Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang
bersumber dari dalam siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan
dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar
siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Sanjaya, 2011). Potensi tersebut
dikembangkan agar anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,
kecerdasan, pengendalian diri, akhlak mulia serta keterampilan. Adapun
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pembelajaran
untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya bangsa Indonesia yang dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku
dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat,
warga negara dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan PKn sebagaimana dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006
adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar antara lain berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan dan juga
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran yang aktif dan terjadi
hubungan timbal balik antara siswa dengan pendidiknya. Keaktifan dalam
pembelajaran tidak hanya dari segi fisik, melainkan juga kejiwaan seorang
siswa. Hal ini dikarenakan apabila hanya dari fisik, tetapi pikiran, dan mental
yang kurang aktif maka tujuan pembelajaran juga tidak akan tercapai dengan
baik (Djamarah, 2014).
Menurut Slameto (2003) pencapaian tujuan pembelajaran dapat
diwujudkan dengan menerapkan metode yang menarik serta melibatkan
keaktifan siswa. Metode mengajar merupakan cara mengantarkan atau
menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan. Pemilihan metode
yang tepat dapat membantu siswa untuk memahami dan menguasai materi

1
2

yang akan dipelajari. Penggunaan metode pembelajaran yang aktif dapat


meningkatkan partisipasi siswa dikarenakan siswa memiliki peran yang lebih
besar dalam kegiatan belajar mengajar.
SMP Negeri 1 Campurdarat merupakan lembaga pendidikan yang
mengimplementasikan nilai-nilai dalam pelajaran dan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan khususnya materi Perumusan dan Penetapan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Berdasarkan Hasil observasi yang dilakukan
peneliti di kelas VII-C ditemukan fakta bahwa pelaksanaan pembelajaran
Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara belum terlaksana
dengan optimal. Siswa cenderung tidak bersemangat, suasana belajar di kelas
terlihat tidak aktif serta hasil belajar siswa masih banyak yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Peneliti juga
melakukan pembelajaran pra siklus yang menemukan bahwa dari 36 siswa
hanya 6 siswa yang mampu mendapatkan nilai di atas KKM.
Pada mata pelajaran Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai
Dasar Negara, SMP Negeri 1 Campurdarat menerapkan metode yang sering
digunakan guru yaitu metode kelompok. Metode yang diterapkan tersebut
kurang melibatkan keaktifan siswa, banyak siswa yang masih pasif dan hanya
menjadi pendengar saja dalam pembelajaran. Padahal, metode kelompok
menurut Ramayulis (2005) adalah penyajian materi dengan cara pemberian
tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu pada siswa/kelompok belajar yang
sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Jika siswa hanya menjadi
pendengar yang pasif tanpa bergairah untuk berdiskusi, maka dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut menjadi salah satu
permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus dipecahkan oleh
guru. Permasalahan tersebut apabila tidak segera diselesaikan maka akan
memperlambat pencapaian tujuan pembelajaran PKn dan mempengaruhi hasil
belajar siswa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
hasil belajar PKn adalah dengan menerapkan metode role playing atau
bermain peran. Metode role playing dapat diterapkan pada materi Perumusan
dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara dengan perencanaan dan
3

pelaksanaan yang matang. Menurut Sanjaya (2011), role playing sebagai


bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian yang mungkin akan
muncul pada masa mendatang. Menurut Sha’adhah, Z, dkk (2013), metode
role playing adalah suatu gambaran spontan dari situasi, kondisi atau keadaan
yang khusus dilakukan oleh sekelompok siswa yang telah
dirancang/direncanakan dalam sebuah naskah skenario yang nantinya akan
dimainkan oleh siswa tersebut. Pembelajaran disetting seolah-olah berada
dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu konsep yang nyata. Melalui
penerapan metode role playing, siswa akan lebih tertarik dan aktif dalam
pelajaran. Siswa bermain peran dengan menempatkan diri seolah-olah mereka
menjadi tokoh yang ia perankan.
Menurut Mustafa (2018) dalam kajiannya menjelaskan bahwa Guru
sebaiknya mendorong siswa dalam menjiwai makna dan materi Perumusan
dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara melalui penerapan metode
pembelajaran role playing. Metode tersebut menjadikan siswa lebih aktif dan
semakin dekat, mendalami materi, dan memiliki pengetahuan materi
Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara. Guru dapat
menerapkannya dengan membiasakan siswa melalui peran langsung dan
menunjukkan contoh perilaku menghargai nilai-nilai juang dan perumusan
pancasila sebagai dasar negara. Demikian juga Roestiyah (2008) mengatakan
metode ini menjadikan siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran,
karena masalah-masalah sosial yang diterapkan langsung melalui perannya di
dalam kelas.
Selain bermain peran dari suatu permasalahan di dalam pembelajaran,
metode role playing juga dapat menggunakan bantuan media video.
Penggunaan media video dalam pelaksanaan model role playing dapat
merangsang aktivitas belajar siswa melalui kegiatan menyimak dan
mendengar gambar serta suara yang disajikan dalam video. Menurut Riyana
(2007) media video adalah media yang menyajikan audio dan visual yang
berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu
pemahaman terhadap suatu materi yang ingin dipelajari/sampaikan.
4

Adapun dalam materi Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai


Dasar Negara pada kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat dapat disajikan dalam 2
siklus yaitu siklus I dan siklus II, tindakan kelas pada siklus II dengan
menayangkan video terkait materi “Perumusan dan Penetapan Pancasila
sebagai Dasar Negara” yang diperankan oleh 5 orang. Kemudian siswa
melakukan peran atau sandiwara sesuai dengan tokoh-tokoh dari video yang
telah disaksikan. Adanya video tersebut dapat menambah inspirasi dan
pemahaman siswa dalam pelaksanaan pembelajaran role playing sehingga
siswa dapat memerankan tokoh sebagaimana aslinya.
Berdasarkan uraian di atas, sangatlah menarik jika dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas yang difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran strategi role
playing dengan media video dan bagaimana peningkatannya pada hasil belajar
siswa pada materi Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
mata pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat Tulungagung.
Dengan demikian maka peneliti mengangkat judul “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Role Playing Dengan Media Video
Dalam Materi Perumusan Dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Mata Pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat Tulungagung”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran strategi role playing dengan media
video dalam materi Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara mata pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui strategi role playing
dengan media video dalam materi Perumusan dan Penetapan Pancasila
sebagai Dasar Negara mata pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1
Campurdarat Tulungagung?
5

C. TUJUAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran strategi role playing dengan
media video dalam materi Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai
Dasar Negara mata pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui strategi role
playing dengan media video dalam materi Perumusan dan Penetapan
Pancasila sebagai Dasar Negara mata pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN
1 Campurdarat Tulungagung

D. MANFAAT PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Penelitian ini mempunyai manfaat yang cukup besar, baik secara teoritis
maupun secara praktis bagi siswa, guru, sekolah (lembaga). Berikut
disampaikan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan bagi dunia
pendidikan pada umumnya dan pendidikan SMP pada khususnya.
b. Penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa
c. Penelitian ini sebagai dasar pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan menganalisis dan menemukan masalah dalam
pembelajaran siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa :
1) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2) Dapat dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui
tayangan video
3) Dapat meningkatkan hasil belajar jika pembelajaran berjalan
dengan aktif
b. Bagi Guru
1) Sebagai bahan acuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dengan media yang paling efektif
6

2) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran


3) Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang menarik bagi
siswa
c. Bagi sekolah
1) Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah itu sendiri.
2) Dapat mendukung terwujudnya hasil siswa yang berkualitas.
3) Dapat mengurangi permasalahan dalam pembelajaran.
4) Sekolah memiliki guru atau pengajar yang berpotensi dan mampu
untuk mengelola pembelajaran bagi siswa dan kelas
5) Kondisi dan situasi pendidikan akan terasa lebih kondusif dan
semangat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KEAKTIFAN SISWA
Belajar merupakan wujud tindakan keaktifan siswa. Keaktifan berasal
kata dasar aktif yang berarti giat atau sibuk, sedangkan keaktifan adalah
kegiatan atau kesibukan (Depdiknas, 2007). Menurut Hamalik (2009) Belajar
adalah suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Sedangkan
menurut Djamarah (2014), “Belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar”. Aktivitas
belajar diartikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar
dalam situasi belajar-mengajar (Hamalik, 2009).
Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk belajar lebih aktif dalam
menggali informasi. Sesuai dengan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
dimana sistem pembelajaran lebih menekankan keaktifan siswa secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional untuk dapat memperoleh hasil belajar yang
merupakan perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) menurut Hamalik (2013) adalah
pendekatan dalam pembelajaran yang berfokus pada keaktifan siswa, yang
merupakan inti dari kegiatan belajar.Dalam konsep CBSA kegiatan belajar
diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti berdiskusi, mendengarkan,
membuat sesuatu, memecahkan masalah, memberikan gagasan, menyusun
rencana, dan sebagainya.Konsep tersebut merupakan cara pembelajaran secara
aktif.Pembelajaran secara aktif merupakan suatu metode pembelajaran yang
mampu membuat siswa menjadi lebih aktif (Amri, 2015).
Menurut Uno (2013) pembelajaran aktif merupakan proses
pembelajaran dimana seorang guru harus mampu menciptakan suasana agar
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya.
Dalam pembelajaran secara aktif, anak didik tidak hanya sekedar
mendengarkan penjelasan dari guru, namun perlu dituntut pula untuk aktif
belajar seperti membaca, menulis, dan berdiskusi untuk memecahkan suatu
masalah, dan peran guru hanyalah membimbing sekaligus mengarahkan.

7
8

Aktivitas belajar di dalam kelas tersebut akan terwujud apabila terjadi


interaksi antar warga kelas. Menurut Daryanto, dkk., (2007) sebuah proses
belajar dikatakan aktif apabila mengandung: 1) Keterlekatan pada tugas, 2)
Tanggung jawab. 3) Motivasi.
Menurut Kosasih (2015) macam aktivitas siswa meliputi: 1) Aktivitas
fisik, misalnya, dengan kegiatan mengamati, mendengarkan, menyentuh,
melakoni, dan sejumlah aktivitas fisik yang lain. 2) Aktivitas mental,
misalnya, dengan bertanya, memikirkan,menanggapi, menyimpulkan,
menilai.3) Aktivitas emosional, misalnya, dengan menanggapi, merefleksi.4)
Aktivitas sosial, misalnya, dengan berdiskusi, menyatakan simpati, kerjasama
kelompok.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dirangkum bahwa
keaktifan siswa merupakan segala tindakan oleh siswa untuk dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dalam hal ini siswa dituntut untuk
lebih aktif belajar seperti membaca, menulis, dan berdiskusi, bukan hanya
sekedar menerima informasi dari guru.

B. HASIL BELAJAR SISWA


1. Pengertian
Terdapat beberapa pengertian mengenai belajar menurut beberapa
ahli, antara lain yaitu:
a. Menurut Depdiknas (2007) berarti: penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atas angka nilai yang diberikan guru
b. Menurut Suryabrata (2006), nilai merupakan perumusan terakhir yang
dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa
selama masa tertentu.
c. Menurut Komsiyah (2012), belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
9

baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau


keluarganya sendiri.
Apabila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses
mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar
sudah tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya apabila ada
yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari proses belajar mengajar ini
akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil belajar
(Sudirman, 2011). Agar memperoleh hasil yang maksimal, proses belajar
mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi
secara baik. Dengan demikian hasil belajar adalah sejumlah kompetensi
yang diperoleh seseorang setelah menjalani proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Komsiyah (2012), secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam:
a. Faktor internal (faktor dari siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani
siswa.
1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani, dan sebagainya semua akan membantu dalam proses dan
hasil belajar. Misalnya pada anak yang kurang gizi, sebab mereka
akan mudah lelah dan capek, mudah ngantuk dan akhirnya tidak
mudah dalam menerima pelajaran.
2) Faktor Psikologis
Setiap manusia atau siswa pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, tentunya perbedaan-perbedaan ini
akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing.
Diantaranya yaitu intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motivasi,
kognitif dan daya nalar. Perkembangan kognitif anak dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, pengalaman, dan informasi yang
dimilikinya.
10

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi di sekitar siswa.
1) Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam
dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam
misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan
sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki
ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda dengan suasana
belajar di pagi hari yang udaranya masih segar, apalagi di dalam
ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun
hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas
merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar.
Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu
lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Karena itu, sekolah hendaknya
didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.
2) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan
dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan. Faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum,
sarana prasarana, guru, dan metode pembelajaran.

C. MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING


1. Pengertian Metode Role Playing
Beberapa pengertian role playing menurut beberapa tokoh adalah
sebagai berikut:
11

a. Mulyatiningsih (2011) menjelaskan bahwa metode role playing


ataupun bermain peran dalam penerapannya dilakukan dengan cara
yakni mengajak siswa untuk menirukan suatu aktivitas di luar atau
mendramatisir kan situasi, ide, maupun suatu karakter tertentu.
b. Makarao (2009) menjelaskan bahwa role playing merupakan metode
pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk bermain peran pada
skenario tertentu. Siswa diberikan kartu peran (Role Card) untuk
dipelajari kemudian dipraktekkan dalam suatu situasi permainan peran
sesuai dengan skenario yang telah ditentukan sebelumnya
c. Santoso (2011) yang mengatakan bahwa model role playing adalah
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan siswa yang didalamnya terdapat aturan,
tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar mengajar
d. Sumiati dan Asra (2009) mengemukakan pendapat bahwa metode role
playing atau bermain peran ini menggambarkan suatu peristiwa, bisa
yang telah terjadi di masa lampau ataupun mungkin juga yang terjadi
di masa mendatang, metode ini adalah bagian dari simulasi yang bisa
diartikan sebagai proses pembelajaran dengan melakukan tingkah laku
secara .
e. Uno, (2013) menyatakan “Role Playing” (bermain peran) merupakan
suatu model pembelajaran yang memiliki tujuan yakni membantu
siswa menemukan jati diri di dunia sosial serta memecahkan masalah
dengan bantuan kelompok.
Jadi, pembelajaran dengan metode role playing merupakan suatu
aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil
siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditentukan untuk
melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang
nantinya dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran dengan role
playing.
Dengan demikian role playing merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam pembelajaran yang dimana siswa menjadi aktif dalam
memainkan peran-peran tertentu, sehingga pada dasarnya role playing atau
12

bermain peran merupakan salah satu sarana yang membantu siswa untuk
belajar. Melalui kegiatan tersebut, siswa berusaha menyelidiki dan
mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya
sendiri maupun dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya.
2. Tujuan pembelajaran Role Playing
Tujuan yang diharapkan dalam penggunaan metode role playing
menurut Djamarah (2014) adalah sebagai berikut:
a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b. Agar siswa dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c. Agar siswa dapat belajar bagaimana mengambil keputusan secara
spontan
d. Untuk merangsang siswa agar berfikir memecahkan masalah.
3. Langkah-langkah pembelajaran Role Playing
Menurut Djamarah (2014), langkah-langkah menggunakan metode
role playing adalah:
a. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa
untuk dibahas.
b. Ceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut.
c. Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan
perannya di depan kelas.
d. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu
sosiodrama/ role playing sedang berlangsung.
e. Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit
sebelum mereka memainkan perannya.
f. Akhiri kegiatan Role Playing dengan diskusi kelas untuk bersama-
sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada kegiatan tersebut.
g. Jangan lupa menilai hasil role playing tersebut sebagai bahan
pertimbangan lebih lanjut.
4. Kelebihan dan kekurangan metode Role Playing
Menurut Djamarah (2014), role playing mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya yaitu:
13

a. Siswa berusaha untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan


yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati
isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus
diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan
tahan lama.
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu
bermain drama para pemain dituntut untuk mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya.
Sedangkan kelemahannya antara lain yaitu:
a. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pembelajaran maupun pada pelaksanaan
pertunjukan.
b. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit
menjadi kurang bebas.
c. Sering kali kelas lain menjadi terganggu oleh suara pemain dan para
menonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

D. MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO


1. Pengertian
Menurut Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media
yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran
baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk
membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video
merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan
tampak dengar karena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video
(tampak) dapat disajikan serentak. Arsyad (2011) menyatakan bahwa video
merupakan gambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan
melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar
14

hidup. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan


salah satu jenis media audiovisual yang dapat menggambarkan suatu objek
yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.
Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya
tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,
menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,
menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.
2. Tujuan Media Pembelajaran Video
Menurut Anderson (1987) mengemukakan tentang beberapa tujuan
dari pembelajaran menggunakan media video adalah mencangkup tujuan
kognitif, afektif , dan psikomotorik, ketiga dari tujuan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan Kognitif
1) Dapat dikembangkan kemampuan kognitif yang menyangkut
kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan
rangsangan berupa gerak dan sensasi.
2) Dapat mempertunjukkan serangkaian gambar diam tanpa suara
sebagaimana media foto dan film bingkai meskipun kurang
ekonomis.
3) Video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap
atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya menyangkut
interaksi manusiawi.
b. Tujuan Afektif
Dengan menggunakan efek dan teknik, video dapat menjadi
media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi
c. Tujuan Psikomotorik
1) Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh
keterampilan yang menyangkut gerak. Video dapat diperjelas
dengan cara diperlambat atau dipercepat gerakan yang ingin
ditampilkan
2) Melalui video siswa langsung mendapat umpan balik secara visual
terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba
15

keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.

3. Manfaat Media Pembelajaran Video


Arsyad (2011) mengemukakan manfaat media pembelajaran video
dalam proses belajar siswa, yaitu:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
dipahami oleh siswa dan kemungkinannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
4. Kelebihan Media Pembelajaran Video
Menurut Arsyad (2011) mengungkapkan bahwa terdapat
keunggulan/kelebihan video sebagai media pembelajaran, yaitu:
a. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disajikan secara berulang-ulang jika diperlukan
b. Disamping dapat mendorong dan meningkatkan motivasi, video dapat
menanamkan sikap dan segi-segi aktif
c. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kecil,kelompok
heterogen maupun perorangan
Menurut Kustandi (2013) mengungkapkan vidio memiliki kelebihan
sebagai media pembelajaran:
a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika siswa berdiskusi, membaca, dan praktik
b. Video dapat menunjukkan objek secara normal yang tidak dapat dilihat
c. Mendorong dan meningkatkan motivasi siswa serta menanamkan sikap
16

dan segi afektif lainnya


d. Video mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan kelompok siswa
Di dalam beberapa manfaat dan keunggulan video dapat kita
simpulkan bahwa media video sangat membantu proses mengajar bagi
pengajar untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan dari pembelajaran
kepada siswa. Media video juga membuat suasana pembelajaran lebih
menarik, meningkatkan minat siswa dalam belajar, dan dapat membantu
siswa dalam mendalami atau menambah pengetahuan dan referensi di
dalam pembelajaran

E. MATA PELAJARAN PKn


PKn merupakan salah satu mata pelajaran wajib dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan harus memberikan
perhatiannya kepada pengembangan nilai, moral, dan sikap perilaku siswa.
Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan adalah studi tentang
kehidupan kita sehari-hari, mengajarkan bagaimana menjadi warga negara
yang baik, warga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila yang
merupakan dasar negara Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan pendidikan
yang mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung
jawab berdasarkan nilainilai dan dasar negara Pancasila atau dengan perkataan
lain merupakan pendidikan Pancasila dalam praktik (Depdiknas, 2007).
Ruminiati (2007) menyebutkan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau
membina warga negara yang baik. Sementara itu, dalam Lampiran
Permendiknas No. 22 tahun 2006 secara normatif dikemukakan bahwa Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
17

Dalam penjelasan pasal 37 UU No. 20 tahun 2013 ditegaskan bahwa


PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara
dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Menurut Soemantri
(2001) PKN merupakan program pendidikan yang berintikan demokrasi
politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-
pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang
kesemuanya itu diperoleh guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Jadi, Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan
berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai-nilai luhur dan moral yang berakar dari budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari para
mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota
masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial, bahasa dan suku
bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter .
Program Pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa yang diharapkan menjadi jatidiri yang di diwujudkan dalam
bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

F. MATERI PERUMUSAN DAN PENETAPAN PANCASILA SEBAGAI


DASAR NEGARA
1. Pengertian
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengertian Pancasila sebagai
dasar negara diperoleh dari alinea keempat pembukaan UUD 1945 dan
18

sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang


menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah
dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar negara Republik Indonesia. Kelima butir tersebut tercantum dalam
alinea ke -4 Pembukaan UUD 1945. Fungsi pokok dari Pancasila adalah
sebagai dasar negara, meskipun sebenarnya masih banyak fungsi-fungsi
lainnya yang tak kalah penting dan bernilai sakral bagi bangsa Indonesia
sendiri dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 telah ditetapkan sebagai dasar negara
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang telah dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Penerapan
Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah negara Pancasila. Hal itu terkandung arti bahwa negara
harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undang.
2. Perumusan Dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara
a. Pembentukan BPUPKI
Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam
melawan penjajah. Kita pernah mengalami penderitaan ketika dijajah
oleh Belanda. Sejarah juga mencatat, kekalahan Belanda oleh Jepang
dalam perang Asia Timur Raya menyebabkan bangsa Indonesia dijajah
oleh Jepang. 
Jepang mulai menguasai wilayah Indonesia setelah Belanda
menyerah di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942.
Kedatangan Jepang semula disangka baik oleh bangsa Indonesia.
Banyak semboyan dikumandangkan oleh Jepang seperti ”Jepang
Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia”
untuk menarik simpati bangsa kita. Kenyataan sejarah menunjukkan
bahwa Jepang tidak berbeda dengan Belanda, yaitu meneruskan
penjajahan atas bangsa Indonesia (Lukman dkk., 2017).
19

Pada tahun 1945, tentara Jepang mulai mengalami kekalahan di


berbagai medan pertempuran. Seperti pada perang Pasifik, pasukan
Jepang dikalahkan oleh Amerika. Kekalahan tersebut mengancam
kekuasaan Jepang di negara-negara jajahannya, termasuk di Indonesia.
Perlawanan rakyat Indonesia dan usaha Belanda menjadikan
kedudukan Jepang kian lemah. Akhirnya, Jepang terpaksa menjanjikan
kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Janji tersebut untuk meredam
gejolak dan perlawanan rakyat Indonesia.
Janji Jepang membentuk BPUPKI (Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai)  direalisasikan, pada tanggal 29 April 1945 bersamaan
dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Secara resmi BPUPKI
dilantik oleh Jepang, dengan anggota berjumlah enam puluh dua (62)
orang yang terdiri atas tokoh-tokoh bangsa Indonesia dan tujuh (7)
orang anggota perwakilan dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr.
K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, dengan dua wakil ketua, yaitu
Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso (Lukman dkk., 2017). 
BPUPKI mengadakan sidang resmi sebanyak dua kali, yaitu
sidang I dan II.
Sidang I
Sidang I BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945.
Pada sidang I ini dibahas tentang dasar negara. 
Sidang II
Sidang II BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 10 – 17 Juli 1945. Pada
sidang II ini dibahas  tentang rancangan Undang-Undang Dasar.
b. Perumusan Dasar Negara
Ketua BPUPKI dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat pada
pidato awal sidang pertama, menyatakan bahwa untuk mendirikan
Indonesia merdeka diperlukan suatu dasar negara. Untuk menjawab
permintaan Ketua BPUPKI, beberapa tokoh pendiri negara
mengusulkan rumusan dasar negara.
Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang
pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Muhammad
20

Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno (Lukman dkk., 2017).

1) Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Muhammad Yamin mengusulkan secara lisan lima dasar bagi
negara Indonesia merdeka, yaitu sebagai berikut.
a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan
c) Peri Ketuhanan
d) Peri Kerakyatan
e) Kesejahteraan Sosial
Kemudian secara tertulis, Muhammad Yamin menyampaikan
bahwa asas dan dasar Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Kebangsaan persatuan Indonesia
c) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan 
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Soepomo (31 Mei 1945)
Menurut Soepomo, dasar negara Indonesia merdeka adalah sebagai
berikut.
a) Persatuan
b) Kekeluargaan
c) Keseimbangan lahir dan batin
d) Musyawarah
e) Keadilan rakyat
3) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Rumusan dasar negara yang diusulkan olehnya adalah sebagai
berikut.
a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
c) Mufakat atau demokrasi
21

d) Kesejahteraan sosial
e) Ketuhanan yang berkebudayaan
BPUPKI telah membentuk beberapa panitia kerja yang di
antaranya ialah Panitia Sembilan, yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs.
Mohammad Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikusno Cokrosuyoso,
Abdulkahar Muzakir, Haji Agus Salim, Mr. Ahmad Subarjo, K. H. A.
Wachid Hasyim, dan Mr. Mohammad Yamin (Lukman dkk., 2017).
Panitia sembilan mengadakan rapat di rumah kediaman Ir.
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Setelah itu,
pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan telah mencapai satu
persetujuan atau kesepakatan tentang rancangan pembukaan hukum
dasar (Undang-Undang Dasar). 
Oleh Ir. Soekarno, rancangan pembukaan hukum dasar ini
diberikan nama ”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad Yamin
dinamakan ”Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut
”Gentlemen's Agreement´. Naskah ”Mukadimah” yang ditandatangani
oleh sembilan orang anggota Panitia Sembilan, dikenal dengan nama
”Piagam Jakarta” atau ”Jakarta Charter”.
Dalam alinea keempat naskah Piagam Jakarta tersebut, terdapat
rumusan dasar negara sebagai berikut. (1). Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya (2). 
Kemanusiaan yang adil dan beradab (3). Persatuan Indonesia (4).
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan (5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Karena adanya keberatan dan untuk menghindari
perpecahan, para tokoh bersepakat untuk mengubah kalimat
”Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa (Lukman
dkk., 2017).

G. MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DENGAN MEDIA


PEMBELAJARAN VIDEO
Santoso (2011) yang mengatakan bahwa model role playing adalah
22

suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan


imajinasi dan penghayatan siswa yang didalamnya terdapat aturan, tujuan, dan
unsur senang dalam melakukan proses belajar mengajar. Sedangkan Arsyad
(2011) menyatakan bahwa video merupakan gambar dalam frame, di mana
frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu jenis media audiovisual yang
dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara
alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup
dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan
mempengaruhi sikap.
Role playing dengan media video adalah model pembelajaran bermain
peran yang penggunaannya dipadu dengan media video. Model ini
dilaksanakan dengan sintaks sebagai berikut;
1. Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2. Guru menunjuk semua siswa untuk mempelajari skenario yang sudah
dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan belajar mengajar
3. Pada saat pembelajaran dilaksanakan guru memutar media video tentang
Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
4. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang isi video yang telah
ditayangkan
5. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya enam orang
6. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
7. Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk memerankan
skenario yang sudah dipersiapkan
8. Setiap siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan
9. Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas penampilan kelompok masing-masing
10. Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
11. Guru memberikan kesimpulan secara umum
12. Evaluasi
13. Penutup.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung 2020-2021 yang berjumlah 36 siswa dengan tingkat kemampuan
yang berbeda-beda.
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini berada di kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung yang beralamatkan di Kec. Campurdarat, Kab. Tulungagung
2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan selama 2 bulan terhitung
dari bulan Mei sampai dengan Juni 2021. Adapun jadwal penelitian dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jadwal Penelitian
N Siklus Kelas Hari/Tanggal Waktu
o

1 Pra Kelas VII-C SMPN 1 Jumat, 07.00-09.00


Siklus Campurdarat
7 Mei 2021

2 Siklus I Kelas VII-C SMPN 1 Jumat, 07.00-09.00


Campurdarat
21 Mei 2021

3 Siklus II Kelas VII-C SMPN 1 Jum’at, 07.00-09.00


Campurdarat
11 Juni 2021

3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang diberikan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan materi Perumusan dan
Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara.
4. Karakteristik Siswa
Jumlah seluruh siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat adalah 36 orang.
Kemampuan masing-masing siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat
Tulungagung berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena

23
24

memang mereka datang dari latar belakang yang berbeda seperti latar
belakang keluarga dan tempat tinggal. Tapi secara umumnya kemampuan
semua siswa di sekolah terlihat baik, karena guru memberikan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.

B. DESKRIPSI RENCANA TIAP SIKLUS


Deskripsi persiklus ini terdiri dari desain prosedur perbaikan,
perencanaan (rencana pelaksanaan), pelaksanaan (prosedur pelaksanaan PTK),
pengamatan atau pengumpulan data, instrumen penelitian dan refleksi.
1. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan merancang dan
melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan PTK dapat
digambarkan dalam bentuk diagram dan dapat dilihat pada diagram 1.
Diagram 1
Desain Pelaksanaan Siklus

R1 R2 R3

L1 L2 L3

M1 M3 M3

Keterangan :
M : Merencanakan
L : Melaksanakan
R : Refleksi
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dimulai pada bulan Mei 2021
sampai dengan bulan Juni 2021. Kegiatan meliputi perencanaan,
pelaksanaan, perbaikan, monitoring dan refleksi. Langkah-langkah
penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus.
2. Pra Siklus
a. Tahap Perencanaan
25

Langkah-langkah perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru


sebagai berikut:
1) Merencanakan materi pembelajaran yang akan diberikan oleh
siswa
2) Guru membuat susunan Rencana Pembelajaran (RPP) untuk
dijadikan acuan dalam pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
berlaku. Pada tahap ini guru menggunakan model pembelajaran
diskusi kelompok.
3) Membuat lembar aktivitas siswa
4) Menyusun tes atau pertanyaan pada akhir pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Guru mempersiapkan secara fisik dan psikis siswa untuk
mengikuti pembelajaran dengan melakukan berdoa, absensi
kehadiran, dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
b) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai
materi pembentukan BPUPKI dan PPKI
c) Guru membimbing siswa membaca penjelasan tentang
sejarah perjuangan bangsa Indonesia
d) Guru membimbing siswa melalui tanya jawab tentang
manfaat proses pembelajaran
e) Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan oleh siswa
2) Kegiatan Inti (90 menit)
a) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
b) Guru memberikan tugas pada masing-masing kelompok
mengenai tugas dan alasan mengapa BPUPKI dan PPKI
dibentuk.
c) Guru meminta siswa untuk menyusun berbagai keterangan
yang ada di buku referensi siswa
d) Guru memberikan waktu untuk siswa
e) Guru membimbing siswa untuk setiap perwakilan kelompok
26

menyampaikan hasil diskusinya


f) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
bertanya tentang hasil diskusi yang disampaikan
g) Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban para siswa,
dengan meluruskan jawaban yang kurang tepat
h) Guru memberikan sebuah penghargaan bagi siswa yang
menjawab pertanyaan dengan benar dengan pujian atau tepuk
tangan
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran
melalui tanya jawab secara klasikal
b) Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan
hasil analisis kelompok
c) Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan
menugaskan siswa untuk mempelajari kembali materi yang
telah diberikan guru
d) Guru memberikan salam penutup kepada siswa
c. Refleksi
Pada kegiatan refleksi ini, peneliti merefleksikan hasil pembelajaran
yang telah dilakukan pada tahap pra siklus.
Adapun hasil yang didapat pada tahap ini yaitu siswa masih belum
memahami Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara, data ini dapat dilihat dari hasil penilaian yang masih banyak
dibawah KBM (Ketuntasan Belajar Minimal) serta dalam kegiatan
pembelajaran kurang antusias, ramai sendiri dan cenderung pasif saat
diberi pertanyaan oleh guru.
3. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan
langkah-langkah berikut :
1) Guru merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pra
perbaikan yaitu menyusun langkah-langkah mengatasi masalah
27

rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran PKn.


2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran yang
diterapkan, dalam hal ini model pembelajaran dengan strategi role
playing.
3) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran
4) Membuat instrumen penelitian, yaitu lembar observasi siswa,
lembar observasi guru dan tes tertulis
5) Menyusun tes akhir pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada siswa
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Menetapkan cerita atau masalah yang menarik untuk dibahas
yaitu proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
b) Menceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah dalam
konteks cerita tersebut
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5-6 orang yang akan memainkan perannya
sesuai tokoh-tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar
negara secara bergantian
28

d) Menjelaskan kepada siswa tentang masing-masing peran


anggota kelompok pada waktu pelaksanaan role playing
e) Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
untuk mempersiapkan perannya masing-masing
f) Melakukan role playing di depan kelas secara bergantian
sampai semua kelompok menyelesaikannya
g) Mengakhiri kegiatan role playing dengan berdiskusi bersama-
sama guna memecahkan masalah yang ada dalam kegiatan
pembelajaran tersebut.
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi
c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
d) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.
c. Tahap Pengamatan dan Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan perbaikan yaitu :
1) Pengamatan dan pencatatan data tentang pelaksanaan rencana
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
guru.
2) Pengamatan terhadap partisipasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan siswa.
3) Data hasil belajar siswa dengan melakukan analisa terhadap hasil
tes akhir pelajaran.
Pada tahap ini, selain pengerjaan lembar observasi untuk
membuktikan pengamatan yang dilaksanakan, perlu bukti
dokumentasi berupa pengambilan gambar jika diperlukan agar
dalam penginterpretasian data dapat lebih jelas dan cermat.
d. Refleksi
Pada tahap ini, hasil kegiatan pembelajaran di siklus I yang telah
dilakukan pada tahapan pelaksanaan ternyata ditemukan beberapa
29

kelemahan yang terjadi pada hasil pembelajaran, yaitu nilai hasil


belajar siswa masih di bawah rata-rata dan belum mencapai nilai batas
KBM (Ketuntasan Belajar Minimal) pada pelajaran PKn.

4. Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Siklus II merupakan klimak
dari penelitian tindakan kelas ini. Penulis berharap dalam siklus II ini
terdapat peningkatan hasil dan semua siswa mendapat nilai tuntas dengan
persentase yang tinggi.
Langkah-langkahnya sama dengan siklus sebelumnya yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan
langkah-langkah berikut :
1) Guru merencanakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi perbaikan
Siklus I.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran yang
diterapkan, dalam hal ini model pembelajaran dengan strategi role
playing dengan menggunakan media video
3) Menyiapkan instrumen yang digunakan meliputi media video,
lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan aktivitas siswa
4) Menyusun tes akhir pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
30

dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-


sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada siswa
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Guru mempersilahkan siswa untuk menyaksikan video Role
Playing (https://www.youtube.com/watch?v=pD0OO9-NDaw&t=81s)
tentang materi proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara dengan tujuan masing-masing kelompok dapat
memerankan topik
b) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5-6 orang yang akan memainkan perannya sesuai
tokoh-tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara
secara bergantian
c) Menjelaskan kepada siswa tentang masing-masing peran
anggota kelompok pada waktu pelaksanaan role playing
d) Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
untuk mempersiapkan perannya masing-masing
e) Melakukan role playing di depan kelas secara bergantian sampai
semua kelompok menyelesaikannya
f) Masing-masing kelompok menyimpulkan intisari yang terdapat
dalam setiap drama yang diperankan oleh kelompok lain, mulai
dari karakter, permasalahan yang sedang terjadi, serta
mengkritik setiap kelompok yang bermain peran. Kemudian
setelah selesai berdiskusi, secara bersama-sama siswa
mengerjakan tugas Individu.
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi
c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
31

d) Guru memberikan evaluasi berupa tes tulis


e) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.
c. Tahap Pengamatan dan Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data tentang
pelaksanaan perbaikan yaitu :
1) Pengamatan dan pencatatan data tentang pelaksanaan rencana
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
guru.
2) Pengamatan terhadap partisipasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan siswa.
3) Data hasil belajar siswa dengan melakukan analisa terhadap hasil
tes akhir pelajaran.
Pada tahap ini, selain pengerjaan lembar observasi untuk
membuktikan pengamatan yang dilaksanakan, perlu bukti
dokumentasi berupa pengambilan gambar jika diperlukan agar
dalam penginterpretasian data dapat lebih jelas dan cermat.
d. Refleksi
Dalam tahapan ini guru telah melakukan diskusi dengan teman sejawat
untuk menganalisa hasil belajar, dari data yang terkumpul perbaikan
siklus II telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. TEKNIK ANALISIS DATA


Dalam penelitian ini ada dua jenis data yaitu data yang berbentuk
kuantitatif dan data yang berbentuk kualitatif:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif diantaranya adalah deskripsi data yang
menggambarkan hasil pengamatan observasi terhadap aktivitas siswa
selama berlangsungnya pembelajaran.
2. Data kuantitatif
Data-data kuantitatif di antaranya adalah hasil tes individu PKn dan
angka persentase keaktifan siswa yang diketahui melalui penilaian lembar
observasi siswa. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa tersebut
dapat dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata atau persentase
32

keberhasilan belajar dan lain-lain.


Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Rumus yang dipakai
untuk menghitung persentase nilai adalah :
P= NR I – NR II X 100%
NRP
Keterangan :
NP = peningkatan hasil belajar
NRI= nilai rata- rata siklus I
NR II = nilai rata-rata siklus II
NR P = nilai rata-rata pra siklus
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


1. Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal)
Kondisi awal atau pra siklus ini adalah kondisi pembelajaran yang
dilaksanakan di VII-C SMPN 1 Campurdarat Tulungagung sebelum
memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran role playing. Dalam
pembelajaran pra siklus tersebut peneliti terlebih dahulu melakukan
pengamatan terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dari
hasil pengamatan didapatkan bahwa antusiasme siswa dalam pembelajaran
masih kurang, kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain belum terjalin,
kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dan berdiskusi kurang.
Masih kurangnya antusiasme dan perhatian siswa dalam
pembelajaran tersebut dapat disebabkan guru hanya menggunakan metode
belajar yang konvensional yaitu dengan metode ceramah. Dalam
pembelajaran guru hanya menyampaikan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu guru berceramah di depan kelas
sedangkan siswa duduk mendengarkan. Hasil pembelajaran dengan
metode ceramah tersebut ternyata kurang memuaskan, karena terlihat
siswa hanya pasif dalam pembelajaran yaitu hanya sebagai pendengar,
sehingga penangkapan dan pemahaman terhadap materi pembelajaran
kurang maksimal. Berikut data hasil belajar siswa pada observasi awal
atau sebelum diadakannya tindakan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2
Hasil Belajar Pra Siklus
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT

1 ATA 2 8 20   v

2 AR 3 7 30   v

3 ABE 5 5 50   v

33
34

4 AASD 5 5 50   v

5 AYS 4 6 40   v

6 ATGA 2 8 20   v

7 AASD 3 7 30   v

8 ACSP 8 2 80 v  

9 DPA 4 6 40   v

10 DPS 3 7 30   v

11 SRN 5 5 50   v

12 AFS 5 5 50   v

13 ECR 5 5 50   v

14 ENK 3 7 30   v

15 EMO 7 3 70 v  

16 FAP 2 8 20   v

17 FRA 5 5 50   v

18 GDS 3 7 30   v

19 GGA 3 7 30   v

20 GKRC 6 4 60 v  

21 HIS 4 6 40   v

22 IAR 5 5 50   v

23 ITM 8 2 80 v  

24 KAPD 4 6 40   v

25 KAP 5 5 50   v

26 LNAS 3 7 30   v

27 MIN 7 3 70 v  

28 MF 2 8 20   v

29 NAS 5 5 50   v

30 ODR 3 7 30   v

31 PES 4 6 40   v

32 PCN 5 5 50   v

33 RDA 5 5 50   v
35

34 SJA 4 6 40   v

35 YMR 8 2 80 v  

36 YPA 4 6 40   v

Jumlah 159 201 1590 6 30

Persentase 44.17% 55.83% 441.67% 16.67% 83.33%

Rata-rata Kelas     44.17    

Hasil tes pra siklus menunjukkan bahwa nilai siswa yang


memenuhi KKM persentasenya 16,67% sedangkan siswa yang belum
memenuhi KKM persentasenya 83,33%. Jumlah siswa yang tuntas hanya
6 siswa atau ketuntasan klasikalnya 16,67% masih di bawah standar
ketuntasan klasikal yaitu 85%. Hasil belajar siswa seperti yang tercantum
pada tabel di atas menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa masih
rendah dan perlu ditingkatkan agar rata-rata meningkat dan seluruh hasil
belajar siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Sedangkan
berkaitan dengan hasil observasi tentang aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Hasil Aktivitas Siswa Pra Siklus
No Aspek yang diamati Nilai rata-rata

1 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran 2

2 Tingkat kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain 2

3 Perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 1

4 Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang


1
diberikan

5 Kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan guru dan


1
teman

Jumlah skor 7

Persentase 35%

Keterangan:
Skor tertinggi per parameter = 4
36

Skor total maksimal = 20


Kriteria penilaian :
1) 0% - 39% = Sangat Kurang
2) 40% - 55% = Kurang
3) 56% - 65% = Cukup
4) 66% - 79% = Baik
5) 80% - 100% = Sangat Baik
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pra siklus di atas dapat
diketahui bahwa persentase aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
secara klasikal adalah 35% dengan kriteria sangat kurang, masih di bawah
indikator keberhasilan tindakan yaitu 80%. Siswa kurang begitu aktif
dalam pembelajaran. Indikator aktivitas siswa tidak ada yang menonjol.
Antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran kurang, tingkat kerjasama
siswa dengan guru dan siswa lain kurang, perhatian siswa dalam kegiatan
pembelajaran kurang, kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dan
berdiskusi dengan guru atau teman juga kurang. Kondisi tersebut dapat
disebabkan metode yang digunakan oleh guru terkesan monoton sehingga
kurang memberikan kesempatan bagi siswa dalam berinteraksi baik
dengan guru maupun dengan teman sekelasnya. Metode yang monoton
juga mengakibatkan siswa mudah merasa jenuh dan kurang begitu
bersemangat mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi awal / pra siklus tersebut, maka dapat
diketahui beberapa permasalahan pembelajaran PKn materi “Perumusan
dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara” di Kelas VII-C SMPN 1
Campurdarat Tulungagung adalah:
1. Hasil belajar siswa masih rendah ketuntasan klasikal 16,67% masih
jauh dari standar nilai ketuntasan klasikal yaitu 85%. Hasil penilaian
yang masih jauh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Adapun
aktivitas yang paling rendah adalah perhatian siswa dalam kegiatan
pembelajaran, kemampuan dalam berdiskusi dengan guru dan teman
serta dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
37

3. Hasil belajar siswa yang masih rendah tersebut diasumsikan


disebabkan oleh rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Dan salah satu faktor yang memicu rendahnya aktivitas belajar siswa
adalah penggunaan metode mengajar guru yang terkesan monoton
menggunakan metode ceramah dan tidak mengacu pada metode
mengajar siswa aktif.
Observasi awal ini dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian
tindakan berikutnya dalam pembelajaran PKn. Untuk mengatasi berbagai
masalah dan kelemahan pembelajaran PKn tersebut maka dilakukan
tindakan berupa penerapan model pembelajaran role playing. Peneliti
bermaksud untuk memperbaiki pembelajaran dengan melakukan
pembelajaran role playing pada siklus I.

2. Deskripsi siklus I
Adapun dalam pelaksanaan siklus I berikut tahapan-tahapannya:
a. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat
observasi awal maka peneliti merencanakan perbaikan berdasarkan
hasil refleksi pra perbaikan yaitu menyusun langkah-langkah
mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa mata pelajaran PKn.
Perencanaan pengajaran pada siklus I ini dituangkan dalam bentuk
RPP sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar
kurikulum yang berlaku. Penyusunan RPP ini juga disesuaikan dengan
langkah-langkah pada model pembelajaran yang diterapkan, dalam hal
ini model pembelajaran dengan metode role playing. Materi yang
dibahas pada siklus I adalah “Perumusan Dan Penetapan Pancasila
Sebagai Dasar Negara”. Selain RPP, peneliti juga mempersiapkan
instrumen lainnya seperti lembar penugasan aktivitas siswa dan tes
akhir pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2021. Materi yang diajarkan adalah
38

“Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara”,


dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan prosedur yang direncanakan
dalam RPP.
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana
pembelajaran yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai
berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada peserta didik
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
a) Menetapkan cerita atau masalah yang menarik untuk dibahas
yaitu proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
b) Menceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah dalam
konteks cerita tersebut
c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5-6 orang yang akan memainkan perannya
sesuai tokoh-tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar
negara secara bergantian
d) Menjelaskan kepada siswa tentang masing-masing peran
anggota kelompok pada waktu pelaksanaan role playing
e) Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
untuk mempersiapkan perannya masing-masing
f) Melakukan role playing di depan kelas secara bergantian
sampai semua kelompok menyelesaikannya
39

g) Mengakhiri kegiatan role playing dengan berdiskusi bersama-


sama guna memecahkan masalah yang ada dalam kegiatan
pembelajaran tersebut.
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi
c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
d) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.
c. Observasi
Selama pembelajaran berlangsung aktivitas guru maupun siswa
diamati oleh peneliti. Aktivitas belajar siswa yang diamati di antaranya
adalah antusias siswa dalam mengikuti pelajaran, kerjasama siswa baik
dengan guru maupun teman, perhatian siswa dalam kegiatan
pembelajaran serta kemampuan berdiskusi dan menyelesaikan tugas
yang diberikan.
Berikut adalah tabel observasi:
Tabel 4
Hasil Aktivitas Siswa Siklus I
No Aspek yang diamati Nilai rata-rata

1 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran 3

2 Tingkat kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain 3

3 Perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 3

4 Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang


2
diberikan

5 Kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan guru


2
dan teman

Jumlah skor 13

Persentase 65%

Keterangan:
Skor tertinggi per parameter =4
Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
40

1) 0% - 39% = Sangat Kurang


2) 40% - 55% = Kurang
3) 56% - 65% = Cukup
4) 66% - 79% = Baik
5) 80% - 100% = Sangat Baik
Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa persentase
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran secara klasikal adalah
65% dengan kriteria baik akan tetapi masih di bawah indikator
keberhasilan tindakan yaitu 80%. Siswa sudah mulai aktif dalam
pembelajaran dan dapat bekerjasama baik dengan guru maupun antar
teman serta perhatian siswa meningkat dan kemampuan siswa dalam
berdiskusi dan menyelesaikan tugas juga meningkat.
d. Refleksi
Dalam kegiatan ini berdasarkan hasil belajar siswa dan
observasi terhadap aktivitas siswa dan pengelolaan pengajaran pada
siklus I, maka produk refleksi pada siklus I dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Aktivitas siswa pada siklus I sudah berada dalam kategori baik,
namun belum mencerminkan aktivitas belajar yang tinggi, ini dapat
dilihat dari persentase aktivitas siswa yaitu 65%. Sedangkan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti adalah
minimal > 80%.
2) Pengelolaan pengajaran yang dilakukan oleh guru sudah berada
pada tingkat baik, namun masih ada beberapa aspek yang perlu
diperbaiki seperti kemampuan guru dalam menciptakan suasana
belajar aktif dan kemampuan dalam mengimplementasikan model
pembelajaran role playing. Diharapkan pada siklus berikutnya
kemampuan guru dalam membantu siswa dalam melakukan
pembelajaran role playing menjadi lebih baik. Melihat hasil
refleksi ini maka perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam
pembelajaran pada siklus berikutnya, seperti upaya meningkatkan
lagi aktivitas belajar siswa dan pengelolaan pengajaran guru.
41

3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus II ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan
model yang sama pada siklus I hanya saja pada siklus II ini akan
ditambahkan dengan media pembelajaran video untuk meningkatkan
perhatian siswa saat pelajaran sedang berlangsung berdasarkan hasil
refleksi siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus II tertuang dalam
RPP. Materi yang dibahas pada siklus II “Perumusan Dan Penetapan
Pancasila Sebagai Dasar Negara”. Instrumen lainnya yang
dipersiapkan adalah video pembelajaran tentang “Perumusan Dan
Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara”, lembar observasi untuk
siswa, lembar observasi untuk guru, dan lembar soal.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak satu
kali pertemuan yaitu pada tanggal 11 Juni 2021. Pokok bahasan yang
diajarkan pada siklus II ini adalah “Perumusan Dan Penetapan
Pancasila Sebagai Dasar Negara”.
Pada tahapan ini pelaksanaannya didasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sebelumnya dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengkondisikan kelas, dengan menanyakan kerapian
serta kesiapan alat tulis dan sumber belajar siswa
b) Guru memberi salam kepada siswa dan memulai pelajaran
dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoa bersama-
sama sebelum memulai pelajaran.
c) Guru melakukan absensi kepada siswa
d) Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan diajarkan
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti
a) Guru mempersilahkan siswa untuk menyaksikan video Role
Playing (https://www.youtube.com/watch?v=pD0OO9-NDaw&t=81s)
42

tentang materi proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar


Negara dengan tujuan masing-masing kelompok dapat
memerankan topik
b) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5-6 orang yang akan memainkan perannya
sesuai tokoh-tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar
negara secara bergantian
c) Menjelaskan kepada siswa tentang masing-masing peran
anggota kelompok pada waktu pelaksanaan role playing
d) Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
untuk mempersiapkan perannya masing-masing
e) Melakukan role playing di depan kelas secara bergantian
sampai semua kelompok menyelesaikannya
f) Masing-masing kelompok menyimpulkan intisari yang terdapat
dalam setiap drama yang diperankan oleh kelompok lain, mulai
dari karakter, permasalahan yang sedang terjadi, serta
mengkritik setiap kelompok yang bermain peran. Kemudian
setelah selesai berdiskusi, secara bersama-sama siswa
mengerjakan tugas Individu.
3) Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan panduan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Guru memberikan umpan balik dan penguatan materi
c) Guru menyampaikan informasi pembelajaran yang akan
datang.
d) Guru memberikan evaluasi berupa tes tulis
e) Guru bersama siswa membaca doa dan menutup pelajaran.
c. Observasi
Selama pembelajaran aktivitas guru maupun siswa tetap
diamati. Hasil observasi mengenai aktivitas belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 5.

Tabel 5
43

Hasil Aktivitas Siswa Siklus II


No Aspek yang diamati Nilai rata-rata

1 Siswa antusias dalam mengikuti pelajaran 4

2 Tingkat kerjasama siswa dengan guru dan siswa lain 3

3 Perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 4

4 Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang


3
diberikan

5 Kemampuan siswa dalam berdiskusi dengan guru


3
dan teman

Jumlah skor 17

Persentase 85%

Keterangan:
Skor tertinggi per parameter =4
Skor total maksimal = 20
Kriteria penilaian :
1) 0% - 39% = Sangat Kurang
2) 40% - 55% = Kurang
3) 56% - 65% = Cukup
4) 66% - 79% = Baik
5) 80% - 100% = Sangat Baik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 65% menjadi 85%
pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas belajar siswa berada dalam
kategori sangat baik dan sudah melampaui batas minimal aktivitas
belajar siswa yang diharapkan yaitu 80%. Ini berarti aktivitas belajar
siswa sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan.
d. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus II,
maka produk refleksi pada siklus II dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Hasil belajar siswa pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan
dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada
44

siklus I 60,83 naik menjadi 75 pada siklus II dan ketuntasan


klasikal 55,56% pada siklus I naik menjadi 97,22% pada siklus II.
Hal ini berarti ketuntasan klasikal telah melebihi indikator
keberhasilan yaitu 85%. Jadi hasil belajar siswa pada siklus II
sudah tuntas.
2) Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya
65% menjadi 85% pada siklus II. Ini berarti batas minimal aktivitas
siswa yang diharapkan sebesar 80% sudah terpenuhi.
3) Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II
sudah tergolong baik dan mengalami peningkatan dari siklus I.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PERBAIKAN


PEMBELAJARAN
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa baik hasil belajar maupun
aktivitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan tiap siklusnya. Hasil
belajar siswa diukur melalui tes evaluasi yang dilakukan pada tiap akhir
siklus. Indikator keberhasilan tindakan kelas tersebut adalah apabila standar
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 85% dan secara
individual nilai yang diperoleh siswa 60. Sedangkan untuk aktivitas belajar
siswa indikatornya adalah apabila persentase aktivitas belajar siswa di kelas >
80 %.
1. Pembahasan Siklus I
Pada siklus I pembelajaran difokuskan pada implementasi model
pembelajaran role playing. Secara teknis, siswa belum tahu bagaimana
penerapan model pembelajaran role playing ini dalam pembelajaran PKn.
Meskipun begitu penerapan model ini pada siklus I masih mengalami
beberapa kendala, diantaranya perhatian siswa selama proses pembelajaran
berlangsung masih ada di poin 2. Peneliti kelihatan masih kewalahan
membimbing siswa saat melakukan role playing. Namun kendala ini
dengan cepat diatasi oleh peneliti dengan cara mengorganisir siswa yang
ditunjuk oleh guru, sehingga siswa yang lain dengan mudah mengikuti
arahan dalam pembuatan laporan.
Hasil penelitian pada siklus I ini menunjukkan peningkatan
45

dibandingkan pada tahap pra siklus (observasi awal). Pada tahap pra siklus
nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 41,17 dan ketuntasan klasikalnya
mencapai 16,67% sedangkan pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah
60,83 dan ketuntasan klasikalnya 55,56% Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan sebesar 38,89%.
Untuk persentase aktivitas belajar siswa pada tahap pra siklus
adalah 35% sedangkan pada siklus I naik menjadi 65%. Ada peningkatan
aktivitas siswa sebesar 30%. Meskipun ada peningkatan, namun hasil dari
siklus I belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan
peneliti. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus II. Adapun
daftar nilai siklus I dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Daftar Nilai Siklus I
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT

1 ATA 5 5 50   v

2 AR 5 5 50   v

3 ABE 7 3 70 v  

4 AASD 7 3 70 v  

5 AYS 5 5 50   v

6 ATGA 5 5 50   v

7 AASD 5 5 50   v

8 ACSP 8 2 80 v  

9 DPA 7 3 70 v  

10 DPS 5 5 50   v

11 SRN 6 4 60 v  

12 AFS 7 3 70 v  

13 ECR 6 4 60 v  

14 ENK 5 5 50   v

15 EMO 8 2 80 v  

16 FAP 5 5 50   v
46

17 FRA 6 4 60 v  

18 GDS 5 5 50   v

19 GGA 5 5 50   v

20 GKRC 7 3 70 v  

21 HIS 5 5 50   v

22 IAR 6 4 60 v  

23 ITM 8 2 80 v  

24 KAPD 5 5 50   v

25 KAP 7 3 70 v  

26 LNAS 5 5 50   v

27 MIN 8 2 80 v  

28 MF 5 5 50   v

29 NAS 7 3 70 v  

30 ODR 5 5 50   v

31 PES 6 4 60 v  

32 PCN 7 3 70 v  

33 RDA 7 3 70 v  

34 SJA 6 4 60 v  

35 YMR 8 2 80 v  

36 YPA 5 5 50   v

Jumlah 219 141 2190 20 16

Persentase 60.83% 39.17% 608.33% 55.56% 44.44%

Rata-rata Kelas     60.83    

Berikut adalah diagram perbandingan antara pra siklus dan siklus


1:
Diagram 2
Diagram Perbandingan Pra Siklus dan Siklus I
47

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I

Nilai rata-rata Persentase


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pra
siklus ke siklus I. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa 41,17. Sedangkan
pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 60,83. Keberhasilan tersebut
sejalan dengan pendapat dari Sumiati dan Asra (2009) yang
mengemukakan bahwa metode role playing atau bermain peran ini
menggambarkan suatu peristiwa, bisa yang telah terjadi di masa lampau
ataupun mungkin juga yang terjadi di masa mendatang, metode ini adalah
bagian dari simulasi yang bisa diartikan sebagai proses pembelajaran
dengan melakukan tingkah laku secara. Jadi, pembelajaran dengan metode
role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya
ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi
beberapa masalah yang ditentukan untuk melengkapi partisipasi dan
pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan
pemahaman pembelajaran dengan role playing. Meskipun demikian
pembelajaran role playing belum bisa memaksimalkan fokus siswa
sehingga masih diperlukan penyempurnaan pembelajaran pada siklus II.
2. Pembahasan Siklus II
Pada siklus II, peneliti dan guru kolaboran memfokuskan penelitian
pada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa dituntut
untuk lebih fokus dalam pembelajaran dengan cara salah satu siswa
memperhatikan video pembelajaran “Perumusan Dan Penetapan Pancasila
Sebagai Dasar Negara”. Pembelajaran role playing dapat ditunjang dengan
48

media video agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan maksimal


dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media video merupakan alat yang
bisa menyajikan berbagai informasi dalam bentuk gambar yang bisa
bergerak, dengan disertai adanya suara yang bisa dilihat dan didengarkan
untuk proses tercapainya tujuan pembelajaran. Video dapat menyajikan
sebuah informasi, memaparkan proses, menjelaskan suatu konsep yang
masih rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang
waktu, dan mempengaruhi sikap. Siswa dibentuk menjadi beberapa
kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Dengan cara seperti
ini, siswa jadi lebih aktif dalam pembelajaran karena sering berdiskusi
dengan temannya dalam kelompok. Disamping itu, mereka juga lebih
memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru.
Pada siklus II ini, hasil belajar siswa baik secara individual maupun
secara klasikal mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata hasil
belajar siswa adalah 60,83 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 55,56%,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 75 dan ketuntasan
klasikalnya mencapai 97,22%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 44,44%. Untuk persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I
adalah 65% sedangkan pada siklus II naik menjadi 85%. Ada peningkatan
aktivitas siswa sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil siswa
sudah memenuhi target yang ditetapkan peneliti. Hasil pembelajaran siklus
II dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7
Daftar Nilai Siklus II
Hasil Belajar Ketuntasan
No. Nama Siswa
B S N T BT

1 ATA 7 3 70 v  

2 AR 8 2 80 v  

3 ABE 8 2 80 v  
49

4 AASD 8 2 80 v  

5 AYS 7 3 70 v  

6 ATGA 6 4 60 v  

7 AASD 7 3 70 v  

8 ACSP 8 2 80 v  

9 DPA 8 2 80 v  

10 DPS 7 3 70 v  

11 SRN 8 2 80 v  

12 AFS 8 2 80 v  

13 ECR 8 2 80 v  

14 ENK 7 3 70 v  

15 EMO 8 2 80 v  

16 FAP 7 3 70 v  

17 FRA 8 2 80 v  

18 GDS 5 5 50 v

19 GGA 7 3 70 v  

20 GKRC 8 2 80 v  

21 HIS 6 4 60 v  

22 IAR 8 2 80 v  

23 ITM 8 2 80 v  

24 KAPD 6 4 60 v  

25 KAP 8 2 80 v  

26 LNAS 7 3 70 v  

27 MIN 8 2 80 v  

28 MF 7 3 70 v  

29 NAS 8 2 80 v  

30 ODR 8 2 80 v  

31 PES 8 2 80 v  

32 PCN 8 2 80 v  

33 RDA 8 2 80 v  
50

34 SJA 7 3 70 v  

35 YMR 8 2 80 v  

36 YPA 8 2 80 v  

Jumlah 270 90 2700 35 1

Persentase 75.00% 25.00% 750.00% 97.22% 2.78%

Rata-rata Kelas     75.00    

Adapun perbandingan antara siklus I dan siklus II dapat kita lihat


pada diagram 3.
Diagram 3
Perbandingan Siklus I dan Siklus II

120

100

80

60

40

20

0
Siklus I Siklus II

Nilai rata-rata Persentase


Dari diagram diatas dapat kita ketahui dari siklus I dan Siklus II
dalam hal nilai rata-rata dan persentase ketuntasan meningkat. Pada siklus
I nilai rata-rata siswa 65,53 dan persentase ketuntasan 59,38% sedangkan
pada siklus II nilai rata-rata siswa 78,13 dan persentase ketuntasan sebesar
97,22%.

3. Rekapitulasi Antara Pra siklus, Siklus I dan Siklus II


Dalam perbaikan pembelajaran terdapat peningkatan hasil belajar
dari siklus ke siklus. Berikut hasil belajar siswa tiap siklus dapat dilihat
pada tabel 8.
51

Tabel 8
Perbandingan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Siklus Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan Belajar

1 Pra Siklus 41,17 16,67

2 Siklus I 60,83 55,56

3 Siklus II 75 97,22

Untuk melihat hasil peningkatan tersebut dalam bentuk grafik,


berikut peneliti tampilkan diagramnya pada diagram 4.

Diagram 4
Perbandingan Antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Nilai rata-rata Persentase


Diagram diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar terhadap pembelajaran PKn materi “Perumusan Dan Penetapan
Pancasila Sebagai Dasar Negara”. Menggunakan model pembelajaran role
playing. Dengan melakukan pembelajaran dengan media pembelajaran
video, siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa
meningkat yang semula pada pra siklus rata-ratanya 41,17, saat siklus I
meningkat menjadi 60,83 dan di siklus II meningkat menjadi 75. Dan
persentase ketuntasan meningkat semula pada pra siklus hanya 16,67%,
siklus I 55,56% dan pada siklus II sebesar 97,22%.
Menurut Arsyad (2011) menyatakan bahwa video merupakan
52

gambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui


lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, penggunaan dari media video
yang terdapat dalam siklus 2 ini menjadikan siswa lebih mampu
memahami dan meresapi peran dari masing-masing tokoh Perumusan dan
Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara lebih mendalam. Dikarenakan
para siswa memerankan tokoh pahlawan secara langsung, mereka lebih
dapat memahami karakter dari masing-masing tokoh Perumusan dan
Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara. Tokoh-tokoh yang diperankan
siswa merupakan tokoh pahlawan nasional, sehingga secara tidak langsung
juga akan membentuk karakter siswa seperti karakter tokoh yang
diperankan dalam role play tersebut.
Media video merupakan media pembelajaran yang dapat digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran PKn termasuk tentang kisah
sejarah bangsa Indonesia. Kejadian masa lampau yang tidak dialami
generasi saat ini dapat disaksikan secara nyata sesuai dengan aslinya
sehingga membuat siswa benar-benar merasa mengalami kejadian
tersebut. Isi materi dalam video dapat dikemas secara menarik agar mudah
dipahami oleh siswa. Media video menampilkan gambar dengan diiringi
suara sehingga membuat siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan
memahami materi dengan mudah.
Dengan demikian role playing dengan media video merupakan
salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dimana
peserta didik menjadi aktif dalam memainkan peran-peran tertentu dibantu
dengan media video, sehingga pada dasarnya role playing atau bermain
peran dengan media video merupakan salah satu sarana yang membantu
peserta didik untuk belajar. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik
berusaha menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik
pengalaman dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain dan
lingkungan disekitarnya.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Melalui Strategi Role Playing Dengan Media Video Dalam
Materi Perumusan Dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara Mata
Pelajaran PKn di Kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat Tulungagung” adalah:
1. Penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII-C SMPN 1 Campurdarat Tulungagung.
Penggunaan media pembelajaran video dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar menjadi
maksimal.
2. Hasil belajar siswa meningkat dengan model pembelajaran role playing
dan media video. Hal ini terbukti pada hasil penelitian tindakan yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar yang ditandai
dengan meningkatnya kualitas pembelajaran siswa. Ketuntasan meningkat
semula pada pra siklus hanya 16,67%, siklus I 55,56% dan pada siklus II
sebesar 97,22%.

B. SARAN
1. Bagi Guru
a. Guru diharapkan dapat lebih inovatif dalam menerapkan strategi
pembelajaran model pembelajaran role playing dengan media video,
agar siswa lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran khususnya
Perumusan dan Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara, yang dapat
dilakukan dengan bermacam-macam kegiatan sehingga kegiatan
pembelajaran tidak terkesan monoton. Selain itu, penggunaan media
video ini lebih mengedepankan kegiatan pembelajaran yang aktif,
berpusat pada siswa dan menyenangkan.
b. Guru dapat menggunakan media video ini untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

53
54

2. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan mutu pembelajaran siswa dengan secara langsung
melibatkan siswa di dalam pembelajaran, dan lebih inovatif lagi dalam
menentukan kegiatan dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran.
b. Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menghadirkan berbagai macam media
pembelajaran guna mencapai tujuan sekolah.
3. Bagi Siswa
a. Model pembelajaran role playing ini dapat melibatkan seluruh siswa
dalam kegiatan pembelajaran dengan bermain peran sehingga dengan
peran yang dimainkannya siswa akan lebih dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
b. Hasil belajar yang maksimal dapat memberikan kepercayaan diri serta
kepuasan bagi anak jika hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
c. Kegiatan belajar dengan menggunakan media video juga dapat
dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik untuk siswa.
55

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2015. Implementasi Pembelajaran Aktif dalam Kurikulum 2013.


Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 
Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka bekerja sama dengan CV.
Rajawali.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 
Daryanto, dkk. 2007. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gavamedia.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.
Kosasih. 2015. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya. 
Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang. 2013. Media Pembelajaran: Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia. 
Lukman, S. dkk. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Buku Guru
SMP/MTs kelas VII.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Makarao, Nurul Ramadhani. 2009. Metode Mengajar dalam Bidang Kesehatan;
Disertai Contoh-Contoh Metode Mengajar dalam Bidang Kesehatan,
serta Metode Mengajar Interaktif. Bandung: Alfabeta.
Mulyatiningsih, E. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Yogyakarta: Alfabeta.
Mustafa. 2018. Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing) dalam
Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas VI SD
Negeri 016 Kundur. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau Volume 2
Nomor 4 Juli 2018, ISSN Cetak : 2580 – 8435.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Cet Ke-4. Jakarta: Kalam
Mulia.
Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI
UPI. 
Roestiyah. 2008. Model dan Metode Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
56

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta:


Dirjen Dikti.
Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Santoso, Ras Budi Eko. 2011. Model Pembelajaran Role Playing (online).
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/metode-pembelajaran-bermain-peran-
role.html
Sha’adhah, dkk. 2013. Penerapan Metode Role Playing (Bermain Peran) Untuk
Mengurangi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi
Aritmetika Sosial Kelas VII A SMPN 1 Sukowono Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2012/2013, Volume. 4, hal 27-38.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Somantri, M. N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan PKn. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Sudirman, A.M . 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta :
PT. Grafindo Indonesia. 
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Uno, Hamzah. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. 
UU No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai