PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan
dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar
siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Sanjaya, 2011). Potensi tersebut
dikembangkan agar anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan, pengendalian diri, akhlak mulia serta keterampilan. Adapun
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pembelajaran
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya bangsa Indonesia yang dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat,
warga negara dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan PKn sebagaimana dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006
adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar antara lain berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan dan juga
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran yang aktif dan terjadi
hubungan timbal balik antara siswa dengan pendidiknya. Keaktifan dalam
pembelajaran tidak hanya dari segi fisik, melainkan juga kejiwaan seorang
siswa. Hal ini dikarenakan apabila hanya dari fisik, tetapi pikiran, dan mental
yang kurang aktif maka tujuan pembelajaran juga tidak akan tercapai dengan
baik (Djamarah, 2014).
Menurut Slameto (2003) pencapaian tujuan pembelajaran dapat
diwujudkan dengan menerapkan metode yang menarik serta melibatkan
keaktifan siswa. Metode mengajar merupakan cara mengantarkan atau
menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan. Pemilihan metode
yang tepat dapat membantu siswa untuk memahami dan menguasai materi
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran strategi role playing dengan media
video dalam materi Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara mata pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui strategi role playing
dengan media video dalam materi Perumusan dan Penetapan Pancasila
sebagai Dasar Negara mata pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1
Campurdarat Tulungagung?
5
A. KEAKTIFAN SISWA
Belajar merupakan wujud tindakan keaktifan siswa. Keaktifan berasal
kata dasar aktif yang berarti giat atau sibuk, sedangkan keaktifan adalah
kegiatan atau kesibukan (Depdiknas, 2007). Menurut Hamalik (2009) Belajar
adalah suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Sedangkan
menurut Djamarah (2014), “Belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar”. Aktivitas
belajar diartikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar
dalam situasi belajar-mengajar (Hamalik, 2009).
Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk belajar lebih aktif dalam
menggali informasi. Sesuai dengan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
dimana sistem pembelajaran lebih menekankan keaktifan siswa secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional untuk dapat memperoleh hasil belajar yang
merupakan perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) menurut Hamalik (2013) adalah
pendekatan dalam pembelajaran yang berfokus pada keaktifan siswa, yang
merupakan inti dari kegiatan belajar.Dalam konsep CBSA kegiatan belajar
diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti berdiskusi, mendengarkan,
membuat sesuatu, memecahkan masalah, memberikan gagasan, menyusun
rencana, dan sebagainya.Konsep tersebut merupakan cara pembelajaran secara
aktif.Pembelajaran secara aktif merupakan suatu metode pembelajaran yang
mampu membuat siswa menjadi lebih aktif (Amri, 2015).
Menurut Uno (2013) pembelajaran aktif merupakan proses
pembelajaran dimana seorang guru harus mampu menciptakan suasana agar
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya.
Dalam pembelajaran secara aktif, anak didik tidak hanya sekedar
mendengarkan penjelasan dari guru, namun perlu dituntut pula untuk aktif
belajar seperti membaca, menulis, dan berdiskusi untuk memecahkan suatu
masalah, dan peran guru hanyalah membimbing sekaligus mengarahkan.
7
8
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi di sekitar siswa.
1) Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam
dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam
misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan
sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki
ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda dengan suasana
belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di dalam
ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun
hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas
merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar.
Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu
lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Karena itu, sekolah hendaknya
didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.
2) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan
dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan. Faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum,
sarana prasarana, guru, dan metode pembelajaran.
bermain peran merupakan salah satu sarana yang membantu siswa untuk
belajar. Melalui kegiatan tersebut, siswa berusaha menyelidiki dan
mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya
sendiri maupun dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya.
2. Tujuan pembelajaran Role Playing
Tujuan yang diharapkan dalam penggunaan metode role playing
menurut Djamarah (2014) adalah sebagai berikut:
a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b. Agar siswa dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c. Agar siswa dapat belajar bagaimana mengambil keputusan secara
spontan
d. Untuk merangsang siswa agar berfikir memecahkan masalah.
3. Langkah-langkah pembelajaran Role Playing
Menurut Djamarah (2014), langkah-langkah menggunakan metode
role playing adalah:
a. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa
untuk dibahas.
b. Ceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut.
c. Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan
perannya di depan kelas.
d. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu
sosiodrama/ role playing sedang berlangsung.
e. Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit
sebelum mereka memainkan perannya.
f. Akhiri kegiatan Role Playing dengan diskusi kelas untuk bersama-
sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada kegiatan tersebut.
g. Jangan lupa menilai hasil role playing tersebut sebagai bahan
pertimbangan lebih lanjut.
4. Kelebihan dan kekurangan metode Role Playing
Menurut Djamarah (2014), role playing mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya yaitu:
13
d) Kesejahteraan sosial
e) Ketuhanan yang berkebudayaan
BPUPKI telah membentuk beberapa panitia kerja yang di
antaranya ialah Panitia Sembilan, yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs.
Mohammad Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikusno Cokrosuyoso,
Abdulkahar Muzakir, Haji Agus Salim, Mr. Ahmad Subarjo, K. H. A.
Wachid Hasyim, dan Mr. Mohammad Yamin (Lukman dkk., 2017).
Panitia sembilan mengadakan rapat di rumah kediaman Ir.
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Setelah itu,
pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan telah mencapai satu
persetujuan atau kesepakatan tentang rancangan pembukaan hukum
dasar (Undang-Undang Dasar).
Oleh Ir. Soekarno, rancangan pembukaan hukum dasar ini
diberikan nama ”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad Yamin
dinamakan ”Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut
”Gentlemen's Agreement´. Naskah ”Mukadimah” yang ditandatangani
oleh sembilan orang anggota Panitia Sembilan, dikenal dengan nama
”Piagam Jakarta” atau ”Jakarta Charter”.
Dalam alinea keempat naskah Piagam Jakarta tersebut, terdapat
rumusan dasar negara sebagai berikut. (1). Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya (2).
Kemanusiaan yang adil dan beradab (3). Persatuan Indonesia (4).
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan (5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Karena adanya keberatan dan untuk menghindari
perpecahan, para tokoh bersepakat untuk mengubah kalimat
”Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa (Lukman
dkk., 2017).
A. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung 2020-2021 yang berjumlah 36 siswa dengan tingkat kemampuan
yang berbeda-beda.
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini berada di kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung yang beralamatkan di Kec. Campurdarat, Kab. Tulungagung
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan selama 2 bulan terhitung
dari bulan Mei sampai dengan Juni 2021. Adapun jadwal penelitian dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jadwal Penelitian
N Siklus Kelas Hari/Tanggal Waktu
o
3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang diberikan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan materi Perumusan dan
Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara.
4. Karakteristik Siswa
Jumlah seluruh siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat adalah 36 orang.
Kemampuan masing-masing siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena
23
24
memang mereka datang dari latar belakang yang berbeda seperti latar
belakang keluarga dan tempat tinggal. Tapi secara umumnya kemampuan
semua siswa di sekolah terlihat baik, karena guru memberikan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
R1 R2 R3
L1 L2 L3
M1 M3 M3
Keterangan :
M : Merencanakan
L : Melaksanakan
R : Refleksi
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimulai pada bulan Mei 2021
sampai dengan bulan Juni 2021. Kegiatan meliputi perencanaan,
pelaksanaan, perbaikan, monitoring dan refleksi. Langkah-langkah
penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus.
2. Pra Siklus
a. Tahap Perencanaan
25
4. Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Siklus II merupakan klimak
dari penelitian tindakan kelas ini. Penulis berharap dalam siklus II ini
terdapat peningkatan hasil dan semua siswa mendapat nilai tuntas dengan
persentase yang tinggi.
Langkah-langkahnya sama dengan siklus sebelumnya yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan
langkah-langkah berikut :
1) Guru merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi perbaikan
Siklus I.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran yang
diterapkan, dalam hal ini model pembelajaran dengan strategi role
playing dengan menggunakan media video
3) Menyiapkan instrumen yang digunakan meliputi media video,
lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa
4) Menyusun tes akhir pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
30
1 ATA 2 8 20 v
2 AR 3 7 30 v
3 ABE 5 5 50 v
33
34
4 AASD 5 5 50 v
5 AYS 4 6 40 v
6 ATGA 2 8 20 v
7 AASD 3 7 30 v
8 ACSP 8 2 80 v
9 DPA 4 6 40 v
10 DPS 3 7 30 v
11 SRN 5 5 50 v
12 AFS 5 5 50 v
13 ECR 5 5 50 v
14 ENK 3 7 30 v
15 EMO 7 3 70 v
16 FAP 2 8 20 v
17 FRA 5 5 50 v
18 GDS 3 7 30 v
19 GGA 3 7 30 v
20 GKRC 6 4 60 v
21 HIS 4 6 40 v
22 IAR 5 5 50 v
23 ITM 8 2 80 v
24 KAPD 4 6 40 v
25 KAP 5 5 50 v
26 LNAS 3 7 30 v
27 MIN 7 3 70 v
28 MF 2 8 20 v
29 NAS 5 5 50 v
30 ODR 3 7 30 v
31 PES 4 6 40 v
32 PCN 5 5 50 v
33 RDA 5 5 50 v
35
34 SJA 4 6 40 v
35 YMR 8 2 80 v
36 YPA 4 6 40 v
Tabel 3
Hasil Aktivitas Siswa Pra Siklus
No Aspek yang diamati Nilai rata-rata
Jumlah skor 7
Persentase 35%
Keterangan:
Skor tertinggi per parameter = 4
36
2. Deskripsi siklus I
Adapun dalam pelaksanaan siklus I berikut tahapan-tahapannya:
a. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat
observasi awal maka peneliti merencanakan perbaikan berdasarkan
hasil refleksi pra perbaikan yaitu menyusun langkah-langkah
mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran PKn.
Perencanaan pengajaran pada siklus I ini dituangkan dalam bentuk
RPP sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan dengan
langkah-langkah pada model pembelajaran yang diterapkan, dalam hal
ini model pembelajaran dengan metode role playing. Materi yang
dibahas pada siklus I adalah “Perumusan Dan Penetapan Pancasila
Sebagai Dasar Negara”. Selain RPP, peneliti juga mempersiapkan
instrumen lainnya seperti lembar penugasan aktivitas siswa dan tes
akhir pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2021. Materi yang diajarkan adalah
38
Jumlah skor 13
Persentase 65%
Keterangan:
Skor tertinggi per parameter =4
Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
40
3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan
model yang sama pada siklus I hanya saja pada siklus II ini akan
ditambahkan dengan media pembelajaran video untuk meningkatkan
perhatian siswa saat pelajaran sedang berlangsung berdasarkan hasil
refleksi siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus II tertuang dalam
RPP. Materi yang dibahas pada siklus II “Perumusan Dan Penetapan
Pancasila Sebagai Dasar Negara”. Instrumen lainnya yang
dipersiapkan adalah video pembelajaran tentang “Perumusan Dan
Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara”, lembar observasi untuk
siswa, lembar observasi untuk guru, dan lembar soal.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan yaitu pada tanggal 11 Juni 2021. Pokok bahasan yang
diajarkan pada siklus II ini adalah “Perumusan Dan Penetapan
Pancasila Sebagai Dasar Negara”.
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada siswa
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Guru mempersilahkan siswa untuk menyaksikan video Role
Playing (https://www.youtube.com/watch?v=pD0OO9-NDaw&t=81s)
42
Tabel 5
43
Jumlah skor 17
Persentase 85%
Keterangan:
Skor tertinggi per parameter =4
Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
1) 0% - 39% = Sangat Kurang
2) 40% - 55% = Kurang
3) 56% - 65% = Cukup
4) 66% - 79% = Baik
5) 80% - 100% = Sangat Baik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 65% menjadi 85%
pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas belajar siswa berada dalam
kategori sangat baik dan sudah melampaui batas minimal aktivitas
belajar siswa yang diharapkan yaitu 80%. Ini berarti aktivitas belajar
siswa sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan.
d. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus II,
maka produk refleksi pada siklus II dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Hasil belajar siswa pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan
dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada
44
dibandingkan pada tahap pra siklus (observasi awal). Pada tahap pra siklus
nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 41,17 dan ketuntasan klasikalnya
mencapai 16,67% sedangkan pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah
60,83 dan ketuntasan klasikalnya 55,56% Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan sebesar 38,89%.
Untuk persentase aktivitas belajar siswa pada tahap pra siklus
adalah 35% sedangkan pada siklus I naik menjadi 65%. Ada peningkatan
aktivitas siswa sebesar 30%. Meskipun ada peningkatan, namun hasil dari
siklus I belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan
peneliti. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus II. Adapun
daftar nilai siklus I dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Daftar Nilai Siklus I
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT
1 ATA 5 5 50 v
2 AR 5 5 50 v
3 ABE 7 3 70 v
4 AASD 7 3 70 v
5 AYS 5 5 50 v
6 ATGA 5 5 50 v
7 AASD 5 5 50 v
8 ACSP 8 2 80 v
9 DPA 7 3 70 v
10 DPS 5 5 50 v
11 SRN 6 4 60 v
12 AFS 7 3 70 v
13 ECR 6 4 60 v
14 ENK 5 5 50 v
15 EMO 8 2 80 v
16 FAP 5 5 50 v
46
17 FRA 6 4 60 v
18 GDS 5 5 50 v
19 GGA 5 5 50 v
20 GKRC 7 3 70 v
21 HIS 5 5 50 v
22 IAR 6 4 60 v
23 ITM 8 2 80 v
24 KAPD 5 5 50 v
25 KAP 7 3 70 v
26 LNAS 5 5 50 v
27 MIN 8 2 80 v
28 MF 5 5 50 v
29 NAS 7 3 70 v
30 ODR 5 5 50 v
31 PES 6 4 60 v
32 PCN 7 3 70 v
33 RDA 7 3 70 v
34 SJA 6 4 60 v
35 YMR 8 2 80 v
36 YPA 5 5 50 v
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I
Tabel 7
Daftar Nilai Siklus II
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT
1 ATA 7 3 70 v
2 AR 8 2 80 v
3 ABE 8 2 80 v
49
4 AASD 8 2 80 v
5 AYS 7 3 70 v
6 ATGA 6 4 60 v
7 AASD 7 3 70 v
8 ACSP 8 2 80 v
9 DPA 8 2 80 v
10 DPS 7 3 70 v
11 SRN 8 2 80 v
12 AFS 8 2 80 v
13 ECR 8 2 80 v
14 ENK 7 3 70 v
15 EMO 8 2 80 v
16 FAP 7 3 70 v
17 FRA 8 2 80 v
18 GDS 5 5 50 v
19 GGA 7 3 70 v
20 GKRC 8 2 80 v
21 HIS 6 4 60 v
22 IAR 8 2 80 v
23 ITM 8 2 80 v
24 KAPD 6 4 60 v
25 KAP 8 2 80 v
26 LNAS 7 3 70 v
27 MIN 8 2 80 v
28 MF 7 3 70 v
29 NAS 8 2 80 v
30 ODR 8 2 80 v
31 PES 8 2 80 v
32 PCN 8 2 80 v
33 RDA 8 2 80 v
50
34 SJA 7 3 70 v
35 YMR 8 2 80 v
36 YPA 8 2 80 v
120
100
80
60
40
20
0
Siklus I Siklus II
Tabel 8
Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Siklus Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan Belajar
3 Siklus II 75 97,22
Diagram 4
Perbandingan Antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Melalui Strategi Role Playing Dengan Media Video Dalam
Materi Perumusan Dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Mata
Pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat Tulungagung” adalah:
1. Penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat Tulungagung.
Penggunaan media pembelajaran video dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar menjadi
maksimal.
2. Hasil belajar siswa meningkat dengan model pembelajaran role playing
dan media video. Hal ini terbukti pada hasil penelitian tindakan yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang ditandai
dengan meningkatnya kualitas pembelajaran siswa. Ketuntasan meningkat
semula pada pra siklus hanya 16,67%, siklus I 55,56% dan pada siklus II
sebesar 97,22%.
B. SARAN
1. Bagi Guru
a. Guru diharapkan dapat lebih inovatif dalam menerapkan strategi
pembelajaran model pembelajaran role playing dengan media video,
agar siswa lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran khususnya
Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara, yang dapat
dilakukan dengan bermacam-macam kegiatan sehingga kegiatan
pembelajaran tidak terkesan monoton. Selain itu, penggunaan media
video ini lebih mengedepankan kegiatan pembelajaran yang aktif,
berpusat pada siswa dan menyenangkan.
b. Guru dapat menggunakan media video ini untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
53
54
2. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan mutu pembelajaran siswa dengan secara langsung
melibatkan siswa di dalam pembelajaran, dan lebih inovatif lagi dalam
menentukan kegiatan dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran.
b. Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menghadirkan berbagai macam media
pembelajaran guna mencapai tujuan sekolah.
3. Bagi Siswa
a. Model pembelajaran role playing ini dapat melibatkan seluruh siswa
dalam kegiatan pembelajaran dengan bermain peran sehingga dengan
peran yang dimainkannya siswa akan lebih dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
b. Hasil belajar yang maksimal dapat memberikan kepercayaan diri serta
kepuasan bagi anak jika hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
c. Kegiatan belajar dengan menggunakan media video juga dapat
dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik untuk siswa.
55
DAFTAR PUSTAKA