Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak
kendala- kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain
meliputi: Pertama, guru pengampu mata Pelajaran PKn masih
mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat
langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran.
Kedua, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan
teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn merasa
cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang
diceramahkan oleh guru, tugas- tugas terstruktur yang diberikan
dikerjakan secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar
memenuhi formalitas.
Hal yang sama juga terjadi pada siswa di kelas VI semester II
SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara
Tahun 2015/2016. Siswa cenderung menganggap pembelajaran PKn
sebagai mata pelajaran yang kurang penting. Mereka lebih
mementingkan mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Sehingga
dengan KKM yang tidak begitu tinggi, yaitu dengan KKM > 70.00,
masih cukup banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan observasi pratindakan yang dilakukan di kelas VI
semester II SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan
Kabupaten Jepara, dalam pembelajaran PKn menunjukkan bahwa
hasil belajar yang dicapai siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan
dengan tingkat ketuntasan kelas yang baru mencapai 44% dengan
nilai rata-rata kelas sebesar 67,65.
Selain itu, model pembelajaran yang digunakan guru kurang
bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab, dan penugasan, sehingga

1
kurang aktif dalam dalam pembelajaran dan cenderung bosan
mengikuti pelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn, siswa
dibina untuk membiasakan atau melakoni isi pesan materi PKn. Agar
tujuan dapat berjalan dengan baik maka sebagai guru PKn
hendaknya menjadi teladan dalam ber-perilaku dengan menunjukkan
contoh prilaku yang diharapkan ditiru dan dilaksanakan siswa
dalam kehidupan di sekolah dan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru perlu melakukan
perbaikan pembelajaran dengan fokus mendorong siswa lebih aktif
terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan siswa terlibat secara aktif,
maka pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan siswa dapat
memperoleh pengetahuan secara lebih baik.
Upaya perbaikan yang dilakukan oleh guru adalah dengan
menerapkan model Value Clarification Technique (VCT). Model
pembelajaran VCT, dianggap unggul untuk pembelajaran afektif
karena; pertama, mampu membina dan mempribadikan nilai dan
moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan
materi yang disampaikan; ketiga mampu mengklarifikasi dan
menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan
nyata; keempat, mampu mengundang, melibatkan, membina dan
mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi afektualnya;
kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai
kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi
dan menyubversi berbagai nilai moral naif yang ada dalam sistem
nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang; ketujuh, menuntun
dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru perlu melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran. Tindakan yang dilakukan guru adalah dengan
menerapkan metode pembelajaran yang dianggap menyenangkan dan
mampu mendorong siswa aktif serta kreatif dalam proses belajar. Hal ini
dimaksudkan agar sikap ilmiah siswa terbangun dengan optimal.

2
Melalui penerapan model Value Clarification Technique (VCT)
dalam pembelajaran PKn, siswa diharapkan dapat memperoleh situasi
belajar yang bervariatif sesuai karakteristik materi yang
dikolaborasikan dengan metode- metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru. Selain itu, perbaikan yang dilakukan guru tersebut akan
membawa dampak positif bagi peserta didik, karena mereka akan
mendapat kesempatan untuk lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Berdasarkan hal tersebut dibuatlah sebuah penelitian tindakan
kelas dengan judul Penerapan Model Value Clarification Technique
(VCT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar PKn Siswa
Kelas VI Semester II SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan
Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Perumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang permasalahan tersebut di
atas, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut ini:
1. Apakah penerapan model Value Clarification Technique dapatm
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn?
2. Apakah penerapan model Value Clarification Technique dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn Siswa
Kelas VI Semester II SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan
Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah pada bagian sebelumnya,
selaanjutnya dapat dikemukakan tujuan dilakukannya penelitian.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
PKn melalu i penerapan model Value Clarification Technique.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn
siswa kelas VI Semester II SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan

3
Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui
penerapan model Value Clarification Technique.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:
1. Bagi Siswa
Perbaikan dengan menerapkan model VCT Percontohan
akan membawa peserta didik ke situasi belajar yang bervariatif
sesuai karakteristik materi yang dikolaborasikan dengan metode-
metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
2. Bagi Guru
Perbaikan dimanfaatkan guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang dikelolanya sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran secara optimal.
3. Bagi Sekolah
Pendidikan di sekolah akan meningkat secara kualitas
maupun kuantitas seiring dengan kemampuan profesional para
pendidiknya. Selain itu, penanggulangan berbagai masalah belajar,
perbaikan terhadap konsep yang keliru, serta kesulitan mengajar
yang dialami akan segera teratasi.

4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran PKn
Undang - undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa, pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air". Melalui mata pelajaran PKn siswa diharapkan untuk
mempunyai pengetahuan tentang NKRI, memiliki sikap menghormati,
menghargai dan memiliki tanggung jawab akan dirinya sendiri,
bangsa dan negara serta memiliki keterampilan untuk menjalin
hubungan di dalam negeri ataupun di luar negeri sesuai dengan nilai
dan norma yang ada.
Selanjutnya, Aziz Wahab, dkk. (Cholisin, 2004: 10)
mengemukakan bahwa, Pendidikan Kewarganegaraan ialah media
pengajaran yang akan meng- Indonesiakan para siswa secara sadar,
cerdas dan penuh tanggung jawab. Melalui mata pelajaran PKn
diharapkan siswa memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan NKRI.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
di sekolah dasar yang memberikan pengetahuan tentang nilai dan
menanamkan sikap demokratis kepada siswa, agar siswa memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa tanggung jawab
untuk mempertahankan NKRI.
Ruang lingkup pembelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda. Keutuhan Negara Kesatuan Republik

5
Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan
jaminan keadilan;
2) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: Tertib dalam lingkungan
keluarga , Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di
masyarakat, Peraturan- peraturan daerah, Norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional;
3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan
internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM;
4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong-royong, Harga
diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan
bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara;
5) Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
konstitusi;
6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan
kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat,
Demokrasi dan system politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan,
Pers dalam masyarakat demokrasi:
7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, Pengamalan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globlalisasi,

6
Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.
B. Hakikat PKn
Hakikat PKn adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan
pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara (Arrainsani:
2010). Tujuan PKn adalah mewujudkan warga negara sadar bela
negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan
bangsa (Arrainsani: 2010).
Fathurrohman (2011: 7-8), menyebutkan bahwa tujuan dari
PKn adalah untuk memberikan kompetensi berupa:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.
3. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Standar isi pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan :
1. Nilai cinta tanah air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Keyakinan terhadap pancasila sebagai ideologi Negara
4. Nilai demokrasi, HAM, dan lingkungan hidup
5. Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa dan Negara

7
6. Kemampuan awal bela negara (Arrainsani: 2010).

C. Pembelajaran PKn di SD
Berdasarkan kurikulum pada awal kemerdekaan di tahun 1946
sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mengalami
berbagai perubahan istilah / nama. Hal tersebut didasari oleh pasang
surut pemikiran dan praktis oleh negara. Pasal 37 UURI No.20
Tahun 2003 tentang sitem pendidikan nasional, menjelaskan bahwa
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran
yang wajib terdapat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan
bahwa Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
Pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Ian:
2010).
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, ruang
lingkup mata pelajaran PKn meliputi 8 aspek, yaitu: (1) Persatuan dan
Kesatuan Bangsa; (2) Norma, Hukum dan Peraturan; (3) Hak Asasi
Manusia; (4) Kebutuhan Warga Negara; (5) Konstitusi Negara; (6)
Kekuasaan dan Politik; (7) Pancasila; dan (8) Globalisasi. Persatuan
dan Kesatuan Bangsa meliputi hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta Lingkungan, Kebanggaan sebagai sangsa Indonesia, Sumpah
Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi
dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. Norma,
Hukum, dan Peraturan meliputi tertib dalam kehidupan keluarga,
tata tertib di Sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
peraturan daerah, norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan

8
Internasional. Hak Asasi Manusia meliputi hak dan kewajiban anak,
hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
Internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
Kebutuhan Warga Negara meliputi hidup gotong royong, harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan Berorganisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,
persamaan kedudukan warga negara.
Konstitusi Negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan
di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. Kekuasaan
dan politik meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan
daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik,
budaya politik, budaya maju menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. Pancasila meliputi
kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi
terbuka. Globalisasi meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan
Internasional dan organisasi Internasional, mengevaluasi globalisasi,
(Winataputra 2009: 1.17-8).
D. Karakteristik Siswa SD
Menjadi seorang guru, terutama guru sekolah dasar harus
memiliki pengetahuan tentang karakteristik siswa SD. Dengan begitu
diharapkan guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat,
sesuai dengan karakteristik siswa SD. Piaget dalam Isjoni (2012:
36), membagi perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap
yaitu:
1. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
2. Tahap pra-operasional (umur 2-7 tahun)
3. Tahap operasional konkret (umur 7-12 tahun)

9
4. Tahap operasional formal (umur 12-18 tahun).
Dengan melihat tahap-tahap perkembangan yang
diungkapkan oleh Piaget, maka siswa yang sedang duduk di
\ bangku sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret.
Karakteristik siswa yang berada pada tahap operasional konkret,
yaitu siswa dapat mengembangkan pikiran logis. Tingkat ini
merupakan permulaan berpikir rasional, berarti siswa memiliki
operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-
masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara
pikiran dan persepsi, siswa dalam periode operasional konkret
memilih mengambil keputusan logis, dan bukan keputusan
perceptual seperti anak pra-operasional.
Pada tahap ini siswa masuk ke dalam usia yang
menyulitkan, karena anak pada masa ini lebih banyak dipengaruhi
oleh teman-teman sebaya dari pada oleh orang tuanya sendiri. Pada
usia anak sekolah dasar, para siswa sudah menyadari bahwa
persahabatan itu adalah saling membagi dan menerima sesuatu
serta sudah mulai mencari-cari teman sebayanya untuk dijadikaan
sahabat atau teman dekat (Sumantri 2006: 3.11). Keinginan untuk
diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok,
membuat usia ini disebut juga usia berkelompok. Usia ini disebut
juga usia penyesuaian diri, karena mereka berusaha menyesuaikan
diri dengan standar yang berlaku dalam kelompok.
Lebih lanjut Arasteh juga menyatakan bahwa anak usia 8-10
tahun memiliki kebutuhan untuk dapat diterima sebagai anggota
dalam kelompok sebayanya (Mikarsa 2007: 3.35). Selain itu, usia
ini dikenal sebagai usia kreatif. Besarnya minat dalam kegiatan
bermain yang dilakukan mereka, membuat usia ini disebut juga
usia bermain. Usia siswa sekolah dasar disebut juga usia tidak
rapi, karena anak tidak memperhatikan penampilannya. Seringnya
terjadi pertengkaran dengan saudara-saudaranya, orang tua

10
menyebutnya sebagai usia bertengkar. Pada usia siswa sekolah
dasar, mereka juga merasakan dorongan berprestasi untuk
mencapai keberhasilan, sehingga disebut usia kritis dalam
dorongan berprestasi.
Penjelasan di atas sesuai dengan tugas guru dalam psikologi
perkembangan anak yang menyatakan bahwa tugas guru adalah
mengetahui bagaimana secara operasional masing-masing tahap
perkembangan sehingga dapat membantu perkembangan peserta
didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan
(Soeparwoto 2007: 51).
E. Hasil Belajar
Menurut Tirtonagoro (2007: 43) bahwa: Prestasi belajar
adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001:70) yang
dimaksud prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Sardiman (2010) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap \
(afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan
tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak
hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.
Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Maslow (dalam
Sudjana, 2007: 22) bahwa:
Prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perenial dalam
sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan

11
manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia
pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku
sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa
hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari
aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti
yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai
tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.
Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor - faktor termaksud akan selalu ada
sepanjang proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar menurut Purwanto (2003: 107) sebagai
berikut: a) Faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental; b)
Faktor dari dalam, meliputi: fisiologis, psikologis, kecerdasan,
motivasi, dan kemampuan kognitif.
F. Aktivitas Belajar
Aktivitas berasal dari bahasa inggris activity yang berarti
kegiatan (Echols dan Shadily, 2000: 10). Bigot mengartikan aktivitas
sebagai sifat mudah atau sukar bertindak dengan sendirinya (Bigot,
1990: 275). Dalam hal ini, aktivitas diartikan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajaran.
Menurut Hamalik (2008: 89-90), siswa adalah suatu organisme
yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan
potensi yang hidup dan sedang berkembang. Nasution (1986: 92),
menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran setiap siswa
terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri.
Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pembelajaran perlu
mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang

12
diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan
berkembang ke arah tujuan tertentu.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran
perlu ditekankan adanya aktivitas siswa baik secara fisik, mental,
intelektual, maupun emosional. Di dalam pembelajaran, siswa dibina
dan dikembangkan keaktifannya melalui tanya jawab, berfikir kritis,
diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam
pelaksanaan praktikum, pengamatan dan diskusi juga
mempertanggungjawabkan segala hasil dari pekerjaan yang ditugaskan.
Dalam pembelajaran, menurut Bruner yang dikutip Ruseffendi (1997:
178) siswa haruslah aktif untuk menemukan prinsip-prinsip dan
mendapatkan pengalaman untuk melakukan eksperimen, dan guru
mendorong siswa untuk melakukan aktivitasnya. Dalam teori
belajarnya, Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses
belajar secara penuh untuk mencapai hasil yang maksimal.
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan
yang bertujuan untuk mengadakan perubahan dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
dan keterampilan. Pada proses belajar, siswa tidak hanya menerima,
tetapi diharapkan untuk menemukan sendiri (Suherman, 2010: 157).
Sanjaya (2007: 130) berpendapat bahwa belajar bukanlah menghafal
sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas
belajar adalah kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses
belajar mengajar. Kegiatankegiatan yang dimaksud adalah kegiatan
yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugastugas, dapat menjawab pertanyaan guru
dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan.

13
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa
itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif, dimana masing- masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan
keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas belajar dapat dilakukan di mana saja, di lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Sekolah
merupakan tempat yang dominan untuk mengambangkan aktivitas
belajar siswa. Dierdrich sebagaimana dikutip Sardiman (2010: 99-100)
membuat daftar berisi beberapa macam kegiatan siswa, yaitu: 1) Visual
activities; 2) Oral activities; 3) Listening activities; 4) Writing
activities; 5) Drawing activities; 6) Motor activities; 7) Mental
activities; dan 8) Emotional activities.
G. Pembelajaran Model Value Clarification Technique (VCT)
Model pembelajaran VCT adalah salah satu teknik
pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan
nilai. VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui
tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran
siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun
yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau
pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara
yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya (Sanjaya,
2008: 283).
Menurut Taniredja, dkk., (Taniredja, dkk., 2012: 87-88) model
VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam
mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang
sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Hall (Adisusilo, 2013: 144)
juga menjelaskan bahwa VCT merupakan cara atau proses di mana

14
pendidik membantu peserta didik menemukan sendiri nilai-nilai yang
melatarbelakangi sikap, tingkah laku, perbuatan serta pilihan-pilihan
yang dibuatnya.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa model pembelajaran VCT merupakan suatu
model pembelajaran dengan teknik yang dapat membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuannya dalam menemukan, mencari, dan
menentukan nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkah laku,
perbuatan serta pilihan-pilihan yang dibuatnya dalam menghadapi
suatu persoalan. VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang
membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada
gilirannya nilai-nilai tersebut akan mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Tujuan penggunaan dari model VCT dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut (Taniredja, dkk., 2012: 88):
1) Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang
suatu nilai, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak
menentukan target nilai yang akan dicapai;
2) Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki
baik tingkat maupun sifat yang positif maupun negatif untuk
selanjutnya ditanamkan ke arah peningkatan dan pencapaian target
nilai;
3) Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melaui cara
yang rasional (logis) dan diterima siswa, sehingga pada
akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa sebagai proses
kesadaran moral bukan kewajiban moral; dan
4) Melatih siswa dalam menerima/menilai dirinya dan posisi nilai
orang lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap sesuatu
persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan
sehari-hari.

15
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
model VCT bertujuan untuk mengetahui dan mengukur tingkat
kesadaran siswa, menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai,
menanamkan nilai-nilai tertentu melalui cara yang rasional, dan
melatih siswa untuk dapat mengambil keputusan terhadap suatu
persoalan. Dengan demikian, siswa mempunyai keterampilan dalam
menentukan nilai-nilai hidup yang sesuai dengan tujuan hidupnya
yang akan menjadi pedoman dalam bertingkah laku atau bersikap.
Model pembelajaran VCT analisis nilai, penerapan langkah-
langkah dalam kegiatan pembelajaran menurut Ariantha (http://putra -
ariantha. blogspot.com) adalah sebagai berikut:
1) Guru melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita atau
menampilkan gambar, foto, atau film;
2) Memberi kesempatan beberapa saat kepada siswa untuk berpikir
atau berdialog sesama teman sehubungan dengan stimulus tadi.
3) Melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik
secara individual, kelompok, atau klasikal:
4) Menentukan argument dan klarifikasi pendirian (melalui
pertanyaan guru dan bersifat individual, kelompok, dan klasikal);
5) Pembahasan/pembuktian argumen. Pada fase ini sudah mulai
ditanamkan target nilai dan konsep sesuai materi pelajaran; dan
Penyimpulan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menerapkan
langkah-langkah model pembelajaran VCT analisis nilai seperti yang
dijelaskan oleh Ariantha karena lebih mudah untuk diterapkan dan
sesuai dengan pengertian tentang analisis nilai menurut
Komalasari. Dengan demikian, dalam penerapan model
pembelajaran VCT perlu memperhatikan langkah-langkah pelaksanaan
tersebut.
H. Kerangka Pemikiran

16
Pembelajaran PKn di kelas VI SD Negeri 1 Damarjati
Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2015/2016
membahas mengenai Memberikan contoh peran Indonesia dalam
lingkungan negera Negara di Asia Tenggara. Materi pokok yang
dibahas dalam konsep tersebut adalah peran Indonesia, kerja sama
Negara Negara ASEAN, peran Indonesia dalam lingkungan
Negara Negara ASEAN.
Dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya mata
pelajaran PKn guru kelas VI SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan
Kalinyamatan Kabupaten Jepara masih menggunakan metode ceramah.
Guru belum mengembangkan model pembelajaran yang lain.
Mayoritas siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran
PKn, hasil belajar siswa juga masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dengan KKM > 70.00, yaitu dengan nilai rata-rata
sebesar 67,65.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model Value
Clarification Technique (VCT). Melalui model tersebut siswa didorong
untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan aktivitas
belajar yang tinggi diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih
optimal.
I. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Penerapan model Value Clarification Technique dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
PKn.
2. Penerapan model Value Clarification Technique dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn
materi Nilai Kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara bagi siswa kelas VI SD Negeri 1

17
Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun
Pelajaran 2015/2016.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subjek, Tempat, Prosedur dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VI SD
Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun
Pelajar an 2015/2016 yang berjumlah 34 orang siswa. Alasan
pemilihan subjek didasari adanya fakta bahwa kelas tersebut mempunyai
ketuntasan belajar yang rendah dalam pelajaran PKn khususnya pada
materi Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan negera
Negara di Asia Tenggara.
2. Tempat Penelitian
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan adalah tentang
perbaikan kualitas pembelajaran PKn materi Memberikan contoh
peran Indonesia dalam lingkungan negera Negara di Asia Tenggara
di kelas VI SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten
Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016, maka penelitian dilakukan di kelas
VI SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara
Tahun Pelajar an 2015/2016. Penelitian dilaksanakan pada semester 2
tahun pelajaran 2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 (dua)
bulan, yaitu dari minggu ke I bulan Januari 2016 hingga minggu II bulan
Februari 2016.

18
3. Prosedur Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas. Andreas Priyono (2000 : 4) menyatakan
bahwa "Penelitian tindakan keras adalah penelitian reflektif yang
dilakukan pendidik sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan prestasi, pengembangan kurikulum, pengembangan
sekolah, dan pengembangan keterampilan mengajar". Kemudian Syukur
(2001 : 12) menyatakan bahwa "Penelitian tindakan kelas adalah
jembatan antara teori dan praktik yang secara kolaboratif pendidik dapat
melakukan penelitian terhadap proses dan produk pembeiajaran secara
reflektif di kelas".
Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan ke dalam empat
tahapan tersebut. Adapun siklus yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dua siklus.
Desain penelitian tindakan kelas yang dinilai akurat dalam
mencapai tujuan tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan
Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 65) yang memiliki ciri khas menggunakan
model siklus. Setiap siklus terdiri dari dua atau tiga tindakan
pembelajaran, sedangkan setiap tindakan pembelajaran mencakup
empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi-evaluasi.
Agar lebih jelas, model tindakan yang digunakan dalam
penelitian ini dapat digambarkan ke dalam bagan skematis sebagai
berikut:

Perencanaan

Refleksi
Tindakan/
Observasi-evaluasi

Perbaikan Rencana

19
Refleksi

Tindakan/
Observasi-evaluasi

Perbaikan Rencana
Gambar 3.1 Bagan Model Siklus Tindakan

4. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran
2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu
dari Januari sampai dengan Februari 2016.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Hari, Kelas,
No Waktu Siklus Kompetensi Dasar
Tanggal Semester
Memberikan contoh
Kamis, peran Indonesia
08.00 Pra
1 7 Januari V, 2 dalam lingkungan
09.10 Siklus
2016 negera Negara di
Asia Tenggara
Memberikan contoh
Kamis,
peran Indonesia
14 08.00
2 V, 2 I dalam lingkungan
Januari 09.10
negera Negara di
2016
Asia Tenggara
Memberikan contoh
Kamis,
peran Indonesia
21 08.00
3 V, 2 II dalam lingkungan
Januari 09.10
negera Negara di
2016
Asia Tenggara

B. Rencana Tindakan

20
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan menggunakan
tindakan yang didalamnya terdapat empat tahap kegiatan, yaitu: Perencanaan,
Pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini
untuk meningkatkan efektivitas hasil belajar renang gaya punggung dengan
penggunaan media papan sterofom siswa kelas VI SDN 1 Damarjati
Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.
1. Tindakan Siklus I
- Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan meliputi sebagai
berikut: 1) Guru melakukan identifikasi terhadap permasalahan; 2)
Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 3) Guru
mempersiapkan materi pembelajaran; 4) Guru menyusun skenario
pembelajaran model Value Clarification Technique (VCT); 5)
Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung
terlaksananya tindakan pembelajaran seperti tata letak meja belajar
untuk belajar interaktif, menyiapkan buku sumber rujukan yang
relevan dengan materi pembelajaran, dan lain sebagainya; 6)
Menyiapkan instrumen observasi berupa instrumen pengamatan
aktivitas belajar siswa dan tes hasil belajar; 7) Guru dengan
kolaborator membahas dan mendeskripsikan secara jelas peran guru
sebagai fasilitator pembelajaran tindakan, sebagai pengamat,
dan sebagai evaluator; dan 8) Guru dengan kolaborator
melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji
keterlaksanaannya di lapangan.
- Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan model
Value Clarification Technique (VCT) dilaksanakan sebagai
berikut: 1) Guru memberikan apersepsi tentang materi yang
akan dijelaskan dan menjelaskan materi konsep Memberikan
contoh peran Indonesia dalam lingkungan negera Negara di
Asia Tenggara; 2) Guru memberikan kesempatan siswa bertanya; 3)
Guru membagi siswa ke dalam 2 kelompok yang masing-masing

21
terdiri dari 7 dan 6 orang orang siswa; 4) Guru memberikan
penugasan kelompok; 5) Siswa mengerjakan tugas kelompok
dan mendiskusikannya di dalam kelompok; dan 6) Masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan
kelas.

- Observasi
Kegiatan pengamatan dalam pembelajaran PKn dengan
penerapan model Value Clarification Technique (VCT) dilaksanakan
sebagai berikut: 1) Kolaborator melakukan pengamatan terhadap
kinerja siswa dalam kelompok serta kinerja guru dalam
pembelajaran; dan 2) Guru dan kolaborator mempersiapkan
instrumen berupa tes untuk penugasan secara individual.
- Refleksi Hasil Tindakan
Refleksi dilakukan untuk mengetahui hasil pelaksanaan
pembelajaran Siklus I. Kekurangan yang ada pada tindakan
pembelajaran Siklus I dipergunakan sebagai bahan perbaikan untuk
tindakan pembelajaran Siklus II.
2. Tindakan Siklus II
Tahapan yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus II
sama dengan apa yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus
I. Perencanaan dalam tindakan pembelajaran Siklus II dilakukan dengan
memperhatikan hasil refleksi dari tindakan pembelajaran Siklus I.
- Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan meliputi sebagai
berikut: 1) Guru melakukan identifikasi terhadap permasalahan; 2)
Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 3) Guru
mempersiapkan materi pembelajaran; 4) Guru menyusun skenario
pembelajaran model Value Clarification Technique (VCT); 5)
Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung
terlaksananya tindakan pembelajaran seperti tata letak meja belajar

22
untuk belajar interaktif, menyiapkan buku sumber rujukan yang
relevan dengan materi pembelajaran, dan lain sebagainya; 6)
Menyiapkan instrumen observasi berupa instrumen pengamatan
aktivitas belajar siswa dan tes hasil belajar; 7) Guru dengan
kolaborator membahas dan mendeskripsikan secara jelas peran guru
sebagai fasilitator pembelajaran tindakan, sebagai pengamat,
dan sebagai evaluator; dan 8) Guru dengan kolaborator
melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji
keterlaksanaannya di lapangan.
- Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan model
Value Clarification Technique (VCT) dilaksanakan sebagai
berikut: 1) Guru memberikan apersepsi tentang materi yang
akan dijelaskan dan menjelaskan materi konsep Memberikan
contoh peran Indonesia dalam lingkungan negera Negara di
Asia Tenggara; 2) Guru memberikan kesempatan siswa bertanya; 3)
Guru membagi siswa ke dalam 2 kelompok yang masing-masing
terdiri dari 7 dan 6 orang orang siswa; 4) Guru memberikan
penugasan kelompok; 5) Siswa mengerjakan tugas kelompok
dan mendiskusikannya di dalam kelompok; dan 6) Masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan
kelas.
- Observasi
Kegiatan pengamatan dalam pembelajaran PKn dengan
penerapan model Value Clarification Technique (VCT) dilaksanakan
sebagai berikut: 1) Kolaborator melakukan pengamatan terhadap
kinerja siswa dalam kelompok serta kinerja guru dalam
pembelajaran; dan 2) Guru dan kolaborator mempersiapkan
instrumen berupa tes untuk penugasan secara individual.
- Refleksi Hasil Tindakan

23
Refleksi dilakukan untuk mengetahui hasil pelaksanaan
pembelajaran Siklus II. Kekurangan yang ada pada tindakan
pembelajaran Siklus II dipergunakan sebagai bahan perbaikan
untuk tindakan pembelajaran Siklus III.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
tindakan ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan/latihan soal yang digunakan dan
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu/kelompok (Arikunto, 1997:29).
2. Observasi
Teknik Observasi dalam penelitian ini adalah mengamati secara
langsung dengan teliti, cermat, hati-hati terhadap fenomena dalam
pembelajaran PKn pada kelas VI Semester 1 SD Negeri 1 Damarjati
Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajar an
2015/2016 melalui penerapan model Value Clarification Technique
(VCT).
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa foto, data nilai
hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada kelas VI Semester 1
SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun
Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model Value Clarification
Technique (VCT).
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif
dan sajian visual yang menggambarkan bahwa tindakan yang dilakukan

24
dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke
arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya.
Analisis data kualitatif diperoleh melalui pengamatan berupa
aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan PKn materi Memberikan contoh peran Indonesia
dalam lingkungan negera Negara di Asia Tenggara . Dengan
menggunakan metode PBI. Data diolah dengan menggunakan metode
komparatif konstan seperti yang disarankan oleh Strauss dan Glasser
(Moleong, 2004: 288-289). Strauss dan Glasser menyatakan bahwa, secara
umum, proses analisis data mencakup reduksi data, klasifikasi data, sintesis
data dan diakhiri dengan pembuktian hipotesis tindakan.
E. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja dalam penelitian ini mencakup indikator
keberhasilan tindakan pada aspek hasil belajar siswa. Indikator tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Siswa dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila telah memperoleh
nilai > 70.00.
2. Siswa secara klasikal dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila nilai
rata- rata kelas > 70.00.
3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat ketuntasan belajar siswa
secara klasiklai > 80.00%.

25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Aktivitas Belajar Siswa


Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa Penerapan model
Value Clarification Technique dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran PKn terbukti kebenarannya. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa pada setiap
siklus tindakan yang dilakukan.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada kondisi
awal menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terlihat pasif dalam
kegiatan pembelajaran sebelum dilakukannya tindakan. Hal ini menjadi
dasar dilakukannya tindakan perbaikan pembelajaran dengan fokus
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Tindakan perbaikan yang dilakukan guru dengan menerapkan
model Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran PKn
berhasil meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan aktivitas
belajar kategori aktif pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
B. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus 1

26
Selama tindakan pembelajaran siklus 1, peneliti
mengumpulkan hasil nilai tes formatif siswa sebagai salah satu hasil
penelitian. Data lain yang dikumpulkan meliputi: lembar observasi
guru dan lembar pengamatan siswa dalam pembelajaran, serta hasil
diskusi maupun refleksi setelah pembelajaran.
Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus
1 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran PKn Siklus 1


SIKLUS I
NO NAMA
NILAI T BT KKM
1 Ahmad Riza Afriandi 80 70
2 Andika Wahyu Kurnia Pratama 100 70
3 Andre Gunawan 80 70
4 Ani Zuhrotul Fitroh 60 70
5 Areta Fitri Ardela 80 70
6 Ayuk Vita Sari 100 70
7 Bobot Ahmad Arwani 100 70
8 Feby Dwi Kurnianingrum 80 70
9 Fitri Andayani 100 70
10 Heni Ira Lestiyoreni 80 70
11 Indra Eka Wahyu Novansyah 40 70
12 Jumaedi Ferdiansyah 100 70
13 Khilyatul Nurul Safa'ah 80 70
14 Krisna Maulana Sadewa 40 70
15 Lina Zuliana 80 70
16 Lisa Febriani 80 70
17 M. Riza Dani Setiawan 60 70
18 Mohammad Giyono 100 70
19 Muhammad Rifqi Ilham Baihaqi 80 70
20 Muhammad Rizal Fahlevi 80 70
Muhammad Wahyu Adi 80 70
21 Nugroho
Mukhammad Sokhibul 80 70
22
Fitriansah
23 Nia Ramadhani 100 70
24 Nugroho Prasetyo 60 70
25 Nur Arfi Kristian 60 70
26 Putri Eva Lestari 80 70

27
27 Riska Sefilia 80 70
28 Robet Maulana 40 70
29 Rosa Tri Indi Raswati 80 70
30 Septia Duwi Fajar Risna 60 70
31 Siska Firnanda 100 70
32 Vidia Urrohmah 80 70
33 Yanuar Iqbal Aditia 100 70
34 Zulia Apriliyana 60 70
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Jumlah 2660 24 10
Rata-rata/Persentsae% 78.24 71% 29%

Keterangan :
N Nilai
T Tuntas
BT Belum tuntas
KKM Kriteria Ketuntasan Minimal

Rekapitulasi :
(KKM) untuk mata pelajaran ini = 70
Jumlah nilai = 2660
Rata-rata kelas = 78.24
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM = 24
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM = 10
Dari hasil analisis tersebut kemudian dibuat tabel distribusi
sebagaimana yang terlihat dalam tabel 4.2. di bawah ini
Tabel 4.2. Distribusi Hasil Tes Formatif Siklus 1

Nilai Jumlah Siswa Jumlah Nilai Keterangan


100 9 900 Tuntas
90 - - -
80 1 1280 Tuntas
70 - - -
60 6 360 Belum Tuntas
50 - - -
40 3 120 Belum Tuntas
30 - - -

28
20 - - -

Dari tabel tersebut tampak bahwa siswa yang telah mencapai


tuntas belajar akan tetapi belum maksimal. Agar lebih jelas berikut
akan disajikan grafik distribusi hasil tes formatif siklus 1 seperti
pada grafik 4.1. di bawah ini

Grafik 4.1. Grafik distribusi hasil tes formatif siklus 1


Dari hasil analisis tes formatif siklus 1, distribusi tes formatif,
dan gambar grafik di atas dalam pembelajaran PKn tentang
menghargai keputusan bersama, nilai rata-rata kelas 78,24, siswa
yang belum tuntas dalam pembelajaran sebanyak 10 orang, dengan
persentase ketidak-tuntasan 29% sedangkan siswa yang tuntas dalam
pembelajaran sebanyak 24 orang dengan persentase ketuntasan
belajar baru mencapai 71%.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah cukup
baik dalam penguasaan materi pembelajaran PKn dengan nilai rata-
rata di atas KKM yang sudah ditetapkan yaitu 70, tetapi masih perlu
ada peningkatan lagi. Peneliti perlu segera mengambil langkah-
langkah untuk memperbaiki pembelajaran. Dengan skenario
pembelajaran yang terlampir pada rencana perbaikan pembelajaran
siklus II.

29
Selanjutnya untuk melihat hasil pengamatan guru dan siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel dan
grafik berikut.

Tabel 4.3.Hasil Pengamatan Perilaku Guru dan Siswa dalam siklus 1


No Yang diamati Skor Maksimal Observer Persentase
1 Guru 100 83 83.00%
2 Siswa 80 68 85,00%
3 Interaksi Guru dan Siswa dalam pembelajaran Baik

Hasil pengamatan perilaku guru dan siswa dalam


pelaksanaan pembelajaran PKn siklus I dapat dilihat dalam grafik
4.2. sebagai berikut.

Grafik 4.2. Hasil Pengamatan Perilaku Guru dan Siswa pada


Pelaksanaan Pembelajaran PKn Siklus I

Hasil pengamatan perilaku guru dan siswa dalam pembelajaran


Pkn siklus I pada tabel 4.3 dan grafik 4.2, Penilai memberikan skor 83
dari skor maksimal 100 atau 83% di lembar observasi guru,
menunjukkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
di dalam kelas sudah baik, metode serta media yang diterapkan sesuai
dengan materi yang diajarkan. Untuk lembar pengamatan siswa
mendapatkan skor 68 dari skor maksimal 80 atau 85% yang
menunjukkan siswa memiliki kesiapan dalam belajar dan dapat
menerima materi pelajaran dengan baik.

30
Namun hasil sangat baik yang didapat belum mampu
meningkatkan hasil belajar siswa untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, maka diperlukan rencana perbaikan lanjutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa
berupa faktor yang ada dalam diri siswa (internal) dan faktor yang
berasal dari luar dari siswa (eksternal). Terkait dengan aktivitas
belajar tersebut, Harmer (2005: 14) menjelaskan bahwa aktivitas
belajar berkaitan dengan mengenai adanya motivasi, baik motivasi
intrinsik maupun ekstrinsik. Menurut Harmer dikatakan bahwa
intrinsic motivation consists of learning for personal reasons as an
end in itself, whereas extrinsic motivation stems from a desire for an
external reward. Demikian pula dalam hal pembelajaran sejarah,
keberhasilan sangat ditentukan oleh adanya motivasi intrinsik dan
ekstrinsik yang ada pada diri siswa.
Dorongan yang diberikan guru dapat menciptakan keberanian
dalam diri siswa untuk berinteraksi dalam pembelajaran dan
meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal ini dapat mendorong
adanya keinginan untuk melakukan suatu usaha dengan melakukan
latihan dalam proses belajar pada diri siswa. Dengan demikian
maka aktivitas belajar siswa semakin meningkat dalam proses
pembelajaran. Meningkatnya aktivitas belajar tersebut pada
gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Siklus II
Selama tindakan pembelajaran siklus II, peneliti
mengumpulkan hasil nilai tes formatif siswa sebagai salah satu hasil
penelitian. Data lain yang dikumpulkan meliputi: lembar observasi
guru dan lembar pengamatan siswa dalam pembelajaran, serta hasil
diskusi maupun refleksi setelah pembelajaran.
Secara lengkap hasil tes formatif pelaksanaan siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran PKn Siklus II


NO NAMA SIKLUS I

31
NILAI T BT KKM
1 Ahmad Riza Afriandi 80 70
2 Andika Wahyu Kurnia Pratama 100 70
3 Andre Gunawan 80 70
4 Ani Zuhrotul Fitroh 100 70
5 Areta Fitri Ardela 80 70
6 Ayuk Vita Sari 100 70
7 Bobot Ahmad Arwani 100 70
8 Feby Dwi Kurnianingrum 80 70
9 Fitri Andayani 100 70
10 Heni Ira Lestiyoreni 80 70
11 Indra Eka Wahyu Novansyah 40 70
12 Jumaedi Ferdiansyah 100 70
13 Khilyatul Nurul Safa'ah 80 70
14 Krisna Maulana Sadewa 40 70
15 Lina Zuliana 80 70
16 Lisa Febriani 80 70
17 M. Riza Dani Setiawan 100 70
18 Mohammad Giyono 100 70
19 Muhammad Rifqi Ilham Baihaqi 80 70
20 Muhammad Rizal Fahlevi 80 70
21 Muhammad Wahyu Adi Nugroho 80 70
22 Mukhammad Sokhibul Fitriansah 80 70
23 Nia Ramadhani 100 70
24 Nugroho Prasetyo 100 70
25 Nur Arfi Kristian 80 70
26 Putri Eva Lestari 80 70
27 Riska Sefilia 80 70
28 Robet Maulana 60 70
29 Rosa Tri Indi Raswati 80 70
30 Septia Duwi Fajar Risna 60 70
31 Siska Firnanda 100 70
32 Vidia Urrohmah 80 70
33 Yanuar Iqbal Aditia 100 70
34 Zulia Apriliyana 80 70
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Jumlah 2840 30 4
Rata-rata/Persentsae% 83.53 88% 12%

32
Keterangan :
N Nilai
T Tuntas
BT Belum tuntas
KKM Kriteria Ketuntasan Minimal

Rekapitulasi :
(KKM) untuk mata pelajaran ini = 70
Jumlah nilai = 2840
Rata-rata kelas = 83.53
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM = 30
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM =4
Dari hasil analisis tersebut kemudian dibuat tabel distribusi
sebagaimana yang terlihat dalam tabel 4.5 di bawah ini
Tabel 4.5. Distribusi Hasil Tes Formatif Siklus II

Nilai Jumlah Siswa Jumlah Nilai Keterangan


100 12 1200 Tuntas
90 - - -
80 18 1440 Tuntas
70 - - -
60 2 120 Belum Tuntas
50 - - -
40 2 80 Belum Tuntas
30 - - -
20 - - -

Dari tabel tersebut tampak bahwa siswa yang telah mencapai


tuntas belajar akan tetapi belum maksimal. Agar lebih jelas berikut
akan disajikan grafik distribusi hasil tes formatif siklus II seperti
pada grafik 4.5. di bawah ini

33
Grafik 4.3. Grafik distribusi hasil tes formatif siklus II
Dari hasil analisis tes formatif siklus II, distribusi tes formatif,
dan gambar grafik di atas dalam pembelajaran PKn, nilai rata-rata
kelas 83.53, siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran sebanyak
4 orang, dengan persentase ketidak-tuntasan 12% sedangkan siswa
yang tuntas dalam pembelajaran sebanyak 30 orang dengan
persentase ketuntasan belajar mencapai 88%. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa sudah baik dan tidak perlu ada peningkatan
lagi.
Selanjutnya untuk melihat hasil pengamatan guru dan siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel
dan grafik .
Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Perilaku Guru dan Siswa dalam siklus
II

No Yang diamati Skor Maksimal Observer Persentase


1 Guru 100 95 95.00%
2 Siswa 80 74 92,50%
3 Interaksi Guru dan Siswa dalam pembelajaran Baik

Hasil pengamatan perilaku guru dan siswa dalam


pelaksanaan pembelajaran PKn siklus II dapat dilihat dalam grafik
4.4 sebagai berikut.

34
Grafik 4.4. Hasil Pengamatan Perilaku Guru dan Siswa pada
Pelaksanaan Pembelajaran PKn Siklus II

Hasil pengamatan perilaku guru dan siswa dalam


pembelajaran PKn siklus 2 pada tabel 4.6 dan grafik 4.4,Teman
Sejawat memberikan skor 95 dari skor maksimal 100 atau 95% di
lembar observasi guru, menunjukkan kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran di dalam kelas sangat baik, media
pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan materi yang diajarkan.
Untuk lembar pengamatan siswa mendapatkan skor 74 dari skor
maksimal 80 atau 92,5% yang menunjukkan siswa memiliki
kesiapan dalam belajar dan dapat menerima materi pelajaran
dengan sangat baik. Interaksi antara guru dan siswa juga berjalan
dengan baik. Sehingga antara hasil pembelajaran dengan
pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa sudah sesuai dengan
yang diharapkan sehingga tidak diperlukan lanjutan perbaikan lagi.
Untuk melihat progres kemajuan hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7. Analisis Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran PKn pada
Praiklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Jml Banyak Tingkat


Sik Banyaknya siswa mendapat nilai Rata-
Sis- siswa Ketunta
lus rata
wa 40 50 60 70 80 90 100 T BT san %

35
Pra 34 9 - 10 - 8 - 7 67,65 15 19 44
1. 34 3 - 6 - 16 - 9 78,24 24 10 71
2. 34 2 - 2 - 18 - 12 83,53 30 4 88

Selanjutnya untuk melihat sejauh mana tingkat kemajuan


pencapaian hasil belajar siswa yang dilaksanakan dalam prasiklus
siklus 1 dan siklus 2 perbaikan pembelajaran dapat dilihat pada
grafik 4.5. berikut.

Grafik 4.5 Kemajuan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran


PKn pada Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Dari tabel 4.7 dan grafik 4.5 di atas menunjukkan adanya


peningkatan hasil tes formatif siswa. Pada Prasiklus, siswa
mendapatkan nilai rata-rata 67,65, meningkat pada siklus 1 nilai rata-
rata menjadi 78,24 dan siklus 2 mengalami peningkatan yang
menunjukkan hasil tes formatif yang maksimal dengan nilai rata-rata
83,53. Dengan demikian juga tingkat ketuntasan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari prasiklus mencapai 44%, siklus 1
menjadi 71% dan siklus 2 meningkat menjadi 88%. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah diadakan perbaikan pembelajaran siswa
semakin memahami materi PKn yang disampaikan guru. Ini terbukti

36
adanya peningkatan nilai hasil tes formatif, serta ketuntasan belajar
siswa pada setiap siklusnya.
Setelah kedua siklus perbaikan pembelajaran dilaksanakan
terdapat kemajuan interaksi guru dan siswa pada pelaksanaan
pembelajaran yang semakin meningkat. Tingkat kemajuan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.8.berikut.

Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Perilaku Guru dan Siswa pada


Pelaksanaan Pembelajaran PKn pada Siklus 1 dan Siklus 2

Siklus 1 Siklus 2
No Yang diamati
Skor Persen Skor Persen
1. Guru 83 83% 95 95,00%
2. Siswa 68 85% 74 92,50%
3. Interaksi Guru - Siswa Baik Baik

Selanjutnya untuk melihat sejauh mana tingkat kemajuan


interaksi guru dan siswa pada pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam siklus 1, dan siklus 2 perbaikan pembelajaran
dapat dilihat pada grafik 4.6 berikut.

Grafik 4.6. Hasil Pengamatan Perilaku Guru dan Siswa


pada Pelaksanaan Pembelajaran PKn pada Siklus 1, dan Siklus 2

Dari tabel 4.8 dan grafik 4.6 di atas dapat dilihat terdapat
peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di
dalam kelas, guru dapat menerapkan metode eksperimen dalam
pembelajaran, antara siklus 1 yang kemampuannya 83% dan
meningkat pada siklus 2 menjadi 95%. Pada siswa terdapat
peningkatan terhadap kesiapan menerima pelajaran dan

37
kemampuan menguasai materi yang diajarkan, dapat dilihat pada
siklus 1 menunjukkan 85%, meningkat pada siklus 2 menjadi
92,5%.
C. Hasil Belajar Siswa
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa Penerapan model
Value Clarification Technique dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran PKn materi Nilai Kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara bagi siswa kelas VI
semester II SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten
Jepara Tahun Pelajar an 2015/2016 terbukti kebenarannya. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat ketuntasan belajar siswa
pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada tahap awal sebelum
dilakukannya tindakan pembelajaran adalah sebesar 44%. Tingkat
ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I
mengalami peningkatan menjadi 71%. Tingkat ketuntasan belajar siswa
tersebut mengalami peningkatan menjadi 88% pada akhir tindakan
pembelajaran Siklus II.
Ditinjau dari nilai rata-rata hasil belajar, penerapan model
Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa kelas VI semester II SD
Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun
Pelajaran 2015/2016 pada kondisi awal adalah sebesar 67,65. Nilai
rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 78,24 pada
akhir tindakan pembelajaran Siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siswa
pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II meningkat menjadi sebesar
83,53

38
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan analisis, maka
selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model Value Clarification Technique dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas belajar
siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah
siswa dengan aktivitas belajar kategori aktif mengalami
peningkatan dari sebesar 60% pada kondisi awal, meningkat
menjadi 85% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat
menjadi 92,5% pada tindakan Siklus II.
2. Penerapan model Value Clarification Technique dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi
Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan negera
Negara di Asia Tenggara bagi siswa kelas VI VI semester II
SD Negeri 1 Damarjati Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten
Jepara Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang
dilakukan.
3. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah
sebesar 67,65. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami
peningkatan menjadi 78,24 pada akhir tindakan pembelajaran
Siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan
pembelajaran Siklus II meningkat menjadi sebesar 73.85. Tingkat
ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 44%.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan

39
pembelajaran Siklus I mengalami peningkatan menjadi 71 %,
kemudian meningkat menjadi 88% pada akhir tindakan
pembelajaran Siklus II.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat
dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan lebih aktif terlibat dalam proses
pembelajaran yang dilakukan sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
2. Bagi Guru
Guru disarankan untuk selalu berusaha meningkatkan
kemampuan mereka dalam menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang bervariatif dan inovatif.
3. Bagi Sekola
Pihak sekolah disarankan untuk mendorong para guru agar
mau mencoba menggunakan berbagai metode pembelajaran guna
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada para guru
tentang metode-metode pembelajaran inovatif.

40
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme


dan VCT.
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali
Press.
Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme
dan VCT.
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali
Press.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam
Kurikulum
2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dwiyatmi, Sri Harini. dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan
yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang
Tercerai. Bandung: Alfabeta.
Hidayat, Komarudin. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Prenada Media Grup.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers. Sanjaya, Wina. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Taniredja, Tukiran. dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif.
Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Winaputra, S. Udin. 2009. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta:
Universitas
Terbuka.

41

Anda mungkin juga menyukai