Anda di halaman 1dari 99

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik


menjadi warganegara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam proses
berkembangnya pendidikan dewasa ini membawa suatu kenyataan bahwa
hampir disemua negara, baik yang telah maju maupun yang sedang
berkembang, pendidikan mendapat tempat yang paling penting dan
diprioritaskan, bahkan kadang disebut tempat yang sangat strategis dalam
pembangunan, dengan alasan inilah kiranya pendidikan itu sebagai suatu
ungkapan kepercayaan yang penuh harapan.

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat


kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk
memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada
seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai
generasi penerus.

Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam


lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian pendidikan
itu merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Salah satu upaya pemerintah dibidang pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan adanya wajib belajar sembilan
tahun yang dilaksanakan semenjak tahun 1994.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat beberapa


komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi,
bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan
pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan dan alat pendidikan.
Kelima komponen pendidikan tersebut akan terimplementasikan dalam proses
pembelajaran, yaitu aktivitas belajar mengajar. Seseorang dikatakan telah
belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dari tidak tahu
menjadi tahu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sekolah Menengah Pertama sebagai penggal lanjutan dari pendidikan


dasar , seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat
selanjutnya. Asesuai dengan Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran


yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah


Pertama, Standar Isi Mata Pelajaran PKn Tingkat SMP/MTs memuat Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi meliputi : (1)
Menunjukkan sikap positif terhadap norma – norma yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (2) Mendeskripsikan
makna Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama, Menampilkan sikap
positif terhadap perlindungan dan penegakaan Hak Azasi Manusia ( HAM ),
(4) Menampilkan perilaku kemerdekaan mengemukakan pendapat, (5)
Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai Pancasila, (6)
Memahami berbagai konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, (7)
Menampilkan ketaatan terhadap perundang – undangan nasional, (8)
Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, (9)
Memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan di Indonesia, (10)
Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara, (11) Memahami
pelaksanaan otonomi daerah, (12) Memahami dampak globalisasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (13) Menampilkan
prestasi diri sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa. Dari Standar
Kompetensi tersebut di atas, penulis memilih butir ketiga yaitu menampilkan
sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Azasi Manusia
(HAM), sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang


aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik
dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai
pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan
aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di
sekolah.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu
faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi
belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina
kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan
lingkungan.

Dalam kenyataannya, kondisi di kelas VII E berjumlah 32 anak, laki – laki


berjumlah 17 anak, perempuan berjumlah 15 anak. Hasil tertinggi 80 terndah
45, rata – rata 68,13. Sehingga jika KKM 75 maka siswa yang belum tuntas
sebanyak 20 anak atau 62,5 %.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi


baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran
yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa ,
memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan
kontekstual dalam kehidupan nyata dan mengembangkan mental kuat pada
siswa.

Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang


mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif
maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa
dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini
penulis memilih model “pembelajaran berdasarkan masalah” dalam
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran
PKn.

Pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu proses belajar mengajar


didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu
fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan -
permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk
berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan
siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif
yang berbeda diantara mereka.

Menurut E. Mulyasa ( 2003 : 45 ) Pembelajaran aktif dengan


menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru
bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi
yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai
akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini model pembelajaran
berdasarkan masalah sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning), merupakan salah satu alternatif yang
dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
PKn.

Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,


dirancang untuk mengkaji penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah dalam meningkatkan hasil belajar dalam memecahkan masalah HAM
dalam mata pelajaran PKn.
Langkah – langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah meliputi : (1)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, (2) Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut, (3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, (4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai, (5) Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi.

B. Identifikasi Masalah

1. Masih rendahnya hasil belajar PKn dalam memecahkan masalah.

2. Masih rendahnya motivasi belajar

3. Rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn.

4. Kreatifitas guru yang masih kurang.

5. Masih rendahnya keaktifan siswa belajar PKn dalam memecahkan masalah

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus maka diperlukan adanya pembatasan


masalah yaitu :

1. Masih rendahnya hasil belajar PKn dalam memecahkan masalah.


2. Masih rendahnya keaktifan siswa belajar PKn dalam memecahkan
masalah.

3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada


siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka


dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah melalui penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat meningkatkan keaktifan siswa belajar PKn dalam memecahkan
masalah HAM bagi siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Sidoharjo pada
semester 2 tahun pelajaran 2012 / 2013?
2. Apakah melalui penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat meningkatkan hasil belajar PKn dalam memecahkan masalah HAM
bagi siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Sidoharjo pada semester 2 tahun
pelajaran 2012 / 2013?

3. Apakah guru sudah menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada


siswa?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar PKn.

2. Tujuan Khusus.

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah HAM pada


Mata Pelajaran PKn kelas VII E SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen
semester 2 tahun pelajaran 2012 / 2013.

b. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah HAM


pada Mata Pelajaran PKn kelas VII E SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen
pada semester 2 tahun pelajaran 2012 / 2013, sehingga pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.

c. Meningkatkan kreatifitas guru dalam penggunaan model pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis yaitu


a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang keaktifan dan hasil
belajar PKn melalui penggunaan model pembelajaran berdasarkan
masalah.

b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis, dirinci :

a. Bagi Siswa:

1) Tumbuhnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran

2) Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek kognitif maupun


afektif.

3) Meningkatnya ketrampilan sosial siswa dalam bergaul di


lingkungan sosialnya.

4) Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar.

b. Bagi Guru :

1) Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk


memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.

2) Diperolehnya model pembelajaran yang tepat untuk materi bahasan


HAM.

c. Bagi Sekolah :

1) Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan.

2) Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses


pembelajaran yang bermutu.

3) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.   Kajian Teori

1. Pembelajaran

a. Hasil belajar

Menurut Muchtar Buchori belajar adalah perubahan dalam diri


seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku. Belajar
merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui
penguatan, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan
persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman, demikian pendapat
John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat.

Menurut Wingkel ( 1987 : 38 ) yang dikutip oleh Drs. Gini ( 1989 :


6 ) Belajar adalah aktivitas mental ( psikis ) yang berlangsung dalam
interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan,
pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini
bersifat konstan dan tetap. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa belaj tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan
yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial
maupun aktual. Perubahan ini berbentuk kemampuan baru yang
dimiliki dalam waktu yang relatif lama ( konstan ). Serta perubahan –
perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh
individu yang sedang belajar.

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif


dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak
mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik
mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif
(afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric
domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.

Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :

a. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang

memungkinkan siswa menguasai teknik menemukan pengetahuan


dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.

b. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan


untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening,
Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam
potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan
mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi
konflik

c. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk


hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh
toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.

d. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran untuk mencapai


tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama,
kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa
yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua
yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang
rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil
dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa
sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya,
berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan
emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut kecerdasan emosi.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa
melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan
pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi siswa dalam
kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif
dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung
jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta
bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Hasil Belajar PKn pada materi HAM

Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk


mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang
demokratis dan bertanggung jawab.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn yaitu :

1) PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang


berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik,
hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu
lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan
kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan
perilaku demokrasi warganegara.

1) PKn mengembangkan daya nalar bagi para peserta didik.


Pengembangan karakter bangsa merupakan proses
pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar
tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan
kecerdasan warga negara sebagai landasan pengembangan
nilai dan perilaku demokrasi.

2) PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan


pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan
partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika
dan penalaran. Untuk memfasilitasi pembelajaran PKn yang
efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang
dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak,
terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari
lingkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung.

1) kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn,


pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan
bukan semata-mata melalui mengajar demokrasi, tetapi
melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan
cara hidup secara demokrasi. Penilaian bukan semata -mata
dimaksudkan sebagai alat kendali mutu tetapi juga sebagai alat
untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih
dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara
menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang
lebih berbasis kelas.

Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah
mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi
siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun
masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan
budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan)
serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional.
Hasil belajar di dapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan
sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil
kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

Pengertian dasar hak asasi manusia berdasarkan Deklarasi


Universal HakAsasi Manusia ( DUHAM ) adalah hak untuk
kebebasan dan persamaan derajat yang diperoleh sejak lahir serta
tidak dapat dicabut dari seseorang. Sedangkan menurut Undang-
undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, hak asasi
manusia didefinisikan sebagai hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh
karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak
boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.

Pengertian hak asasi manusia tersebut mengandung adanya tiga


hak elementer yang tidak boleh dicabut dari seseorang sebagai
individu, yakni hak hidup, hak untuk tidak dianiaya, dan adanya
kebebasan. Disamping hak ekonomi, sosial dan budaya yang
berhak dimiliki setiap orang ” sebagai anggota masyarakat” dan
tidak dapat dikesampingkan bagi martabat manusia dan kebebasan
dalam mengembangkan kepribadiannya. Dari pengertian dasar hak
asasi manusia juga muncul pengakuan bahwa setiap orang berhak
atas ketertiban sosial dan internasional sehingga dalam
melaksanakan hak dan kebebasannya, setiap orang tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan oleh hukum.

Dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


memuat 11 bab, 106 pasal. Dalam Bab III tentang Hak Asasi
Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia, memuat 10 bagian
sebagai berikut : (1) Hak untuk hidup ( pasal 9 ), (2) Hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan ( pasal 10 ), (3) Hak
mengembangkan diri ( pasal 11 – 16 ), (4) Hak memperoleh
keadilan ( pasal 17 – 19 ), ( 5 ) Hak atas kebebasan pribadi ( pasal
20 – 27 ), (6) Hak atas rasa aman ( pasal 28 – 35 ), (7) hak atas
kesejahteraan ( pasal 36 – 42), (8) Hak turut serta dalam
pemerintahan (pasal 43-44), (9) Hak wanita ( pasal 45-51 ), (10)
Hak anak ( pasal 52-66 )

2. Model – model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan


bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Menurut Arends ( Nurhayati Abbas, 2000 : 12) menyatakan


bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada
masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan
yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus
dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan
berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan
pengetahuan konsep – konsep penting.

Menurut Winataputra ( 2001 ), model pembelajaran adalah


kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Berikut ini adalah
pengertian model pembelajaran menurut pendapat tokoh
pendidikan Agus Suprijono model pembelajaran adalah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan  prosedur
sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Dapat pula dikatakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, sebenarnya model
pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan,
strategi atau metode pembelajaran.

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus


diantaranya adalah : (1) Rasional teoritik yang logis yang disusun
oleh para pencipta atau pengembangnya. (2) Landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana siswa belajar. (3) Tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil. (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Macam – macam Model Pembelajaran

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam


model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang
agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu
dalam penerapannya. Sedangkan model pembelajaran menurut
Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: (1)
pembelajaran langsung, (2) pembelajaran kooperatif, (3)
pembelajaran berdasarkan masalah, (4) diskusi, (5) learning
strategi.

Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang


dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil
belajar siswa. Diantaranya adalah : (1) Model Pembelajaran
Konstekstual, (2) Model Pembelajaran Kooperatif, (3) Model
Pembelajaran Quantum, (4) Model Pembelajaran Terpadu (5)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBL )
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan
Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3)
model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Sebagai seorang guru yang baik harus mampu memilih


model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu
dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan
keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber
belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar
siswa.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat


pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya.
Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten
adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar.
Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut
bagaimana seorang guru mampu menguasai ketrampilan dasar
mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,
menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya,
juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan
pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

Pengajar tidak menerapkan semua model untuk setiap mata


pelajaran karena tidak semuanya cocok untuk setiap topik atau
mata pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih model / strategi pembelajaran, yaitu : (1) tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, (2) sifat bahan / materi ajar, (3)
kondisi siswa, (4) ketersediaan sarana prasarana belajar.
c. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu model


pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam
kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu
fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan
yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari
pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas
guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk
bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang
berbeda diantara mereka.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, dkk).

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah berlangung secara


alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan
masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa
mengerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa
mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang
mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi
dirinya dan bergumul dengan ide-ide.

Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah tugas guru


mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan
lama dengan pengetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak
harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya.

Langkah – langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah


meliputi : (1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, (2) Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut, (3) Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, (4)
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai, (5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi.

3. Keaktifan Belajar Siswa

a. Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja,


giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata
keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan (Em Zul Fajri dan
Ratu Aprilia Senja, 2004: 36). Dalam mengkategorikan
keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat
digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.
Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi (1)  keaktifan indera
yaitu  pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain; (2)
keaktifan akal; serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga
termasuk dalam sumber pembelajaran yang merupakan
kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain (Mulyasa,
2008: 158).

Pembelajaran aktif bertitik tolak dari anggapan bahwa siswa


memiliki potensi, dan dapat diwujudkan apabila diberi banyak
kesempatan untuk berpikir sendiri. Oleh karena itu cara
memandang dan menyikapi tugas guru juga berorientasi bukan
lagi sebagai seseorang yang serba tahu yang siap untuk memberi
kebijaksanaan, melainkan sebagai kasalisator terjadinya proses
belajar dan siswa secara terus menerus berusaha
menyempurnakan diri sehingga mampu menjadi katalis yang
semakin meningkat kemampuannya (Hasibuan dan Moedjiono,
2009: 12).

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk


mengembangkan keaktifan siswa melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Aktifitas siswa menjadi hal yang penting
karena kadangkala guru lebih menekankan pada aspek kognitif,
dengan menekankan pada kemampuan mental yang dipelajari
sehingga hanya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan.
Guru perlu menyadari bahwa pada saat mengajar, guru lebih
memposisikan dirinya sebagai fasilitator.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting


dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan
oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar
ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik
intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia belajar
yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki
anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang
positif  saat lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk
perkembangan keaktifan itu (Aunurrahman, 2009: 119).

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi.


Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Strategi pembelajaran harus
dapat mendorong aktifitas siswa. Aktifitas tidak terbatas pada
aktifitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktifitas yang bersifat
psikis seperti aktifitas mental (Wina Sanjaya, 2007: 130).

Menurut Sudjana (2001:72), keaktifan siswa dalam


mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut
serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam
pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru
apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4)
berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah; (5) melatih diri dalam memecahkan
masalah atau soal; serta (6) menilai kemampuan dirinya dan
hasil-hasil yang diperoleh.

Dalam proses belajar mengajar terjadi aktivitas guru dan


siswa. Hal ini yang memotivasi siswa untuk cenderung aktif
dalam belajar. Aunurrahman (2009: 119) menyatakan keaktifan
siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar
yang harus dipahami, dan dikembangkan setiap guru dalam
proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari
potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui
aktifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Trinandita (2008) menyatakan bahwa, “Hal yang paling


mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah
keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan
siswa maupun dengan siswa itu sendiri.

Sriyono, dkk (dalam Syafaruddin, 2005: 213) menyatakan


bahwa keaktifan siswa adalah pada waktu guru mengajar, guru
harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani
maupun rohani. Belajar aktif ditunjukkan dengan adanya
ketertiban intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses
belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi
mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi
terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan
hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Kegiatan
tersebut memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan
lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk
mengembangkan kemampuannya (Syaiful Bahri Djamarah,
2010: 362).

Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa


aktivitas atau keaktifan yaitu segala kegiatan perubahan tingkah
laku individu dengan melakukan interaksi dengan
lingkungannya untuk mencapai tujuan. Keaktifan siswa dalam
belajar tidak akan muncul begitu saja. Akan tetapi tergantung
dengan lingkungan dan kondisi dalam kegiatan belajar.

b. Faktor – faktor Keaktifan Belajar Siswa

Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang didalamnya


siswa dapat berperan aktif, maka dapat diperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa, yaitu:(1)
Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga
mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, (2)
Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada
siswa), (3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa, (4)
Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan
dipelajari), (5) Memberi petunjuk kepada siswa cara
mempelajarinya, (6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran, (7) Memberi umpan balik (feed
back), (8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes,
sehingga kemampua siswa selalu terpantau dan terukur, (9)
Menyimpulkan setiap materiyang disampaikan di akhir
pelajaran. (Gagne dan Briggs, dalam shodik Sunandar, 2012)

c. Jenis Aktifitas Belajar

Beberapa jenis aktifitas belajar menurut Dierich (dalam Oemar


Hamalik, 2004: 172) adalah: (1) Kegiatan-kegiatan visual. Kegiatan
ini meliputi membaca, melihat, mengamati, mendemonstrasikan, dan
pameran, (2) Kegiatan-kegiatan lisan. Kegiatan ini meliputi
mengemukakan pendapat, wawancara, bertanya, diskusi, dan
interupsi, (3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Kegiatan ini meliputi
mendengarkan pelajaran, mendengarkan diskusi kelompok, (4)
Kegiatan-kegiatan menulis. Kegiatan ini meliputi menulis ceita,
mengerjakan tes, dan menulis karangan, (5) Kegiatan-kegiatan
menggambar. Kegiatan ini meliputi menggambar grafik, diagram peta,
dan pola, (6) Kegiatan-kegiatan metrik. Kegiatan ini meliputi
melakukan percobaan, memilih alat-alat, dan membuat model, (7)
Kegiatan-kegiatan mental. Kegiatan ini meliputi mengingat,
merenungkan, dan memecahkan masalah, (8) Kegiatan-kegiatan
emosional. Kegiatan ini meliputi minat, membedakan, berani, tenang,
dan lain – lain.

d. Prinsip – Prinsip Belajar

Terdapat beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang


tumbuhnya cara belajar siswa aktif, yakni :

1)    Stimulasi Belajar

Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya


dalam bentuk stimulus. Proses pemberian stimulus tersebut
dapat berbentuk verbal, bahasa, visual, auditif, dan lainnya.
Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi
yang dingin disampaikan guru kepada siswa .

2)  Perhatian dan motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses


belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil
belajar yang dicapai siwa tidak akan optimal. Stimulus belajar
yang diberikan guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian
dan motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi belajar siswa
tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar
berlangsung. Oleh sebab itu perlu diusahakan oleh guru untuk
menumbuhkan perhatian dan motivasi.

3)   Respons yang dipelajari

Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak


dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons
siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat
mencapai hasil belajar yang dikehendaki. Keterlibatan siswa
atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi
berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap
informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan
belajar dan sebagainya.

Keterkaitan guru dan siswa dalam kaitannya dengan


stimulus dan respon didukung oleh penerapan strategi belajar
yang tepat. Strategi pembelajaran yang melibatkan guru dan
siswa, lebih efektif daripada tanpa bantuan dari guru.

Teaching strategies in which the teacher and the students work


together are generally more effective that those in which the
student are expected to learn new words without the teacher’s
help (Ross, Burns Roe, 1992: 195).

4)  Penguatan

Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap


kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang
kembali manakala diperlukan. Hal ini berarti apabila respons
siswa terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka
siswa cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut.
Sumber penguat belajar untuk memuaskan kebutuhan berasal
dari nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa,
ganjaran, hadian dan lainnya.
5)   Pemakaian dan pemindahan

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi


yang tidak terbatas jumlahya. Dalam hal penyimpanan informasi
yang tidak terbatas penting sekali diperhatikan pengaturan dan
penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali
apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang telah
diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam
situasi yang serupa. Belajar dengan memperluas pembentukan
asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang
serupa di masa mendatang (Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, 2004: 214).

B. Kerangka Berpikir

Kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran


berdasarkan masalah. Maka masih banyak siswa yang belum tuntas, dan nilai
rata – rata sangat rendah atau hasil belajar PKn dalam memecahkan masalah
masih sangat rendah. Supaya tidak banyak siswa yang hasil belajarnya rendah,
maka perlu adanya suatu tindakan yang dilakukan guru yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.

Pada siklus I menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah


secara berkelompok besar (setiap kelompok 8 – 10 orang) dalam pembelajaran
PKn masalah Hak Asasi Manusia. Dari siklus tersebut dihasilkan bahwa
keaktifan siswa dan hasil belajar PKn masih rendah, sehingga perlu dilakukan
siklus II.

Pada siklus II menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah


secara berkelompok kecil ( tiap kelompok 4 – 5 orang ) dalam pembelajaran
PKn masalah Hak Asasi Manusia. Setelah melakukan pembelajaran dengan
siklus II bisa dilihat bahwa hasilnya sudah meningkat dibanding kondisi awal
dan siklus I.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus
menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model
pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada
siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru
merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif
dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga
tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi,
cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif
baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar
mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara
totalitas adalah pembelajaran berdasarkan masalah. Setelah itu, tugas guru
adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan
masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.

Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pendekatan dengan model


Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan keaktifan dan
kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif. Siswa dapat membangun
sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya
sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang
sebenarnya.Siswa bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan
dengan kenyataan sehingga peningkatan keaktifan dan hasil belajar yang
didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada
kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).

Kondisi akhir diduga melalui model pembelajaran berdasarkan masalah


dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah HAM bagi
siswa kelas VII E SMPN 2 Sidoharjo, Sragen pada semester 2 tahun pelajaran
2012 / 2013. Selain itu juga dapat meningkatkan hasil belajar PKn dalam
memecahkan masalah HAM bagi siswa kelas VII E SMPN 2 Sidoharjo,
Sragen pada semester 2 tahun pelajaran 2012 / 2013. Dari uraian tersebut
dapat diduga bahwa dengan penggunaan model pembelajaran berdasarkan
masalah dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar PKn
dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan


hipotesis tindakan sebagai berikut :

1. Melalui penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah


dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah
HAM bagi siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen
Tahun Pelajaran 2012 / 2013.
2. Melalui penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat meningkatkan hasil belajar PKn dalam memecahkan
masalah HAM bagi siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Sidoharjo,
Sragen Tahun Pelajaran 2012 / 2013.
3. Penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam
pembelajaran PKn Kelas VII E Semester Negeri 2 Sidoharjo,
Sragen dapat diimplementasikan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan selama 6 bulan, dimulai pada bulan


Januari 2013 sampai bulan Juni. Dimulai dengan menyusun proposal PTK
yaitu kira-kira 2 minggu pada bulan Januari 2013. Dilanjutkan dengan
menyusun instrumen penelitian waktunya juga kira-kira 2 minggu. Setelah
itu pengumpulan data dengan melakukan tindakan yaitu siklus 1 dan siklus
2 yang dilaksanakan pada bulan Februari dan bulan Maret minggu 1 dan 2
tahun 2013. Kemudian mengadakan analisis data yaitu kira-kira 4 minggu
pada bulan Maret minggu 3 dan 4 serta minggu 1 dan 2 bulan April 2013.
Pembahasan / diskusi dilakukan pada minggu 3 dan 4 bulan April 2013.
Dan terakhir adalah menyusun laporan hasil penelitian yang dilaksanakan
pada bulan Mei dan Juni 2013.

Alasan pengumpulan data / pelaksanaan tindakan dilakukan pada


waktu itu karena hari masuk dan materi yang kami teliti diberikan pada
waktu itu

Tabel 1

Alokasi Waktu Penelitian

No Uraian Kegiatan Ja F Mar Apr Mei Jun


n e
b

1 Menyusun Proposal
PTK

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen pada


siswa kelas VII A dengan jumlah siswa 40 orang, yang terdiri dari 19
orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat
mata pelajaran PKn berlangsung dengan Kompetensi Dasar ”
Mendeskripsikan Kasus Pelanggaran dan Upaya Penegakan HAM ”.

Penelitian diadakan di kelas VII A SMP Negeri 2 Sidoharjo,


Sragen karena siswa kelas VII A itu mempunyai masalah sesuai yang kami
teliti dan sesuai pembagian tugas mengajar.

B. Subjek Penelitian.

Karena Guru bertindak sebagai peneliti, maka subjek penelitiannya adalah


siswa yaitu siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen pada Tahun
Pelajaran 2012 / 2013.Jumlah siswa 32 laki-laki 17 perempuan 15.

C. Sumber Data
Sumber data berasal dari subjek penelitian yaitu nilai ulangan harian siswa
pada Kompetensi Dasar ” Mendeskripsikan Kasus Pelanggaran dan Upaya
Penegakan HAM ”.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes ( bentuknya tertulis, lesan dan perbuatan )

b. Non Tes ( bentuknya wawancara, pengamatan, dan chek list )

2. Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Tes, alat yang digunakan berbentuk butir soal tes. Evaluasi
dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa.

b. Teknik Non Tes,

 Teknik non tes yang berupa wawancara alat yang digunakan


berbentuk pedoman wawancara.
 Teknik non tes yang berupa observasi alat yang digunakan berupa
lembar observasi.

Teknik tersebut dirgunakan untuk mengetahui peningkatan


aktivitas siswa dan pemunculan sikap kooperatif siswa.

E. Validasi Data

Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktivitas
siswa saat mata pelajaran PKn dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui
tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar
dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan di atas.

Data kuantitatif yang diambil adalah data dari hasil tes, presensi, nilai
tugas, sedangkan data kualitatif adalah data yang menggambarkan keaktifan
siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan
atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.

F.Analisis Data

Dengan menggunakan analisis komparatif dan analisis kritis. Analisis


komparatif dengan melihat perbedaan pencapaian hasil prestasi dengan
membandingkan hasil kondisi awal, hasil siklus 1 dan hasil siklus 2.

Analisis kritis dengan memberikan penjelasan tentang gambaran ada


tidaknya peningkatan prestasi, sebab – sebab tentang peningkatan prestasi.

Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran pada kondisi awal
masih sangat sedikit, maka diadakan suatu tindakan yaitu dengan mengadakan
tes setelah siklus 1, tetapi hasilnya belum juga baik, maka diadakan tes setelah
siklus 2 yang hasilnya sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan
hasil kondisi awal maupun hasil siklus 1.

Data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran pada


kondisi awal dengan siklus 1 masih tetap sama hasilnya, maka diadakan siklus
2 yang hasilnya mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1.

Data nilai rata- rata pemahaman siswa tentang HAM pada kondisi awal
masih sangat rendah sekali, maka mengadakan suatu tindakan dengan
menggunakan tes setelah siklus I, tetapi hasilnya belum baik, maka diadakan
tes siklus 2 yang hasilnya sudah menunjukkan peningkatan dibanding dengan
kondisi awal maupun pada siklus 1.

Begitu juga untuk prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada
kondisi awal dengan siklus 1 masih sama, maka diadakan siklus 2 yang
hasilnya atau prosentasenya mengalami peningkatan dibandingkan siklus 1.

G. Indikator Kinerja

Target yang ingin dicapai meliputi :


1. Hasil belajar siswa mencapai minimal KKM (75)
2. Keaktifan siswa minimal mencapai 80 %

3. Guru sudah menerapkan model pembelajaran berdasar masalah dengan


baik

H. Prosedur Penelitian`

Metode dalam penelitian ini mempergunakan metode tindakan kelas


(Class Action Research) yang dikembangkan dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran secara praktis dalam bentuk tindakan-tindakan bagi suatu kelas
yang telah disesuaikan dengan permasalahan yang dimiliki kelas tersebut.

Prosedur penelitian tindakan menggunakan 2 siklus, yaitu siklus 1 dan


siklus 2, setiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu : perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.

1. Siklus 1

a. Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses


belajar mengajar.

3) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual


dan pembelajaran berdasarkan masalah.

6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.


7) Menyusun lembar kerja siswa

8) Mengembangkan format evaluasi

9) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

b. Tindakan

1) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

2) Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.

3) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat


pada buku sumber.

4) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang


dipelajari.

5) Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah


dipersiapkan oleh guru.

6) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.

7) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

c. Pengamatan

1) Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang


sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk
mengumpulkan data.

2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja


siswa (LKS).

d. Refleksi

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi


evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang
scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk


digunakan pada siklus berikutnya.

 2. Siklus 2     

a. Perencanaan

1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi


dan penetapan alternative pemecahan masalah.

2) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

3) Pengembangan program tindakan II.

b. Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi


masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative
pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

1) Guru melakukan apersepsi ( membentuk kelompok kecil ) tiap


kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa

2) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan


yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3) Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan


materi.

4) Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.

5) Siswa menceritakan unsur-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada


gambar.
6) Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan
diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil
diskusi untuk dilaporkan.

7) Presentasi hasil diskusi.

8) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

c. Pengamatan (Observasi)

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan


dan mencatatsemua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah


dikembangkan.

d. Refleksi

1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan


data yang terkumpul.

2) Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus


II.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi

4) Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan


mengalami kemajuan minimal 15% dari siklus I.

Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi
proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ”
Pembelajaran berdasarkan masalah ” dengan mengadakan diskusi
kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani
mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang masalah
Hak Asasi Manusia di Indonesia.

Melalui diskusi kelompok, proses pembelajaran diharapkan lebih


menyenangkan, menumbuhkan motivasi dan kreativitas pada diri
siswa, serta meningkatkan kerjasama dan partisipasi aktif setiap siswa.

Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam


dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara
tentang sikap siswa terhadap hak asasi manusia. Bila 70% siswa telah
berhasil , permasalahan HAM di Indonesia melalui model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah, maka tindakan tersebut
diasumsikan sudah berhasil.

Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ”


Mendiskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM ” dan
aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut :

Table 1.

Kriteria nilai penguasaan materi / kasus pelanggaran HAM

No NIlai Kriteria

1 < 5,9 Kurang

2 6,0 - 7,50 Sedang

3 7,51 - 8,99 Baik

4 9,00 - 10 Baik Sekali

Table 2.

Kriteria aktivitas siswa yang relevan


No NIlai Kriteria

1 < 50 Kurang

2 60 - 69 Sedang

3 70 - 89 Baik

4 90 - 100 Baik Sekali

      

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Dalam Pembelajaran PKn belum menggunakan model pembelajaran


berdasarkan masalah. Dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru, ngobrol dengan teman, mengerjakan
tugas lain, dan masih banyak siswa yang pasif dan kreativitas siswa dalam
belajar masih rendah. Maka hasil ulangan harian pada kondisi awal masih
sangat rendah sekali. Nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, nilai rata – rata
59,75 dan rentang nilai 30. Data aktivitas siswa yang relevan dengan
pembelajaran rata – rata masih sangat rendah sekali yaitu 42,50 %.Dan data
aktivitas siswa yang tidak relavan dengan pembelajaran rata – rata masih
sangat tinggi sekali yaitu 27,25%.

Tabel 3

Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

No Uraian Ulangan harian

1 Nilai Terendah 40

2 Nilai Tertinggi 70

3 Nilai Rerata 59,75

4 Rentang Nilai 30

B. Deskripsi Hasil Siklus 1

1. Perencanaan Tindakan

a. Apersepsi

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah


dengan membentuk kelompok besar (tiap kelompok 8 – 10 siswa ).

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses


belajar mengajar.

3) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual


dan pembelajaran berdasarkan masalah.

6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.

7) Menyusun lembar kerja siswa


8) Mengembangkan format evaluasi

9) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

b. Kegiatan inti

1) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

2) Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.

3) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat


pada

buku sumber.

4) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang


dipelajari.

5) Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah


dipersiapkan oleh guru.

6) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.

7) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

c. Penutup

Diakhiri dengan mengadakan ulangan harian atau tes.

2. Pelaksanaan Tindakan pada siklus 1

Dalam pembelajaran PKn guru sudah menggunakan model pembelajaran

berdasarkan masalah secara kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 8 –

10 siswa.

a. Apersepsi

1) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

2) Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat


pada buku sumber.
2) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang
dipelajari.

3) Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah


dipersiapkan oleh guru.

4) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.

c. Penutup

Diakhiri dengan mengadakan ulangan harian.

3. Hasil Pengamatan

proses pembelajaran siswa yang tidak memperhatikan penjelasan


guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan tugas lain masih ada tetapi
berkurang, kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias sehingga
siswa yang pasif Dalam dalam pembelajaran makin berkurang.

Maka dari itu hasil belajar juga mengalami peningkatan. Hasil


ulangan harian siklus 1 : Nilai terendah 45, nilai tertinggi 85, nilai rata –
rata 64, 83 dan rentang nilai 40. Data aktivitas siswa yang relevan dengan
pembelajaran rata –rata 62,50 % sudah mengalami peningkatan
dibamding dengan kondisi awal.

Dan data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran


rata – rata 21, 67 % sudah mengalami penurunan dibanding kondisi awal.

Tabel 4

Nilai Ulangan Harian Akhir Siklus 1

No Uraian Ulangan Harian


1 Nilai Terendah 45
2 Nilai Tertinggi 85
3 Nilai Rerata 64,83
4 Rentang Nilai 40

4. Refleksi

Dalam proses pembelajaran terdapat peningkatan keaktivan siswa


dalam pembelajaran, sehingga dapat mengurangi siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan
tugas lain. Kreativitas siswa dalam mengerjakan soal meningkat.

Dalam hasil belajar nilai terendah meningkat dari 40 menjadi 45,


nilai tertinggi dari 70 menjadi 85, nilai rata – rata dari 59,75 menjadi 64,
83 dan rentang nilai 30 menjadi 40. Data aktivitas siswa yang relevan
dengan pembelajaran juga mengalami peningkatan dari rata – rata 42,50 %
menjadi 62,50 % .

Dan data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran


mengalami penurunan dari rata – rata 27, 25 % menjadi 21,67 %.

C. Deskripsi Hasil Siklus 2

1. Perencanaan Tindakan

a. Apersepsi

Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternative pemecahan masalah ( dengan membentuk
kelompok kecil yang anggotanya 4 – 5 siswa )

b. Kegiatan Inti

1) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

2) Pengembangan program tindakan II

c. Penutup

Diakhiri dengan mengadakan ulangan harian / tes.

2. Pelaksanaan Tindakan pada siklus 2

Dalam pembelajaran PKn sudah menggunakan model pembelajaran


erdasarkan masalah secara kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 –
5 siswa.

a. Apersepsi
Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternative pemecahan masalah ( dengan membentuk
kelompok kecil yang anggotanya 4 – 5 siswa )

b. Kegiatan Inti

1) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan


yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

2) Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan


materi.

3) Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.

4) Siswa menceritakan unsur-unsur Hak Asasi Manusia yang ada pada


gambar.

5) Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan


diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil
diskusi untuk dilaporkan.

6) Presentasi hasil diskusi.

7) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

c. Penutup

Diakhiri dengan mengadakan ulangan harian / tes.

3. Hasil Pengamatan

Dalam proses pembelajaran siswa yang tidak memperhatikan


penjelasan guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan tugas lain masih
ada 3 siswa, kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias dan kreatif.

Hasil ulangan harian siklus 2 : Nilai terendah 60, nilai tertinggi 95,
nilai rata – rata 77 dan rentang nilai 35 Data aktivitas siswa yang relevan
dengan pembelajaran rata – rata 82,86 % sudah mengalami peningkatan
dibanding dengan kondisi awal dan siklus 1. Dan data aktivitas siswa yang
kurang relevan dengan pembelajaran rata – rata 9,17 % sudah mengalami
penurunan dibanding kondisi awal dan siklus 1.

Tabel 5

Nilai Ulangan Harian Akhir Siklus 2

No Uraian Ulangan Harian


1 Nilai Terendah 60
2 Nilai Tertinggi 95
3 Nilai Rerata 77
4 Rentang Nilai 35

4. Refleksi

Dalam proses pembelajaran terdapat peningkatan keaktivan siswa


dalam pembelajaran, sehingga dapat mengurangi siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, mengobrol dengan teman, mengerjakan
tugas lain. Kreativitas siswa dalam mengerjakan soal meningkat. Maka
dari itu hasil belajar juga mengalami peningkatan.

Dalam hasil belajar nilai terendah mengalami peningkatan dari 45


menjadi 60, nilai tertinggi dari 85 menjadi 95, nilai rata – rata dari 64,83
menjadi 77, dan rentang nilai dari 40 menjadi 35.Data aktivitas siswa yang
relevan dengan pembelajaran rata – rata dari 62,50 % menjadi 82,86 %.
Dan data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran rata –
rata dari 21,67 % menjadi 9,17 % .

D. Pembahasan / Diskusi

Pelaksanaan tindakan pada kondisi awal guru belum menggunakan model


pembelajaran berdasarkan masalah. Pada siklus 1 dalam pembelajaran Pkn
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah secara kelompok
besar yang tiap – tiap kelompok terdiri dari 8 – 10 siswa. Dalam siklus 2
dalam pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran berdasarkan
masalah secara kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 3 – 4 siswa.
Pada proses pembelajaran kondisi awal siswa masih banyak yang tidak
aktif dalam pembelajaran yaitu masih adanya siswa yang tidak memperhatikan
guru, mengobrol dengan teman, dan mengerjakan tugas lain. Dalam siklus 2
siswa yang pasif dalam pembelajaran makin berkurang, kreativitas siswa
dalam belajar nampak antusias. Dalam siklus 2 siswa aktif dalam
pembelajaran, kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias dan kreatif.

Dalam hasil belajar kondisi awal ulangan harian nilai terendah 40, nilai
tertinggi 70, nilai rata – rata 59,75 dan rentang nilai 30. Pada siklus 1 nilai
terendah 45, tertinggi 85, rata – rata 64,83 dan rentang nilai 40. Siklus 2 nilai
terendah 60, tertinggi 95, rata – rata 77, dan rentang nilai 35.

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keaktivan siswa


dalam proses pembelajaran PKn

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari
rata – rata 59,75 menjadi 77.

E. Hasil Tindakan

Proses Belajar mengajar yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan


kelas ini dijabarkan dalam dua tahap pembelajaran, dimana pembelajaran
pertama sebagai dasar penilaian bagi perubahan yang dilaksakan dalam proses
pembelajaran kedua, sedang pembelajaran kedua akan dijadikan dasar
perhitungan perubahan peningkatan prestasi anak pada tahap pembelajaran
berikutnya bila diperlukan. Masing-masing pembelajaran tentunya dilakukan
dengan metode yang berbeda atau bervariasi. Metode yang dilaksanakan pada
tahap pertama adalah metode pembelajaran secara konvensional atau
menggunakan metode ceramah dengan bantuan papan tulis dan buku bacaan.
Sedangkan tahap kedua digunakan model pembelajaran berdasarkan masalah
yang dilaksanakan dengan memberikan suatu permasalahan khusus tentang
HAM dan dibahas bersama oleh suatu kelompok. Dari masing-masing
kelompok diminta memberikan tanggapan atas masalah tersebut, sedangkan
kelompok lain memberi pertanyaan dan argumentasinya. Guru akan bertindak
sebagai fasilitator.

Pembelajaran PKn di kelas VII A SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen


dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus data yang diambil adalah
aktivitas siswa dan nilai evaluasi pada setiap akhir siklus.

Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada
table-tabel berikut ini :

Tabel 6.

Data aktivitas / keaktifan siswa yang relevan dengan pembelajaran.

No Indikator Ketercapaian

Siklus I Siklus II
1 Tanggapan siswa dalam memperhatikan 65,00 % 82,50 %
penjelasan guru
2 Keberanian siswa dalam mengemukakan 42,50 % 75,00 %
pendapat
3 Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi 70,00 % 85,00 %
kelompok
4 Keberanian siswa dalam bertanya 67,50 % 82,50 %
5 Hubungan siswa dengan siswa lain 72,50 % 87,50 %
selama pembelajaran  ( Dalam kerja
kelompok)
6 Kesungguhan siswa dalam mengerjakan 72,50 % 90,00 %
tugas secara kelompok
7 Kemampuan siswa dalam menjelaskan 47,50 % 77,50 %
hasil kerja kelompok di depan kelas

Rata – rata keaktifan siswa 62,50 % 82,86 %

Berdasarkan tabel 6 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan


dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar 20,36 %.
Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan
pembelajaran terlihat pada table 7.

Table 7.

Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.

No Indikator Ketercapaian

Siklus I Siklus II
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 27,50 % 15,00 %
2 Mengobrol dengan teman 20,00 % 7,50 %
3 Mengerjakan tugas lain 17,50 % 5,00 %
Rata - rata 21,67 % 9,17 %

Berdasarkan tabel 7 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang


relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan
dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 12,50 %.

Data pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar


dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut.

Tabel 8

. Data Pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar siswa .

No Aspek yang diamati Ketercapaian

Siklus I Siklus II
1 Nilai Rata-rata pemahaman HAM 64,83 % 77,00 %
2 Siswa yang telah tuntas 72,50 % 95,00 %
3 Siswa yang belum tuntas 27,50 % 5,00 %

Berdasarkan tabel 8 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang


masalah HAM mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga
prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke
siklus 2 sebesar 22,50 %..
Melalui model pembelajaran berdasarkan masalah terlihat hubungan
guru dengan siswa sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang
menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan motivator untuk berbagi pengalaman
sesuai dengan konsep pembelajaran kreatif dan inovatif. Dengan model
pembelajaran berdasakan masalah, guru hanya mengarahkan strategi yang
efektif dan efisien yaitu bagaimana cara belajar yang tepat, cepat dan efektif.
Dalam metode ini guru hanya sebagai pemberi arah untuk membantu siswa
jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah.
Melalui metode belajar bagaimana cara belajar, siswa dapat mengeksplorasi
dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus HAM yang meliputi :

1. Hak untuk hidup

2. Hak memiliki sesuatu

3. Hak kemerdekaan

4. Hak mengungkapkan pendapat

Dalam model Pembelajaran Berdasarkan Masalah melalui diskusi


kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-
masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada
dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan
kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau
modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka
berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa
yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan
pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas
Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan
fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga
mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori kedalam
praktek,  mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada
kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya
belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar
konvergen dimana siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan
cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya ”bagaimana”.

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi


ketercapaian pada siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan
pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian
menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar PKn
dalam kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia pada siswa
SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen telah dapat dibuktikan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa temuan


dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:

1. keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat selama pembelajaran,


pada siklus pertama rata-rata 42,50 %dan pada siklus kedua 75,00 %
mengalami kenaikan sebesar 32,50 %.

2. keterlibatan dalam kelompok pada siklus pertama rata-rata 70 % dan pada


siklus kedua 85 % mengalami kenaikan 15 %.

3. keberanian siswa dalam bertanya siklus pertama 67,50 % dan siklus kedua
82,50 % mengalami kenaikan sebesar 15 %.

4. kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas


pada siklus pertama 47,50 % dan pada siklus kedua 77,50 % mengalami
peningkatan 30 %.

5. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relavan dengan pembelajaran


mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada
siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,67
%, sedangkan pada siklus kedua sebesar 9,17 % mngalami penurunan
sebesar 12,50 %.

6. Skor rerata pemahaman siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia, pada
siklus pertama 64,83 % dan pada siklus kedua 77 % tergolong baik,
demikian juga tentang ketuntasan belajar pada siklus pertama 72.50 % dan
pada siklus kedua menjadi 95 %.

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat dismpulkan bahwa model


Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar PKn
dalam kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia pada siswa
Kelas VII A SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan diatas, dapat disarankan agar:

1. Siswa

a. Mempunyai keberanian untuk mengemukakan pendapat dan bertanya


selama dalam proses pembelajaran.

b. Dituntut untuk selalu berpartisipasi dalam menjelaskan hasil kerja dari

kelompoknya.

c. Perlu memiliki motivasi belajar yang tinggi agar dapat mencapai

prestasi yang baik.

2. Guru

a. Dalam pembelajaran PKn dapat menggunakan model pembelajaran


berdasarkan masalah sebagai salah satu alternatif dalam penyampaian
proses pembelajaran di sekolah.

b. Melalui model pembelajaran berdasarkan masalah, guru dapat dengan


mudah merespon potensi siswa dalam setiap kelompok.

c. Seorang guru harus selalu menggunakan suatu pendekatan pembelajaran


dan pengajaran konstektual.

DAFTAR PUSTAKA 
Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan
Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia
Indonesia

Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993


tentang Kominsi Nasional Hak Asasi Manusia

             , 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi, Jakarta

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas,


Jakarta, Bina Aksara

Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran


Kekuasaan dalam UUD 1945, Jogjakarta, FHUII Press

Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio,


Bandung, PT. Genesindo

Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia

Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan


tahun 2006, Jakarta, Depdiknas

Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit


Paradigma

Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka


Umum

Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar


Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia

Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan


Hak Asasi Manusia, Jogjakarta, UII Press

Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia

Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum
Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni

 Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI

A. Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran

Ketercapaian
No. Indikator
Ya Tidak
Tanggapan siswa dalam memperhatikan
1.
penjelasan guru
Keberanian siswa dalam mengemukakan
2.
pendapat
Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi
3.
kelompok
4. Keberanian siswa dalam bertanya
Hubungan siswa dengan siswa lain selama
5.
pembelajaran  ( Dalam kerja kelompok)
Kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas
6.
secara kelompok
Kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil
7
kerja kelompok di depan kelas
Rata – rata keaktifan siswa

B. Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran

Ketercapaian
No. Indikator
Ya Tidak
1. Tidak memperhatikan penjelasan guru
2. Mengobrol dengan teman
3. Mengerjakan tugas lain
FORMAT PENILAIAN KELOMPOK

Penguasaan Ketepatan
No. Nama. Keberanian Kerjasama
Materi Jawaban

    5 7 9 5 7 9 5 7 9 5 7 9

1                          

2                          

3                          

4                          

5                          

6                          

7                          

8                          

9                          

10                          
11
                         

12                          

13                          

14                          

15                          

16                          

17                          

18                          
19                          

20                          

21                          

22                          

23                          

24                          

25                          

26                          

27                          

28                          

29                          

30                          

31                          

32                          

33                          

34                          

35                          

36                          

37                          

38

39
40

  

Nama  :

Kelas   :

Lampiran 2

LEMBARAN KASUS 1 :

HAK UNTUK HIDUP

Amir adalah seorang siswa kelas VII A SMP Negeri Apasaja. Dua hari yang lalu,
dalam perjalanan pulang sekolah, ia terjebak diantara dua kelompok siswa yang
terlibat tawuran. Lalu lintas ramai dan macet sehingga Amir tidak bisa menjauh.
Nasib naas pun menimpanya. Saat situasi genting, seorang siswa yang terlibat
tawuran menikam punggungnya dengan pisau. Ia mengira Amir adalah lawan
tawurannya. Amir sempat tertolong, tetapi meninggal dalam perjalanan ke rumah
sakit.

Pertanyaan untuk didiskusikan:

1. Begitu membaca kasus tesebut, perasaan apa yang langsung terlintas


dibenak kalian?

2. Berikanlah tanggapan kalian terhadap pelaku kasus tersebut?

3. Apa tanggapan kalian terhadap korban dari kasus tersebut?

4. Apabila teman kalian mengalami hal serupa, apa komentarmu?

Nilai :                                   Paraf Guru:

 
Nama  :

Kelas   :

LEMBARAN KASUS 2 :

HAK MEMILIKI SESUATU

Martha, seorang siswi SMPN Lembor NTT, sedang dalam perjalanan pulang
sekolah ketika seorang perampok menghentikan bajaj yang ditumpanginya di
ujung sebuah jalan yang sepi. Ditodong dengan pistol, ia dipaksa menyerahkan
semua barang yang dibawanya. Dengan rasa gugup dan terkejut, sebuah
handphone dan jam tangan bermerk pun lepas dari genggamannya.

Pertanyaan:

1. Begitu membaca kasus tersebut, perasaan apa yang langsung terlintas di


benak kalian?
2. Berikanlah tanggapan kalian terhadap pelaku kasus tersebut!
3. Apa tanggapan kalian terhadap korban dari kasus tersebut?
4. Apabila teman kalian mengalami hal serupa, apa komentarmu?

Nilai :                                   Paraf Guru:

 
Nama  :

Kelas   :

LEMBARAN KASUS 3 :

HAK KEMERDEKAAN

Budi seorang anak yang berumur 13 tahun, teman – teman seusianya sibuk
sekolah dan bermain, namun tidak demikian dengan Budi, karena orang tuanya
miskin, maka Budi tidak melanjutkan sekolah ke SMP, meskipun sebenarnya
Budi termasuk anak yang cesdas dan memiliki kemauan untuk sekolah. Keinginan
Budi untuk sekolah ditentang orang tuanya, karena orang tuanya beranggapan
bahwa anak miskin tidak perlu sekolah. Disamping itu orang tuanya juga
beralasan jika Budi sekolah maka Budi tidak dapat membantu orang tuanya
berjualan makanan kecil di terminal. Sekolah SMP yang diidamkan Budi pun
ketika Budi diam – diam mencoba mendaftar, tidak memberi kesempatan Budi
untuk bersekolah dengan alasan Budi tidak mampu membayar biaya seragam
sekolah.

Pertanyaan:

1. Adakah pelanggaran HAM yang terjadi? Sebut dan jelaskan alasannya!


2. Siapa sajakah yang melakukan pelanggaran HAM ?
3. Hak Asasi apa saja yang dilanggar dalam cerita di atas? Sebut dan jelaskan
!
4. Bagaimana cara menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi dalam
cerita tersebut?
5. Bagaimanakah seharusnya sikap orang tua Budi dan pihak sekolah!

Nilai :                                   Paraf Guru:


Nama  :

Kelas   :

LEMBARAN KASUS 4 :

HAK MENGUNGKAPKAN PENDAPAT

Siswa kelas 1C SMPN Bangkitjaya tidak puas dengan cara mengajar Guru
Matematika, Pak Anton. Setelah mengadakan rapat, mereka mengusulkan kepada
kepala sekolah agar Pak Anton diganti. ” Cara mengajarnya terlalu sulit untuk
kami, ” kata ketua kelas, Rudi, saat bertemu kepala sekolah. Sayangnya, kepala
sekolah menanggapi usulan mereka dengan membentak para siswa itu dan
menyuruh mereka pulang. ” Berani – beraninya kalian membuat usulan kepada
kepala sekolah”, katanya kesal.

Pertanyaan:

1. Begitu membaca kasus tersebut, perasaan apa yang langsung terlintas


dibenak kalian?
2. Berikanlah tanggapan kalian terhadap sikap kepala sekolah?
3. Bagaimana pendapat kalian terhadap sikap para siswa tersebut?

Nilai :                                   Paraf Guru:


Lampiran 3

DATA HASIL PENELITIAN

Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran

Jumlah Siswa Prosentase


No. Indikator
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Tanggapan siswa dalam memperhatikan
1.
penjelasan guru 26 33 65,00 82,50
Keberanian siswa dalam mengemukakan
2.
pendapat 17 30 42,50 75,00
Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi
3.
kelompok 28 34 70,00 85,00
Keberanian siswa dalam bertanya
4.
27 33 67,50 82,50
Hubungan siswa dengan siswa lain
5. selama pembelajaran  ( Dalam kerja
29 35 72,50 87,50
kelompok)
Kesungguhan siswa dalam mengerjakan
6.
tugas secara kelompok 29 36 72,50 90,00
Kemampuan siswa dalam menjelaskan
7
hasil kerja kelompok di depan kelas 19 31 47,50 77,50
Rerata 25
33,14 62,50 82,86

Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran 

Jumlah Siswa Prosentase


No. Indikator
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Tidak memperhatikan penjelasan
1.
guru 11 6 27,50 15,00
2. Mengobrol dengan teman
8 3 20,00 7,50
3. Mengerjakan tugas lain
7 2 17,50 5,00
Rerata 8,67 3,67 21,67 9,17

   

 PEROLEHAN SKOR HASIL BELAJAR SISWA

TENTANG HAK ASASI MANUSIA

No. Nama Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2


Aan Riyantoko
1 70 85
Achyar Waskito Utomo
2 55 75
Ade Tri Wahyuni
3 60 75
Adhi Prabowo
4 50 65
AdiYuli Safitri
5 75 85
Bagus Aryo Sabto Adi Nugroho
6 65 75
Candra Putri Handayani
7 80 95
Danang Kurniawan
8 55 70
Darwanto
9 50 65
Dhedek Wahyu Sholekhah
10 70 85
Diyan Merysetyaningsih
11 70 85
Eka Damayanti
12 60 70
Eka Juli Saputri
13 65 75
Febri Sobary Kusuma
14 70 85
Galuh Novita Dewi
15 65 75
Hermawan
16 45 60
Ida Larasati
17 65 75
Iin Subekti
18 65 75
Merlin Wardani
19 75 85
Mucsan Arifin
20 65 70
Muhammad Agus Darmawan
21 65 75
Navita Kusuma Sari
22 75 90
Ngatmiyatun
23 65 75
Nia Novita Sari
24 70 90
Nurul Mujazanah
25 70 75
Putri Evitasari
26 55 65
Putri Mawarni
27 85 95
Rangga Ismawan
28 60 70
Renata Yoga Pratama
29 65 75
Rendy Aji Triyanto
30 65 75
Santi Sepiana Cahayawati
31 70 75
Slamet Aryadi
32 65 75
Suci Ismi Ulinnuha
33 70 80
Tika Asri Utami
34 65 75
Umi Latifah
35 70 80
Wahyudhi Setyawan
36 50 70
Yonizar Cahyo Reinaldi
37 65 75
Yovi Sapta Prayogi
38 70 85
Zainul Musthopa
39 70 90
Nanda Bagaswara
40 45 60

Rerata 64,83 77,00


Lampiran 5

RENCANA PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas              : VII

Semester                      : 2 (dua)

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan


HAM

Indikator : 1. Menganalisis kasus – kasus pelanggaran HAM di


Indonesia

2. Mengemukakan cara – cara penanganan pelanggaran


HAM

Waktu : 4 X 45 menit (2 x pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai proses pembelajaran siswa diharapkan dapat :

1. Menemukan 4 contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di masyarakat.

2. Menganalisis kasus pelanggaran HAM yang terjadi di masyarakat

3. Menjelaskan cara penanganan pelanggaran HAM


B. MATERI PEMBELAJARAN

1. Kasus pelanggaran HAM

2. Cara penanganan pelanggaran HAM

C. METODE

Ceramah bervariasi dengan tanya jawab, penugasan, diskusi kelompok dan

analisis kasus

D.LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan 1

1. Pendahuluan ( 10’ )

a. Apersepsi

Kesiapan kelas dalam pembelajaran ( absensi, kebersihan kelas )

b. Motivasi

* Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan


tentang

materi yang akan diajarkan

* Informasi tujuan dan strategi pembelajaran

2. Kegiatan Inti ( 70’ )

a. Penayangan gambar Pengemis Anak – anak atau Pekerja anak – anak

atau gambar lain yang relevan seperti ’ Penganiayaan Anak ”.

b. Siswa diminta memberikan komentar terhadap gambar

c. Tanya jawab tentang gambar dikaitkan dengan kasus pelanggaran HAM.

d. Penguatan dan pelurusan jawaban siswa


e. Penjelasan secara umum konsep tentang pelanggaran HAM sesuai UU
No. 39 tahun 1999.

f. Pembentukan kelompok dengan anggota masing – masing 4-5 siswa.

g. Penugasan kelompok untuk mencari artikel atau gambar tentang kasus

pelanggaran HAM dari koran di perpustakaan sekolah.

h. Siswa sedang berdiskusi kelompok membuat analisis kasus pelanggaran

HAM yang ditemukan.

i. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok masing – masing

3. Penutup ( 10’ )

Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan tentang kasus – kasus

pelanggaran HAM yang terjadi di masyarakat.

Pertemuan 2

1. Pendahuluan ( 10’ )

a. Apersepsi

Kesiapan kelas dalam pembelajaran ( absensi, kebersihan kelas )

b. Motivasi

* Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan


tentang

materi yang lalu dan materi yang akan diajarkan.

* Informasi tujuan dan strategi pembelajaran

2. Kegiatan Inti ( 70’ )

a. Penayangan gambar Pengemis Anak – anak atau Anak – anak

terlantar.

b. Siswa diminta memberikan komentar terhadap gambar

c. Tanya jawab tentang kasus pelanggaran HAM dan cara penanganannya.


d. Penguatan dan pelurusan jawaban siswa

e. Penjelasan tentang cara – cara penanganan kasus pelanggaran HAM (mis

oleh komnas HAM dan lembaga – lembaga perlindungan HAM lainnya )

dengan menggunakan bagan.

f. Siswa menanyakan hal – hal yang belum dipahami tentang cara

penanganan kasus pelanggaran HAM

3. Penutup ( 10’ )

Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan atau rangkuman

E. SUMBER BELAJAR

1. Buku Teks PKn kelas VII

2. UU No. 39 Tahun 1999

3. UUD 1945 setelah perubahan

4. Artikel – artikel tentang HAM

5. Buku – buku lain yang relevan

F. PENILAIAN

Penilaian dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran.

Bagian I. Petunjuk !

Berilah tanda cek ( V ) pada kolom yang sesuai dengan pendapat kalian!

NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1 Orang tua yang melakukan pelanggaran
HAM harus diadili sesuai tingkat kesalahan
2 Upaya penegakan HAM harus dimulai dari
keluarga
3 Guru adalah salah satu aparat penegak HAM
di sekolah
4 Kewajiban menegakkan HAM terletak
ditangan aparatur kepolisian dan LSM
pemerhati HAM
5 Guru yang menempeleng siswanya karena
tidak mengerjakan PR adalah bentuk upaya
penegakan HAM di kelas

Keterangan :

SS = Sangat Setuju ( bobot skor 5 kalau pernyataan positif dan 1 kalau negatif )

S = Setuju ( skor 4 kalau pernyataan positif dan 1 kalau negatif )

N = Tidak berpendapat / Netral ( skor 3 )

TS = Tidak Setuju ( skor 2 kalau pernyataan positif dan 4 kalau negatif )

STS = Sangat Tidak Setuju ( skor 5 kalau pernyataan positif dan 1 kalau negatif )

Bagian II

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat!

1. Sebutkan 5 contoh perbuatan yang melanggar HAM yang terjadi disekitar


kamu!
2. Sebutkan 5 contoh sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan
HAM!
3. Sebutkan 5 instrumen HAM di Indonesia kamu ketahui!
4. Sebutkan 5 faktor yang menyebabkan orang melakukan tindakan yang
melanggar HAM!
5. Bagaimana sikap kamu terhadap orang melakukan tindakan pelanggaran
HAM?

Bagian III

Buatlah penjelasan dalam kelompok anda beserta contoh – contoh tentang materi
HAM sebagai berikut :

1. Hak hidup ( Kelompok 1 dan 5 )


2. Hak memiliki sesuatu ( Kelompok 2 dan 6 )
3. Hak kemerdekaan ( Kelompok 3 dan 7 )
4. Hak mengungkapkan pendapat ( Kelompok 4 dan 8 )

Skor penilaian :
Bagian I : Skor maksimum 25

Bagian II : Skor maksimum 25

Bagian III : Skor Maksimum 50

Bagian I + Bagian II + Bagian III

NILAI :

10

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Maridjo, S.Pd
NIP. 130330529 Eny Arin Dwi Astuti, S.Pd
NIP. 132118937

Dedi Dwitagama
WEBBLOG KEPALA SEKOLAH

Laporan Penelitian Tindakan Kelas - PKn


with 29 comments

Foto di samping
tampak suasana saat
Pak Aston
Lumbantoruan
berinteraksi dengan
siswa saat berproses
tuntaskan Penelitian
tindakan kelas.

BAB I

PENDAHULUAN

 A. LATAR
BELAKANG
MASALAH

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi


warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh
komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi


manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-
organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan
diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi
peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan
keadilan.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik,
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran


yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-
kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KBK
2004 dan Standar Isi 2006) ditegaskan bahwa :

 I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan :

Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya

 II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Standar isi Pendidikan Kewarganegaraan SMA/SMK/MA :

 1. Memahami hakekat Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia


 2. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hokum, peradilan
nasional, dan tindakan anti korupsi
 3. Meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan,
penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun luar
negeri
 4. Menganalisis peran dan hak warganegara dan system pemerintahan
Negara Kesatuan Repbulik Indonesia
 5. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan Negara,
keterbukaan dan keadilan di Indonesia
 6. Mengevaluasi hubungan Internasional dan sistem hokum internasional
 7. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan
pancasila dan UUD 1945
 8. Mengaalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan Internasional,
regional dan kerjasama Global lainnya
 9. Menganalisis sistem hokum internasional, timbulnya konflik
internasional, dan mahkamah internasional.

Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir
ketiga yaitu meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan,
penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri,
sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif
dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan
pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang
hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran
sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor
internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar,
intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar,
startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang
mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on
Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan
kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject
matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.

Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu


mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun
psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih
model “pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING) dalam
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran
PKn.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam


kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.
Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang
muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam
memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara
mereka.

Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi


dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator.
[1]  Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga
siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar
(KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai
salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang
untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran
PKn

 B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

 1. Apakah pembelajaran model Problen Based Learning dapat


meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam masalah
PKn?
 2. Bagaimana penerapan pembelaran model Problem Based Learning di
kelas dalam mata pelajaran PKn?
 3. Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?

 C. PEMECAHAN MASALAH

PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop
Better Civics Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya
disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan
salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini
sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek
akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya.

 Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang
memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya
kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan
sebagai landasan kajiannya [2].

Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional


dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :

 1. Kemampuan menguasai bahan ajar


 2. Kemampuan dalam mengelola kelas
 3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
 4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil

Selanjutnya UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat


pilar belajar dalam pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :

 1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or mode of inquire)


 2. Learning to do ( controlling, monitoring, maintening, designing,
organizing)
 3. Learning to live together
 4. Learning to be [3]

Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem


Based Learning apabila diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.

 D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan


memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn khususnya kelas X Ak
pada SMKN 3 Jakarta, sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan
dan menimbulkan kreatifitas.

 E. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
 1. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah
Menengah Kejuruan.
 2. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan
kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan.
 3. Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan
 4. Menciptakan rasa senang belajar Pendidikan Kewarganegaraan selama
pelajaran berlangsung dengan adanya “The Involvement of Participaton
melalui Problem Based Learning.”

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

•A.   KAJIAN TEORI

 1. Hakekat Pembelajaran PKn

 a. Pengertian belajar

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui
penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen
dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of
behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah
seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif,
megarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive
domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik
(psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan[4]

Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :

 1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang


memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan
bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
 2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk
melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing,
Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang
kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan
juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain
serta mengelola dan mengatasi koflik
 3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup
bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling
pengertia dan tanpa prasangka.
 4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai
tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua
dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu
mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu
memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi
terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan
menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang
mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki
kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
 5.
 b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan


kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung
jawab.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka
“nation and character building” :

Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai


disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi,
psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk
melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan
perilaku demokrasi warganegara.

Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik.
Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara
yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada
pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan
pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.

Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran


yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan
pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn
yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas
dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik,
dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman
langsung (hand of experience).

Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman


sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui
‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran
yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing
democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu
tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga
lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh
termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

 B. KERANGKA BERPIKIR
 1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based
Learning

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses
belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara
berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas,
bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta
bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses
pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar
yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun
masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat
kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes
(formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan
(Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik


sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif
dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar,
guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar
mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil
belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang
tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan,
dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat
untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem
Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah
suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas
dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian
siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan
permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut.
Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara
mereka.

Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan
dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).
 2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam mata
pelajaran PKn

Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam


bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan
masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru
ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa
mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.

Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi
belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru,
dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya.

Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan
kreatif, diaman siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan
pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja
kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang
diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar
yang didapat bkan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada
kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)

 C. HIPOTESIS TINDAKAN

Dengan demikian dapat diduga bahwa:

 1. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat


meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas X Ak SMKN 3
Jakarta
 2. Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.

BAB III

Pelaksanaan Penelitian

A. Perencanan Penelitian

    

 1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class
Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk
peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat
digunakan untuk melakukan perbaikan.

Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru,
catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen
yang terkait dengan siswa.

Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan tindakan,


observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali
pada siklus-siklus berikutnya.

Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa
saat mata pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning
(pembelajaran berbasis masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa,
untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap
hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.

Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta
data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi
dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam
melaporkan hasil.

Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data
yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah
dirumuskan.

 2. Tempat

            Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Jakarta pada siswa kelas I AK,
dengan jumlah siswa 37 orang, yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 34 orang
perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan berlangsung dengan pokok bahasan “Peran Serta dalam
Penghormatan dan Penegakan HAM”.

 3. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan


Agustus sampai dengan pertengahan bulan Desember 2007.

 4. Prosedur Penelitian

Siklus I

 A. Perencanaan
 Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
 Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
 Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
 Memilih bahan pelajaran yang sesuai
 Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan
pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
 Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
 Menyusun lembar kerja siswa
 Mengembangkan format evaluasi
 Mengembangkan format observasi pembelajaran.

 B. Tindakan
 Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
 Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada
buku sumber.
 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
 Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh
guru.
 Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
 Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

 C. Pengamatan
 Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk
mengumpulkan data.
 Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa
(LKS).
 D. Refleksi
 Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai
mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
 Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario
pembelajaran dan lembar kerja siswa.
 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
pada siklus berikutnya.

       Siklus II

 A. Perencanaan
 Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternative pemecahan masalah.
 Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
 Pengembangan program tindakan II.

 B. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang
muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah
ditentukan, antara lain melalui:

 1. Guru melakukan appersepsi


 2. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
 3. Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan
materi.
 4. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
 5. Siswa menceritakan unsure-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada
gambar.
 6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi
kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk
dilaporkan.
 7. Presentasi hasil diskusi.
 8. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

 C. Pengamatan (Observasi)
 Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung.
 Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

 D. Refleksi
 Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
 Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus III
 Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami


kemajuan minimal 10% dari siklus I.

          Siklus III (bila diperlukan).

Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu
dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis
masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa
dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang
masalah Hak Asasi Manusia, khususnya :

 Hak Hidup (pasal 9 UU no 39/1999)


 Hak Wanita (pasal 45 - 51 UU no 39/1999 )
 Hak Anak (pasal 52 - 66 UU no 39/1999)
 HAka Berkeluarga dan Melanjutkan Ketuunan ( pasal 10 UU no. 39/1999)
 Hak Mengembangkan Diri (pasal 11 - 16 UU no 39/1999)
 Hak Memperoleh Keadilam (pasal 17 - 19 UU no 39/1999)
 Hak Atas Kebebasan Pribadi (pasal 20 - 27 UU no 39/1999)
 Hak Atas Rasa Aman ( pasal 28 - 35 UU no 39/1999)
 Hak Atas Kesejahteraan (pasal 36 - 42 UU no 39/1999)
 Hak Turut Serta dalam Pemerintah (pasal 43 - 44 UU no 39/1999)

Belajar PKn serasa lebih menyenagkan, meningkatkan motivasi / minat siswa,


kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.

Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan
anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap
PKn. Bila 70% siswa telah berhasil , permasalahan kasus-kasus bentuk-bentuk
HAM dari pasal 9 uu no 39 tahun 1999 s/d pasal 66 uu no 39 tahun 1999 melalui
metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah
berhasil.

Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ” Masalah HAM ” dan


aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut :

Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi / kasus HAM (Hak Hidup, Hak Wanita,
Hak Anak)

No NIlai Kriteria

1 < 5,9 Kurang

2 6,0 - 7,50 Sedang

3 7,51 - 8,99 Baik

4 9,00 - 10 Baik Sekali

Table 2. Kriteria aktivitas siswa yang relevan

No NIlai Kriteria

1 < 50 Kurang

2 60 - 69 Sedang

3 70 - 89 Baik

4 90 - 100 Baik Sekali


      

  

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

 A. Hasil Penelitian

Pembelajaran PKn dikelas I SMK Negeri 3 Jakarta ini dilakukan dalam dua
siklus.

Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evalusi pada akhir
siklus.

Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel
berikut ini :

Table 3. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran.

No Indikator Ketercapaian

Siklus I Siklus II
1 Keberanian siswa dalam bertanya dan 52,75% 69,44%
mengemukakan pendapat
2 Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti 63,82% 83,35%
pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri
atau tugas kelompok )
3 Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi 72,25% 88,32%
kelompok
4 Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan 75,00% 91,66%
pembelajaran
5 Hubungan siswa dengan siswa lain selama 77,65% 86,11%
pembelajaran  ( Dalam kerja kelompok)
6 Partisipasi siswa dalam pembelajaran  80,55% 94,45%
(memperhatikan), ikut melakukan kegiatan
kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).
Rata -Rata 70,33% 85,55%
Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan
kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan siklus1 yaitu sebesar 12,42%.

Selanjutnya  data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran


terlihat pada table 4.

Table 4. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.

No Indikator Ketercapaian

Siklus I Siklus II
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 27,75% 13,88%
2 Mengobrol dengan teman 19,44% 8,33%
3 Mengerjakan tugas lain 16,60% 5,50%
Rata - rata 21,26% 9,25%

Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan
dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan
dengan siklus 1 yaitu sebesar 12,01%.

Data pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar dari siklus
ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Data Pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar
siswa .

No Aspek yang diamati Ketercapaian

Siklus I Siklus II
1 Nilai Rata-rata pemahaman HAM 7,01% 7,80%
2 Siswa yang telah tuntas 74,82% 89,96%
3 Siswa yang belum tuntas 16,52% 7,88%

Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang masalah


HAM mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase
siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus2 sebesar
15,14%.

 B. Pembahasan

          Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi
delapan kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 - 5  orang.
Setiap anggota kelompok  diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru.
Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan  dengan mengacu kepada buku
pegangan dan Undang-Undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
serta Undang Undang Dasar 1945 (yang telah diamandemen).

Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama dengan


judul hak hidup (pro dan kontra masalah pengguguran kandungan/aborsi), terlihat
para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan
argumentasi.

Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan


pendapat, rerata perolehan skor pada siklus pertama 52,75 % menjadi 69,44 %,
mengalami kenaikan 16,69 %. Begitupun dalam indikator motivasi dan
kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama rata-rata 63,82 %
dan pada siklus kedus 83,35 % mengalami kenaikan 19,53 %. Dalam indikator
interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 72,25 %
dan pada siklus kedua 88,32 % mengalami kenaikan sebesar 16,07 %. Dalam
indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus
pertama 75 % dan pada siklus kedua 91,66 % mengalami kenaikan sebesar 16,66
%. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa, pada siklus pertama 77,65 %
sedangkan pada siklus kedua 86,11 % mengalami kenaikan sebesar 8,46 %.
Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihata pada siklkus
pertama 80,55 %, sedangkan pada silklus kedua 94,45 % mengalam kenaikan
sebesar 13,9 %.

Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru
sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi
sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep
creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity
sangat menunjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model problem based
learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar
bagaimana cara belajar ( learning how to learn). Dalam metode learning how to
learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa
jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah.
Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji
setiap persoalan, setiap kasus Hak Asasi Manusia yang meliputi:

 1. Hak untuk hidup (membahas tentang pro dan kontra pengguguran


kandungan/aborsi)
 2. Hak wanita (Hak perempuan) membahas tentang pro dan kontra
perkawinan dibawah tangan ( nikah syiri)
 3. Hak anak (membahas tentang peluang anak yang cacat untuk
memperoleh pendidikan serta untuk memperoleh perlakuan bahwa setiap
orang baik yang normal maupun yang cacat dilindungi oleh hukum

Dalam model Problem Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat
mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok
siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain.
Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa
yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan
siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara
mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru
kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki
potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang
dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa
yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan
teori kedalam praktek,  mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong
kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya
belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar
konvergen dimana siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan
cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada


siklus npertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka
dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang
dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV diatas, ada beberapa temuan dalam
penelitian tindakan kelas ini yaitu:

 1. Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran


mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada
siklus pertama keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan
pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 % mengalami kenaikan
sebesar 15,22 %
 2. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran
mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada
siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26
%, sedangkan pada siklus kedua sebesar 9,25 % mengalami penurunan
sebesar 12,01 %
 3. Skor rerata pemahaman siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia,
pada siklus pertama sebesar 7,01 % dan pada siklus kedua pada siklus
kedua 7,80 %, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar
pada siklus pertama 74,82 % dan pada siklus kedua menjadi 89,96 %

 Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat dismpulkan bahwa model Problem
Based Learning  dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah
Hak Asasi Manusia dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa
SMK Negeri 3 Jakarta.

 B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan diatas, dapat diasarankan agar:

 1. Pembelajaran pengetahuan IPS pada umunya dan Pendidikan


Kewarganegaraan pada khususnya dapat menggunkan mdel Problem
Based Learning sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian
pembelajaran di Sekolah.
 2. melalui pembelajaran model Problem Based Learning, gurur dapat
dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa daoam setiap
kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau
kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang
guru yang profesional dapat elbih efektif dapat melakuakn kegiatan proses
belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon
perbedaan0perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya
 3. Bersyukurlah kita senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berbanggalah kita menjadi seorang guru yang dilibatkan (diikut-sertakan)
dalam kegiatan penelitian kegiatan kelas tahun 2007 ini. Berbuat lebih
baik lagi, agar kita dapat menuntut yang lebih baik. Bekerjalah hari ini
lebih baik daripada hari kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari
ini. Dengan demikian, maka kita termasuk orang-orang yang sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan
Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia
Indonesia

Affan Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, Jogjakarta,


Pustaka Pelajar

Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES

Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993


tentang Kominsi Nasional Hak Asasi Manusia

             , 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi, Jakarta

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas,


Jakarta, Bina Aksara
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran
Kekuasaan dalam UUD 1945, Jogjakarta, FHUII Press

BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta, BP7 Pusat

Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio,


Bandung, PT. Genesindo

Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia

Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan


tahun 2006, Jakarta, Depdiknas

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Jakarta, Bina Aksara

Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit


Paradigma

Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka


Umum

Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar


Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia

Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan


Hak Asasi Manusia, Jogjakarta, UII Press

Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia

Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum
Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni

 Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI

 A. Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran

Ketercapaian
No. Indikator
Ya Tidak
Keberanian siswa dalam bertanya dan
1.
mengemukakan pendapat
Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan
2.
aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru)
Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan
3.
pembelajaran  kelompok
Hubungan siswa dengan guru selama
4.
pembelajaran
Hubungan siswa dengan siswa lain selama
5.
pembelajaran ( dalam kerja kelompok
Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat,
6. ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu
mengikuti petunjuk guru)
 B. Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran

Ketercapaian
No. Indikator
Ya Tidak
1. Tidak memperhatikan penjelasan guru
2. Mengobrol dengan teman
3. Mengerjakan tugas lain

FORMAT PENILAIAN KELOMPOK

Penguasaan Ketepatan
No. Nama. Keberanian Kerjasama
Materi Jawaban

    5 7 9 5 7 9 5 7 9 5 7 9

1                          

2                          

3                          

4                          

5                          

6                          

7                          

8                          

9                          
10                          
11
                         

12                          

13                          

14                          

15                          

16                          

17                          

18                          

19                          

20                          

21                          

22                          

23                          

24                          

25                          

26                          

27                          

28                          

29                          

30                          
31                          

32                          

33                          

34                          

35                          

36                          

37                          

Nama  :

Kelas   :

Lampiran 2LEMBARAN KASUS 1

HAK UNTUK HIDUP

Martina seorang gadis berusia 19 tahun berpacaran dengan pria bernama Anton
berusia 25 tahun. Mereka sudah berhubungan lebih kurang 1 tahun, sehingga
dalam hubungan mereka yang begitu akrab mereka melakukan hubungan suami
istri yang mengakibatkan Martina hamil. Pacarnya Anton tidak menghendaki
kehamilan tersebut karena Anton belum punya pekerjaan tetap dan belum siap
untuk menikah. Saat itu Anton menyuruh Martina menggugurkan kandungannya.

Pertanyaan untuk didiskusikan:

 1. Apakah sikap Anton melanggar Hak Asasi Manusia


 2. Bagaiman tindakan Martina seharusnya?
 3. Dalam hal keadaan bagaimana seorang dokter dapat melayani
pengguguran kandungan?
 4. Kemukakan dampak negatif dari perbuatan Aborsi bagi seorang wanita!

Nilai :                                   Paraf Guru:


 

Nama  :

Kelas   :

LEMBARAN KASUS 2HAK WANITA

Banyaknya kasus pernikahan dibawah tangan karena rendahnya sanksi hukum di


Jakarta, ternyata banyak para suami yuang memiliki istri lebuih dari satu dengan
cara dnikah di bawah tangan. Menurut ketua Badan Penasehat Pembinaan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta, Ismail, maraknya perkawinan dibawah
tangan karena dalam undang undang perkawinan tersebut tidak ada sanksi hukum
yang cukup berat. Menurut Ismail, secara keagamaan, pernikahan yang dilakukan
di bawah tangan itu tetap syah. Hanya saja secara hukum normatif, kegiatan
perkawinan itu tidak tercatat. Dampaknya istri maupun anak-anak dari hasil
perkawinan dibawah tangan itu tidak memiliki hak kepedataan misalnya, hak
waris atau hak memperoleh nafkah. (Sumber: Republika 28 Mei 2004)

Pertanyaan:

 1. Bagaimana pendapat anda menganai praktek pernikahan di bawah


tangan?
 2. jika anda seorang perepuan, apakah anda setuju dengan praktek
pernikahan di bawah tangan?
 3. Bagaimana perlindungan Hak-hak istri serta anak dari hasil pernikahan
di bawah tangan?
 4. Pendapat apa yang dapat anda berikan untuk melindungi istri dan anak-
anak dari hasil pernikahan di bawah tangan?

Nilai :                                   Paraf Guru:

Lampiran 3

DATA HASIL PENELITIAN

Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran

No. Indikator Jumlah Siswa Prosentase


Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Keberanian siswa dalam bertanya dan
1.
mengemukakan pendapat 19 28 52,77 69,44
Motivasi dan kegairahan dalam
mengikuti pembelajaran
2. (menyelesaikan tugas mandiri dan
23 30 63,88 83,33
aktif mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru)
Interaksi siswa dalam mengikuti
3.
kegiatan pembelajaran  kelompok 26 32 72,22 88,32
Hubungan siswa dengan guru selama
4.
pembelajaran 27 33 75,00 91,66
Hubungan siswa dengan siswa lain
5. selama pembelajaran (dalam kerja
28 32 77,65 86,11
kelompok)
Partisipasi siswa dalam pembelajaran
(melihat, ikut melakukan kegiatan
6.
kelompok, selalu mengikuti petunjuk 29 34 80,55 94,55
guru)

Rerata 25,33 31,00 70,34 85,55

Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran

Jumlah Siswa Prosentase


No. Indikator
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
Tidak memperhatikan penjelasan
1.
guru 10 5 27,75 13,88
2. Mengobrol dengan teman
7 3 19,44 8,33
3. Mengerjakan tugas lain
6 2 16,60 5,50

Rerata 7,66 3,33 21,26 9,23

 
 

    

PEROLEHAN SKOR HASIL BELAJAR SISWA

TENTANG HAK ASASI MANUSIA

No. Nama Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2


Abdurrahman Saleh
1 8,00 8,50
Agung Novianto
2 8,00 8,25
Agustia Ardila
3 7,50 8,00
Allisa Septia Indriani
4 5,25 6,.50
Aprilia Rulis
5 8,50 8,50
Dessy Lestari
6 4,75 6,00
Dini Tri Rulita Sari
7 9,00 9,50
Eka Novita Sari
8 5,50 7,00
Elysa Andelany A
9 6,75 7,50
Erliawati Suci
10 9,75 9,75
Evany Rodhiyah
11 7,75 8,75
Fina Nurfitriana
12 6,25 7,00
Fitria Aprilliani
13 6,00 7,00
Fitria Nurtiani
14 9,75 9,75
Ika Ayu Puji Lestari
15 9,00 9,00
Kuni Julita Sari
16 6,50 7,50
Mentari
17 4,75 6,00
Nungki Saraswati
18 4,75 6,00
Okti Marina
19 8,00 8,50
Putri Dina Sulistiyani
20 8,00 9,00
Resti Pratiwi
21 8,25 8,50
Ris Triadi
22 - -
Septiasih
23 9,00 9,00
Siti Lutfiah
24 7,50 8,00
Sri Wahyuni
25 4,00 6,00
Syadat Faillah Syaifatul
26 8,00 8,50
Syawallyyah Handayani
27 4,00 6,00
Tia Ashari
28 5,25 6,75
Tria Oktarianti
29 8,75 9,00
Ulfah Nurillah
30 6,00 7,50
Umanti
31 7,75 8,00
Wenny Wulandari
32 6,00 7,00
Wike Widowati
33 7,25 7,75
Wina Waskilah Dewi
34 9,00 9,00
Wisika
35 5,50 6,50
Wulandari
36 6,50 7,50
Yuli Yana Wulansari
37 6,00 7,25

Rerata 7,01 7,80

Diketahui oleh:

Kepala SMK Negeri 3 Jakarta 

Drs. Dedi Dwitagama, MM, Msi.

NIP. 131765462

Jakarta, November 2007

Peneliti

Drs. Aston L. Toruan SH.

NIP. 130523414

Lampiran 4

TIPE GAYA BELAJAR ANDA

PETUNJUK PENGISIAN

 1. Baca pernyataan/pertanyaan, pilih jawaban yang paling cocok dan


paling natural pada anda!
 2. Pertanyaan yang mungkin perlu anda perhatikan adalah, “Manakah yang
paling cocok dengan diri saya saat ini?”
 3. Anda boleh memilih dua atau bahkan semua pilihan jawaban yang
tersedia dengan catatan demikianlah adanya diri anda !
 4. Tulis jawaban anda di lembar soal yang telah disediakan
 5. Apabila anda tidak menjawab dengan akurat maka hasil tes ini tidak
akan menggambarkan diri anda yang sesungguhnya.

SELAMAT MENGERJAKAN

 1. Jika anda bertemu dengan teman baru, apa yang biasanya anda
perhatikan pertama kali?
 a. penampilan dan cara berpakaiannya
 b. cara berbicara saat mengucapkan kata-kata atau suaranya
 c. cara mereka bertingkah laku atau berperilaku
 2. beberapa hari setelah anda bertemu dengan orang baru, apa yang
biasanya paling anda ingat dari orang tersebut?
 a. wajah
 b. nama
 c. sesuatu yang anda lakukan bersamanya meski lupa nama dan wajahnya
 3. saat anda memasuki ruangan yang baru apa yang paling anda perhatikan
 a. keadaan ruangan
 b. suara ataupun diskusi yang berlangsung di ruangan tersebut
 c. aktifitas yang sedang berjalan yang dilakukan diruangan tersebut
 4. Jika anda mempelajari sesuatu yang baru, cara mana yang paling anda
sukai?
 a. diberui bahan untuk dibaca dan ditunjukkan buku-buku, gambar, grafik,
peta, bagan atau objek
 b. diberikan penjelasan melalui diskusi dan kesempatan bertanya, tetapi
tidak diberikan sesuatu untuk dilihat, dibaca, ditulis atau dikerjakan
 c. diberikan kesempatan untuk mengerjakan sebuah projek, simulasi,
percobaan, permainan, eksplorasi dan penemuan-penemuan yang
memungkinkan anda bergerak bebas dalam belajar
 5. Saat anda harus mengajar orang lain, manakah yang akan anda lakukan?
 a. memberikan sesuatu kepada mereka untuk dihormati seperti suatu
objek, gambar atau bagan
 b. anda akan menjelaskan dengan berbicara, tetapi tidak memberikan
materi visual apapun
 c. anda mendemonstrasikan dan mengajak mereka melakukan secara
bersama-sama
 6. Jenis buku apa yang paling anda suka?
 a. buku yang berisi penjelasan untuk membantu memahami situasi
 b. buku yang berisi informasi faktual, sejarah atau dialog-dialog
 c. buku saku yang berisi tips olahraga, hobi, atau cara mengembangkan
bakat
 7. Jenis aktivitas apa yang akan anda lakukan dalam waktu senggang
anda?
 a. membaca buku atau majalah
 b. mendengarkan pelajaran lewat kaset atau radio
 c. berolahraga atau melakukan permainan yang membutuhkan gerakan
tubuh
 8. Berikut ini situasi mana yang anda anggap paling enak untuk membaca
atau mempelajari sesuatu
 a. anda tetap bisa belajar dengan diiringi musik atau suara-suara bising
disekelling anda
 b. anda tidak akan bisa belajar bila ada musik atau kebisingan di sekeliling
anda
 c. anda harus merasa nyaman, tetap bisa belajar baik dengan atau tanpa
musik tapi aktivitas dan kegiatan yang berlagsung di ruangan bisa
mempengaruhi proses belajar anda
 9. Saat anda berbicara dengan seseorang kemanakah arah pandangan mata
anda?
 a. anda merasa harus melihat tepat diwajah orang yang anda ajak berbicara
dan iapun harus melihat wajah anda
 b. anda memandangnya hanya sekilas saja dan kemudian mata anda
melihat dari satu sisi ke sisi yang lain, ke kanan atau kekiri
 c. anda sering memandangnya dan melihat ke bawah atau ke arah lain,
tetapi jika ada suatu gerakan maka anda akan mengalihkan pandangan ke
arah gerakan tersebut
 10. Pernyataan manakah yang paling pas menggambarkan diri anda
 a. anda senang mengamati warna, bentuk, dan desain
 b. anda tidak biasa tinggal diam dan jika sekeliling anda begitu sunyi maka
anda akan bersenandung atau menghidupkan tv agar diruangan tersebut
selalu ada suara
 c. Anda merasa kesulitan bila harus duduk berlama-lama dan harus banyak
bergerak dan bila anda harus duduk anda akan membungkuk, bergeser-
geser, atau sering menggerak-gerakkan kaki

Lampiran 5

RENCANA PEMBELAJARAN

Nama Sekolah             : SMK Negeri 3 Jakarta

Mata Pelajaran            : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas                                      : I (satu) SMK

Semester                      : 1 (satu)

Waktu                            : 2 X 45 menit (1 x pertemuan)

Kompetensi Dasar                : Kemampuan Menganalisis Penegakan HAM dan


Implikasinya

 I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menganalisis pengertian HAM, macam-macam HAM dan
perkembangan Hak Asasi Manusia

C. II. Materi Ajar

Penegakan Hak Asasi Manusia dan Implikasinya:

 1. Pengertian Hak Asasi Manusia


 2. Macam-macam Hak Asasi Manusia
 3. Perkembangan Hak Asasi Manusia dalam piagam Hak Asasi Manusia

 III. Media/Metode Pembelajaran

F. 1. Kliping tentang Hak Asasi Manusia


G. 2. Kasus yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia
H. 3. Lembar pengamatan/skala sikap
I. 4. Kertas
J. 5. Alat tulis

 IV. Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah Pembelajaran 1 (Apersepsi):

 Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang Hak Asasi Manusia


 Menunjukkan gambar-gambar tokoh-tokoh yang berjasa dalam
memperjuangkan Hak Asasi Manusia

Kegiatan Inti:

 Membagi siswa dalam kelompok belajar, masing-masing kelompok belajar


terdiri dari 4 - 5 orang :
 a. siswa 1 membahas hak untuk hidup
 b. siswa 2 membahas hak wanita
 c. siswa 3 membahas hak anak
 d. siswa 4 membahas hak turut serta dalam pemerintah
 e. siswa 5 membahas hak memperoleh keadilan
 Siswa-siswa dengan nomor yang sama membentuk kelompok baru
membahas hak asasi sesuai tugas pada nomornya
 Memastikan semua siswa memiliki catatan hasil diskusi tersebut, sehingga
dalam waktu yang bersamaan semua siswa akan mendapat jawaban dari
kelima kasus
 Salah satu siswa melaporkan hasilnya didepan kelas dan yang lainnya
menyimak laporan tersebut
 Guru memberikan penguatan dan klarifikasi terhadap laporan dan jawaban
siswa

Kegiatan Akhir:
Penilaian

Data kemajuan belajar siwa diperoleh dari:

 1. Partisipasi siswa dalam kerja kelompok


 2. Lembar kerja pengumpulan daftar kerja kelompk
 3. Cara siswa menyampaikan usul deskriptif secara lisan
 4. Hasil laporan siswa terhadap kasus yang dibahas
 5. Lembar pengamatan/skala sikap
 6. Sikap dan perilaku selama kerja kelompok

Catatan:

Dilakukan refleksi diakhir pembelajaran:

 1. Bertanya kepada siswa apakah senang dengan kegiatan belajar yang


baru saja diikuti?
 2. Apakah melalui kegiatan belajar demikian anda lebih memahami Hak
Asasi Manusia?

Mengetahui,

Kepala SMK Negeri 3 Jakarta 

Drs. Dedi Dwitagama, MM, MSi.

NIP. 131765462

Jakarta, November 2007

Guru Yang Bersangkutan

Drs. Aston L. Toruan SH

NIP. 130523414

 
Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONALIA PENELITIAN

 Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Aston L. Toruan SH


 Pangkat/Golongan : Pembina/IV/A
 NIP : 130523414
 Jabatan Fungsional : Guru
 Bidang Keahlian : Pendidikan Kewarganegaraan
 Tempat Kerja : SMK Negeri 3 Jakarta
 Agama : Kristen
 Umur : 56 tahun
 Alamat Rumah : Jl. Bambu Wulung Rt. 003/05

  No.14 Bambu Apus Cipayung

  Jakarta Timur

 Riwayat Pendidikan :

1. SMA Negeri Siborong-borong                           Lulus tahun 1969

2. IKIP Negeri Jakarta (S1)                                    Lulus tahun 1978

3. Fakultas Hukum Universitas Indonesia (S1)   Lulus tahun 1987

 Penelitian yang dilakukan : -


 Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan : -

Jakarta, November 2007

Drs. Aston L. Toruan SH

Lampiran 7

FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN

 
Guru Sedang Menjelaskan pengertian Hak Asasi Manusia dengan metode
Problem Based Learning 

Murid-murid sedang memperoleh penjelasan dari guru tentang masalah HAM dan
model pembelajaran Problem Based Learning

Siswa-siswi sedang sibuk mendiskusikan materi dibawah bimbingan guru

Guru menjelaskan dan mengarahkan pemecahan masalah.

Para siswa sedang mendiskuskan materi/kasus dengan metode Problem Based


Learning

Para siswa sedang mendiskuskan materi/kasus dengan metode Problem Based


Learning

Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok


mereka dengan bimbingan guru

Guru sedang menulis pokok-pokok masalah HAM sesuai UU No. 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (gambar atas),

Guru sedang memberikan pertanyaan kepada salah seorang siswa tentang masalah
Hak Asasi Manusia (gambar bawah) 

Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok


mereka dengan bimbingan guru

Para siswa melalui kelompok belajar (diskusi kelompok) mempresentasikan hasil


kerja mereka di depan kelas dibawah bimbingan dan arahan guru

[1] E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteistik dan


implementasi ( Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003) Halaman 45

[2] NADIROH, Profesionalisme Guru PKn sebagai esensi dari Social Studies,
dalam JURNAL DIAMIKA PENDIDIKAN ( Jurnal Pasca Sarjana UNJ) Volume
1, No.1, Sept. 2007, p. 1-2

[3] NADIROH, Loccit


[4] Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Bina
Aksara, 1998, h. 2

Anda mungkin juga menyukai