Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA HIJAU DAN KESELAMATAN LINGKUNGAN

Mata Kuliah: Kimia Lingkungan

Disusun Oleh:

Fitriani (200105501021)

Nur Hikma (200105501023)

Rysfa Nuur Ahad (200105502005)

Wenny Satriani (200105501019)

Wiwi Saputri (200105502017)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii

BAB I..................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..............................................................................................................................1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………….1
C. Tujuan………………………………………………………………………………………2
BAB II................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.................................................................................................................................3

A. Pengertian Kimia Hijau…………………………………………………………………….3


B. Peranan kimia Hijau dalam Keselamatan Lingkungan…………………………………….5
C. Kasus yang Berkaitan dengan Kimia Hijau dan keselamatan Lingkungan………………..6
D. Penyebab dari Kasus atau Masalah………………………………………………………...7
E. Solusi dari Masalah tersebut……………………………………………………………….8
BAB III.............................................................................................................................................10

PENUTUP........................................................................................................................................10

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..10
B. Saran………………………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era awal kemajuan ilmu pengetahuan, manusia berlomba-lomba untuk
menciptakan suatu produk baru. Desain produk dibuat sedemikian rupa agar telihat
menarik dengan kualitas lebih baik dibanding pendahulunya. Orang-orang hanya
berfokus pada produk akhir, serta keuntungan yang diperoleh dari produk tersebut.
Namun, pada saat itu dunia masih memiliki sumber daya alam yang sangat banyak,
lingkungan saat itu masih terjaga dengan baik dengan limbah yang masih sedikit. Hal
ini nampaknya menjadikan manusia tidak begitu mempertimbangkan dampak dari
limbah yang dihasilkan.
Hingga lambat laun kebutuhan manusia makin meningkat, adanya penemuan-
penemuan baru, serta bertambah banyaknya sumber daya yang digunakan,
menyebabkan eksploitasi sumber daya alam. Limbah yang dihasilkan semakin
meningkat dan mencemari lingkungan. Akibatnya akan berdampak pada tahun-tahun
berikutnya, dimana sumber daya alam semakin menipis, lingkungan yang semakin
tercemar, serta kepunahan yang lambat laun akan terjadi jika habitat alami tidak lagi
dapat menjamin kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Tentunya kita tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi demi kelangsungan
hidup generasi selanjutnya. Sekaranglah saatnya bagi kita untuk mencegah
pencemaran lingkungan, kita harus terlibat dalam tantangan ilmiah yang berat dan
sulit ini, dengan urgensi dan fokus untuk memberikan lingkungan yang sehat kepada
generasi berikutnya. (Kalbar,et al,2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kimia hijau?
2. Apa peranan kimia hijau dalam keselamatan lingkungan?
3. Contoh kasus yang berkaitan dengan kimia hijau dan keselamatan lingkungan?
4. Bagaimana masalah atau kasus tersebut dapat terjadi?

1
5. Bagaimana solusi dari kasus tersebut?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kimia hijau.
2. Mengetahui peranan kimia hijau dalam keselamatan lingkungan
3. Mengetahui kasus yang berkaitan dengan kimia hijau dan keselamatan
lingkungan
4. Mengetahui penyebab dari masalah atau kasus tersebut.
5. Mengetahui solusi dari kasus tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kimia Hijau
Green chemistry (kimia hijau) didefinisikan sebagai model (design) dalam
proses pembuatan produk dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan
bahan kimia. Pengembangan metode kimia yang ramah lingkungan saat ini sangat
berkembang sebagai salah satu cara untuk menerapkan kimia hijau dalam kehidupan.
Kepedulian terhadap penggunaan bahan-bahan kimia dalam proses di industry tidak
bisa dihindari, namun penggunaannya dalam proses dan limbah yang dihasilkan
dapat dikurangi, dengan menerapkan aspek dan prinsip green chemistry (GC). Bahan-
bahan kimia yang berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi atau
dihilangkan tanpa mengubah metode dalam proses produksi. Aplikasi kimia hijau
dapat diterapkan dalam berbagai sector, diantaranya industry transportasi, obat-
obatan, kosmetik, elektronik, energy, peralatan rumah tangga, pertanian, dan lain-
lain.
Pengertian secara umum green chemistry adalah suatu metode baru untuk
mengurangi bahaya bahan kimia, disamping memproduksi produk dengan cara yang
lebih efisien dan lebih hemat. (Kenneth & James,2004). Menurut Anastas dan Tracy
C (1996), green chemistry adalah penggunaan teknik dan metode secara kimia untuk
mengurangi atau mengeliminasi penggunaan bahan dasar, produk, produk samping,
pelarut, pereaksi, yang berbahaya bagi kesehatan manusia masalah lingkungan.
Dengan demikian tujuan green chemistry adalah untuk mencegah atau mengurangi
atau lingkungan. Sedangkan Menurut Rashmi Sanghi (2003), green chemistry
merupakan bagian yang esensial dalam program yang kompre-hensif untuk
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan. Secara umum green chemistry
berhubungan dengan hal-hal untuk meminimalkan buangan pada sumbernya,
pemakaian katalisator dalam reaksi, penggunaan pereaksi (reagents) yang tidak
berbahaya, penggunaan bahan dasar yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi
ekonomi, pelarut yang ramah lingku-ngan serta dapat didaur ulang.

3
Pendekatan kimia hijau bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk zat
kimia sejak pada proses perancangan. Praktik pencegahan bahaya dari sejak awal
proses pembuatan zat kimia akan bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan,
yang meliputi proses perancangan, produksi, penggunaan atau penggunaan kembali,
dan pembuangan limbah yang dihasilkan. Perbedaan utama pendekatan lama dan baru
dalam pembuatan zat kimia adalah pemanfaatan pelarut dari minyak bumi. Industri
kimia umumnya mengandalkan pelarut petroleum yang tidak dapat diperbaharui
sebagai materi utama untuk membuat zat kimia. Industri seperti ini biasanya adalah
sangat intensif dalam penggunaan energi, tidak efisien, dan menghasilkan racun, baik
produk maupun limbah kimia yang berbahaya.
Salah satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan pemanfaatan zat-zat
alternatif dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah pertanian atau biomass atau
produk-produk biologis yang tidak terkait dengan bahan pangan. Secara umum
reaksi-reaksi kimia dari bahan-bahan alternatif ini sangat kurang bahayanya
dibandingkan jika menggunakan petroleum. Prinsip berikutnya adalah pencegahan
limbah, sintesa kimia yang kurang atau tidak berbahaya, dan perancangan zat kimia
yang tidak atau kurang berbahaya termasuk pelarut yang lebih aman. Prinsip lain
berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang mudah dan aman terurai di
lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan proses-proses kimia. Lebih jauh lagi,
karena proses-proses dalam kimia hijau jauh lebih efisien maka perusahaan akan
menggunakan lebih sedikit bahan mentah dan energi sekaligus menghemat dana
untuk pembuangan limbah.
Manfaat kimia hijau adalah mengusahakan proses-proses kimia yang lebih
ekonomis karena biaya produksi dan regulasi yang lebih rendah, efisien dalam
penggunaan energi, pengurangan limbah produksi, pengurangan kecelakaan, produk
yang lebih aman, tempat kerja dan komunitas yang lebih sehat, perlindungan terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan, dan mendapatkan keunggulan yang kompetitif
atas produk yang dihasilkan. Dengan memperhatikan dan menerapkan pendekatan
atau teknologi kimia hijau akan menghasilkan tempat kerja yang lebih aman bagi para

4
pekerja industri, risiko-risiko yang jauh lebih sedikit bagi komunitas di sekitar
lingkungan pabrik dan produk yang lebih aman (Mustafa, 2016).

B. Peranan kimia Hijau dalam Keselamatan Lingkungan


Pada perkembangan saat ini menurut Prof. Is Fatimah( 2019), kimia hijau
berperan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada berbagai lini, yang
didasarkan pada 12 (dua belas) prinsip meliputi: Pencegahan (Waste prevention),
Atom economy, Sintesis bahan kimia rendah bahaya (Less hazardous chemical
synthesis), Desain bahan kimia aman (Designing safer chemicals), Pelarut dan bahan
tambahan aman (Safer solvents and auxiliaries).
Peranan Ilmu dan Teknologi Kimia dalam pembentukan kota cerdas, antara
lain, dengan diperkenalkannya konsep Kimia Hijau/Green Chemistry untuk
pengelolaan pembangunan berkelanjutan.Kimia Hijau/Green Chemistry, yang
berfokus pada produksi dan teknologi penerapan Ilmu Kimia yang ramah lingkungan,
diperkenalkan pada awal 1990-an (Anastas & Warner, 1998). Kimia hijau ini
merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik dari segi bahan
kimia yang dihasilkan, proses, ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini
menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan
dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari segi perancangan maupun proses.
Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep Kimia Hijau ini meliputi
berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas,
bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.
Anastas dan Warner (1998) menguraikan tentang konsep Kimia Hijau sebagai
gabungan dari 12 prinsip. Prinsip pertama menggambarkan ide dasar dari Kimia
Hijau, yaitu pencegahan. Prinsip pertama ini menegaskan bahwa pencegahan limbah
lebih diutamakan daripada perlakuan terhadap limbah. Selanjutnya prinsip pertama
ini diikuti oleh prinsip-prinsip berikutnya yang memandu pelaksanaan prinsip
pertama. Prinsip-prinsip Kimia Hijau yang dapat diterapkan untuk pembentukan dan
pengelolaan kota cerdas, adalah atom economy, penghindaran toksisitas, pemanfaatan

5
solven dan media lainnya dengan konsumsi energi seminimal mungkin, pemanfaatan
bahan mentah dari sumber terbarukan, serta penguraian produk kimia menjadi zat-zat
nontoksik sederhana yang ramah lingkungan (Dhage, 2013).
Definisi aspek pengelolaan kota cerdas adalah terdiri dari sistem pengelolaan
air, infrastruktur, transportasi, energi, pengelolaan limbah, dan konsumsi bahan
mentah (Albino, Berardi, & Dangelico, 2015). Dengan demikian Ilmu dan teknologi
Kimia, melalui pendekatan kimia hijau dapat membuat aspek-aspek ini
dikembangkan dan dikelola dengan lebih berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan
efisiensi energi dan anggaran yang lebih efektif dan pemanfaatan materi yang ramah
lingkungan. Selanjutnya uraian dalam artikel ini akan membahas peranan Ilmu dan
Teknologi Kimia Hijau pada-pada masing-masing aspek yang membangun kota
cerdas.

C. Kasus yang Berkaitan dengan Kimia Hijau dan keselamatan Lingkungan


Salah satu kasus yang mengacam keselamatan lingkungan dan dapat
mengancam kelangsungan hidup ekosistem air maupun darat serta berdampak bagi
kesehatan manusia adalah air limbah laboratorium yang terkadang masuk dalam
kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Air limbah laboratorium ada
yang mengandung bahan kimia beracun, senyawa organik, anorganik maupun logam
berat seperti besi (Fe), mangan (Mn), krom (Cr), dan raksa (Hg) yang berbahaya bagi
organisme dan lingkungan hidup. Laboratorium kimia umumnya digunakan untuk
melakukan penelitiandan praktikum dimana dari kegiatan tersebut dihasilkan limbah
yang bersumber dari buangan bahan kimia yang tidak terpakai,pencucian alat, bahan
kimia kadaluarsa, dll. Limbah yang dihasilkan dapat berupalimbah cair maupun
limbah padat. Limbah padat dari laboratorium biasanya berupa endapan, sisa sarung
tangan, atau sisa kertas saring yang terkontaminasi. Umumnya limbah laboratorium
berupa limbah cair yang dihasilkan dari sisa larutan dan sisa reaksi setelah kegiatan
praktikum (Widyastuti dkk, 2022)

6
Green chemistry memiliki peranan penting untuk mencegah pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh proses dan produk bahan kimia beracun dan
berbahaya. Prinsip Green Chemistry dapat diapliaksikan dalam pembelajaran kimia,
salah satunya yaitu dalam kegiatan praktikum di laboratorium. Hal yang dapat
dilakukan diantaranya mengurangi atau mengganti bahan-bahan kimia berbahaya
yang digunakan dalam suatu reaksi kimia atau sintesis suatu senyawa yang
menghasilkan limbah berbahaya yang dapat menimbulkan masalah lingkungan.
Pembelajaran kimia dengan pendekatan green chemistry bukanlah tujuan yang
absolut tetapi mempunyai dedikasi terhadap proses pembangu-nan yang bekelanjutan,
di mana lingkungan dipertimbangkan sejalan dengan kimia.
Green chemistry dapat menjadi suatu pilihan untuk mewujudkan
pembelajaran kimia yang berwawasan
lingkungan. Pembelajaran kimia baik di sekolah menengah maupun di perguruan
tinggi perlu dirancang pembelajaran teori maupun praktikum di laboratorium dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip green chemistry.
Sebagai tenaga pendidik, hal yang dapat dilakukan ialah mengkaji dan
merevisi percobaan-percobaan yang selama ini dilakukan, mencari alternatif dan
memilih materi praktikum serta mengembangkan, merancang dan melakukan
percobaan- percobaan baru yang berorientasi green chemistry. Sedangkan untuk
mahasiswa atau calon tenaga pendidik dapat melakukan percobaan yang berorientasi
pada green chemistry.

D. Penyebab dari Kasus atau Masalah


Menurut Widyastuti (2022) Praktikum adalah salah satu metode pembelajaran
kognitif yang penting untuk dilakukan dalam pembelajaran sains sehingga harus
diupayakan keberadaanya. Praktikum memiliki banyak manfaat bagi peserta didik,
misalnya: (1) melatih praktek nyata melalui eksperimen, (2) menumbuhkan sikap
ilmiah dan berfikir kritis, (3) memperbanyak pengalaman dengan hal-hal yang
bersifat faktual dan objektif. Dengan adanya kegiatan di laboratorium kimia, maka air

7
limbah akan terus dihasilkan. Kendala yang dapat terjadi saat pengolahan limbah
laboratorium kimia, seperti mahalnya biaya pengolahan air limbah dan terbatasnya
fasilitas pengolahan air limbah laboratorium kimia, sehingga air limbah tidak benar-
benar diolah sebelum pembuangan. Hal ini semakin diperparah dengan kurangnya
kesadaran dari pihak lembaga pendidikan akan dampak negatif yang disebabkan oleh
pembuangan langsung limbah cair laboratorium kimia ke badan air di lingkungan
sekitarnya.
Oleh karena itu, kurikulum hijau perlu diterapkan dalam praktikum di
laboratorium kimia untuk mengatasi hal ini tanpa mengurangi capaian pembelajaran
dari praktikum tersebut. Selain itu, efisiensi dalam penggunaan bahan tidak hanya
dapat mengurangi biaya praktikum namun juga untuk mengurangi potensi bahaya dan
menumpuknya volume air limbah di akhir semester.

E. Solusi dari Masalah tersebut


Menurut Widyastuti (2022) pengolahan limbah cair laboratorium mudah
dilakukan. Proses pengolahan limbah dimulai pada tahap awal, limbah cair
dikondisikan pH-nya hingga 14 dengan penambahan larutan NaOH. Padatan yang
diperoleh merupakan senyawa hidroksida (M(OH)2). Semua logam M(II)
diperikirakan mengendap karena pH yang sangat basa. Setelah padatan dipisahkan
secara filtrasi, larutan kemudian dinetralkan pH-nya dengan penambahan larutan
asam oksalat. Ketika netralisasi dilakukan, endapan baru terbentuk, dimana padatan
yang dihasilkan merupakan padatan garam oksalat karena umumnya garam oksalat
memiliki kelarutan (Ksp) yang sangat rendah, baik untuk logam golongan alkali tanah
maupun logam transisi. Padatan pertama yang terbentuk pada pH 14 dan padatan
kedua yang mengendap di pH 7, mengikuti reaksi pengendapan sebagai reaksi
berikut:

8
Pengolahan limbah cair laboratorium dengan sistem pengendapan dua tahap
menggunakan larutan natrium hidroksida dan asam oksalat hasil sisa kegiatan
praktikum mahasiswa memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi, dimana kadar ion
logam turus secara signikan sehingga manajamen laboratorium tidak lagi memerlukan
bahan kimia tambahan untuk mengolah limbahnya secara in-situ. Penerapan konsep
ini juga dapat mengurangi jumlah dan level toksisitas limbah laboratorium, dimana
volume limbah cair yang cukup banyak, dapat dikonversikan menjadi limbah padat
yang lebih stabil dan hanya membutuhkan wadah yang lebih kecil daripada jerigen /
drum limbah cair sehingga mengefisiensikan penggunaan space/area penampungan
limbah sementara.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Green chemistry (kimia hijau) didefinisikan sebagai model (design) dalam
proses pembuatan produk dengan mengurangi atau menghilangkan
penggunaan bahan kimia.
2. Pada perkembangan saat ini menurut Prof. Is Fatimah( 2019), kimia hijau
berperan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada berbagai lini,
yang didasarkan pada 12 (dua belas) prinsip meliputi: Pencegahan (Waste
prevention), Atom economy, Sintesis bahan kimia rendah bahaya (Less
hazardous chemical synthesis), Desain bahan kimia aman (Designing safer
chemicals), Pelarut dan bahan tambahan aman (Safer solvents and auxiliaries).
3. Prinsip Green Chemistry dapat diapliaksikan dalam pembelajaran kimia, salah
satunya yaitu dalam kegiatan praktikum di laboratorium. Hal yang dapat
dilakukan diantaranya mengurangi atau mengganti bahan-bahan kimia
berbahaya yang digunakan dalam suatu reaksi kimia atau sintesis suatu
senyawa yang menghasilkan limbah berbahaya yang dapat menimbulkan
masalah lingkungan.
4. Menurut Widyastuti (2022) adanya kegiatan di laboratorium kimia, sehingga
air limbah akan terus dihasilkan. Mahalnya biaya pengolahan air limbah dan
terbatasnya fasilitas pengolahan air limbah laboratorium kimia, sehingga air
limbah tidak benar-benar diolah sebelum pembuangan. Hal ini semakin
diperparah dengan kurangnya kesadaran dari pihak lembaga pendidikan akan
dampak negatif yang disebabkan oleh pembuangan langsung limbah cair
laboratorium kimia ke badan air di lingkungan sekitarnya.
5. Menurut Widyastuti (2022) pengolahan limbah cair laboratorium mudah
dilakukan. Proses pengolahan limbah dimulai pada tahap awal, limbah cair
dikondisikan pH-nya hingga 14 dengan penambahan larutan NaOH. Padatan
yang diperoleh merupakan senyawa hidroksida (M(OH)2).

10
B. Saran
Konsep kimia hijau dalam upaya pelestarian kehidupan yang sangat menarik ini
diharapkan tidak hanya berhenti dalam tulisan dan hanya dipelajari dalam bangku
perkuliahan saja. Namun dapat menjadi modal dalam hal pengaplikasian. Selain
itu diperlukan pula sosialisasi mengenai kimia hijau kepada semua kalangan
sehingga lebih mempercepat tercapainya tujuan dari kimiia hijau.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa, D. (2017). Peranan Kimia Hijau (Green Chemistry) dalam Mendukung


Tercapainya kota . Banten. Universits Terbuka Press.

Widyastuti, S., Yusrina, N., FadhilahS.G., & Khunur, M.M (2022). Penerapan
Konsep Kurikulum Hijau dan Kimia Hijau dalam Desain

Praktikum dan Pengolahan Limbah Laboratorium Kimia. The Indonesian Green


Technology Journal. DOI: 10.21776/ub.igtj.2022.011.01.03

Irdhawati. (2020). Kimia Hijau dalam Bidang Industri dan Pengolahan Limbah. In:
UNSPECIFIED.

Nurbaity. (2011). Pendekatan Green Chemistry Suatu Inovasi dalam Pembelajaran


Kimia Berwawasan Lingkungan. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. Vol. 1. No.1

Putri, A. C. (2019). Pengaplikasian Prinsip-Prinsip Green Chemistry dalam


Pelaksanaan Pembelajaran Kimia sebagai Pendekatan untuk pencegahan
Pencemaran Akibat Bahan-Bahan Kimia dalam Kegiatan Praktikum di
Laboratorium. Jurnal of Creativity Strudent. Vol. 2. No.2. ISSN: 2502-1958.

12

Anda mungkin juga menyukai