Anda di halaman 1dari 4

Hakikat Pancasila Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai:

Pandangan hidup bangsa, Dasar negara, dan Tujuan nasional Negara. Sebagai pandangan
hidup bangsa, hakikat Pancasila diwujudkan dalam P-4 (yang saat ini dicabut oleh MPR hasil
Sidang Istimewa 1998), yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Anggaran-Dasar (AD)
bagi masing-masing organisasi sosial-politik (seperti Ormas, LSM, Parpol) dan Kode-Etik
(KE) bagi masing-masing organisasi profesi/keahlian (seperti IDI, PGRI, Ikahi) yang teknis-
operasionalnya berbentuk Anggaran-Rumah-Tangga (ART). Sebagai dasar negara, hakikat
Pancasila diwujudkan dalam Batang Tubuh UUD 1945, yang lebih lanjut dilaksanakan dalam
bentuk Peraturan Perundang-undangan (Tap. MPR, UU, PP, Keppres, Perda, dst.)—yang
teknisoperasionalnya berbentuk Surat-Edaran (SE) berupa Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)
atau Petunjuk Teknis (Juknis). Sebagai tujuan nasional (bangsa)/negara, hakikat Pancasila
diwujudkan dalam Garis-garis Besar daripada Haluan Negara (GBdHN) (seperti Propenas)
yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Repetanas (seperti APBN)—yang teknis-
operasionalnya berupa Proyek (seperti DIP/DUK, DIK, DIKS). 2 Dengan demikian, hakikat
pandangan hidup Pancasila berbentuk pada norma moral bangsa Indonesia; hakikat dasar
negara Pancasila berbentuk pada norma hukum negara Indonesia; dan hakikat tujuan
nasional/negara Pancasila berbentuk pada norma politik (kebijakan) pembangunan nasional
Indonesia. Pemahaman tersebut bersumber pada kerangka dan substansi nilai-nilai yang
termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan ini merupakan Teks Proklamasi
Kemerdekaan NKRI yang lengkap dan terinci. Teks Proklamasi itu sendiri lahir melalui
proses sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dari yang semula sebagai budaya
suku-suku asli, berkembang dalam budaya kerajaan-kerajaan besar (Kutai, Sriwijaya,
Majapahit, dst), kemudian dipengaruhi oleh budaya agama-agama/penjajah-penjajah, sampai
akhirnya dipengaruhi pula oleh ideologi-ideologi besar dunia (bahkan sampai kini di era
globalisasi informasi). Jadi, hakikat Pancasila (demikian pula UUD 1945) tidak lahir secara
mendadak, tetapi mereka ditempa oleh sejarah lahirnya Indonesia sebagai suatu bangsa
Dimensi dalam Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi
Dimensi Realitas Mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila bersumber dari nilai-nilai nyata yang hidup di dalam masyarakat. Artinya, nilai-
nilai Pancasila bersumber dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Selain itu, nilai-nilai
Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kaitannya dengan
kehidupan bermasyarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan negara.
Dimensi Idealitas
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai dasar Pancasila
mengandung adanya tujuan yang dicapai sehingga menimbulkan harapan dan optimisme serta
mampu menggugah motivasi untuk mewujudkan cita-cita.
Dimensi Fleksibilitas
Mengandung relevansi atau kekuatan yang merangsang masyarakat untuk
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalam Pancasila. Dengan demikian, Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka karena
bersifat demokratis dan mengandung dinamika internal yang mengundang dan merangsang
warga negara yang meyakininya untuk mengembangkan pemikiran baru, tanpa khawatir
kehilangan hakikat. Baca juga: Siapa Saja Tokoh dalam Sejarah Hari Lahir Pancasila 1 Juni
1945? Sejarah Penerapan Pancasila Masa Orde Baru Soeharto 1966-1998 Sejarah Penerapan
Pancasila Masa Orde Lama Soekarno 1959-1966
Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Peran ideologi negara bukan hanya terletak pada aspek legal formal, melainkan juga
harus hadir dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Adapun urgensi Pancasila sebagai
ideologi negara meliputi hal-hal sebagai berikut:
Ideologi Sebagai Penuntun Warga Negara
Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral.
Contohnya, kasus narkoba yang merebak di kalangan generasi muda menunjukkan bahwa
preskripsi moral ideologis belum disadari kehadirannya. Oleh karena itu, diperlukan norma-
norma penuntun yang lebih jelas, baik dalam bentuk persuasif, imbauan maupun penjabaran
nilai-nilai Pancasila ke dalam produk hukum yang memberikan rambu yang jelas dan
hukuman yang setimpal bagi pelanggarnya.
Ideologi Sebagai Penolakan Terhadap Nilai-nilai yang Tidak Sesuai dengan Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara pernah mengalami berbagai guncangan dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ada pihak-pihak tertentu yang ingin menggeser
Pancasila dengan mengganti ideologi negara. Sebagai contoh adalah kasus terorisme yang
terjadi dalam bentuk pemaksaan kehendak melalui kekerasan. Hal ini bertentangan nilai
toleransi berkeyakinan, hak-hak asasi manusia, dan semangat persatuan.
Pancasila menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia untuk memberikan arah perilaku agar selaras dengan nilai luhur yang
diyakini kebenarannya. Pancasila bukan hanya sebatas dasar negara di Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Keberadaannya turut menjadi pandangan hidup bagi bangsa
Indonesia. Sebab, unsur-unsur dalam Pancasila sejatinya tersusun dari beragam pandangan
hidup dari masyarakat Indonesia sendiri. Mengutip modul Calon Guru PPPK di situs
SIMPKB, beberapa pandangan hidup yang diadopsi dalam Pancasila antara lain nilai adat
istiadat, nilai kebudayaan, dan nilai religius. Semua nilai-nilai tersebut telah melekat erat
pada masyarakat Indonesia semenjak dahulu kala. Setiap manusia mempunyai pandangan
hidup dengan tingkatan berlainan dalam menentukan masa depannya. Pancasila yang
dijadikan pandangan hidup berarti keberadaannya dapat memberikan arah perilaku
masyarakat Indonesia agar sesuai nilai luhur yang diyakini kebenarannya. Mengutip RPP
PPKn (2020) yang diterbitkan Mts Negeri 1 Kota Palu, ada sejumlah manfaat yang bisa
dirasakan dari menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup, yaitu:
1. Bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang berdiri kokoh sebagai bangsa
merdeka dan berdaulat.
2. Pancasila menjadi pedoman pemecahan permasalahan yang dihadapi
3. Pancasila turut sebagai pedoman bangsa Indonesia dalam membangun dirinya
sendiri dan berhubungan dengan bangsa lain
4. Pancasila sebagai kerangka acuan, baik menata kehidupan pribadi atau interaksi di
antara manusia, dalam kehidupan bermasyarakat serta alam sekitar.
5. Pancasila menjadi penuntun dan penunjuk arah bagi bangsa Indonesia di segala
kegiatan, aktivitas hidup, dan kehidupan berbagai bidang. Bangsa Indonesia turut mewarisi
nilai budaya yang melandasi tata kehidupan. Makna Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa berarti nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan telah
diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya bagi bangsa Indonesia.
Pancasila menjadi pedoman kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Di samping itu, bangsa
Indonesia juga memiliki tekad kuat dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan
nyata. Mengutip buku Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi (2016) yang diterbitkan
Kemenristek, nilai-nilai Pancasila sudah melekat pada tata kehidupan masyarakat dan
menjadi norma saat bersikap dan bertindak. Pancasila yang berfungsi sebagai pandangan
hidup, maka seluruh nilai Pancasila diterapkan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara bangsa Indonesia
https://tirto.id/hakikat-dimensi-urgensi-isi-pancasila-sebagai-ideologi-negara-gidP
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pendidikan_pancasila.pdf

Anda mungkin juga menyukai