ABSTRACT
One of the national problem in our education nowdays is the low quality of
it. It is, therefore, there are many efforts by the goverment to improit by to improve
the tools, instrument’s, human resources curriculum, budget and other else. In this
research is willing to know about the improvement of the quality of the student’s
activity the location in manado in 2016. The methods is qualitative one. The results
of the research is that by the gift of the portain for the student’s they will be given
the opportunity to strengthen the cognitive, effective and psicomotoric domain. In
cognitive domain they will enlarge the knowledge, creativity, inovation and change
the social action to sinergic effect, and the psicomotoric they are able to practice
the knowladge into action. The suggestions are (1) the student’s have to be en
courage to enrich the science and to be intellectual person (2) the student’s have to
suport to be good attitude (3) the student’s have to motivate to practice in the field.
32
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah nasional di bidang pendidikan kita selama ini adalah
rendahnya kualitas pendidikan. Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan jalan meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, memperbaiki kurikulum,
peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan,
dan lain sebagainya. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan
menjadi hal penting untuk diperhatikan karena mutu proses pembelajaran sebagian
besar ditentukan oleh mereka. Itulah sebabnya yang akan dibahas dalam tulisan ini
adalah kemampuan guru untuk menerapkan berbagai strategi dan metode yang
dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Profesi guru dewasa ini masih dihadapkan pada banyak persoalan karena
profesi guru merupakan suatu profesi yang selalu tumbuh dan berkembang. Salah
satu permasalahan di antaranya adalah profesi harus melalui pendidikan tinggi
keguruan. Hal ini telah diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
pada pasal 8 dinyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk tujuan pendidikan nasional. Dan lebih lanjutdijelaskan pada
pasal 9 bahwa kualifikasi akademik yang dimaksud melalui pendidikan tinggi
program sarjana atau program diploma empat.
Menurut Sagala (2013:11) guru sebagai suatu profesi secara holistik berada
pada tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Lebih lanjut dikatakan
bahwa guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya memiliki otonomi yang
tinggi.Tugas guru sangat banyak meliputi tugas kedinasandan profesinya di sekolah.
Tugas-tugas yang dimaksud meliputi mengajar, membimbing, melatih dan
melakukan evaluasi pada akhir kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui sampai
sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diperolehnya, guru
melakukan persiapan administrasi pembelajaran yang berkaitan dengan
pembelajaran, di samping itu guru berupaya meningkatkan kemampuan untuk
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak keinggalan jaman dan di luar
dari itu dia juga dituntut untuk bersosialisasi dengan masyarakat untuk
mengembangkan kemampuan sosialnya.
Guru sebagai suatu profesi yang mengemban tugas untuk mewariskan nilai-
nilai leluhur bangsa tidak boleh terisolasi dari perkembangan sosial masyarakatnya.
Karena guru harus mampu mengamati kehidupan masyarakat beserta nilai-nilai
luhur yang dianut oleh masyarakat itulah yang diangkat oleh guru untuk ditanamkan
kepada anak didik agar kelak dapat mewariskannya kepada generasi berikutnya.Di
sini guru berperan sebagai orangtua ke dua bagi siswanya setelah orangtua
kandung. Dengan demikian seorang guru yang profesional perlu menguasai ilmu
jiwa dan watak manusia agar dalam proses pembelajaran guru dapat melayani
siswa secara tepat.
33
B.Rumusan masalah
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab guru
sangat berat dan luas. Untuk memahami lebih jauh tugas dan tanggung jawab guru,
maka Roestiyah dalam Sagala (2013) menginventarisir tugas guru secara garis besar
yaitu : (1) mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan
pengalaman empirik kepada para muridnya, (2) membentuk kepribadian anak didik
sesuai dengan nilai dasar negara, (3) mengantarkan anak didik menjadi warga
negara yang baik, memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran
bagi anak didik, (4) mengarahkan dan membimbing sehingga memiliki kedewasaan
dalam berbicara, bertindak dan bersikap, (5) memfungsikan diri sebagai
penghubung antara sekolah dan masyarakat lingkungan baik sekolah negeri dan
sekolah swasta, (6) harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik dirinya,
maupun murid dan orang lain, (7) memfungsikan diri sebagai administrator dan
sekaligus manajer yang disenangi, (8) melakukan tugasnya dengan sempurna
sebagai amanat profesi, (9) guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal
perencanaan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya, (10)
membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi muridnya, dan (11) guru harus dapat merangsang anak didik untuk
memiliki semangat yang tinggi dan gairah yang kuat dalam membentuk kelompok
studi, mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka memperkaya
pengalanan. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa tugas guru begitu berat
tapi sangat menentukan keberhasilan anak didik untuk menata kehidupannya yang
lebih baik. Dari sini pula kita dapat mengetahui bahwa semua guru menginginkan
agar anak didiknya harus sukses dalam pembelajaran maupun nanti setelah menjadi
anggota masyarakat. Guru yang profesional akan selalu memberikan perhatian
kepada persoalan yang dialami oleh anak didik. Sehingga pada umumnya para guru
yang tinggi dedikasinya tidak mempedulikan hambatan yang dihadapinya yang
penting adalah agar anak didiknya mampu dan sukses.
C.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peran guru dalam membentuk karakteristik anak didik
atau lulusan yang memiliki karakter yang baik yaitu beriman, berakhlak yang
mulia, cakap, mandiri dan berguna bagi dirinya, bangsa dan negara sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomlor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional?
D.Manfaat penelitian
Mencapai mutu proses pembelajaran yang optimal untuk mencapai nilai
tambah bagi peserta didik.
34
II. KERANGKA DASAR TEORI
Dari hal-hal di atas maka pelaksanaan pendidikan kita harus sesuai hukum
yang berlaku yaitu Undang-Undang tersebut di atas.Tugas dan dan tanggung jawab
guru bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik. Melainkan
lebih dari itu, bahwa guru mempunyai kewajiban membentuk watak dan jiwa anak
didik sesuai ajaran agama, ideologi bangsa kita dan nilai-nilai luhur yang yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang tidak bertentangan dengan agama
dan ideologi bangsa kita.
Guru profesional yang memiliki sikap positif demikian itu sebenarkan
dilahirkan oleh perguruan tinggi yang bermutu dan juga guru yang merasa ada
panggilan untuk menjadi pendidik. Hal ini senada dengan pernyataan Sagala
(2013:13) bahwa mereka menjadi guru adalah pilihan utama keluar dari lubuk hati
yang dalam. Tentu berbeda bila seseorang menjadi guru adalah karena merasa tidak
mungkin diterima bekerja di tempat lain, atau karena situasi terpaksa, guru seperti
ini tentu dedikasinya rendah.
35
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki integritas yang tinggi
dalam arti bahwa apa yang dikatakan dan apa yang dilaksanakan harus seirama,
bukan hanya dengan kata-kata saja tetapi harus tercermin dalam bentuk perilaku,
tindakan dan contoh-contoh. Hal itu diungkapkan oleh Anwar dan Sagala (2006)
bahwa sikap dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang
tidak dibarengi dengan amal nyata.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa peran guru akan membentuk
karakteristik anak didik atau lulusan yang memiliki karakter yang baik yaitu
beriman, berakhlak yang mulia, cakap, mandiri dan berguna bagi dirinya, bangsa
dan negara sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomlor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Pendidikan karakter bukan diajarkan tapi melalui
latihan pembiasaan.
Berdasarkan kajian dan hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru sering mendominasi dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan metode ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara
menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekelompok siswa (Sanjaya, 2008:147). Penyajian melalui penuturan secara
lisan berarti peran guru lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan siswa.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran tentu mendengar, dan mencatat hal-hal yang
menurut mereka penting, namun jarang juga siswa mencatat karena mereka lebih
suka mendengar. Kegiatan pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi bosan
karena pembelajaran tidak menarik, tidak menantang dan tidak menyenangkan.
Oleh karena itu metode ceramah ini memiliki kadar cara belajar siswa aktif (CBSA)
yang sangat rendah. Metode ceramah ini merupakan metode sampai saat ini sering
digunakan oleh guru. Hal ini dilakukan oleh guru dengan beberapa pertimbangan,
juga karena adanya faktor kebiasaan baik dari guru maupun siswa. Guru merasa
puas kalau dalam proses pengelolaan pembelajaran menggunakan metode ceramah.
Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala guru memberikan
pelajaran melalui ceramah, sehingga guru berceramah berarti ada proses belajar dan
tidak ada guru berarti tidak ada belajar (Sanjaya, 2008).
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa selama ini guru dan siswa sangat
mengandalkan metode ceramah pada hal metode ini lebih menekankan pada
akativitas guru sehingga siswa lebih banyak pasif. Proses pembelajaran seperti ini
tidak meningkatkan mutu proses pembelajaran. Mutu proses pembelajaran
ditingkatkan manakala guru melakukan pendekatan yang berorientasi pada aktivitas
siswa. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
36
III. PEMBAHASAN
37
bermutu. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan seperti
visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita. Mutu masukan yang demikian ini memberi
inspirasi bagi sumber daya lain dalam membenahi proses pembelajaran yang
berkualitas.
Mutu proses pembelajaran dapat dicapai dengan mengoptimalkan
kemampuan sumber daya sekolah dalam mentransformasikan berbagai masukan
dan situasi tersebut untuk mencapai nilai tambah bagi peserta didik. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Umaedi (1999) yang menyatakan bahwa manajemen
sekolah dan manajemen kelas berfungsi mensinkronkan berbagai masukan
tersebut atau mensinergikan semua komponen yang ada dalam interaksi belajar
dan mengajar. Semua komponen yang merupakan masukan tadi bersinergi akan
mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam mendukung proses pembelajaran.
Suatu pendidikan dikatakan bermutu jika mampu melahirkan keunggulan
akademik dan ekstrakurikuler bagi peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu
jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Baik
keunggulan akademik maupun keunggulan ekstrakurikuler dapat diukur dengan
standar tertentu. Keunggulan akademik biasanya ditentukan dengan nilai yang
dicapai siswa atau peserta didik, sedangkan keunggulan ekstrakurikuler biasanya
dinyatakan dengan berbagai keterampilan yang diperoleh siswa selama mengikuti
program ekstrakurikuler.
Peningkatan mutu proses pembelajaran akan menghasilkan nilai pada
peserta didik yang memuaskan dan dengan kegiatan ekstrakurikuler dapat
menghasilkan berbagai keterampilan, di samping itu pula mutu luaran juga dapat
dilihat dari nilai-nilai hidup yang dinilai seperti moralitas, dorongan untuk maju,
dan sebagainya yang diperoleh anak didik selama mengikuti pendidikan.
38
kehidupan mereka. Oleh karena itu,kemajuan teknologi menuntut perubahan
peran guru. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber belajar bertugas
menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai pengelola sumber
belajar untuk dimanfaatkan siswa. Kedua, ledakan ilmu pengetahuan
mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai
setiap cabang keilmuan. Abad pengetahuan ini menjadi dasar perubahan. Bahwa
belajar, tidak sekedar menghafal informasi, menghafal rumus-rumus, tetapi
bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah
kemampuan berpikir. Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam
bidang psikologi, menimbulkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan
tingkah laku manusia. Dengan demikian terjadilah perubahan pola pikir manusia
yang pada awalnya beranggapan bahwa manusia sebagai organisme yang pasif
yang perilakunya dapat ditentukan oleh lingkungan seperti pandangan dari aliran
behavioristik, telah banyak ditinggalkan orang-orang sekarang lebih percaya
bahwa manusia adalah organisme yang memiliki potensi seperti dikembangkan
oleh aliran kognitif holistik. Potensi itulah yang akan menentukan perilaku
manusia. Oleh karena itu proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus,
akan tetapi usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Dengan demikian siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi sebagai subjek
belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Pengetahuan itu tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa itu sendiri.
Bertolak dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa mengajar jangan
diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa,
akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa
belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
Pengaturan lingkungan belajar merupakan proses menciptakan iklim yang
baik seperti penataan lingkungan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran
agar memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar sehingga mereka
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang
dimilikinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa
harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan.Hal demikian dimaksudkan untuk
membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.
Dalam kegiatan proses belajar di sekolah, guru mempunyai peran yang
sangat besar yaitu untuk membimbing, dan memotivasi peserta didik agar
peserta didikdapat menerima serta memahami materi yang telah disampaikan
serta bertujuan agar peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran.
IV. PENUTUP
Dalam proses pembelajaran guru sering mendominasi dengan
menerapkan metode ceramah. Metode ceramah memiliki kadar cara belajar
siswa aktif yang sangat rendah. Pada metode ini lebih menekankan pada
aktivitas guru sehingga siswa lebih banyak pasif. Proses pembelajaran seperti
ini tidak meningkatkan mutu proses pembelajaran. Mutu proses pembelajaran
dapat ditingkatkan manakala guru melakukan pendekatan yang berorientasi pada
39
aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran siswa berperan aktif, karena
dengan demikian siswa dapat mengembangkan dirinya yang meliputi potensi
kognitif, afektif dan psikomotor.
Pembangunan dalam bidang pendidikan memiliki kontribusi yang sangat
besar terhadap pembangunan bangsa. Oleh karena itu penyelenggaraan
pendidikan harus bermutu. Mutu proses pembelajaran dapat dicapai dengan
mengoptimalkan kemampuan sumber daya sekolah dalam mentransformasikan
berbagai masukan untuk mencapai nilai tambah bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, S. 2008. Visi Baru Manajemen Pendidikan Sekolah Dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara
Kurniasih, I. & Sani, B. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena
Koswara, D. & Triatna, C. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Rachmawati, T. & Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Gava Media
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sagala, S. 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta
40