Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


(Analisis isu Lingkungan dengan Konsep kerangka DPSIR)

Di Susun Oleh :
1. Ezekiel Gustino (E201500280)
2. Brandyca Piola (E201500281)
3. Putri APriyani H ( E201500294)
4. Riska Sepriana (E201500293)

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN


JURUSAN MANAJEMEN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTARISI............................................................................................................................... 2
BABI........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 3
1. Latar Belakang................................................................................................................ 3
2. Ruang Lingkup................................................................................................................ 3
3. Tujuan.............................................................................................................................. 3
BABII.................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................. 4
1. Kerangka DPSIR ............................................................................................................. 4
2. Sungai Mahakam................................................................................................................ 5
BABIII...................................................................................................................................... 7
Hasil dan Pembahasan .......................................................................................................... 7
1. Hasil Pengamatan.............................................................................................................. 7
2. Pembahasan....................................................................................................................... 9
A. Driver................................................................................................................................ 10
B. Pressure........................................................................................................................... 11
C. State ................................................................................................................................. 12
D. Impact .............................................................................................................................. 12
E. Respons ........................................................................................................................... 12
BAB IV .........................................................................................................................................
13 Kesimpulan dan Rekomendasi...............................................................................................
13 Kesimpulan ..........................................................................................................................
13 Saran ....................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka .......................................................................................................................
Lampiran .....................................................................................................................................
14 DOKUMENTASI LOKASI ......................................................................................................
14 DOKUMENTASI LOKASI ......................................................................................................
14 DOKUMENTASI LOKASI ......................................................................................................
15 DOKUMENTASI LOKASI ......................................................................................................
15 DOKUMENTASI LOKASI ......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Dalam melaksanakan analisis lingkungan, tentunya perlu didahului oleh kemampuan
mengidentifikasi serta memetakan isu-isu lingkungan yang relevan dengan begitu, kebijakan
dan tindkan yang diambil dalam upaya mitigasi maupun adaptasi, terhadap permasalhan terkait
lingkungan, dapat berjalan efektif dan efisien.

DPSIR, DPSIR model atau DPSIR framework merupakan salah satu metoda pendekatan
(kerangka Pikir) dalam melakukan sesuatu analisis hubungan sebab akibat (casual effect
relationship). Metoda lain yang serupa , salah satu diantaranya adalah : “metoda pendekatan
analisis system”.

Model kerangka kerja DPSIR telah banyak diadopsi oleh kebanyakan komunitas di erpoa
sebagai cara terbaik untuk menstruktur kan informasi lingkungan yang terkait dengan masalah
masalah lingkungan yang spesifik dan untuk mengetahui penyebab, konsukuensi , tindakan
efektif yang perlu dilakukan, komponen komponen ini.(Pilman, 2002.)

Kerangka kerja DPSIR merupakan kerangka analisis yang fungsional untuk menstruktur
kan hubungan sebab akibat dalam kaitannya dengan permasalahannya dengan pengelolaan
sumber daya alam (eea,199;Bowen dan Riley ,2003:Giupponi 2002). Aplikasi kerangka kerja
DPSIR memudahkan penstrukturan informasi yang kemudian memudahkan pengindentifikasian
hubungan hubungan antar sebab akibat yang penting serta memudahkan pengembangan
pemahaman yang menyeluruh sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Ruang Lingkup
Kerangka DPSIR dapat diaplikasikan untuk berbagai isu lingkungan. Agar reevan , maka
ruang lingkup dalam praktikum ini di fokuskan diarea Sungai Mahakam , Jl. Gajah Mada No.30,
pasar Pagi , Kecamatan Samarinda Kota, Kota samarinda dan dalam penelitian ini menggunakan
transportasi Kapal wisata Pesurt Etam.

3. Tujuan
Tujuan dari pelaksaan praktikum ini adalah mampu mengidentifikasi dan memetakan isu
lingkungan, serta mampu menuangkan ide atau gagasan dalam hal menemukan solusi dari
suatu permasalahan lingkungan dengan menggunakan kerangka DPSIR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kerangka DPSIR

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan konsensus global dalam


Agenda 21 yang diratifikasi dalam forum Earth Summit di Rio de Janeiro tahun 1992 menindak
lanjuti konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dipublikasikan
melalui Brundtlandt’s Report:“ Our Common Future”oleh World Commission on on
Environmental and Development (WECD). Pembangunan dengan prinsip lestari kemudian
menjadi nafas dalam kerangka pembangunan di setiap negara dan meliputi semua sektor
pembangunan termasuk pertanian (Azar et al, 1996).

Sektor pertanian menjadi prioritas dalam Agenda 21 (bab 14 tentang pembangunan


pertanian dan pedesaaan) karena kontribusinyayang sangat. Sektor pertanian sekaligus
merupakan penyumbang terbesar penurunan kualitas lingkungan (Chunjiang dan Guiqing,
1999). Dapat dikatakan, sektor pertanian mempunyai dua dampak sekaligus, positif dan
negatif. Secara umum disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan dapat ditafsirkan sebagai
pembangunan pertanian yang mengakomodasi dua dampak tersebut secara seimbang.sistem
yang spesifik. Dalam manajemen lingkungan terdapat beberapa kerangka konseptual yang
telah diakui, misalnya Pressure State Response/PSR (OECD, 1994), Driving Force-State-
response/DSR (UN CSD, 2001) Driving Force-Pressure State-Response/DPSIR (EEA, 1999).
Makalah ini merekomendasikan DPSIR yang disesuaikan dengan kerangka konseptual Capacity-
Incentive and Environmental Degradation (Reardon dan Vosti, 1995 dalam Swinton et al,
2003). Kombinasi tersebut digunakan untuk analisis faktor-faktor kritis penentu keberhasilan
program pertanian upland berkelanjutan. Sudut pandang yang diambil adalah petani upland
sebagai pelaku.Kerangka konseptual DPSIR direkomendasikan karena kemampuannya
menyederhanakan informasi dan telah banyak digunakan sebagai alat analisis dalam
manajemen lingkungan (Kristensen, 2004).

Dalam DPSIR, driving force merupakan pendorong terjadinya aktivitas exploitasi lingkungan
tertentu (pressure) yang akhirnya memunculkan fenomena profil lingkungan tertentu (state).
Driving force dalam DPSIR diorganisasi lebih lanjut menggunakan kerangka konseptual berbasis
sebab akibat; Capacity/Incentive-Environmental degradation dari Reardon dan Vosti (1995).
Kerangka konseptual tersebut didasarkan pada konsep kemiskinan/kapasitas (miskin dalam
konteks derajat akses atas 5 modal utama masyarakat pedesaan) dan insentif sebagai
pendorong utama pengambilan keputusan tertentu yang menyebabkan kerusakan lingkungan
(Bahamondes, 2003). Penggunaan kerangka konseptual ini didasarkan pada sifatnya yang
terfokus pada penyebab pengambilan keputusan dan fokus kajiannya pada masyarakat
pedesaan.Kombinasi kerangka konseptual tersebut merupakan bangunan kerangka konseptual
baru yang spesifik untuk menganalisis pertanian upland berkelanjutan.
DPSIR merupakan suatu kerangka kerja untuk menentukan indikator indikator tekanan
pembangunan oleh manusia yaitu mengamati perubahan-perubahan pada faktor sosial
ekonomi dan lingkungan pada suatu periode waktu tertentu. Isu-isu utama yang dipadukan
dengan indikator pembangunan wilayah pesisir diukur dalam ukuran skala yakni skala spasial
dan temporal. Isu-isu spasial berkaitan dengan kondisi geografis atau luasan area yang
didalamnya termasuk perkembangan individu, rumah tangga, desa Kecamatan Kabupaten,
nasional regional maupun secara global. Isu-isu temporal adalah berkaitan dengan perubahan
berdasarkan waktu pada saat indikator-indikator yang ada di pantau berdasarkan suatu
interval waktu (Sulistiawati, 2011)

DPSIR merupakan suatu kerangka kerja untuk menentukan indikator indikator tekanan
pembangunan oleh manusia yaitu mengamati perubahan-perubahan pada faktor sosial
ekonomi dan lingkungan pada suatu periode waktu tertentu. Isu-isu utama yang dipadukan
dengan indikator pembangunan wilayah pesisir diukur dalam ukuran skala yakni skala spasial
dan temporal. Isu-isu spasial berkaitan dengan kondisi geografis atau luasan area yang
didalamnya termasuk perkembangan individu, rumah tangga, desa Kecamatan Kabupaten,
nasional regional maupun secara global. Isu-isu temporal adalah berkaitan dengan perubahan
berdasarkan waktu pada saat indikator-indikator yang ada di pantau berdasarkan suatu
interval waktu (Sulistiawati, 2011)

Driving force, pressure state, impact and response (DPSIR) yang merupakan pengembangan
dari model analisis PSR (Pressure- State- Response). Lip sir merupakan metode dalam
melakukan analisis sistem untuk mengamati masalah lingkungan dan cara pandang masyarakat
terhadap permasalahan tersebut. Pendekatan ini didasarkan pada deskripsi tipologi usaha,
jenis sumber daya, pola pemanfaatan dan dampak yang ditimbulkan. Studi ini mengandalkan
pendekatan ex-ante di mana gambaran kerangka analisis bep sir sebelum dan setelah terjadi
namun akan digambarkan secara kualitatif melalui bantuan wawancara yang terstruktur.
Model ini digunakan untuk menemukan hubungan sebab akibat antara sistem lingkungan dan
sistem manusia. Selain itu bertujuan untuk membantu para pembuat kebijakan memahami
atas informasi yang terkait ( Zulkifli, 2013).

2. Sungai

Sungai adalah tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai
muara dengan dibatasi oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991).
Sungai mengalir dari hulu dalam kondisi kemiringan lahan yang curam berturut-turut menjadi
agak curam, agak landai, dan relatif rata. Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak
menjadi lebih lambat dan makin lambat pada daerah hilir. Sungai merupakan tempat
berkumpulnya air di lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah.
Daerah sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau
daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktivitas dan perilaku
penghuninya (Wardhana, 2001). Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumberdaya
alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Menurut
Masduqi, dkk (2009) ada dua fungsi utama sungai secara alami yaitu mengalirkan air dan
mengangkat sedimen hasil erosi pada Daerah Aliran Sungai dan alurnya (Self Purification).
Kedua fungsi ini terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi.

Menurut Kusuma (2014) sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir yang mendapat
masukan dari semua buangan berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan
industri di daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai akan mengakibatkan
terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Perubahan ini dapat
menghabiskan bahan-bahan yang essensial dalam perairan sehingga dapat mengganggu
lingkungan perairan. Odum (1993) menjelaskan bahwa komponen biotik dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi fisika, kimia, dan biologi dari suatu perairan. Sumber-sumber
pencemaran air Sungai Code antara lain berasal dari limbah domestik, limbah industri, dan
limbah pertanian. Pada DAS Code sumber pencemaran yang utama berasal dari limbah
domestik rumah tangga dan limbah pertanian. Masuknya bahan organik ke dalam perairan
mempunyai akibat yang sangat kompleks. Penambahan bahan organik maupun anorganik
berupa limbah ke dalam perairan selain akan mengubah susunan kimia air, juga akan
memengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut.Sumber Pencemaran Air SungaiMenurut
Soedomo (2011) sumber pencemaran sungai dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu :1.
Sumber pencemaran sungai menetap (point source) seperti limbah domestik, limbah industri,
limbah pertanian, dan lain sebagainya pada satu titik pencemaran.2. Sumber pencemar sungai
yang tidak menetap (diffuse source) seperti limbah domstik, limbah industri, pertanian dan lain
sebagainya pada beberapa titik pencemaran atau secara menyebar dan jaraknya tidak
konstan.3. Sumber pencemar sungai campuran (compound area source) yang berasal dari titik
tetap dan tidak tetap.2.3.2 Jenis-Jenis Pencemar Air SungaiLesmana (2001) menjelaskan secara
umum, pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai jenis polutan yang dapat dikategorikan
sebagai berikut :1. Infection Agent (Agen Infeksius)Infection agent (agen infeksius) merupakan
bahan pencemar yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia (penyakit). Bahan
pencemar ini berupa mikroorganisme patogen yang berasal dari excreta manusia dan hewan
yang tidak dikelola dengan baik. Untuk mendeteksi keberadaan mikroorganisme patogen di
dalam air, dapat digunakan bakteri Coliformsebagai bakteri penunjuk indicator organism. Jika
dalam sampel air tersebut ditemui indicator organism, air tersebut sudah tercemar oleh tinja
(mikroorganisme patogen). Akan tetapi, jika di dalam air tidak ditemukan indicator organism,
air tersebut tidak tercemar oleh tinja (Asdak, 2010).Bentuk pengelolaan air salah satunya
adalah kontrol terhadap kondisi kualitas air pada suatu badan sungai. Kualitas air juga
merupakan bagian yang penting dalam pengembangan isu sumber daya air. Kualitas air yang
dimaksud adalah kondisi fisik, kimia, dan biologi air yang berpengaruh terhadap kebutuhan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Asdak, 2010). Pengelolaan air sangat penting
mengingat makin buruknya kondisi sungai dari waktu ke waktu. Penurunan kualitas air sungai
tersebut disebabkan karena sungai dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir limbah
khususnya limbah rumah tangga atau domestik, sehingga pencemaran makin intensif dan
merusak ekosistem (Widyastuti dan Marfai, 2004).

3. Sungai Mahakam.

sungai Mahakam merupakan sungai terbesar di wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang
bermuara di Selat Makassar. Sungai Mahakam dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dalam
kegiatan sehari-hari, seperti jalur transportasi air yang digunakan untuk distribusi bahan baku
industri (batu bara) dan transportasi penumpang antar wilayah, irigasi pertanian dan
perikanaan, serta untuk kebutuhan rumah tangga. Salah satu pemanfaatan utama Sungai
Mahakam adalah sebagai salah satu sumber air baku. Namun, kualitas air baku Sungai
Mahakam berbanding terbalik dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan air baku.
Kualitas air baku Sungai Mahakam yang semakin menurun karena tercemar limbah yang
berasal dari limbah domestik maupun non domestik, pencemaran ini ditandai dengan keruh,
berbau, dan banyaknya tanaman enceng gondok yang tumbuh di sepanjang aliran Sungai
Mahakam. Banyak perusahaan yang membuang limbah hasil produksi mereka langsung ke
sungai mahakam tanpa adanya proses terlebih dahulu. Selain itu, kurangnya kesadaran
masyarakat sekitar Sungai Mahakam semakin memperburuk keadaan sungai dari waktu ke
waktu. Pencemaran badan air Sungai Mahakam juga dapat diketahui dari tingkat sedimentasi.
tingkat sedimentasi lumpur dan konsentrasi SPM (Suspended Particulate Matter) Sungai
Mahakam diketahui sangat tinggi yaitu 60 cm/bulan dan 80 mg/liter Watiningsih (2009).

sumber pencemaran air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan di sungai


mahakam dibedakan menjadi sumber limbah domestik dan sumber limbah non domestik.
terdapat 3 jenis limbah rumah tangga taitu limbah pertama berupa sampah, kemudian limbah
kedua berupa air limbah yang dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci, kemudian limbah
ketiga adalah kotoran yang dihasilkan dari manusia. limbah- limbah ini jika tak dikelola dengan
baik dapat berpotensi tunggi mencemari lingkungan sekitar. sampah merupakan material sisa
yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. sampah dapat dibagi menjadi
beberapa jenis. berdasarkan sumbernya yaitu sampah alam, sampah manusia,sampah
komsumsi, sampah nukril, smapah industri, dan sampah pertambangan. (supratiwi, 2014)

BAB III
PEMBAHASAN.
1. Hasil pengamatan

No. Driver Pressure State Impact Respons

1 Aktivitas Banyaknya Tingkat Kualitas air Pengelolaan Hasil


Indsutri kegiata yang pencemaran sungai limbah industry
dilakukan di aliran sungai Mahakam sesuai dengan
bantaran semakin peraturan dan
sungai memburuk SOP

Aktivitas Kondisi Hewan Tergangguny Penempatan


mesin Pabrik yang ada di a habitat mesin yang aman
sungai sungai fauna sehingga tidak
disungai menyebabkan
akibat kebisingan
kebisingan
Meningkatn Sungai Memburukny Bimbingan Teknis
ya Mahakam a kualitas air kepada produsen
permintaan sungai Tahu mengenai
tahu pengelolaan
produksi di Limbah
Samarinda

2 Transportasi Banyaknya Kondisi aliran Dapat Perlu


Sungai kapal Sungai tercemarnya pengawasan
Perusahaan Mahakam akibat Ketat terhadap
yang Tumahan Perusahaan
beraktivitas Minyak dan Tersebut.
di sungai . batu bara
kesungai .
Banyaknya Properti kota Rusaknya Perlu
Kapal terbentut atau fasilitas pengawasan
perusahaan insiden masyarakat ketat Terhadap
yang lalu dengan Kapal seperti perubahan
lalang Jembatan Tersebut.
Pencemaran Kualitas air KUalitas air Perlu
air sungai sungai sungai pengawasan
Mahakam tercemar dan teknis dari pihak
tercemar habitat perusahaan dan
karna minyak disungai pemerintah
terancam

Banyaknya Tingkat Kualitas air Masyarakat yang


warga yang pencemaran sungai berhubungan
3. Aktivitas masih aliran sungai Mahakam langsung dengan
Masyarakat tinggal semakin sumber air sungai
dibantarans memburuk , perbaikan
ungai kualitas air sungai
Masyarakat Tingkat Limbah hasil Diperlukan
mengambil pencemaran pencucian sosialisasi
air sungai aliran sungai dibuang ke kemasyarakat aka
untuk sungai kepedulian
aktivitas terhadap
mencuci lingkungan

2. Pembahasan

DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak pihak mulai dari sector
industrycpertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi masyarakat.
Selain itu, sungai Mahakam menjadi titik tengah DAS. Mahakam merupakan urat nadi Kaltim
terutama masyarakat yang beraktifitas dan hidup didalam Kawasan DAS Mahakam. Sungai
Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di
sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan, maupun sebagai prasana tranportasi.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu Kawasan di Kalimantan Timur
yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau sekitar 41% dari luas wilayah provinsi Kalimantan Timur.
Sungai Mahakam ini terletak di daerah Samarinda Kalimantan Timur. Sungai Mahakam terletak
pada garis lintang S 035’0” E 11717’0” dan panjang sungai ini mencapai 920 km dengan
luasnya 149.227 km² serta memiliki lebar antara 300- 500 meter.sungai ini melewati wilayah
kabupaten Kutai Barat bagian hulu hingga kabupaten Kutai Kartanegara dan Samarinda di
bagian hilirnya. Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda.

Pemantauan dan pengaturan berkelanjutan pengelolaan,diperlukan Tools untuk menilai


tingkat tekanan terhadap ekosistem yang di akibatkan oleh aktivitas manusia pada lingkungan
dengan menggunakan kerangka DPSIR. Kerangka ini di perkenalkan oleh Europan Environment
Agency (EEA), Yaitu konsep hubungan sebab akibat berdasarkan indikator lingkungan dengan
menggunakan kategori berbeda Pendekatan DPSIR digunakan untuk mengedintifikasi kegagalan
sistem dalam mencapai status ekologi yang baik. Kerusakan lingkungan, seperti deforestasi dan
hilangnya keanekaragaman hayati dapat juga diidentifikasi menggunakan pendekatan DPSIR.
Kerangka DPSIR didefinisikan sebagai sebuah permasalahan,konsekuensi dan respon terhadap
perubahan secara sistematis. Respon ini yang menjadi titik balik untuk menyelesaikan atau
mengurangi terhadap pressure dan impact yang disebabkan oleh driver.

a. Driver

Terdapat beberapa Driver yang mempengaruhi kualitas air di Sungai Mahakam. Pertama
aktivitas industry yaitu pabrik Tahu yang ada di jalan Lumba Lumba , Kec. Samarinda Kota.
adanya industri pabrik tahu di daerah selili kota Samarinda. Salah satu Pabrik pembuatan Tahu
yang ada di Kota Samarinda berada di jalan lumba-lumba kelurahan Selili, Samarinda hilir
tepatnya dipinggir sungai Mahakam. Pabrik tahu ini telah berdiri sejak tahun1975, dan
merupakan usaha perorangan walaupun dilakukan dipabrik/tempat yang sama.

Adapun driver yang kedua, adanya aktivitas Transportasi sungai seperti kapal perusahaan
yang selalu lalu lalang di sepanjang sungai Mahakam dan terdapat juga aktivitas kapal wisata
kapal khusus untuk para wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Timur. Salah satu kapalnya
adalah Pesut Etam, kapal ini mengelilingi sepanjang Sungai Mahakam di Samarinda, kapal ini
disediakan oleh pemerintah khusus sebagai kapal wisata.

Driver yang ketiga yaitu Aktivitas masyarakata yang dimana masih banyaknya terdapat
hunian yang berdiri di bantaran sungai Mahakam . masyarakat pun sudah nyaman tinggal di
tempatnya sekarang dan itupun lokasi turun temurun dari enenk moyang mereka dan
pemerintah masih belum memberika solusi terhadap hal ini.

b. Pressure

Adapun tekanan yang terdapat pada sungai Mahakam khususnya di kecamatan samarinda kota
dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu pertama meningkatnya pencemaran udara dan air yang
berasal dari limbah pabrik tahu dan tempe. Pencemaran yang terjadi sangat berbahaya bagi
biota di perairan, setiap spesies yang berada diperairan berbeda – beda ada spesies yang tahan
terhadap pencemaran dan ada juga yang tidak tahan terhadap pencemaran yang terjadi di
perairan. Punahnya spesies tertentu akan berakibat pada kehidupan manusia dan juga mahluk
hidup lainnya dan juga Bau dan suara yang mengganggu berasal dari mesin pabrik . Suara atau
kebisingan dapat mengganggu Kesehatan, dan kenyamanan. Kebisingan merupakan suatu
permasalahan yang cukup penting terutama dalam kaitanya dengan. Kedua, meningkatnya
pencemaran udara dan air yang berasal dari limbah aktivitas kapal yang lewat di sungai
Mahakam. Pencemaran yang terjadi sangat berbahaya bagi biota di perairan, setiap spesies
yang berada diperairan berbeda – beda ada spesies yang tahan terhadap pencemaran dan ada
juga yang tidak tahan terhadap pencemaran yang terjadi di perairan. Punahnya spesies tertentu
akan berakibat pada kehidupan manusia dan juga mahluk hidup lainnya selain itu sering juga
terjadi insiden kapal perusahaan yang menabrak beberapa property kota Samarinda seperti
Mahakam yang dapat meruskanya fasilitas umum masyarakat . Ketiga, sampah dan limbah hasil
masyarakat yang tinggal dibantaran sungai yang dapat mencemarkan air sungai serta akan
berdampak sendiri kem masyarakt yang tinggal di sekitar sungai karena sebagian besar air
sungai dipakai juga untuk beberapa aktivitas Rumah tangagga yang bisa mengganggu kesehatan
dan kenyamanan manusia dan juga mengurangi keindahan yang ada disungai Mahakam.

c. State

Terdapat beberapa masalah atau kondisi lingkungan yang terdapat dibantaran sungai
Mahakam dari kualitas udara disekitar pabrik tahu dan tempe buruk karena hasil dari
pembakaran kayu untuk memasak kedelai, kemudian kualitas air yang dihasilkan dari proses
buangan limbah yang dibuang langsung ke sungai. Kedua kualitas air dan property disekitar
sungai buruk karena tercampur oleh limbah kapal yang tumpah kesungai dan juga property
yang sering terkena insiden dengan kapal yang melintas di sungai Mahakam Ketiga kualitas air
dan udara yang tercemar akibat aktivitas masyarakat yang tinggal di bantaran sungai sehingga
dapat mengganggu kualitas aliran sungai dan juga berdampaka ke kesehatan manusia sendiri.

d. Impact

Berbagai dampak akibat aktivitas manusia di sekitar sungai Mahakam. Pertama Dalam
proses pembuangan limbahnya tidak memiliki pengelolaan limbah yang baik, hasil limbah
cairnya langsung dibuang ke bantaran sungai sehingga menimbulkan penurunan dan
kemerosotan kualitas air sungai, apabila air tersebut dikonsumsi dapat menimbulkan gangguan
terhadap Kesehatan karena menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman
lainnya yang merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Pengusaha tahu
menggambarkan bahwa kurangnya kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Kedua tercemarnya sungai akibata tercampur tumpahan minyak dan batu bara dan juga
jembatan yang terbentur dengan kapal kapal perusahaan sehingga berpotensi merusak fasilitas
umum masyarakat. Ketiga mengganggu kesehatan manusia yang tinggal disekitar sungai
terutama pada system pernapasan, serta kebisingan yang mana mengganggu system
pendengaran manusia dan mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Keempat terjadinya
ambles pada tanah dasar sungai dan rusaknya struktur pemecah air.

e. Respons

Menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi akibat aktivitas manusia di
bantaran sungai Mahakam dilakukan berbagai tindakan, pertama dilakukan Pengelolaan Hasil
limbah industry sesuai dengan peraturan dan SOP, Penempatan mesin yang aman sehingga
tidak menyebabkan , Bimbingan Teknis kepada produsen Tahu mengenai pengelolaan Limbah .
Kedua Perlu pengawasan Ketat terhadap Perusahaan Tersebut. Ketiga Diperlukan sosialisasi
kemasyarakat aka kepedulian terhadap lingkungan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Dari hasil penyusuran Sungai Mahakam yang dimulai dari Dermaga Pasar Pagi kemudian
Jembatan Mahkota Dua hingga Jembatan Mahakam diperoleh beberapa permasalahan yang di
terjadi di bantaran sungai akibat aktivitas manusia. Yaitu, sampah yang menumpuk, limbah hasil
pabrik, pencemaran suara di udara, kualitas dasar sungai dan kualitas tanah dan juga
berdampak terhadap property fasilitas umum masyarakat . Dalam khasus penyusuran sungai
Mahakam, pendekatan model DPSIR telah mampu mengidentifikasi beberapa factor pendorong
dan dampak nya terhadap suatu system secara menyeluruh.berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan di sungai Mahakam, model DPSIR secara umum telah menggambarkan beberapa hal
terkait dengan kurang optimalnya aktifitas tersebut Kualitas air baku Sungai Mahakam yang
semakin menurun karena tercemar limbah yang berasal dari limbah domestik maupun non
domestik, pencemaran ini ditandai dengan keruh, berbau, dan banyaknya tanaman enceng
gondok yang tumbuh di sepanjang aliran Sungai Mahakam. Banyak perusahaan yang
membuang limbah hasil produksi mereka langsung ke sungai mahakam tanpa adanya proses
terlebih dahulu. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat sekitar Sungai Mahakam semakin
memperburuk keadaan sungai dari waktu ke waktu.

Saran

Dalam melakukan praktik seperti ini mahasiswa dan dosen lebih sama sama
memperhatikan dan tegas sesuai dengan mata kuliah yang dibahas agar tidak terjadinya
praktikum yang formalitas atau hanya sekedar hiburan dengan menyampingkan kegiatan
praktikum agar ilmu dan manfaat yang didapatkan lebih maksimal.
Daftar Pustaka
Agung, T R. & Hanry S W. (2012). Pengolahan Limbah Industri Tahu dengan
Menggunakan Teknologi Plasma. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 02, 19-28.

Angraini., Mumu S., Yulianti P. (2014). Studi Pengolahan Limbah Usaha Mandiri Rumah
Tangga dan Dampak Bagi Kesehatan di Wilayah Kenjeran. Reka Lingkungan: Jurnal ITN.
2, 1-10. BPS Kab.

Sumbawa., (2016). Kelurahan Brangbiji dalam Angka 2016. BPS Kab. Sumbawa.
sumbawa Besar.

Buchori, Luqman., Setia B S., Didi D A., Nita A. (2012). Pengambilan Minyak Kedelai Dari
Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10, 49-
53.

Dahruji., Pipit F W., Totok H. (2017). Studi Pengolahan Limbah Usaha Mandiri Rumah
Tangga dan Dampak Bagi Kesehatan di Wilayah Kenjeran. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. 1, 36-44.

Hadi, A. (2005). Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Kaswinarni, F. (2007). Kajian teknis pengolahan limbah padat dan cairIndustri tahu.
Tersedia dari Diponegoro University Institutional Repository. (ID Code: 17407).

Wiryani, Erry. (2010). Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. Jurnal ekologi

supratiwi. 2014. 70 persen sungai tercemar limbah rumah tangga.

Watiningsih, Ria. 2009. Daeah Aliran Sungai Mahakam. Geografi FMIPA


UniversitasIndonesia
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai