJA
1. Simulasi Fitromediasi dengan beberapa jenis polutan;
• Masukkan air keran ke dalam akuarium sebanyak ±10 L ke masing-masing
akuarium percobaan (Kelompok 1-3).
• Masukkan air keran ke dalam akuarium sebanyak ±9 L ke masing-masing
akuarium percobaan (Kelompok 4 dan 6).
• Masukkan air keran ke dalam akuarium sebanyak ±8 L ke masing-masing
akuarium percobaan (Kelompok 5 dan 7).
2. Ukur dan catat nilai TDS dan pH awal.
3. Tambahkan:
Kelompok 1: control (tanpa polutan)
Kelompok 2: Asam asetat (cuka) ±100 mL (atau sampai pH di bawah 5) 8
Kelompok 3: Air Detergen 4 – 5 gayung (atau sampai pH di atas 8)
Kelompok 4: Minyak jelantah 1 L (konsentrasi tercemar 10%)
Kelompok 5: Minyak jelantah 2 L (konsentrasi tercemar 20%)
Kelompok 6: Air pewarna pakaian 1 L (konsentrasi tercemar 10%)
Kelompok 7: Air pewarna pakaian 2 L (konsentrasi tercemar 20%)
4. Ukur dan catat nilai TDS dan pH setelah perlakuan.
5. Masukkan tanaman eceng gondok ke dalam akuarium.
6. Ukur TDS dan pH setiap minggu selama 1 bulan.

6
6. DATA PENGAMATAN
MINGGU KE-0 (Tanggal 1 Maret 2022)
PARAMETER/PERLAKUAN TDS pH
Sebelum/Sesudah Sebelum/Sesudah
Control 160,3ppm 7
Asam Asetat (cuka) 197,5ppm 7/4
Air Detergen 3,99ppm 10
Minyak Jelantah 1L 149,3/168,7ppm 6/6
Minyak Jelantah 2L 162,3ppm 7
Air pewarna pakaian 1L 145,7ppm/320ppm 6/7
Air Pewarna pakaian 2L 370ppm 8

MINGGU KE-1 (Tanggal 10 Maret 2022)


PARAMETER/PERLAKUAN TDS pH/°C
Control 2,13ppm 7
Asam Asetat (cuka) 264ppm 5
Air Detergen 3,41ppm 9
Minyak Jelantah 1L 0,289ppm 9
Minyak Jelantah 2L 0,647ppm 5 / 26,7°C
Air pewarna pakaian 1L 283ppm 7
Air Pewarna pakaian 2L 48,8ppm 7

7. Pembahasan
Pengolahan air limbah merupakan hal yang mutlak diperlukan . dalam
metode pengolahan air limbah dapat berupa pengolahan secara fisika,
kimia dan biologi . dari ketiga metode tersebut dapat dinilai paling efisien
dalam limbah dengan biaya yang relatif murah dan dengan metode
pengolahan biologis dari beberapa pengolahan penggunaan tanaman air
merupakan metode yang relatiif baru untuk menurunkan kadar bahan
organic detergen diperaiaran. Adapun salah satu alternative teknologi
yang dapat digunakan untuk mengelola limbah cair adalah teknik
fitoremediasi yang dalam upayanya penggunaan tanaman untuk
dekontaminasi limbah. Salah satu jenis tanaman yang daapat digunakan
seperti eceng gondong atau Eichhornia crassipes yang merupakan gulma
air karena pertumbuhannya yang cukup cepat. Namun disisi lain eceng
gondok juga mampu menyerap zat organic, zat anorganik serta logam
berat yang merupakan bahan pencemar. Eceng gondok juga termasuk
tumbuhan yang memiliki toleransi tinggi terhadap logam berat karena
mempunyai kemampuan membentuk fitokelatin dimana senyawa peptide

7
yang dihasilkan oleh tanaman mampu mengkhelat logam dalam jumlah
yang besar. Eceng gondok telah banyak dimanfaatkan dalam
meremediasi lingkungan.

Kualitas air hasil fitoremediasi menggunakan eceng gondok juga


didukung dengan nilai pH yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu berkisar 6-9. Air hasil
fitoremediasi menggunakan eceng gondok memiliki nilai pH berkisar 6,1-
8,4. Fitoremediasi menggunakan eceng gondok menunjukkan bahwa
setelah perlakuan selama 12 hari menunjukkan penurunan pH dari 8
menjadi 7 yang menunjukkan bahwa air hasil fitoremediasi menggunakan
eceng gondok memiliki pH yang sesuai untuk dikonsumsi . Peningkatan
pH limbah domestik hasil fitoremediasi menggunakan eceng gongok yaitu
dari 4,21 menjadi 7,34. Dari hasil penelitian yang telah diperoleh dari
beberapa literatur menunjukkan bahwa fitoremediasi dengan eceng
gondok mampu menyeseuaikan pH baik menaikkan ataupun menurunkan
pH air menjadi berkisar 6-9 sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Kualitas air hasil fitoremediasi
menggunakan eceng gondok juga didukung dengan nilai pH yang sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu
berkisar 6-9. Air hasil fitoremediasi menggunakan eceng gondok memiliki
nilai pH berkisar 6,1-8,4. Fitoremediasi menggunakan eceng gondok
menunjukkan bahwa setelah perlakuan selama 12 hari menunjukkan
penurunan pH dari 8 menjadi 7 yang menunjukkan bahwa air hasil
fitoremediasi menggunakan eceng gondok memiliki pH yang sesuai untuk
dikonsumsi . Peningkatan pH limbah domestik hasil fitoremediasi
menggunakan eceng gongok yaitu dari 4,21 menjadi 7,34. Dari hasil
penelitian yang telah diperoleh dari beberapa literatur menunjukkan
bahwa fitoremediasi dengan eceng gondok mampu menyeseuaikan pH
baik menaikkan ataupun menurunkan pH air menjadi berkisar 6-9 sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001
mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Pada minggu ke-1, kelompok 1 dengan perlakuan control diperoleh nilai
pH nya sebesar 7 dan nilai TDS sebesar 2,13 ppm. Kelompok 2 dengan
perlakuan diberi cuka diperoleh nilai pH nya sebesar 5 dan nilai TDS
sebesar 264 ppm. Kelompok 3 dengan perlakuan diberi air deterjen
diperoleh nilai pH nya sebesar 9 dan nilai TDS sebesar 3.41 ppm.
Kelompok 4 dengan perlakuan diberi minyak jelantah 1 L diperoleh nilai
pH nya sebesar 5 dan nilai TDS sebesar 0,289 ppm. Kelompok 5 dengan
perlakuan diberi minyak jelantah 2 L diperoleh nilai pH nya sebesar 5 dan
nilai TDS sebesar 0,647 ppm. Kelompok 6 dengan perlakuan diberi air
pewarna pakaian 1 L diperoleh nilai pH nya sebesar 7 dan nilai TDS
sebesar 283 ppm. Dan kelompok 7 dengan perlakuan diberi air pewarna
pakaian 2 L diperoleh nilai pH nya sebesar 7 dan nilai TDS sebesar 48,8
ppm.

Pada pengamatan minggu ke-1 didapati eceng gondok mati semua


dikarenakan tidak adanya sinar matahari, sehingga eceng gondok tidak
dapat melakukan fotosintesis. Pada praktikum kali ini tentang simulasi

8
fitoremediasi perairan tercemar beberapa jenis polutan dengan
menggunakan tanaman air.

Pada minggu ke-0, kelompok 1 dengan perlakuan control diperoleh nilai


pH nya sebesar 7 dan nilai TDS sebesar 160,3 ppm. Kelompok 2 dengan
perlakuan diberi cuka diperoleh nilai pH nya sebesar 4 dan nilai TDS
sebesar 197,5 ppm. Kelompok 3 dengan perlakuan diberi air deterjen
diperoleh nilai pH nya sebesar 10 dan nilai TDS sebesar 3.99 ppm.
Kelompok 5 dengan perlakuan diberi minyak jelantah 1 L diperoleh nilai
pH nya sebesar 6 dan nilai TDS sebesar 168,7 ppm. Kelompok 6 dengan
perlakuan diberi minyak jelantah 2 L diperoleh nilai pH nya sebesar 7 dan
nilai TDS sebesar 162,3 ppm. Kelompok 6 dengan perlakuan diberi air
pewarna pakaian 1 L diperoleh nilai pH nya sebesar 7 dan nilai TDS
sebesar 320 ppm. Dan kelompok 7 dengan perlakuan diberi air pewarna
pakaian 2 L diperoleh nilai pH nya sebesar 8 dan nilai TDS sebesar 370
ppm. . Selain itu juga didapati nilai pH dan TDS yang berbeda-beda taip
kelompoknya karena fitoremediasi air tercemar diberikan bahan polutan
yang berbeda-beda.

8. Kesimpulan dan saran


Pada praktikum kali ini yang menggunakan eceng gondok sebagai bahan
penguji pada praktikum yang menggunakan minyak jelantah sebanyak 2L

a) Salah satu alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah


limbah cair adalah teknik fitoremediasi. Fitoremediasi adalah upaya
penggunaan tanaman untuk dekontaminasi limbah. Salah satu jenis
tanaman yang dapat digunakan untuk meremediasi limbah adalah
eceng gondok (Eichhornia crassipes). Eceng gondok merupakan
gulma air karena petumbuhannya yang begitu cepat. Karena
pertumbuhan yang cepat maka eceng gondok dapat menutupi
permukaan air dan menimbulkan masalah pada lingkungan. Namun
disisi lain, eceng gondok bermanfaat karena mampu menyerap zat
organik, zat anorganik serta logam berat yang merupakan bahan
pencemar. Eceng gondok jugatermasuk tumbuhan yang memiliki
toleransi tinggi terhadap logam berat karena mempunyai kemampuan
membentuk fitokelatin dimana senyawa peptide yang dihasilkan oleh
tanaman mampu mengkhelat logam dalam jumlah yang besar. Eceng
gondok telah banyak dimanfaatkan dalam meremediasi lingkungan.

b) Pada pengamatan minggu ke-1 didapati eceng gondok mati semua


dikarenakan tidak adanya sinar matahari, sehingga eceng gondok
tidak dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga didapati nilai pH
dan TDS yang berbeda-beda taip kelompoknya karena fitoremediasi
air tercemar diberikan bahan polutan yang berbeda-beda.
c) Adapun saran pada praktikum simulasi bioremediasi lahan tercemar
minyak jelanta yaitu:
a. Diharapkan praktikum fitoremediasi selanjutnya parameter
ujinya lebih banyak lagi agar dapat diperoleh data yang
beragam.

9
b. Diharapkan praktikum fitoremediasi selanjutnya, praktikum
diawasi dan dibimbing secara langsung oleh dosen dan PLP
agar praktikan dapat memahami secara keseluruhan tentang
praktikum serta pengamatan yang dilakukan.

9. Daftar pustaka

Coetzee JA, Phill MP, Julien MH, Center TD, Cordo HA, 2009.
Eichhornia crassipes (Mart.) Solm- Laub. (Pontederiaceae).
Darsono, 2007. Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob dan
Aerob. Teknologi Industri. Universitas Atmajaya. Jogjakarta.
Effendi H, 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Fitra A, Rahayu YS, Winarsih, 2013. Kemampuan Fitoremediasi Typha
latifolia dalam Menurunkan Kadar Logam Kadmium (Cd) Tanah yang
Tercemar Lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo. LenteraBio. 2(3): 185–
189.
Fitria FL dan Sarwoko, 2016. Pengelolaan Limbah Cair Tahu
Menggunakan Tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) untuk
Menurunkan Kadar Amonium dan BOD pada Bed Evapotranspirasi.
Teknik Lingkungan. 16(2): 112- 121
Haryati, Maharani, Purnomo T, Kuntjoro S, 2012. Kemampuan
Tanaman Genjer (Limnocharis Flava (L.) Buch) Menyerap Logam
Berat Timbal (Pb) Limbah Cair kertas Pada Biomassa dan Waktu
Pemaparan Yang Berbeda. LenteraBio. 1(3): 131-138.

10. Lampiran

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai