Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK

MENINGKATKAN PENERAPAN NORMA MASYARAKAT PADA

SISWA KELAS VIIA SMP TUNAS HARAPAN NUSANTARA

Nofri Alfa Resita, S.Pd

SMP Tunas Harapan Nusantara

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses mengembangkan

semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai,

sikap dan keterampilan. Pendidikan bertujuan untuk membuat seseorang

menjadi lebih baik. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek nilai, moral

dan sikap.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu

mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan kepada warga negara,

hal ini dikarenakan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

merupakan program pendidikan yang membekali siswa dengan

seperangkat pengetahuan guna mendukung peran aktif mereka dalam

masyarakat dan negara di masa yang akan datang. Berkenaan dengan hal

tersebut, Cogan ( Nurmalina an Syaifullah, 2008: 3) mengatakan:

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau civic education adalah

mata pelajaran dasar yang dirancang untuk mempersiapkan para warga

negara muda untuk mendorong peran aktif mereka di masyarakat setelah

mereka dewasa.

Pernyataan di atas, sejalan dengan penjelasan pasal 39 ayat 2 UU

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yangb

menyatakan bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk


membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar

berkenaan dengan hubungan warga negara serta pendidikan pendahuluan

bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa

negara

Dari kedua pernyataan di atas dapat peneliti tegaskan bahwa

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan lebih memberikan

pembekalan kepada warga negara agar menjadi warga negara yang

memiliki peran aktif di masa yang akan datang. Pandangan lain tentang

pengertian Pendidikan Kewarganegaraan disampaikan oleh Soemantri

(2001: 299) sebagai berikut: Program pendidikan yang berintikan

demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan

lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat,

dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa

untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam

mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD

NRI Tahun 1945.

Berkenaan dengan pernyataan di atas, dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi ditegaskan

bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga engara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warganegara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.


Namun, saat ini yang terjadi adalah peserta didik cenderung lebih

mengejar nilai kepada angka bukan kepada sikap. Akhirnya peserta didik

mendapat nilai yang baik secara teori namun dalam pengaplikasian teori

atau materi tersebut masih sangat kurang. Sikap peserta didik masih

kurang baik, tidak sopan kepada orang yang lebih tua, tidak peduli kepada

sesama, egois dan lain-lain.

Hal tersebut bisa terjadi karena penerapan nilai-nilai tersebut yang

masih kurang, peserta didik kurang memahami bagaiman cara menerapkan

nilai-nilai dari materi tersebut dan teknologi yang saat ini membuat peserta

didik lebih suka dengan dunianya sendiri dan tidak peduli dengan kondisi

sesama dan orang lain di sekelilingnya. Hal tersebut juga terjadi karena

kurangnya pemantauan orang tua terhadap anak-anaknya di rumah

dikarenakan kesibukan para orang tua masa kini.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berharap dengan adanya

model pembelajaran role playing ini dapat meningkatkan penerapan norma

masyarakat pada siswa kelas VIIA SMP Tunas Harapan Nusantara.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah,

dapat diidentifikasi beberapa permaslaah yaitu:

1. rendahnya penerapan norma masyarakat pada siswa kelas VII

2. cara atau model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan

penerapan norma masyarakat pada siswa kelas VII


C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, masalah dibatasi/difokuskan pada:

1. model pembelajaran role playing pada materi penerapan norma

masyarakat

2. kelas : VIIA SMP Tunas Harapan Nusantara

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah melalui model pembelajaran role playing dapat meningkatkan

penerapan norma masyarakat pada siswa kelas VIIA SMP Tunas

Harapan Nusantara?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Menjelaskan cara meningkatkan penerapan norma masyarakat pada

siswa kelas VIIA dengan model role playing

2. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran di SMP

Tunas Harapan Nusantara

3. Peserta didik semakin mengerti bahwa materi pembelajaran tidak

hanya sebatas nilai saja melainkan bagaimana penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari

4. Peserta didik mampu menerapkan norma-norma masyarakat ini dalam

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara


F. Manfaat Penelitian

 Bagi Siswa

1. Siswa tidak hanya sekadar mengejar nilai dalam setiap

pembelajaran tetapi lebih menekankan nilai yang bisa diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari

2. Siswa mampu menerapkan norma masyarakat dalam

kehidupannya

 Bagi Guru

1. Guru akan semakin melihat hasil atau dampak dari materi yang

diterapkan peserta didik dalam kehidupannya sehari hari

2. Guru semakin mampu meningkatkan kualitas dirinya

 Bagi Sekolah

1. Misi sekolah semakin tercapai yaitu mengembangkan potensi

peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran

bermutu berdasarkan nilai Kristiani

C. Hasil Penelitian Relevan

Khoirun Ni’mah (2015) Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing

untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pembelajaran Sejarah

Kelas X IIS 3 MAN Kediri 2 Kota Kediri. Tujuan penelitian ini adalah membantu

siswa menemukan jati diri di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan

membentuk kelompok. Artinya dengan menggunakan metode role playing


diharapkan bisa mengaktifkan belajar siswa pada materi yang diberikan terutama

pelajaran Sejarah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif atau kualitatif dengan

jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model Kurl Lewin dengan (2) siklus.

Teknik data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Data

yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis

secara deskriptif kualitatif, data yang berupa angka atau data kualitatif dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis data setelah penerapan metode pembelajaran role playing

menunjukkan keaktifkan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X IIS 3

berjalan dengan efektif. Hal ini terlihat peningkatan keaktifan belajar siswa pada

setiap tindakan. Pada siklus II presentase peningkatan keaktifan belajar siswa

sebesar 50%, Siklus II presentase peningkatan keaktifan belajar siswa sebesar

22%. Jadi pada siklus I ke siklus II presentase peningkatan keaktifan siswa

sebesar 56%. Hal ini terjadi karena setiap siswa mempunyai karakter yang

berbeda-beda sehingga suasana hati setiap masing-masing siswa berbeda-beda

yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode pembelajaran role playing untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X IIS 3 berjalan dengan efektif.

Aisyah, Nasyatul and Bambang, Sahono and Turdjai, Turdjai (2018)

Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Mingkatkan Speaking dan

Vocabulary (Studi Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas XI SMAN 3

Lahat). Masters thesis, Universitas Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk


mendeskripsikan penerapan model pembelajaran role playing dan untuk

meningkatkan speaking dan vocabulary siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 3

Lahat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dan

kuasi eksperimen. Rancangan penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

model Kemmis dan Taggart. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPA 1

semester satu tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 3 Lahat. Untuk sampel

kuasi ekperimen adalah kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3. Penelitian tindakan kelas

berjumlah 25 siswa, untuk kelas eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas kontrol

berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

lembar observasi pelaksanaan pembelajaran model role playing, lembar observasi

keterampilan berbicara, dan tes penguasaan kosa kata. Analisis data menggunakan

uji t-tes yang terdiri dari uji beda antar siklus dan uji beda dua sampel yang tidak

berhubungan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan model role

playing dapat meningkatkan speaking dan vocabulary siswa.

Agung Wiradimadja Wiradimadja (2016) dalam Jurnal Penelitian Ilmu

Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Penerapan Value Clarification

Technique (VCT) Model Role Playing dalam Mata Pelajaran IPS untuk menekan

perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 4 Bandung. Penelitian ini dilatarbelakangi

oleh keprihatinan atas fenomena kenakalan siswa, terutama intimidasi yang telah

menyebar luas dalam pendidikan. Seperti lingkaran setan, jika intimidasi tidak

dihentikan, kemungkinan besar akan diteruskan dari satu generasi ke generasi lain

di antara para korban. Diperlukan penanganan khusus untuk memutus rantai

intimidasi. Berdasarkan pengamatan awal di SMP Negeri 4 Bandung, beberapa

perilaku bullying terlihat jelas dilakukan oleh siswa kelas VIII - E. Berdasarkan
data yang dikumpulkan, perilaku bullying oleh siswa kelas VIII - E cukup tinggi,

oleh karena itu strategi pembelajaran harus dilakukan. Dirumuskan dalam studi

sosial untuk mengurangi intimidasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah observasi aktivitas kelas dengan mengadopsi model VCT bermain

peran dalam implementasi pembelajaran sains sosial. Instrumen yang digunakan

adalah lembar pengamatan perilaku intimidasi siswa dan catatan lapangan

kegiatan pembelajaran sains sosial siswa. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi, studi dokumentasi dan wawancara, sedangkan untuk

pengolahan data dan analisis digunakan teknik kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan penelitian akhir yang dilakukan, pertama implementasi dimulai

dengan menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mengatur

rencana pembelajaran yang digunakan, kedua model bermain peran VCT

diimplementasikan dalam proses pembelajaran ilmu sosial di kelas, ketiga Hasil

penelitian selama kegiatan kelas menunjukkan bahwa perilaku bullying siswa

pada siklus 1 hingga siklus 3 menurun, sebagainya hambatan dari setiap siklus

tercermin, kelima upaya yang diberikan untuk mengatasi hambatan muncul dari

setiap siklus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, hasil maksimum yang dicapai

dalam mengurangi perilaku bullying adalah pada siklus ke-3.

Martinus Ghea (2019) Peningkatan Kompetensi Sosial Siswa Tentang

Konsep Pergaulan yang Efektif dengan Model Role Playing dalam Layanan

Klasikal dalam Jurnal Penelitian Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dalam konseling (PTK-BK) yang dilakukan oleh peneliti

sendiri. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik observasi untuk menentukan implementasi layanan klasik yang dilakukan


oleh konselor dan tes penilaian langsung (laiseg) untuk menentukan tingkat

pemahaman siswa dalam konsep sosial yang efektif melalui analisis tindakan pada

siklus 1 dan siklus 2 Hasil penelitian menunjukkan melalui model role playing

terbukti dapat meningkatkan hasil layanan klasik pada topik Hubungan Efektif di

kelas XII-MIPA 1 SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, terbukti

dari skor rata-rata tingkat pemahaman diperoleh dalam layanan klasik pada Siklus

I = 15,25 (61%), Siklus II = 25 (110%). Dengan demikian, melalui model Role

Playing, terbukti bahwa ia dapat menciptakan suasana layanan klasik yang

menyenangkan dan menarik minat siswa, karena konselor dapat menggunakan

model ini dengan baik, sebagaimana dibuktikan oleh pengamatan pada

implementasi layanan klasik , yang awalnya tidak aktif. dalam kegiatan layanan

klasik, berada di siklus II Siswa terlihat antusias dan tertarik pada bagaimana

konselor / konselor disampaikan.

Endah Sulistyorini dan Firosalia Kristin (2017) Penerapan Role Playing

Untuk Meningkatkan Morivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V dalam Jurnal

PGSD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga). Penelitian ini dilatar belakangi

oleh rendahnya motivasi belajar siswa dengan ratarata 57,95 dan hasil belajar 13

siswa (65%) dibawah KKM (≥65). Tujuan penelitian ini meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran role playing. Jenis

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus diawali

tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Angket

untuk mengumpulkan data motivasi belajar, sedangakn soal tes, lembar observasi

sikap dan keterampilan untuk hasil belajar siswa. Data menggunakan teknik

analisis deskriptif. Motivasi pada siklus I “Baik” (80%), siklus II “Sangat Baik”
(75%). Hasil belajar siswa aspek kognitif siklus I “Baik” nilai ketuntasan 50%,

siklus II kategori “Baik” nilai ketuntasan 80%. Aspek psikomotorik siklus I rata-

rata 67,5 (cukup), siklus II rata-rata 77,2 (cukup). Aspek afektif siklus I rata-rata

61,4 (cukup), siklus II rata-rata 67,6 (cukup). Dengan demikian disarankan model

pembelajaran role playing dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

Hajerah (2016) Peran Guru PKn dalam membimbin penerapan Norma

Kesopanan pada Siswa SMA Negeri 1 Bantaeng. Masters thesis, Universitas

Negeri Makassar.  Guru merupakan suatu profesi yang menentukan dalam

mengubah nasib bangsa. Hal ini karena guru bertugas mendidik dan mengajar

anak-anak bangsa, mengubah perilaku, membentuk karakter. Sangat diperlukan

peran seorang guru dalam mendidik siswa karena siswa selalu berhubungan

dengan guru dalam belajar mengajar sehingga baik tidaknya kesopanan siswa

disekolah sangat diperlukan aturan yang tegas dari sekolah. Begitu pentingnya

peran guru dalam meningkatkan kesopanan siswa dengan mengungkapkan

masalah dan pemecahannya, bagaimana guru menerapkan norma kesopanan

beserta kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Oleh karena itu penulis

mengangkat permasalahan sebagai berikut: (i) Bagaimana peran guru PKn dalam

membimbing penerapan norma kesopanan siswa di SMA Negeri 1 Bantaeng? (ii)

Apa saja kendala-kendala yang dialami oleh guru PKn dalam membimbing

penerapan norma kesopanan siswa ? Tujuan penelitian ini adalah: (i) Untuk

mengetahui peran guru PKn dalam membimbing penerapan norma kesopanan

siswa di sekolah SMA Negeri 1 Bantaeng; (ii) Untuk mengetahui hambatan

hambatan yang dialami oleh guru dalam membimbing penerapan norma


kesopanan siswa di sekolah. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan analisis

data deskriptif kualitatif yang bersifat mengambarkan dan memaparkan fakta–

fakta tentang peran guru PKn dalam membimbing penerapan norma kesopanan

pada siswa SMA Negeri 1Bantaeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i)

peran guru PKn dalam membimbing penerapan norma kesopanan siswa di sekolah

SMA Negeri 1 Bantaeng adalah mengembangan norma kesopanan di sekolah,

memediasi atau menjadi mediator,mengembangan perilaku di sekolah,

memberikan informasi didalam kelas tentang norma kesopanan, memberikan

motivasi tentang norma kesopanan pada peserta didik, sebagai pasilitator dalam

menerapkan norma kesopanan pada peserta didik; (ii) Kendala yang dihadapi

dalam proses menerapkan norma kesopanan di SMAN 1 Bantaeng Kabupaten

Bantaeng adalah pembinaan karakter yaitu adanya sikap dan watak yang berbeda-

beda sehingga sulit untuk menerapkanya, pengaruh lingkungan adalah karakter

anak semakin menuju ketinggat negatif, faktor ekonomi adalah karna watak anak

yang semakin tinggi dan berlebihan terhadap orang tua.

Yusni Ramdhani, Rustiyarso Rustiyarso, Supriadi Supriadi (2019)

Penerapan Nilai dan Norma Kedisiplinan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-

Madinah Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh

informasi tentang penerapan nilai dan norma disiplin di SDIT Al-Madinah

Pontianak. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode

penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan nilai dan

norma disiplin di SDIT Al-Madinah Pontianak telah dilakukan dengan baik,

antara lain: disiplin siswa untuk tidak terlambat ke sekolah, kerapian siswa dalam

berpakaian, siswa menghadiri sholat dzikir bersama, dan mengambil kegiatan


ekstrakurikuler sesuai ketentuan sekolah. Kendala yang dihadapi terletak pada

siswa sendiri karena kurangnya disiplin siswa dalam mengelola diri mereka dalam

penegakan aturan, sehingga masih ada siswa yang belum mampu mendisiplinkan

diri untuk mematuhi Peraturan yang ditetapkan oleh sekolah.

Desi Nelliasari, Nuraini Asriati, Sulistyarini (2014) Penerapan Nilai dan

Norma di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri Pontianak. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai Penerapan

Nilai dan Norma di Kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak.

Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Nilai dan Norma di

Kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak sudah dilaksanakan dengan

baik antara lain seperti: kedisiplinan siswa untuk tidak terlambat masuk sekolah,

kerapian siswa dalam berpakaian, siswa mengikuti sholat dzuhur maupun sholat

jumat berjamaah, serta mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat

siswa masing-masing. kendala yang dihadapi terletak pada siswa itu sendiri

karena kurangnya kedisiplinan siswa dalam memanage diri sendiri dalam

penegakan tata tertib, sehingga masih ada siswa yang belum bisa disiplin dan

bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk mematuhi Tata Tertib yang telah

disepakati oleh sekolah.

Neng Kokom Komariah, Dasim Budimansyah, Wilodati Wilodati (2015)

Pengaruh Gaya Hidup Remaja Terhadap Meningkatnya Perilaku Melanggar

Norma di Masyarakat. Seiring perkembangan zaman dan tranformasi budaya,

baik budaya masa maupun budaya populer di masyarakat, hal ini berdampak

kepada banyaknya para remaja yang mengubah gaya hidupnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku

menyimpang di masyarakat.  Penelitian  dilakukan di Kecamatan Cisarua

dengan memilih remaja sebagai objek penelitian sekaligus responden. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi korelasional.  Untuk

menganalisis data statistik dilakukan uji korelasi antara gaya hidup remaja dan

perilaku menyimpang.  Hasil temuan penelitian menunjukkan hubungan antara

gaya hidup dengan perilaku menyimpang oleh remaja adalah hubungan positif

namun dengan tingkat keeratan rendah.

D. Kerangka Teoritik

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya penerapan norma

masyarakat (agama, kesusilaan, hukum dan kesopanan) pada siswa saat ini. Secara

pemahaman materi memang siswa sudah bisa dan mendapatkan nilai yang baik,

namun dalam penerapan atau pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari

yang masih sangat kurang. Khususnya dalam lingkungan sekolah, siswa masih

kurang dalam menerapkan norma hukum dan kesopanan. Terbuktinya masih

banyaknya siswa yang melanggar aturan kedisiplinan di sekolah, misalnya

terlambat dan tidak mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Dalam menerapkan

norma kesopanan juga sangat kurang, terbukti banyak siswa yang sering

mengejek temannya sendiri, tidak sopan dengan kakak kelas, guru, karyawan

maupun cleaning service di sekolah.

Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran role playing

ini dalam pembelajaran norma-norma pada masyarakat guna meningkatkan

penerapan norma masyarakat pada siswa. Dengan adanya model pembelajaran


role playing ini diharapkan siswa semakin berusaha untuk menerapkan norma-

norma masyarakat tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan

rumah, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

Keadaan Saat Ini Hasil


1. Kurangnya Perlakuan 1. Meningkatnya
penerapan norma penerapan norma
1. Menerapkan
masyarakat pada masyarakat pada
model
siswa siswa
pembelajaran role
2. Banyaknya playing pada siswa 2. Berkurangnya
penyimpangan penyimpangan
2. Menggunakan
terhadap norma terhadap norma
Lembar kerja
masyarakat (norma masyarakat (norma
Siswa
hukum dan hukum dan
kesopanan) kesopanan)

E. Hipotesis Tindakan

Dengan diterapkan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan

penerapan norma masyarakat pada siswa kelas VIIA di SMP Tunas Harapan

Nusantara.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Penerapan Norma Masyarakat

1. Definisi Norma

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, norma adalah aturan atau ketentuan

yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan,

tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima. Adapun kaidah

atau norma yang berlaku dalam masyarakat sangat banyak dan bervariasi.

Menurut Dendy Sugono (2008: 1007) Norma memiliki dua arti, yaitu (1)

peraturan atau ketentuan yang mengikat semua warga masyarakat; (2) aturan yang

baku; (ukuran untuk menentukan sesuatu).

Menurut Robert M. Lawang (2007: 48) , norma adalah suatu acuan

dalam bertingkah laku sehingga memberikan kemungkinan bagi seseorang

untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukannya itu dinilai orang

lain, dimana juga merupakan ciri bagi orang lain tersebut untuk menolak

atau bahkan mendukung tingkah lakunya.

Menurut Utrecht norma adalah segala himpunan petunjuk hidup yang

mengatur tentang berbagai tata tertib di dalam suatu masyarakat atau bangsa, di

mana peraturan tersebut diwajibkan untuk dipatuhi dan ditaati oleh setiap

masyarakat. Sedemikian sehingga apabila ada pihak yang melanggar, maka akan

ada sebuah tindakan yang dilakukan oleh pihak pemerintah.

Soerjono Soekanto (2016) menyatakan bahwa norma adalah patokan atau

pedoman mengenai perilaku manusia yang dianggap pantas. Selain itu, semua
norma yang dibuat di dalam suatu masyarakat pasti akan mengalami yang

namanya sebuah proses, sehingga norma-norma tersebut dapat diakui, dihargai,

dikenal, hingga ditaati oleh warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut A. Ridwan Halim norma adalah segala peraturan yang pada intinya

merupakan suatu aturan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak, yang berlaku

sebagai acuan atau pedoman yang memang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap

individu di dalam suatu masyarakat.

Secara umum norma terdiri atas empat macam, norma agama, norma

kesusilaan, norma hukum dan norma kesopanan. Norma agama sebagai kaidah

diyakini tidak hanya untuk kebahagiaan hidup di dunia. Norma agama juga akan

mengantarkan kepada kehidupan setelah kematian. Norma agama adalah norma

yang bagi sebagian manusia yang meyakininya menerapkan norma yang paling

tinggi nilainya. Norma agama dapat dijadikan sebagai landasan berpikir, berbuat,

dan ber perilaku. Norma agama juga menjadi kaidah untuk menciptakan

kehidupan yang selaras dan serasi dengan sebuah harapan, setelah kematian

manusia tersebut dapat me nik mati kebahagian di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Norma kesusilaan akan mengantarkan manusia untuk dapat menghargai dan

mengutamakan hati nurani sehingga akan muncul nilai-nilai kejujuran tanpa

melihat latar belakang seseorang. Kejujuran dan hati nurani tidak akan pernah

berbohong dan akan selalu mengajarkan kebaikan. Adapun norma hukum adalah

norma atau aturan yang berasal dari Pemerintah atau lembaga yang berwenang.

Norma  kesopanan merupakan kaidah yang timbul dalam masyarakat yang akan

mengajarkan kebaikan dan mewujudkan ketertiban dan kedamaian dalam


masyarakat. Keempat macam norma tersebut seharusnya tumbuh dan berkembang

serta dijadikan landasan sikap, ucap, dan perbuatan setiap orang.

Dalam masyarakat terdapat berbagai aturan-aturan yang berlaku, ada yang

tertulis dan tidak tertulis (kebiasaan). Aturan hukum yang berlaku dalam

masyarakat dibuat untuk mengatur dan melindungi hak dan kewajiban serta

kepentingan masyarakat itu sendiri. Sebagai warga masyarakat kita wajib

mematuhi peraturan yang berlaku. Sikap yang mencerminkan adanya kepatuhan

terhadap peraturan dalam masyarakat dapat diwujudkan dengan sikap-sikap 1)

menghormati dan mematuhi tata cara atau kebiasaan setempat, 2) tidak membuat

keonaran, 3) patuh terhadap peraturan yang berlaku dalam masyarakat, 4)

menjaga kebersihan lingkungan, 5) gotong-royong, 6) menjaga nama baik

masayarakat, 7) tidak membuang sampah sembarang tempat (BSNP, 2006).

2. Tujuan

Tujuan dibentuknya norma adalah 1) membentuk masyarakat yang tertib, 2)

menciptakan kaedah dalam hidup masyarakat, 3) agar manusia tidak semena-

mena dalam bermasyarakat, 4) membuat masyarakat paham dengan hukum, 5)

membuat masyarakat takut unttuk tidak melakukan penyimpangan, dan 6)

menciptakan masyarakat yang lebih berguna dalam kehidupan. Begitu juga tujuan

materi norma diberikan kepada siswa adalah agar siswa menjadi lebih tertib, tidak

semena-mena terhadap teman atau sesama, paham akan aturan dan semakin

mengurangi tindakan penyimpangan.


3. Analisis Ahli (Kesimpulan)

Berdasarkan teori-teori yang ada di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

norma adalah suatu aturan atau petunjuk hidup bagi manusia dalam

bermasyarakat. Banyak keuntungan yang didapat ketika masyarakat menjalankan

kehidupannya sesuai dengan norma-norma yang berlaku, begitu juga siswa. Siswa

yang sudah mendapatkan teori atau materi tentang norma, akan lebih baik lagi

apabila norma-norma tersebut diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

B. Hakikat Model Pembelajaran Role Playing

1. Definisi Model Pembelajaran Role Playing

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan

kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pengembangan model belajar

dimaksudkan agar guru memahami benar bagaimana peserta didik belajar yang

efektif, dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan harus sesuai

dengan situasi dan kondisi peserta didik, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri.

Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan

berbicara pada pembelajaran PKn adalah model role playing.

Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa model bermain peran (Role

Playing) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran

tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam

sebuah pentas. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model

pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada peserta didik


untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh

karena itu, lebih lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan bahwa “bentuk

pengajaran role playing memberikan pada peserta didik seperangkat/serangkaian

situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang

dirancang oleh guru”. Selain itu, Bermain peran (role playing) sering kali

dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan

dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat

menggunakan bahasa tutur (Syamsu, 2000).

Adapun Uno (2008: 25) menyatakan bahwa Model pembelajaran bermain

peran (role playing) adalah model yang pertama, dibuat berdasarkan asumsi

bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi

permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa bermain peran dapat mendorong

peserta didik mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan, ketiga

bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta

mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.

Menurut Syaiful Bahri dan Djamarah (2008), Model sosiodrama dan role

playing dapat dikatakan sama artinya dan dalam pemakainya sering silih berganti,

sosiodrama pada dasarnya mendramatisir tingkah laku dalam hubungannya

dengan masalah sosial.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disintesiskan

bahwa model role playing adalah model bermain peran dengan cara memberikan

peran-peran tertentu atau serangkaian situasi-situasi belajar kepada peserta didik


dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru

dan didramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.

2. Tujuan

Tujuan dari Bermain Peran (role playing) adalah 1) agar peserta didik dapat

menghayati dan menghargai perasaan orang lain, 2) dapat belajar bagaimana

membagi tanggung jawab, 3) dapat belajar bagaimana mengambil keputusan

dalam situasi kelompok secara spontan, 4) merangsang kelas untuk berfikir dan

memecahkan masalah.

Manfaat yang dapat diambil dari model bermain peran (role

playing) adalah 1) role playing dapat memberikan semacam hidden practise,

dimana peserta didik tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-

istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari,

2) role playing melibatkan jumlah peserta didik yang cukup banyak, cocok untuk

kelas besar.

Role playing dapat memberikan kepada peserta didik kesenangan karena

role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain peserta didik akan

merasa senang karena bermain adalah dunia peserta didik. Masuklah ke dunia

peserta didik, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).

Beberapa kelebihan metode bermain peran (role playing) adalah 1) peserta

didik melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang

akan didramakan dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan

peserta didik, 2) peserta didik akan terlatih berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu
memainkan drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapat sangat

menarik bagi peserta didik sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan

penuh antusias, 3) bakat yang terdapat pada peserta didik dapat dipupuk dan

memungkinkan akan muncul atau tumbuh bakat seni drama dari sekolah, 4) kerja

sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya, 5)

peserta didik memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung

jawab dengan sesamanya, 6) bahasa lisan peserta didik dapat dibina menjadi

bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Sebagaimana dengan metode-metode yang lain, metode Bermain

Peran (role playing) memiliki sisi-sisi kelemahan. Namun yang penting disini

kelemahan dalam suatu metode dapat ditutupi dengan menggunakan metode yang

lain. Kelemahan metode Bermain Peran (role playing) adalah 1) sebagaian besar

anak yang tidak ikut bermain mereka kurang kreatif. Memerlukan kreativitas dan

daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun peserta didik, 2) bermain peran

memerlukan waktu yang relatif lama, 3) memerlukan tempat yang luas jika tempat

bermain sempit menjadi kurang leluasa, 4) sering kelas lain terganggu oleh suara

pemain dan para penonton yang kadang bertepuk tangan (Syaiful Bahri dan

Djamarah (2008)).

Sintak Model Pembelajaran Role Playing

Menurut Suherman (2009: 7) bahwa sintak dari model pembelajaran role

playing adalah:

1. Guru menyiapkan skenario pembelajaran.

2. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario tersebut.

3. Pembentukan kelompok peserta didik.


4. Penyampaian kompetensi.

5. Menunjuk peserta didik untuk melakonkan skenario yang telah

dipelajariny

6. Kelompok peserta didik membahas peran yang dilakukan oleh pelakon.

7. Presentasi hasil kelompok.

8. Bimbingan penyimpulan dan refleksi.

Selanjutnya menurut Uno (2008: 26) bahwa prosedur bermain peran terdiri atas

sembilan langkah, yaitu: (1) persiapan/pemanasan, (2) memilih partisipan, (3)

menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung atau tempat bermain

peran, (5) memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang,

(8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan kesimpulan.

3. Analisis ahli (Kesimpulan)

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran

interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk

melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Model

pembelajaran ini dapat membuat siswa semakin terlatih dalam mengingat materi

pembelajaran, inisiatif, kreatif dan mampu menerapkan materi-materi yang sudah

diterima dalam bentuk pembiasaan.

C. Hasil Penelitian Relevan

Khoirun Ni’mah (2015) Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing

untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pembelajaran Sejarah

Kelas X IIS 3 MAN Kediri 2 Kota Kediri. Tujuan penelitian ini adalah membantu
siswa menemukan jati diri di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan

membentuk kelompok. Artinya dengan menggunakan metode role playing

diharapkan bisa mengaktifkan belajar siswa pada materi yang diberikan terutama

pelajaran Sejarah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif atau kualitatif dengan

jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model Kurl Lewin dengan (2) siklus.

Teknik data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Data

yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis

secara deskriptif kualitatif, data yang berupa angka atau data kualitatif dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis data setelah penerapan metode pembelajaran role playing

menunjukkan keaktifkan belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X IIS 3

berjalan dengan efektif. Hal ini terlihat peningkatan keaktifan belajar siswa pada

setiap tindakan. Pada siklus II presentase peningkatan keaktifan belajar siswa

sebesar 50%, Siklus II presentase peningkatan keaktifan belajar siswa sebesar

22%. Jadi pada siklus I ke siklus II presentase peningkatan keaktifan siswa

sebesar 56%. Hal ini terjadi karena setiap siswa mempunyai karakter yang

berbeda-beda sehingga suasana hati setiap masing-masing siswa berbeda-beda

yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode pembelajaran role playing untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas X IIS 3 berjalan dengan efektif.

Aisyah, Nasyatul and Bambang, Sahono and Turdjai, Turdjai (2018)

Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Mingkatkan Speaking dan


Vocabulary (Studi Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas XI SMAN 3

Lahat). Masters thesis, Universitas Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan penerapan model pembelajaran role playing dan untuk

meningkatkan speaking dan vocabulary siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 3

Lahat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dan

kuasi eksperimen. Rancangan penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

model Kemmis dan Taggart. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPA 1

semester satu tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 3 Lahat. Untuk sampel

kuasi ekperimen adalah kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3. Penelitian tindakan kelas

berjumlah 25 siswa, untuk kelas eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas kontrol

berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

lembar observasi pelaksanaan pembelajaran model role playing, lembar observasi

keterampilan berbicara, dan tes penguasaan kosa kata. Analisis data menggunakan

uji t-tes yang terdiri dari uji beda antar siklus dan uji beda dua sampel yang tidak

berhubungan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan model role

playing dapat meningkatkan speaking dan vocabulary siswa.

Agung Wiradimadja Wiradimadja (2016) dalam Jurnal Penelitian Ilmu

Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Penerapan Value Clarification

Technique (VCT) Model Role Playing dalam Mata Pelajaran IPS untuk menekan

perilaku Bullying Siswa di SMP Negeri 4 Bandung. Penelitian ini dilatarbelakangi

oleh keprihatinan atas fenomena kenakalan siswa, terutama intimidasi yang telah

menyebar luas dalam pendidikan. Seperti lingkaran setan, jika intimidasi tidak

dihentikan, kemungkinan besar akan diteruskan dari satu generasi ke generasi lain

di antara para korban. Diperlukan penanganan khusus untuk memutus rantai


intimidasi. Berdasarkan pengamatan awal di SMP Negeri 4 Bandung, beberapa

perilaku bullying terlihat jelas dilakukan oleh siswa kelas VIII - E. Berdasarkan

data yang dikumpulkan, perilaku bullying oleh siswa kelas VIII - E cukup tinggi,

oleh karena itu strategi pembelajaran harus dilakukan. Dirumuskan dalam studi

sosial untuk mengurangi intimidasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah observasi aktivitas kelas dengan mengadopsi model VCT bermain

peran dalam implementasi pembelajaran sains sosial. Instrumen yang digunakan

adalah lembar pengamatan perilaku intimidasi siswa dan catatan lapangan

kegiatan pembelajaran sains sosial siswa. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah observasi, studi dokumentasi dan wawancara, sedangkan untuk

pengolahan data dan analisis digunakan teknik kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan penelitian akhir yang dilakukan, pertama implementasi dimulai

dengan menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mengatur

rencana pembelajaran yang digunakan, kedua model bermain peran VCT

diimplementasikan dalam proses pembelajaran ilmu sosial di kelas, ketiga Hasil

penelitian selama kegiatan kelas menunjukkan bahwa perilaku bullying siswa

pada siklus 1 hingga siklus 3 menurun, sebagainya hambatan dari setiap siklus

tercermin, kelima upaya yang diberikan untuk mengatasi hambatan muncul dari

setiap siklus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, hasil maksimum yang dicapai

dalam mengurangi perilaku bullying adalah pada siklus ke-3.

Martinus Ghea (2019) Peningkatan Kompetensi Sosial Siswa Tentang

Konsep Pergaulan yang Efektif dengan Model Role Playing dalam Layanan

Klasikal dalam Jurnal Penelitian Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dalam konseling (PTK-BK) yang dilakukan oleh peneliti
sendiri. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik observasi untuk menentukan implementasi layanan klasik yang dilakukan

oleh konselor dan tes penilaian langsung (laiseg) untuk menentukan tingkat

pemahaman siswa dalam konsep sosial yang efektif melalui analisis tindakan pada

siklus 1 dan siklus 2 Hasil penelitian menunjukkan melalui model role playing

terbukti dapat meningkatkan hasil layanan klasik pada topik Hubungan Efektif di

kelas XII-MIPA 1 SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, terbukti

dari skor rata-rata tingkat pemahaman diperoleh dalam layanan klasik pada Siklus

I = 15,25 (61%), Siklus II = 25 (110%). Dengan demikian, melalui model Role

Playing, terbukti bahwa ia dapat menciptakan suasana layanan klasik yang

menyenangkan dan menarik minat siswa, karena konselor dapat menggunakan

model ini dengan baik, sebagaimana dibuktikan oleh pengamatan pada

implementasi layanan klasik , yang awalnya tidak aktif. dalam kegiatan layanan

klasik, berada di siklus II Siswa terlihat antusias dan tertarik pada bagaimana

konselor / konselor disampaikan.

Endah Sulistyorini dan Firosalia Kristin (2017) Penerapan Role Playing

Untuk Meningkatkan Morivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V dalam Jurnal

PGSD Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga). Penelitian ini dilatar belakangi

oleh rendahnya motivasi belajar siswa dengan ratarata 57,95 dan hasil belajar 13

siswa (65%) dibawah KKM (≥65). Tujuan penelitian ini meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran role playing. Jenis

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus diawali

tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Angket

untuk mengumpulkan data motivasi belajar, sedangakn soal tes, lembar observasi
sikap dan keterampilan untuk hasil belajar siswa. Data menggunakan teknik

analisis deskriptif. Motivasi pada siklus I “Baik” (80%), siklus II “Sangat Baik”

(75%). Hasil belajar siswa aspek kognitif siklus I “Baik” nilai ketuntasan 50%,

siklus II kategori “Baik” nilai ketuntasan 80%. Aspek psikomotorik siklus I rata-

rata 67,5 (cukup), siklus II rata-rata 77,2 (cukup). Aspek afektif siklus I rata-rata

61,4 (cukup), siklus II rata-rata 67,6 (cukup). Dengan demikian disarankan model

pembelajaran role playing dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

Hajerah (2016) Peran Guru PKn dalam membimbin penerapan Norma

Kesopanan pada Siswa SMA Negeri 1 Bantaeng. Masters thesis, Universitas

Negeri Makassar.  Guru merupakan suatu profesi yang menentukan dalam

mengubah nasib bangsa. Hal ini karena guru bertugas mendidik dan mengajar

anak-anak bangsa, mengubah perilaku, membentuk karakter. Sangat diperlukan

peran seorang guru dalam mendidik siswa karena siswa selalu berhubungan

dengan guru dalam belajar mengajar sehingga baik tidaknya kesopanan siswa

disekolah sangat diperlukan aturan yang tegas dari sekolah. Begitu pentingnya

peran guru dalam meningkatkan kesopanan siswa dengan mengungkapkan

masalah dan pemecahannya, bagaimana guru menerapkan norma kesopanan

beserta kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Oleh karena itu penulis

mengangkat permasalahan sebagai berikut: (i) Bagaimana peran guru PKn dalam

membimbing penerapan norma kesopanan siswa di SMA Negeri 1 Bantaeng? (ii)

Apa saja kendala-kendala yang dialami oleh guru PKn dalam membimbing

penerapan norma kesopanan siswa ? Tujuan penelitian ini adalah: (i) Untuk

mengetahui peran guru PKn dalam membimbing penerapan norma kesopanan


siswa di sekolah SMA Negeri 1 Bantaeng; (ii) Untuk mengetahui hambatan

hambatan yang dialami oleh guru dalam membimbing penerapan norma

kesopanan siswa di sekolah. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan analisis

data deskriptif kualitatif yang bersifat mengambarkan dan memaparkan fakta–

fakta tentang peran guru PKn dalam membimbing penerapan norma kesopanan

pada siswa SMA Negeri 1Bantaeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i)

peran guru PKn dalam membimbing penerapan norma kesopanan siswa di sekolah

SMA Negeri 1 Bantaeng adalah mengembangan norma kesopanan di sekolah,

memediasi atau menjadi mediator,mengembangan perilaku di sekolah,

memberikan informasi didalam kelas tentang norma kesopanan, memberikan

motivasi tentang norma kesopanan pada peserta didik, sebagai pasilitator dalam

menerapkan norma kesopanan pada peserta didik; (ii) Kendala yang dihadapi

dalam proses menerapkan norma kesopanan di SMAN 1 Bantaeng Kabupaten

Bantaeng adalah pembinaan karakter yaitu adanya sikap dan watak yang berbeda-

beda sehingga sulit untuk menerapkanya, pengaruh lingkungan adalah karakter

anak semakin menuju ketinggat negatif, faktor ekonomi adalah karna watak anak

yang semakin tinggi dan berlebihan terhadap orang tua.

Yusni Ramdhani, Rustiyarso Rustiyarso, Supriadi Supriadi (2019)

Penerapan Nilai dan Norma Kedisiplinan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-

Madinah Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh

informasi tentang penerapan nilai dan norma disiplin di SDIT Al-Madinah

Pontianak. Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode

penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan nilai dan

norma disiplin di SDIT Al-Madinah Pontianak telah dilakukan dengan baik,


antara lain: disiplin siswa untuk tidak terlambat ke sekolah, kerapian siswa dalam

berpakaian, siswa menghadiri sholat dzikir bersama, dan mengambil kegiatan

ekstrakurikuler sesuai ketentuan sekolah. Kendala yang dihadapi terletak pada

siswa sendiri karena kurangnya disiplin siswa dalam mengelola diri mereka dalam

penegakan aturan, sehingga masih ada siswa yang belum mampu mendisiplinkan

diri untuk mematuhi Peraturan yang ditetapkan oleh sekolah.

Desi Nelliasari, Nuraini Asriati, Sulistyarini (2014) Penerapan Nilai dan

Norma di kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri Pontianak. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai Penerapan

Nilai dan Norma di Kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak.

Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Nilai dan Norma di

Kelas XI IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak sudah dilaksanakan dengan

baik antara lain seperti: kedisiplinan siswa untuk tidak terlambat masuk sekolah,

kerapian siswa dalam berpakaian, siswa mengikuti sholat dzuhur maupun sholat

jumat berjamaah, serta mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat

siswa masing-masing. kendala yang dihadapi terletak pada siswa itu sendiri

karena kurangnya kedisiplinan siswa dalam memanage diri sendiri dalam

penegakan tata tertib, sehingga masih ada siswa yang belum bisa disiplin dan

bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk mematuhi Tata Tertib yang telah

disepakati oleh sekolah.

Neng Kokom Komariah, Dasim Budimansyah, Wilodati Wilodati (2015)

Pengaruh Gaya Hidup Remaja Terhadap Meningkatnya Perilaku Melanggar

Norma di Masyarakat. Seiring perkembangan zaman dan tranformasi budaya,


baik budaya masa maupun budaya populer di masyarakat, hal ini berdampak

kepada banyaknya para remaja yang mengubah gaya hidupnya. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah gaya hidup berpengaruh terhadap perilaku

menyimpang di masyarakat.  Penelitian  dilakukan di Kecamatan Cisarua

dengan memilih remaja sebagai objek penelitian sekaligus responden. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi korelasional.  Untuk

menganalisis data statistik dilakukan uji korelasi antara gaya hidup remaja dan

perilaku menyimpang.  Hasil temuan penelitian menunjukkan hubungan antara

gaya hidup dengan perilaku menyimpang oleh remaja adalah hubungan positif

namun dengan tingkat keeratan rendah.

D. Kerangka Teoritik

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya penerapan norma

masyarakat (agama, kesusilaan, hukum dan kesopanan) pada siswa saat ini. Secara

pemahaman materi memang siswa sudah bisa dan mendapatkan nilai yang baik,

namun dalam penerapan atau pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari

yang masih sangat kurang. Khususnya dalam lingkungan sekolah, siswa masih

kurang dalam menerapkan norma hukum dan kesopanan. Terbuktinya masih

banyaknya siswa yang melanggar aturan kedisiplinan di sekolah, misalnya

terlambat dan tidak mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Dalam menerapkan

norma kesopanan juga sangat kurang, terbukti banyak siswa yang sering

mengejek temannya sendiri, tidak sopan dengan kakak kelas, guru, karyawan

maupun cleaning service di sekolah.


Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran role playing

ini dalam pembelajaran norma-norma pada masyarakat guna meningkatkan

penerapan norma masyarakat pada siswa. Dengan adanya model pembelajaran

role playing ini diharapkan siswa semakin berusaha untuk menerapkan norma-

norma masyarakat tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan

rumah, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

Keadaan Saat Ini Hasil


1. Kurangnya Perlakuan 1. Meningkatnya
penerapan norma penerapan norma
1. Menerapkan
masyarakat pada masyarakat pada
model
siswa siswa
pembelajaran role
2. Banyaknya playing pada siswa 2. Berkurangnya
penyimpangan penyimpangan
2. Menggunakan
terhadap norma terhadap norma
Lembar kerja
masyarakat (norma masyarakat (norma
Siswa
hukum dan hukum dan
kesopanan) kesopanan)

E. Hipotesis Tindakan

Dengan diterapkan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan

penerapan norma masyarakat pada siswa kelas VIIA di SMP Tunas Harapan

Nusantara.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Tunas Harapan

Nusantara dengan jumlah 30 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa

perempuan. Fokus penelitian pada penerapan model pembelajaran role playing

untuk meningkatkan penerapan norma masyarakat dalam mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

B. Setting Penelitian

1. Lokasi Penetlitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Tunas Harapan

Nusantara

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimlai pada bulan Agustus sampai Oktober 2020

dari tahap observasi hingga dilaksanakan tindakan.

C. Prosedur Penelitian (Rancangan Tindakan)

Penelitian ini menggunakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), yaitu

penelitian yang bertujuan memberikan sumbangan nyata peningkatan

profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan


tentang perilaku guru pengajar dan murid belajar. Pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subyek

penelitian yang sangat diutamakan adalah mengungkap makna yakni makna dan

proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan

prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan sebagaimana dikemukakan oleh

Bogdan dan Bikien (1998). Sifat PTK yang dilakukan adalah kolaboratif

partisipatoris, yakni kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan.

Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya

muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga

sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam tindakan kelas

diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti (Suharsimi, 2006). Dengan

demikian penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) terkait dengan

persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.

Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja penelitian tindakan kelas terdiri atas

empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen

tersebut dipandang sebagai satu siklus (Depdikbud, 1999).

Adapun gambaran rencana pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan dalam tahap perencanaan ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Studi pendahuluan terhadap penerapan norma masyarakat pada siswa

2. Menganalisis materi dan telaah Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi

Dasar (KD) untuk rencana pembelajaran


3. Merencanakan perangkat pembelajaran berupa silabus dan Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan saat melakukan

penelitian tentang bab Norma pada Masyarakat

4. Mempersiapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan

5. Membuat lembar pengamatan penerapan norma dalam aktifitas belajar

di kelas

6. Peneliti dan teman sejawat membuat lembar pengamatan penerapan

norma dengaan model pembelajaran role playing

7. Merencanakan pembentukan kelompok heterogen

b. Pelaksanaan / Implementasi Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan atau implementasi tindakan merupakan tahap

pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Pada tahap tindakan tim peneliti

melakukan kegiatan pembelajaran seperti apa yang telah direncanakan yaitu

kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran role playing.

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan selama 6 empat

pelajaran (6 X 45 menit). Pertemuan pertama dimanfaatkan untuk proses

pembelajaran menjelaskan materi norma dalam masyarakat. Pertemuan kedua

digunakan untuk kegiatan pembelajaran dalam kelompok berupa bermain peran

dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada masin-masing siswa.

Sedangkan pertemuan ketiga digunakan untuk mengambil data tes akhir siklus.

Dengan kata lain, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, sebagai berikut:

Siklus I 1) Perencanaan

2) Tindakan dan Observasi I pada siklus I pertemuan I


3) Refleksi I terhadap siklus I pertemuan I

4) Evaluasi I berdasarkan siklus I pertemuan I

5) Tindakan dan Observasi II pada siklus I pertemuan II

6) Refleksi II terhadap siklus I pertemuan II

7) Evaluasi II berdasarkan siklus I pertemuan II

Siklus II 1) Perencanaan

2) Tindakan dan Observasi I pada siklus II pertemuan I

3) Refleksi I terhadap siklus II pertemuan I

4) Evaluasi I berdasarkan siklus II pertemuan I

5) Tindakan dan Observasi II pada siklus II pertemuan II

6) Refleksi II terhadap siklus II pertemuan II

7) Evaluasi II berdasarkan siklus II pertemuan II

Siklus III 1) Perencanaan

2) Tindakan dan Observasi I pada siklus III pertemuan I

3) Refleksi I terhadap siklus III pertemuan I

4) Evaluasi I berdasarkan siklus III pertemuan I

5) Tindakan dan Observasi II pada siklus III pertemuan II

6) Refleksi II terhadap siklus III pertemuan II

7) Evaluasi III berdasarkan siklus III pertemuan II


c. Pengamatan (Observing)

Observasi dilakukan oleh teman sejawat. Lembar pengamatan digunakan

untuk mengamati dan mengukur penerapan norma masyarakat pada siswa serta

aktifitas peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung. Langkah selanjutnya

adalah mengumpulkan lembar hasil pengamatan dan angket yang diberikan

peneliti.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi merupakan analisis hasil observasi dan hasil tes. Refleksi

dilaksanakan segera setelah tahap implementasi atau tindakan dan observasi

selesai. Pada tahap ini peneliti dan teman sejawat mendiskusikan hasil yang

meliputi kelebihan dan kekurangan pada pembelajaran. Hasil refleksi ini akan

digunakan sebagai perbaikan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.


Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I
- Studi pendahuluan terhadap Tahap 1 : Tim peneliti melakukan
penerapan norma masyarakat kegiatan pembelajaran seperti apa yang
pada siswa telah direncanakan yaitu kegiatan
- Merencanakan pembelajaran pembelajaran denagn menerapkan
dengan membuat Silabus, RPP model pembelajaran role playing
tentang Bab Norma pada Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan
Permasala Masyarakat dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan
han - Membuat lembar pengamatan selama 3 empat pelajaran (3 X 45
penerapan norma dalam aktifitas menit).
belajar di kelas Tahap 3 : Melakukan proses
- Peneliti dan teman sejawat pembelajaran dalam kelompok berupa
membuat lembar pengamatan bermain peran dengan cara
penerapan norma dengaan model memberikan peran-peran tertentu
pembelajaran role playing kepada masin-masing siswa
- Merencanakan pembentukan
kelompok heterogen

Refleksi I
Analisis hasil observasi dan Pengamatan I
hasil tes. Refleksi Observasi dilakukan oleh teman sejawat.
dilaksanakan segera Lembar pengamatan digunakan untuk
ssetelah tahap implementasi mengamati dan mengukur penerapan norma
atau tindakan dan obsevasi pada saat proses pembelajaran berlangsung
selesai

Permasalahan Perencanaan tindakan II


baru hasil Berdasar hasil refleksi siklus I
refleksi
Pelaksanaan tindakan II

Refleksi II Pengamatan II

Dilanjutkan ke
Apabila siklus berikutnya
permasalahan belum
terselesaikan
Indikator Keberhasilan Tindakan

Keberhasilan kinerja dengan penerapan model pembelajaran role playing

untuk meningkatkan penerapan norma masyarakat pada siswa kelas VII A SMP

Tunas Harapan Nusantara pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan dengan indikator sebagai berikut:

1. Adanya peningkatan penerapan norma masyarakat pada siswa kelas VII

A SMP Tunas Harapan Nusantara

2. Keterampilan Guru dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan menggunakan model pembelajaran role playing

dengan kriteria sekurang-kurangnya baik

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengamati

secara langsung jalannya suatu penelitian, di sini guru Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) bertindak sebagai pelaksana tindakan juga peneliti.

Peneliti juga dibantu teman sejawat sebagai observer. Kegiatan observasi

dilakukan untuk mengetahui penerapan norma masyarakat pada siswa dengan


menggunakan model pembelajaran role playing. Pengamatan ini dilakukan

dengan menggunakan lembar obsevasi.

2. Wawancara

Teknik wawancara ini diperlukan untuk menambah data yang berkaitan

dengan penerapan norma masyarakat pada siswa, model pembelajaran role

playing yang diterapkan dalam pembelajaran, kendala-kendala yang dialami,

maupun suasana pembelajaran di kelas. Subjek yang diwawancarai oleh peneliti

adalah siswa sebagai subjek penelitian berdasarkan pedoman wawancara.

Wawancara ini bertujuan untuk menambah informasi sebelum dan sesudah

penelitian dilaksanakan.

3. Tes

Dalam penelitian ini, tes berbentuk uraian non-objektif untuk mengetahui

tingkat pengetahuan siswa terhadap pembelajaran dan penerapan tentang norma

pada masyarakat. Hasil tes siswa digunakan sebagai kontrol apakah ada

peningkatan penerapan norma masyarakat pada siswa.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar hasil wawancara siswa, data tentang

kondisi sekolah (letak geografis, sejarah perkembangan sekolah, jumlah siswa,

jumlah pengajar dan kelengkapan sarana prasarana yang ada di sekolah).

5. Catatan Lapangan
Sumber infomrasi yang juga sangat penting dalam penelitian tindakan kelas

adalah catatan lapangan (field notes). Catatan lapangan dalam penelitian ini adalah

catatan yang dibuat oleh peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

deskriptif komparatif dan analisis kritis. Teknis deskriptif komparatif digunakan

untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antara siklus. Peneliti

membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada siklus.

Teknik komparatif dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan

hasil penelitian siklus pertama, kedua dan ketiga. Hasil komparatif tersebut

digunakan untuk mengetahui indikator dan keberhasilan dan kegagalan dalam

setiap siklus. Indikator yang belum tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya

sehingga dapat meningkatkan kemampuan memahami konsep.

Teknik analisis kristis berkaitan dengan data kuantitatif, yakni mencakup

kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru

dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif. Hasil analisis tersebut

dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.

Analisis kristis mencakup kemampuan dan kesiapan siswa, yang dilakukan pada

saat prasurvei sebelum tindakan dilakukan, untuk mengetahuui kondisi awal

siswa.

Setelah kondisi awal siswa diketahui, peneliti bersama kolaboran

merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Setiap

siklus berakhir, hasilnya dianalisis mengenai apa saja kekurangan dan


kelebihannya sehingga diketahui adanya peningkatan penerapan norma

masyarakat pada siswa. Analisis terhadap penerapan norma masyarakat, siswa

mencakup indikator yang telah ditentukan dalam setiap pembelajaran. Analisis

data akan dibuat berdasarkan data kualitatif. Data kualitatif dianalisis dalam

bentuk paparan naratif.

F. Jadwal Penelitian

Oktober 2020 November 2020 Desember 2020


No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal                          
2. Penyusunan Instrumen                          
3. Penyusunan RPP                          
4. Validasi Instrumen                          
Perancangan/Persiapan
5.                          
Pembelajaran
Pelaksanaan
6. Pembelajaran dan                          
Refleksi
7. Penyusunan Laporan                          
8. Seminar Hasil Penelitian                          
Pelaporan Hasil
9.                          
Penelitian

Anda mungkin juga menyukai