DOSEN PENGAMPU :
Dr. Sugiarti, M. Si
OLEH :
KELOMPOK 9
KELAS PENDIDIKAN KIMIA A
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran”
dengan tepat waktu. Makalah Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran disusun guna memenuhi tugas dari dosen
kita yaitu ibu Dr. Sugiarti, M. Si, pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di
Universitan Negeri Makassar. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Belajar dan Pembelajaran
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak
Maryono, S.Si. Apt., M.Si. selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpanan balik
berupa kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb.
Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran karakter di Era globalisasi ini memerlukan sebuah terobosan
dalam mengenovasi startegi dan metode pembelajaran yang akan dipakai
mengingat munculnya berbagai fenomena baru yang sebelumnya tidak ada.
Makanya pemanfaatan teknologi informasi seperti internet, kecendrungan
keluarga yang demokratif, membanjirnya budaya asing, dan lainnya, perlu
menjadi bahan pertimbangan bagi para pendidik karakter ketika akan
menanamkan nilai-nilai karakter terhadap peserta didik.
Karakter adalah semua sifat-sifat baik yang menunjang pembangunan
bangsa dan bukan hanya sopan santun. Ciri-ciri umum bangsa maju yang
memiliki karakter baik adalah ramah dan lemah lembut, tidak suka kekerasan,
patuh aturan. Ciri spesifik masyarakat maju adalah karakternya cepat bangkit dari
keruntuhan seperti Jepang, Korea, Taiwan, Thailand. Karakter bangsa yang maju
(beradab) rajin bekerja, jujur, terus terang, tidak pendendam, selalu melihat ke
masa depan, tahu cara memperbaiki diri, setiap individu warga bangsanya mencari
rizki yang halal. Jadi sikap mental bangsa itu bersih; cendrung kearah
perbaikan. Karakter baik dari Rasullullah yang perlu kita teladani mampu
merubah dunia antara lain: siddiq, tabliq, amanah, Fatonah. Dengan 4 karakter ini
Nabi Muhammad mampu merubah bangsa Arab yang tadinya jahiliah menjadi
bangsa yang terkemuka dan terpandang di seluruh dunia.
Para ahli juga banyak yang setuju bahwa karakter Nabi Muhammad sangat
tepat digunakan untuk membentuk karakter bangsa. Hampir setiap diskusi tentang
karakter pasti 4 karakter ini menjadi pokok pembahasan. Karakter Rasul ini telah
juga diajarkan pada kita yang beragama Islam sejak pendidikan bangku SD atau
tempat pengajian sampai perguruan tinggi. Namun sayang sifat-sifat tersebut
belum menjadi karakter bangsa kita. Jika karakter Rasul akan dijadikan acuan
dalam membangun pendidikan karakter bangsa Indonesia mayoritas ummat Islam
maka yang perlu dikaji adalah bagaimana Rasullulah membangun pendidikan
karakter ummatnya pada masa itu.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi pendidikan karater?
b. Apa tujuan pendidikan karatkter ?
c. Apa pengertian strategi dan metode pendidikan karakter?
d. Bagaimana Strategi pembentukan pendidikan karakter?
e. Bagaimana metode penyampaian pendidikan karakter?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Dari rumusan masalah tersebut dapat dituliskan tujuan pembahasan
makalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter
b. Untuk mengetauhi apa saja tujuan dari pendidikan karakter
c. untuk mengetahui pengertian strategi dan metode pendidikan karakter.
d. untuk mengetahui strategi pembentukan pendidikan karakter
e. untuk mengetahui metode penyampaian pendidikan karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Keteladanan
1) Pentingnya Keteladanan
Allah swt. Dalam mendidik manusia menggunakan contoh atau teladan sebagai
model terbaik agar mudah diserap dan diterapkan para manusia. Contoh atau
teladan itu diperankan oleh para Nabi atau Rasul, sebagaimana firman-Nya:
Q.S.AI-Mumtahanah/60 : 6.
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang
baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan
(keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka
sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(Al- Ahzab / 33 : 2l)
Begitu pentingnya keteladanan sehingga Tuhan menggunakan pendekatan
dalam mendidik umatnya melalui model yang harus dan layak dicontoh.Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa keteladanan merupakan pendekatan pendidikan
yang ampuh.Dalam lingkungan keluarga misalnya, orang tua yang diamanahi
berupa anak-anak, maka harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.Orang
tua harus bisa menjadi figur yang ideal bagi anak-anak dan harus menjadi panutan
yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini. Jadi jika orang
tuamenginginkan anak-anaknya rajin beribadah maka orang tua harus rajin
beribadah pula, sehigga aktivitas itu akan terlihat oleh anak-anak. Akan sulit
untuk melahirkan generasi yang taat pada agama jika kedua orang tuanya sering
berbuat maksiat. Tidaklah mudah untuk menjadikan anak-anak yang gemar
mencari ilmu, jika kedua orang tuanya lebih suka melihat televisi daripada
membaca, dan akan terasa susah untuk membentuk anak yang mempunyai jiwa
yang berkarakter.
Di samping itu, tanpa keteladanan, apa yang diajarkan kepada anak-anak
akan hanya menjadi teori belaka, mereka seperti gudang ilmu yang berjalan
namun tidak pernah merealisasikan dalam kehidupan. Yang lebih utama lagi,
metode keteladanan ini dapat dilakukan setiap saat dan sepanjang waktu.
Denganketeladanan apa saja yang disampaikan akan membekas dan strategi ini
merupakan metode termurah dan tidak memerlukan tempat tertentu.
Keteladanan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mendidik
karakter. Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin
siswanya. Oleh karena itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting.
Guru yang suka dan terbiasa membaca dan meneliti, disiplin, ramah, berakhlak
misalnya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa, demikian juga sebaliknya.
Sebagaimana telah dikemukakan, yang menjadi persoalan adalah bagaimana
menjadi sosok guru yang bisa diteladani, karena agar bisa diteladani dibutuhkan
berbagai upaya agar seorang guru memenuhi standar kelayakan tertentu sehingga
ia memang patut dicontoh siswanya. Memberi contoh atau memberi teladan
merupakan suatu tindakan yang mudah dilakukan guru, tetapi
untuk menjadi contoh atau menjadi teladan tidaklah mudah.
Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan
nyata daripada sekedar berbicara tanpa aksi.Apalagi didukung oleh suasana yang
memungkinkan anak melakukannya ke arah hal itu.Tatkala tiba waktu shalat,
maka seluruh anggota keluarga menyiapkan diri untuk shalat.Tak ada satu orang
pun yang masih santai dan tidak menghiraukan seruan untuk shalat.Kalau ada
anggota keluarga yang tidak bisa memenuhi segera seruan tersebut atau
berhalangan, maka hal itu harus dijelaskan kepada anak, sehingga anak
memahami sebagai hal yang dimaklumi.
Dalam satu kisah diriwayatkan, suatu ketika Rasulullah saw. diberi
minuman sedangkan di sebelah kanan beliau ada seorang anak laki-laki dan di
sebelah kiri beliau ada orang-orang yang sudah tua. Rasulullah bertanya kepada
anak laki-laki itu: "Apakah kamu izinkan aku untuk memberi mereka (yang tua-
tua) terlebih dahulu? "Anak laki-laki itu menjawab: "Tidak, demiAllah, aku tidak
akan memberikan hakku darimu kepada siapa pun".
Dalam kisah ini Rasulullah memberikan teladan bagaimana bersikap lemah
lembut kepada anak kecil dan tidak meremehkan keberadaan mereka di hadapan
orang tua yang berada di sekitarnya.
2) Bisa Diteladani
Ada sebagian guru yang menemui kesulitan dalam menerapkan strategi
keteladanan, karena perilaku guru belum bisa diteladani.Misalnya, guru meminta
siswanya untuk rajin membaca, tetapi guru tidak memiliki kebiasaan membaca.
Guru meminta murid agar rajin beribadah, tetapi guru tidak terbiasa rajin
beribadah. Inilah persoalan utama yang dihadapi guru dalam menerapkan strategi
keteladanan, karena modal meneladani siswa adalah guru harus melakukannya
lebih dahulu.
Faktor penting dalam mendidik adalah terletak pada
"Keteladanannya".Keteladanan yang bersifat multidimensi, yakni keteladanan
dalam berbagai aspek kehidupan.Keteladanan bukan hanya sekadar memberikan
contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat
diteladani, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang baik merupakan contoh
bentukketeladanan. Setidak-tidaknya ada tiga unsur agar seseorang dapat
diteladani atau menjadi teladan, yaitu:
a) Kesiapan Untuk Dinilai dan Dievaluasi.
Kesiapan untuk dinilai berarti adanya kesiapan menjadi cermin bagi dirinya
maupun orang lain. Kondisi ini akan berdampak pada kehidupan sosial di
masyarakat, karena ucapan, sikap, dan perilakunya menjadi sorotan dan teladan.
b) Memiliki Kompetensi Minimal
Seseorang akan dapat menjadi teladan jika memiliki ucapan, sikap, dan
perilaku yang layak untuk diteladani. Oleh karena itu, kompetensi yang dimaksud
adalah kondisi minimal ucapan, sikap, dan perilaku yang harus dimiliki seorang
guru sehingga dapat dijadikan cermin bagi dirinya maupun orang lain. Demikian
juga bagi seorang guru, kompetensi minimal sebagai guru harus dimiliki agar
dapat menumbuhkan dan menciptakan keteladanan, terutama bagi peserta
didiknya.
c) Memiliki Integritas Moral
Integritas moral adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan atau
satunya kata dan perbuatan.lnti dari integritas moral adalah terletak pada kualitas
istiqomahnya. Sebagai pengejawantahan istiqomah adalah berupa komitmen
dankonsistensi terhadap profesi yang diembannya.
c. Pembiasaan
Dorothy Law Nolte dalam Dryden dan Vos menyatakan bahwa anak belajar dari
kehidupannya.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar
kebenaran dan keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta
dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan
pikiran
“ Ibu adalah satu-satunya makhluk didunia yang dapat mengubah anak yang
biasa-biasa saja menjadi seseorang yang luar biasa”.
Sebagai variasi boleh saja justru para siswa yang bercerita, secara
bergantian. Misalnya mereka bercerita tentang keindahan alam yang mereka
jumpai pada saat bertamasya ke luar kota di hari libur sekolah. Kegiatan semacam
ini dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menghormati alam lingkungan.
Dapat juga anak-anak itu bercerita tentang cita-citanya serta alasan
mengapamemilih cita-cita itu, berbagai nilai karakter akan muncul dalam
kesempatan seperti ini.
d. Metode Live In
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa "pengalaman adalah guru yang
terbaik". Ungkapan ini kiranya tepat, terlebih apabila pengalaman ini sungguh
menyentuh hati dapat mengubah sikap dan pandangan hidup orang secara
mendalam. Pengalaman yang mendalam lebih sulit terlupakan dalam hidup
manusia.
Metode Live In dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman
hidupbersama orang lain langsung dalam situasi yang sangat berbeda dari
kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal
lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan,
termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Live in tidak harus berhari-hari secara
berturut-turut dilaksanakan. Kegiatan ini dapat juga dilaksanakan secara
periodik.Misalnya anak diajak berkunjung dan membantu di suatu panti asuhan
anak-anak cacat.Anak diajak terlibat untuk melaksanakan tugas-tugas harian yang
mungkin dijalankannya, tidak membutuhkan keahlian khusus, dan tidak
berbahaya bagi kedua belah pihak. Membantu dan melayani anggota panti asuhan
yang tergantung pada orang lain akan memberi pengalaman yang tidak hanya
sekadar lewat.
Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih
baik dari orang yang dilayani. Lebih baik dari segi fisik maupun kemampuan
sehingga tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan
bersama.Anak perlu mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman
tersebut, baik secara rasional intelektual maupun dari segi batin rohaninya.Hal ini
perlu dijaga jangan sampai anak menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi
haruslah secara wajar dan seimbang.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku
jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan
pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu.
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam dunia pendidikan didasarkan pada
4 sumber, yaitu ; Agama, Pancasila, budaya bangsa dan tujuan pendidikan
nasional itu sendiri.
b. Saran
Sebagai pendidik maupun calon pendidik, pendidikan karakter menjadi suatu hal
yang sudah sepatutnya terkuasai oleh pelaku pendidik dalam menciptakan peserta
didik berkarakter yang tahu akan pembatasan nilai-nilai moral yang menunjang
dalam pencapaian tatanan kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://stitqi.ac.id/2014/09/12/konsep-pendidikan-karakter/
http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-strategi-dan-metode-
pendidikan.html
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2014/04/konsep-dasar-pendidikan-
karakter.html?m=1