Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Tujuan pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar pada siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama(pasal 2 keputusan Mendikbud No. 0487 tentang Sekolah Dasar) . Mengacu pada pasal 37 UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib termuat dalam kurikulum di SD. oleh karena itu, mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan di SD. Pembelajaran IPA bagi Sekolah Dasar mempunyai tujuan yang akan dicapai sebagaimana dikemukakan oleh Depdikbud (2006:32) sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang paling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala 1 keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya keputusan, dalam pemecahan kelompok, masalah, siswa

perencanaan,

membuat

diskusi

dan

memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar. Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif. (NRC, 1996:20). Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran di sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa.

Dengan cara ini diharapkan pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Namun berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti

menunjukkan bahwa interaksi pembelajaran IPA dalam kelas masih berpusat pada guru, karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh guru. Selama proses pembelajaran, siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa cenderung pasif sehingga sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, pembelajaran cenderung verbalistis. Bahkan tidak jarang siswa bermain-main sendiri saat guru sedang memberikan penjelasan materi pembelajaran. Media yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, guru kurang memberikan contoh yang nyata kepada siswa. Guru hanya memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya. Pada saat melaksanakan evaluasi sebagian siswa tidak bisa menjawab soal evaluasi sehingga hasil belajar siswapun tidak sesuai dengan yang diharapkan, yaitu nilainya dibawah KKM. Dari jumlah siswa 43 orang dengan KKM IPA 65 hanya 25 siswa atau sekitar 58% yang nilainya diatas KKM, dan 18 orang atau sekitar 42% nilainya dibawah KKM. Dengan demikian tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil kajian diatas, dapat terlihat bahwa keterlibatan siswa sangat diharapkan agar dapat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa terlibat dalam pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan mencari pendekatan yang sesuai dengan materi yang dibahas pada proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan kaitan antara materi yang
dipelajari dengan kehidupan siswa, sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkan dalam kehidupan mereka. Nasar (2006:109) Oleh sebab itu, berdasarkan kenyataan diatas peneliti tertarik

untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Pengaruh Gaya Terhadap Benda di Kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah secara umum yaitu Bagaimana penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor? Untuk lebih spesifiknya, maka permasalahan umum diatas dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran penerapan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran penerapan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor? 3. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?

C. Hipotesis Tindakan Pnerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor semester II tahun ajaran 2011/2012. D. Indikator pencapaian Adapun target ketercapaian dalam penelitian ini yaitu 90%, dengan jumlah siswa 43 orang, karena ada 4 orang berdasarkan observasi awal memang dianggap sebagai siswa yang perlu mendapatkan tindakan khusus yaitu misalnya dengan remedial.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu untuk: a. Memperoleh gambaran tentang perencanaan pembelajaran

penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA

tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. b. Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran

penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. c. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda di kelas IV SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

F. Manfaat penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada siswa, guru maupun lembaga sekolah. 1. Manfaat bagi siswa a. Agar siswa lebih berminat dalam belajar IPA b. Agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran untuk mengeksplorasi dan menemukan konsep. c. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap benda.

2. Manfaat bagi guru Guru dapat melaksanakan inovasi dalam pembelajaran IPA salah satunya yaitu dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

3. Manfaat bagi sekolah Dengan aktifitas dan hasil belajar siswa yang meningkat, dan guru melaksanakan inovasi dalam pembelajaran IPA maka diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di SDN Cipeucang 02.

G. Definisi Operasional 1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu cara pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menerapkan tujuh komponen CTL melalui empat tahap yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap penjelasan dan solusi, dan tahap pengambilan tindakan. 2. Yang dimaksud pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Bab I Pasal I ayat 20 UU RI No. 20 Tahun 2003).

3. Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang dimiliki melalui pembelajaran sebagaimana tergambarkan dalam indikator sebagai hasil dari penjabaran dari Kompetensi Dasar yang telah dirumuskan dalam Rencana Pelaksnaan Pembelajaran (RPP). 4. Konsep Gaya adalah salah satu pokok bahasan dalam kurikulum IPA kelas IV SDN Cipeucang 02 yang termuat dalam Standar Kompetensi Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda yang harus dipelajari siswa pada semester II.

BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN HASIL BELAJAR IPA PENGARUH GAYA TERHADAP BENDA

A. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian CTL


CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
kaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa, sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka.
Nasar (2006:109)
Selain itu Johnson (2008:65) menyatakan bahwa Pendekatan CTL
merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dari pengertian yang diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan CTL menghadirkan situasi dunia nyata dalam kelas dan
membantu siswa menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan
kehidupan sehari-hari. Sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih
bermakna, serta menekankan keterlibatan siswa secara penuh dalam
proses pembelajaran.

10

2.

Tujuan Pembelajaran CTL a. Pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka seharihari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainnya. b. Pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghapal tetapi perlu adanya pemahaman. c. Pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa d. Pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. e. Pembelajran CTL ini bertujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. f. Pembelajaran CTL ini untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.

11

3. Landasan Filosofi CTL Landasan filosofi CTL adalah konstrukstivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkosntruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengatahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jonh Dewey pada awal abad ke- 20 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya. 4. Komponen Pembelajaran CTL Komponen-komponen pembelajaran CTL antara lain : b. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun

pengetahuan baru dalam struktur konginitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. c. Inquiry

12

Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada proses pencarian penemuan melalui proses berfikir secara sistimatis. Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis. d. Bertanya Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan e. Masyarakat Belajar Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. f. Pemodelan. Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. g. Refleksi Refleksi adalah proses pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilalui untuk untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative. h. Penilaian nyata Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang

dilakukan oleh siswa. 1. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL

13

Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain : a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan menkonsturksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b. c. d. e. f. g. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya Menciptakan masyarakat belajar Menghadirkan model sabagai contoh belajar Melakukan refleksi diakhiri pertemuan Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual : a. Pengalaman nyata b. Kerja sama, saling menunjang c. Gembira, belajar dengan bergairah d. Pembelajaran terintegrasi e. Menggunakan berbagai sumber f. Siswa aktif dan kritis g. Menyenangkan, tidak membosankan h. Sharing dengan teman i. Guru kreatif 2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL Kelebihan dari pendekatan pembelajaran CTL yaitu:

14

a.

Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa shingga siswa aktif dam PBM.

b.

Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.

c. d.

Menyadarkan siswa tentang apa yang meraka pelajari Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru

e.

Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan

f. Membantu sisswa bekerja dengan efektif dalam kelompok g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. Kelemahan dari pendekatan pembelajaran CTL yaitu: a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapannya siswa tadi tidak sama. b. c. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM Dalam proses pembelajaran dengam model CTL akan Nampak jelas antar siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.

15

d.

Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menuggu temanyang teringgal dan mengalami kesulitan.

e.

Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kamampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan keterampilan dan kemampuan kemampuan intelektualnya. g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata. h. Peran guru tidak Nampak teralalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengaruh dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk akatif dan berusaha sendiri mencapai informasi, mengamati fakda dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan. soft skill dari pada

16

B.

Pembelajaran IPA di SD 1. Hakikat IPA Menurut Carin & Sound (1998) yang dikutip dalam Reni dkk (2004:6) menyatkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu system yang diperolah dari observasi dan percobaan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa IPA tidak hanya merupakan cara kerja, cara berfikir dan cara, memecahkan masalah. Dengan kata lain, IPA dapat dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Menunjuk pengertian IPA menurut Carin Sound (1989) maka dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA meliputi empat unsure utama yaitu : Sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap menunjukan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses menunjukkan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, percang ekperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Produk menunjuk pada berupa fakta, prinsip, teori dan hubungan. Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. 2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah:

17

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannNya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

3. Ruang Lingkup IPA Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. c. Eenergi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.

18

Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA. Salah satu pokok bahasan yang terdapat dalam kurikulum IPA di SD yaitu materi Gaya dan Pengaruh Gaya Terhadap Benda yang diberikan dikelas IV semester II.

C. Hasil Belajar

Menurut Mudjiono dan Dimyati, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari segi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi di capai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Tife hasil belajar lebih dominan dari pada afektif dan

19

psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disistensikan bahwa hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan prilaku kerja yang lebih baik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan / hasil belajar dibagi menjadi 2 bagian besar, yatu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Factor Internal 1. Faktor Biologis (Jasmaniah). Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua kondisi kesehatan fisik. 2. Faktor Psikologis. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal seperti intelegis atau kecerdasan, kamauan, dan bakat 2. Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan Rumah. Suasana lingkungan rumah cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan pertumbuhan dan pendidikan anak-anaknya maka mempengaruhi keberhasilan belajar.

20

2. Faktor Lingukungan Sekolah. Hal ini yang mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru, dengan siswa, relasi guru dengan siswa relasi siswa dengan mata pelajaran, waktu sekolah tata tertib atau disiplin yang ditegakan secara kondusif dan konsisten. 3. Factor Lingkungan Masyarakat. Lingkungan masyarakat yang menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah : lembagalembaga pendidikan non formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

D. Konsep Gaya 1. Pengertian gaya Di dalam ilmu pengetahun alam, gaya sering diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Bila kita menarik atau mendorong suatu benda, maka berarti kita memberikan gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat tetapi pengaruhnya dapat dirasakan.

21

Gambar 2.1 pengaruh gaya Gaya ada yang kuat ada pula yang lemah, makin besar gaya yang dilakukan,makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N) gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda. 2. Gaya Mempengaruhi gerak dan Bentuk Benda Gaya mengakibatkan adanya perubahan pada benda. Pengaruh gaya terhadap gerak benda adalah sebagai berikut :

a. Gaya menggerakan benda diam Benda diam akan bergerak jika diberi gaya.contohnya bola akan melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh batu akan bergerak jika kita lempar. b. Gaya membuat benda bergerak menjadi diam

22

Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang kayuh, sepeda motor yang sedang bergerak, kelereng yang mengelinding, dan sebagainya. Benda-benda bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi gaya. Sepeda yang bergerak berhenti jika direm. Sepeda motor yang sedang bergerak akan berhenti jika direm. Kelereng yang menggelinding akan berhenti jika kita tahan dengan tangan atau kaki. Mengerem sepeda dan sepeda motor termasuk bentuk gaya. Begitu pula dengan menahan kelereng dengan tangan termasuk bentuk gaya. Dengan demikian gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam.

b. Gaya Megubah Kecepatan Gerak Benda. Perhatikan mobil yang sedang bergerak jika kamu amati, kecepatan mobil tersebut tidak akan sama.kamu bisa melihatnya pada spidometer. Gerak mobil terkadang cepat dan terkandang lambat. Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak gasnya. Akibatnya, mobil akan melaju kencang. Namun, jika ada mobil lain di depannya. Pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju mobil akan lambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk

23

gaya. Oleh karena itu gaya dapat memengaruhi kecepatan gerak benda. c. Gaya Mengubah Arah Gerak Benda Sepeda dapat kita belokan ke arah yang kita butuhkan. Jika ingin mengubah arah sepeda, kita cukup membelokan setangnya. Hasilnya arah sepeda akan berubah. Begitu juga dengan orang yang bermain bola. Bola tidak hanya bergerak kesatu arah. Bola dapat bergerak kesegala arah. Namun arah bola tidak dapat berubah dengan sendirinya. Arah gerak bola harus diubah oleh pemain bola. Caranya dengan menyundul atau menendang bola. Membelokan sepeda dan bola termasuk bentuk gaya. Dengan demikian, gaya dapat mengubah arah gerak benda. 3. Gaya Dapat Mengubah Bentuk Benda Para pengrajin gerabah membuat gerabah dari tanah liat, ia melumatkan tanah liat kemudian membentuknya menjadi sebuah gerabah, ketikan perajin itu melumatkan tanah liat ia memberikan gaya pada tanah liat. Jadi, gaya dapat mengubah tanah liat menjadi guci. Benda yang keras sekalipun dapat berubah bentuk jika diberikan gaya Beberapa cara untuk mengubah bentuk benda antara lain dengan memotong, ditekan, diremas-remas, menekuk, melipat, meniup, dan lain-lain.

4. Gaya Memengaruhi Keadaan Benda di Dalam Air

24

Jika suatu benda dimasukan ke dalam air, ada tiga kemungkinan posisi benda tersebut di dalam air. Benda tersebut dapat terapung, tenggelam atau melayang. a. Terapung, jika sebagian benda di atas permukaan air dan

sebagaian lagi di bawah permukaan air. b. Tenggelam, jika seluruh bagian benda berada di dalam air dan menyentuh dasar wadah. c. Melayang, jika seluruh bagian benda berada di dalam air. Namun, tidak ada bagian benda yang menyentuh dasar wadah.

E. Penerapan pendekatan CTL pada pembelajaran IPA pokok Bahasan Gaya Mata pelajaran IPA sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah, sehingga pendidikan IPA diarahkan untuk mengkonstruk dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2006:57). Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan pengembangan keterampilan secara ilmiah. dan

25

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA menurut kurikulum (2004) berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan melalui serangkaian kegiatan mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif denagn teman, lingkingan dan nara sumber lain. Dalam pembelajaran IPA dengan penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) pemilihan strategi pembelajaran lebih

memberdayakan siswa Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat diterapkan di kelas yang jumlah siswanya banyak. Dalam penerapannya tidak perlu mengubah kurikulum. Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diterapkan tujuh komponen melalui tahap-tahap berikut ini: 1. Tahap Invitasi, pada tahap ini siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. 2. Tahap Eksplorasi, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan data, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. 3. Tahap Penjelasan dan solusi, pada tahap ini siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru.

26

4. Tahap Pengambilan tindakan. Tahap terakhir ini siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik bagi individu maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan masalah terkait dengan bahasan yang sedang dibahas.

26

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Model dan Alur Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tidakan kelas (classroom action research) atau sering disebut PTK. PTK adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi rasionalitas dan kebenaran diri (David Hopkins, dalam Kasbolah, 1993:44) Bentuk yang dipilih adalah bentuk penelitian kolaboratif yakni penelitian yang dilakukan atas kerja sama antara peneliti(sebagai guru kelas) dan teman sejawat (rekan sesama guru) (Sukidin, 2002: 79). dipilihnya metode tersebut didasarkan pada asumsi bahwa guru sekolah dasar adalah pihak yang paling objektif dalam mengidentifikasi permasalahan

pembelajaran didalam kelas. Bentuk penelitian tindakan kelas dipilih penulis dengan alasan guru kelas secara langsung menemukan adanya masalah dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPA. Selain itu peneliti memiliki harapan dengan jenis penelitian tindakan kelas maka perbaikan serta peningkatan hasil pembelajaran akan meningkat, terutama

pembelajaran IPA. 2. Model Penelitian

27

Penelitian tindakan kelas ini mengacu pada desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart. Langkah-langkah pada model Kemmis dan
Mc.Taggart yaitu Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Observasi dan 26 refleksi.

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

HASIL

28

Gambar 3.1 Model penelitian model kemmis dan Mc. Taggart

3. Alur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart seperti pada gambar di atas yaitu penelitian yang terdiri dari beberapa siklus. Tiap siklus dimulai dari rencana (planning), tindakan(acting), observasi(observing), dan terakhir adalah refleksi(reflecting). Perencanaan pada awal penelitian merupakan hasil observasi dan refleksi dari siklus sebelumnya, setelah itu melakukan penelaahan terhadap KTSP 2006 serta membuat RPP yang menunjukan komponen-komponen CTL. Pelaksanaannya sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Selama pelaksanaan berlangsung ada seorang observer yang menilai pelaksanaan, sehingga ada hasil observasi. Hasil observasi tersebut merupakan temuan yang ada pada saat pelaksanaan baik dari aktivitas siswa maupun agar dapat direfleksi untuk siklus berikutnya. Refleksi yang dilakukan adalah, jika pada siklus pertama penelitian tersebut banyak kekurangannya, maka berdasarkan hasil analisis dan refleksi penelitian dilanjutkan dengan siklus kedua guna memperbaiki apa yang kurang dan apa yang belum tercapai pada siklus pertama, demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. B. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

29

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Cipeucang 02 yang berjumlah 43 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan. Usia siswa berkisar antara 9-10 tahun. Alasan peneliti memilih penelitian di kelas IV SDN Cipeucang 02 antara lain: a. Merupakan tempat peneliti bekerja, sehingga tidak mengganggu tugas pokok peneliti yang merupakan tenaga pengajar di SDN Cipeucang 02. b. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah permasalahan yang dialami oleh peneliti, Sehingga peneliti mudah mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan. c. Subjek penelitian adalah siswa yang sehari-hari dihadapi oleh peneliti, sehingga peneliti lebih memahami karakteristik subjek. d. Ingin meningkatkan layanan pembelajaran, sehingga siswa terpacu meningkat hasil dan prestasi belajaranya. 2. Lokasi Penelitian Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah ditempat peneliti mengajar yaitu di Sekolah Dasar Negeri Cipeucang 02 Desa Cipeucang Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Awal

30

a. Melakukan observasi di SDN Cipeucang 02 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor (tempat peneliti melaksanakan tugas), observasi dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kondisi awal sebelum peneliti melakukan tindakan. b. Obeservasi awal peneliti mengidentifikasi prioritas masalah yaitu dalam pembelajaran IPA tanpa ada pendekatan atau metode tertentu sehingga timbul pemahaman siswa terhadap materi bersifat verbalisme, padahal pada kurikulum KTSP 2006 dalam pembelajaran IPA dituntut memberikan pengalaman belajar yang kongkrit. Sehingga dalam hal ini peneliti mengambil langkah bahwa dalam pembelajaran IPA cara penyampaiannya perlu diperbaiki dengan menggunakan pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA. 2. Persiapan Pra Tindakan a. Mendiskusikan rencana penelitian dengan pihak sekolah sebagai upaya meningkatkan hasil pembelajaran IPA di kelas IV. Dalam diskusi ini diterangkan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru dan pokok bahasan yang akan dibahas serta waktu pelaksanannya. b. Mendiskusikan dasar-dasar teori yang berkaitan dengan pendekatan CTL pada materi pokok pengaruh gaya terhadap benda. c. Membicarakan rencana tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL untuk mengetahui sejauh mana

31

kemampuan siswa dalam mengkonfirmasikan skenario pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Skenario tersebut dilengkapi dengan Lembar kerja Siswa (LKS) yang berisikan : langkah-langkah kegiatan, hasil pengamatan dan

kesimpulan.

3. Pelaksanaan Tindakan. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini guru merencanakan dan menyusun persiapan pembelajaran IPA. Perencanaan ini meliputi beberapa hal yaitu

penyediaan alat dan bahan untuk keperluan kegiatan pembelajaraan, lembar observasi untuk digunakan pada waktu melakukan observasi kegiatan pembelajaran. b. Tindakan I Guru pada tahap ini melaksanakan pembelajaran IPA sesuai persiapan yang telah direncanakan. Guru melakuakan kegiatan belajar dengan menggunakan pedekatan kontekstual pada sub pokok bahasan pengaruh gaya terhadap gerak benda. Guru dibantu teman sejawat melakukan observasi. Sasaran observasi adalah kemampuan guru mengelola kelas dan aktifitas siswa di kelas dengan menggunakan

32

lembar observasi yang telah dipersiapkan. Sebelum melakukan observasi disepakati dulu cara melakukan observasi. c. Refleksi Guru mendiskusikan hasil observasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Dari data tersebut guru mendapat umpan balik tentang bagaimana pembelajaran IPA yang telah dilaksanakannya dan bagaimana aktifitas siswa, sehingga guru dapat menentukan perbaikan pembelajaran sebagai bahan untuk menyusun tindakan pada siklus dua. Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 2 diperoleh gambaran tentang kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran dan untuk

memperbaiki hasil pembelajaran dan untuk memperbaiki hasil pembelajaran pada pertemuan sebelumnya guru menyusun persiapan pembelajaran IPA. Pada siklus kedua ini pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Guru merancang kegiatan yang akan dilaksanakan dengan langkah-langkah tertentu, selain itu guru mempersiapkan alat-alat dan bahan yang sesuai untuk pendekatan CTL tentang pengaruh gaya terhadap bentuk benda. b. Tindakan II

33

Pada tahap ini pembelajaran IPA dilaksanakan menggunakan persiapan pembelajaran yang telah direncakanan. Melakukan

observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan cara mencocokan antara persiapan dengan pelaksanaan proses

pembelajaran dan respon siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan oleh guru tersebut dibantu oleh seorang guru (teman sejawat).

c.

Refleksi Mengidentifikasi kesulitan yang ditemukan pada saat pelaksanaan pembelajaran, baik dari segi perencanaan, pelaksanakan penilian maupun dari sisi kegiatan siswa berdasarkan evaluasi dari hasil observasi sebagai bahan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Siklus III a. Perencanaan Pada kegiatan ini guru menyusun persiapan pembelajaran dengan topik geyaa memengaruhi keadaan benda di dalam air melalui penerapan pendekatan CTL dengan memperbaiki kelemahankelemahan yang ditemukan pada siklus dua. b. Tindakan

34

Melakukan

pembelajaran

IPA

sesuai

persiapan

yang

telah

direncanakan. Melakukan observasi kegiatan pembelajaran IPA yang dilaksanakan dengan memfokuskan pada proses pembelajaran dan dampaknya terhadap siswa saat melakukan pembelajaran dengan pendekatan CTL. c. Refleksi Bila dari hasil observasi, kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka data yang telah terkumpul diolah dan disimpulkan. Bila dari hasil observasi masih ada kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki maka hasil refleksi akan digunakan sebagai bahan rekomendasi bagi proses pembelajaran berikutnya. Prosedur penelitian tindakan kelas ini disajikan dalam bagan berikut:
Observasi lapangan Observasi awal pembelajaran IPA Identifikasi masalah

Perencanaan keseluruhan tindakan Perencanaan Pembelajaran siklus I Perencanaan Pembelajaran siklus II Perencanaan Pembelajaran siklus III

Pelaksanaan tindakan pembelajaran I

Analisis dan Tindakan

Evaluasi Tindakan I

Identivikasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada tindakan I

Rencana Tindakan II

Evaluasi Tindakan II

Pelaksanaan tindakan pembelajaran II

35

Analisa dan Refleksi

Identivikasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada tindakan II

Analisa dan Refleksi

Identivikasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada tindakan III

Evaluasi Keseluruhan Tindakan

Gambar 3.2. Bagan prosedur Penelitian Tindakan Kelas D. Instrumen Penelitian 1. Teknik pengumpulan data a. Observasi Semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali , merekam , dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai ( perubahan yang terjadi ) baik yang ditimbulkan terencana maupun akibat sampingannya. Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi terfokus , yakni maksud dan sasaran observasi telah ditentukan .

36

Observasi ini terfokus pada aktivitas siswa, aktivitas guru , serta interaksi guru dan siswa, siswa dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh melalui lembar observasi. b. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti adalah tes tertulis (pos tes) digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar siswa secara individual dalam penguasaan materi pokok bahasan Pengaruh Gaya Terhadap Benda. Tujuan dari tes ini untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan pendekatan Contektual Teaching and Learning.

2. Alat pengumpulan data a. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda. Pedoman observasi ini sebagai alat pengumpul data yang digunakan secara langsung dalam pembelajaran untuk mencatat data pelaksanaan pembelajaran yang akan menjadi

37

masukan dalam rangka refleksi. Observasi pembelajaran dilakukan oleh observer. Pedoman observasi disusun untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. (pedoman observasi terlampir). b. Soal Soal merupakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukaan

jawaban yang berkaitan dengan materi pelajaran IPA tentang pengaruh gaya terhadap benda. Soal diberikan untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah pemberian tindakan pada materi gaya dengan penerapan pendekatan CTL.

E. Teknik Pengolahan Data 1. Teknik Pengolahan Data Hasil Observasi a. Reduksi data Data hasil observasi diseleksi dengan cara memilah dan memilih data serta membuang data yng tidak perlu. b. Klasifikasi data Data hasil observasi diseleksi dengan cara mengelompokkan data. Mana data yang dianggap temuan positif dan mana yang termasuk temuan negatif baik data aktivitas guru maupun aktivitas siswa. c. Display data

38

Data hasil observasi diolah kemudian dideskripsikan, diuraikan dan dinarasikan. d. Interpretasi data Data hasil observasi diolah dan ditafsirkan. e. Refleksi Meninjau kembali data hasil observasi mulai dari perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan, menganalisis mengapa terjadi kelemahan dan mengupayakan bagaimana mengatasi kelemahan tersebut pada siklus berikutnya. 2. Teknik Pengolahan Data Hasil Tes a. scoring (penskoran) scoring pada penelitian ini berbeda pada setiap siklusnya. Sehingga skor maksimal keseluruhan adalah 100. b. Persentase yang mencapai KKM dibandingkan dengan persentase perolehan KKM sebelumnya. Adapun cara menghitung persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebagai berikut: TB =
100%

Keterangan: TB = Ketuntasan belajar

39

= jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari

atau sama dengan 65 N = jumlah siswa

38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Siklus I a. Perencanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)disusun dengan

sistematika sebagai berikut yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, dan alat penilaian. Standar kompetensi dan kompetensi dasar telah dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Media yang digunakan adalah bola, kelereng, dan mobil mainan. Penilaian dilakukan dengan melakukan tes pada setiap akhir siklus. RPP yang disusun memiliki ciri-ciri sesuai dengan langkah-langkah penerapan pendekatan CTL. (RPP terlampir).

b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 04 Mei 2012 pukul 13.30 14.40. Pada tindakan

39

pembelajaran siklus I yang dibahas adalah pengaruh gaya terhadap gerak benda. Gambaran umum pembelajaran pada sikulus I ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi tentang gerak suatu benda sebagai tahap invitasi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, menggali pengetahuan konsep awal siswa. Sebagian siswa menjawaab benar pertanyaan dari guru dan nampak banyak siswa yang belum siap mengikuti. Dalam kegiatan inti siswa dibagi ke dalam delapan kelompok dan setiap kelompok mendapat lembar kerja siswa (LKS) untuk diselesaikan masing-masing kelompok pembagian kelompok bersifat heterogen. Berikutnya sebagai langkah eksplorasi secara berkelompok siswa mengisi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) setiap kelompok tampak aktif, kreatif dan bergembira melakukan percobaan dan mengisi LKS. Hal itu disebabkan alat peraga yang digunakan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Namun dari setiap kelompok ada satu dua siswa yang kelihatannya kurang aktif. Siswa tersebut hanya bermain-main dengan alat peraga tanpa memperdulikan anggota kelompok lainnya yang sedang mengisi LKS. Beberapa kelompok kesulitan dalam menyimpulkan hasil percobaan dalam LKS. Pada tahap berikutnya yaitu tahap penjelasan dan solusi guru membimbing siswa (perwakilan dari setiap kelompok) melaksanakan

40

kegiatan presentasi hasil percobaan dan diskusi secara bergilir semua kelompok membacakan hasil pengisian LKS mereka diselingi pendapat kelompok lain terhadap hasil diskusi kelompok yang dipersentasikan. Akan tetapi siswa yang membacakan hasil diskusi kelompoknya kurang lantang tidak dapat terdengar jelas oleh kelompok lain, sehingga siswa dalam kelompok lain cenderung mengobrol tidak memperhatikan. Dalam kegiatan ini suasana diskusi kelas tidak terlalu nampak karena siswa dalam kelompok lain tidak tertarik untuk menanggapi. Dalam kegiatan penutup sebagai tahap pengambilan tindakan siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai pengaruh gaya terhadap gerak benda. Beberapa siswa tampak kesulitan mengisi soal evaluasi karena pada saat percobaan tidak terlibat aktif berbeda dengan siswa yang terlibat aktif dalam melakukan percobaan mereka tampak memahami.

c. Hasil Pembelajaran Data yang diambil pada penelitian merupakan hasil evaluasi individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut ini :

41

Gambar 4.1. perolehan nilai siswa siklus I Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus satu di atas diperoleh data sebanyak 31 satu siswa atau 72 % yang mencapai KKM dan 12 siswa atau 28% yang belum mencapai KKM bila dibandingkan dengan prasiklus yang mencapai KKM hanya 58 % dan yang belum mencapai KKM 42 % maka hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan diagram berikut

42

Gambar 4.2. perbandingan siklus I dan pra siklus d. Refleksi Berdasarkan data-data yang diperoleh dan hasil diskusi peneliti bersama observer terdapat beberapa temuan dari pelaksanaan siklus I belum seluruhnya siswa dapat mencapai KKM yaitu 28% hal itu mungkin disebabkan oleh beberapa aktivitas yang belum optimal misalnya : 1. Siswa cenderung mengobrol dalam kegiatan diskusi hanya siswa yang pandai yang mengerjakan LKS. 2. Tanya jawab yang dikembangkan guru masih terpokus pada siswa yang pandai (aktif). 3. Kurangnnya pengawasan oleh guru terhadap aktivias siswa baik ketika diskusi kelompok maupun saat melakukan percobaan.

43

4.

Guru kurang memotifasi siswa dalam meberi tanggapan hasil diskusi yang dipersentasikan.

5. 6.

Siswa mengalami kesulitan dalam menyimpulkan hasil percobaan. Guru tidak menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertamuan berikutnya

Berdasarkan

hasil

temuan

dan

refleksi

terhadap

proses

pembelajaran pada sikulus I, maka agar proses pembelajaran dengan pendekatan CTL berhasil dengan baik ada beberapa hal yang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya yaitu : 1. Agar siswa tidak mengobrol perlu diberikan tugas khusus misalnya diminta untuk ikut mencatat hasil diskusi 2. Dalam melakukan tanya jawab guru harus memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk siswa yang kurang. 3. Dalam proses pembelajaran sebaiknya guru tidak hanya duduk dan berdiam diri di depan tetapi harus berkeliling kesetiap kelompok / siswa untuk membimbing dan mengontrol mereka. 4. Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa guru perlu memberikan reward (penghargaan) pada siswa yang aktif. 5. Membimbing siswa dalam menyimpulkan dengan memberikan kalimat-kalimat pokok.

44

6.

Agar siswa berkesempatan belajar sampaikan materi yang akan dipelajari pada pelajaran berikutnya.

2. Siklus II a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini merupakan hasil analisis dan refleksi siklus I yang telah didiskusikan sebelumnya oleh guru bersama observer. Materi pokok pada siklus II yaitu pengaruh gaya terhadap bentuk benda dengan menggunakan pendekatan contekstual. Metode yang digunakan adalah percobaan diskusi dan tanya jawab. Alat peraga yang digunakan plastisin, balon karet, karet gelang, pensil dan rautan. Sistematika penyusunan RPP pada dasarnya sama seperti RPP pada siklus ke I yang meliputi Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran (Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir), Penilaian, dan Sumber/Media Pembelajaran. Karakteristik dari RPP pada tindakan siklus ke II ini tidak jauh berbeda dengan RPP pada tindakan sebelumnya, hanya pada langkah langkah pembelajaran ditekankan untuk menambah kegiatan atau arahan- arahan guru kepada siswan untuk lebih aktif dan berperan dalam pelaksanaan pengerjaan LKS. Pada RPP siklus II ini juga

diperbaiki beberapa hal, diantaranya yaitu : (1) Mengkondisikan siswa

45

pada saat pengerjaan LKS supaya pelaksanaan nya berjalan dengan baik (2) memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang aktif untuk ambil bagian dalam kegiatan (3) memberikan hadiah/aploss atau pujian bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan atau siswa yang mau bertanya (4) Guru membimbing kelompok dengan merata, tidak terpokus pada salah satu kelompok (5) Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dengan merangsang siswa dengan kalimatkalimat pokoknya selanjutnya dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan dengan kata-kata sendiri, (6) Menyampaikan materi yang akan dipelajai pada pertemuan berikutnya. b. Pelaksanaan Tindakan Tahap pertama adalah invitasi dimana guru menggali pengetahuan awal siswa untuk mengungkapkan konsep awal pada tahap ini beberapa siswa mendemontrasikan meniup balon dan meraut pinsil kemudian guru mengajukan pertanyaan bagaimana bentuk benda sebelum dan setelah diberikan gaya. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru. Memasuki tahap eksplorasi guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok pembagian kelompok didasarkan atas pilihan siswa sendiri setiap kelompok diberi LKS dan melakukan percobaan tentang mengubah bentuk benda dengan alat peraga yang telah disediakan dalam siklus ini siswa tanpak tertarik melakukan percobaan karena alat peraga yang mereka gunakan sudah biasa mereka praktikan sehari-hari.

46

Berikutnya guru membibing siswa untuk mengadakan diskusi kelas yaitu pada tahap penjelasan dan solusi. Perwakilan dari tiap kelompok maju untuk melakukan persentasi kemudian guru membantu siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas dari hasil diskusi kelompok dan hasil diskusi kelas. Pada tahap pengambilan tindakan guru mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa. Dalam kegiatan penutup guru membagikan soal evaluasi pada

siswa secara individu tahap ini dilakukan untuk mengetahuai pemahaman siswa terhadap konsep yang telah di bahas. Sebelum menutup kegiatan belajar, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya kemudian

mengingatkan siswa untuk rajin belajar dirumah dan diujung kegiatan pembelajaran guru memberikan reward kepada kelompok yang sangat baik dalam mengerjakan tugas kelompoknya. c. Hasil Pembelajaran Data yang diambil pada penelitian merupakan hasil evaluasi individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut ini :

47

Nilai
Nama Siswa

Gambar 4.3. perolehan nilai siswa siklus II

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus satu di atas diperoleh data sebanyak 37 siswa atau 86 % yang mencapai KKM dan 6 siswa atau 14% yang belum mencapai KKM bila dibandingkan dengan prasiklus dan siklus I hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan diagram berikut:

48

d. Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi selama pelaksanaan terdapat beberapa temuan penting diantaranya : 1. Pada tahap invitasi siswa banyak yang merespon hampir semua mengacunkan tangan ingin menjawab. 2. Dalam kegiatan diskusi kelas masih sedikit siswa yang menanggapi hasil diskusi kelompok lain. 3. Masih beberapa siswa ketika melakukan percobaan masih asik bermainmain sendiri dengan alat peraga. Berdasarkan temuan-temuan di atas maka untuk merencanakan tindakan berikutnya perlu diperhatikan hal-hal yang hubungannya dengan penyajian materi rencana pembelajaran dan pengkondisian siswa.

Persentase pencapaian KKM


Gambar 4.4. perbandingan prasiklus I dan Siklus II

49

1.

Guru harus terus memberikan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswanya agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan.

2.

Guru harus selalu tanggap terhadap siswa yang melakukan aktivitas diluar kegiatan.

3. Siklus III a. Perencanaan Pembelajaran Untuk Perencanaan pada siklus III ini merupakan hasil analisis dan refleksi siklus I dan siklus II yang telah didiskusikan sebelumnya oleh guru bersama observer Materi pokok pada siklus III yaitu gaya memengaruhi keadaan benda di dalam air dengan menggunakan pendekatan contekstual. Metode yang digunakan adalah percobaan diskusi dan tanya jawab. Alat peraga yang digunakan yaitu toples, air, sedotan, paku dengan media yang ada dilingkungan sekitar. Seperti pada siklus ke II sistematika penyusunan RPP siklus ke III ini sama yang meliputi Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran (Kegiatan Awal, Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir), Penilaian, dan Sumber/Media Pembelajaran.

50

Begitupun dengan

karakteristik dari RPP pada tindakan siklus

ke III ini tidak jauh berbeda dengan RPP pada tindakan sebelumnya, hanya pada langkah langkah pembelajaran ditekankan guru untuk mendatangi setiap kelompok pada saat pengerjaan LKSagar siswa untuk lebih aktif dan berperan dalam pelaksanaan pengerjaan LKS dan lebih berani lagi dalam bertanya kalau ada yang belum dipahami. Pada RPP siklus III ini juga diperbaiki beberapa hal, diantaranya yaitu: (1) Guru harus terus memberikan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswanya agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan. (2)Guru harus selalu tanggap terhadap siswa yang melakukan aktivitas diluar kegiatan. b. Pelaksanaan Tindakan Tahap pertama adalah invitasi dimana guru menggali pengetahuan awal siswa untuk mengungkapkan konsep awal pada tahap ini beberapa siswa mengamati gambar, kemudian guru mengajukan pertanyaan mengapa perahu dapat terapung di laut?. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru. Memasuki tahap eksplorasi guru membagi siswa ke dalambeberapa kelompok pembagian kelompok didasarkan atas pilihan siswa sendiri setiap kelompok diberi LKS dan melakukan percobaan tentang gaya memengaruhi keadaan benda di dalam air dengan alat peraga yang telah

51

disediakan dalam siklus ini siswa tampak tertarik melakukan percobaan karena alat peraga yang digunakan cukup menari perhatian siswa. Berikutnya guru membimbing siswa untuk mengadakan diskusi kelas yaitu pada tahap penjelasan dan solusi. Perwakilan dari tiap kelompok maju untuk melakukan persentasi kemudian guru membantu siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas dari hasil diskusi kelompok dan hasil diskusi kelas. Pada tahap pengambilan tindakan guru mengaitkan pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa. Dalam kegiatan penutup guru membagikan soal evaluasi pada

siswa secara individu tahap ini dilakukan untuk mengetahuai pemahaman siswa terhadap konsep yang telah di bahas. Sebelum menutup kegiatan belajar, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya kemudian mengingatkan siswa untuk rajin belajar dirumah dan diujung kegiatan pembelajaran guru memberikan hadiah kepada kelompok mengerjakan tugas kelompoknya. c. Hasil Pembelajaran Data yang diambil pada penelitian merupakan hasil evaluasi individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut ini : yang sangat baik dalam

52

Gambar 4.5. prolrhan nilai siswa siklus III

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus satu di atas diperoleh data sebanyak 40 siswa atau 93 % yang mencapai KKM dan 3siswa atau 7% yang belum mencapai KKM bila dibandingkan dengan prasiklus, siklus I dan siklus II hasil belajar siswa dapat dikatakan mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan diagram berikut

53

Gambar 4.6. perbandingan prasiklus I, Siklus II dan Siklus III d. Refleksi Meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan yang tidak terlalu menonjol,perbaikan yang dilakukan ternyata berhasil pada siklus III. Motivasi belajar siswa semakin tinggi Kerja kelompok sudah berjalan dengan lancar dan menyenangkan dengan guru mendekati kelompok untuk memberi motivasi atau bantuan bagi kelompok yang mengalami kesuliatan, ini dilihat dari diagram perbandingan persentase aktivitas belajaar. Dilihat dari data- data diatas peneliti dan guru obsever dapat mengambil kesimpulan bahwaaktivitas hasil belajar siswa pada siklus III sudah berhasil ini dilhat dari kegiatan kegiatan pada siklus sebelumnya sudah tidak nampak lagi seperti semua siswa mengikuti jalannya kegiatan dengan baik, siswa yang pintar sudah tidak mendominasi lagidalam kegiatan kelompok , kemampuan menyimpulkan materi sudah cukup baik dan bahasanya sudah mendekati runtut. Selain itu dilihat dari segi persentase proses hasil belajar siswa dan hasil belajar yang dilihat dari perolehan sekor nilai siswa yang semakin kesini nilainya semakin meningkat, maka dari itu dapat dikatakan dengan penerapan pendekatan CTL pada kegiatan pembelajaran dengan materi pengaruh gaya terhadap benda khususnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

54

Berdasarkan temuan-temuan di atas aktivitas siswa sudah meningkat dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru setiap melakukan percobaan guru perlu mengingatkan kepada siswa agar selalu menjaga kebesihan. B. Pembahasan Berdasarkan deskripsi, dan repleksi setiap tindakan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa esensial yang merupakan hasil kegiatan penelitian yang kemudian akan disintesis dan dikonfirmasikan dengan berbagai leteratur untuk menemukan relevansi antara teori dengan penelitian yang dilakukan.

Saat

dilakukan

observasi

didapat

bahwa

siswa

memiliki

keingintahuan yang tinggi terhadap pembelajaran IPA. Siswa juga secara alamiah memiliki keinginan untuk meneliti dan memiliki keinginan untuk belajar secara mandiri, hal ini tidak akan terwujud apabila pembelajaran hanya berpusat pada guru. Salah satu alternative pembelajaran IPA yang memberi kesempatan pada siswa untuk sedini mungkin peserta didik mempunyai keberanian membangun pengetahuannya secara terarah adalah dengan menggunakan pendekatan CTL, sehingga bukan hanya hasil tes siswa saja yang meningkat melainkan timbul sikap sikap ilmiah,ini terbukti denganketerlaksanaan model pembelajaran pendekatan CTL di kelas IV SDN Cipeucang 02 seperti yang disajikan pada table perbandingan persentase aktivitas pembelajaran dari siklus 1, II dan III dalam hasil penelitian.

55

Pada tahap invitasi masih banyak siswa yang belum siap mengikuti
pelajaran hal tersebut sesuai dengan tahapan anak usia SD yaitu termasuk pada
tahap operasional konkrit Piaget(Dahar, 1996). Hal itu dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang dipeljari dengan konteks dunia nyata siswa
sesuai dengan pengertian pembelajaran kontekstual. Johnson (2008:65)
menyatakan bahwa Pendekatan CTL merupakan suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pada siswa seperti mengamati, menyelidiki, membuat dugaan, membangun pengetahuan, beargumentasi menganalisis hasil pengamatan, berdiskusi dan bekerjasama dengan teman kelompoknya, menarik kesimpulan dan sebagainya. Dengan demikian siswa menjadi aktif dalam belajar, tidak cepat bosan, jenuh dan malas, sementara peran guru hanyalah mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Piaget dalam Dahar (1996) yang mengatakan:
Bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, dan peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa.
proses hasil belajar sikap ilmiah pada siklus II ini sudah cukup memuaskan, hal ini terbukti pada saat pembelajaran berlangsung terutama keterbukaan siswa sudah baik siswa sudah mulai terbiasa dan tidak malu lagi dalam mengemukakan pendapat dan penemuanya dan hampir semua siswa aktif dan bekerjasama. Begitupun dalam kerjasama dalam kelompok sudah ada

56

peningkatan, serta guru tidak mendominasi lagi. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakanoleh Conny R.S.(1996): merumuskan sejumlah pemikiran yang memungkinkan aktivitas anak SD lebih bermakna dengan menerapkan prinsip konstruktivisme yang menghendaki para guru untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak (childcentred approach) yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengkreasi dan membangun pengetahuannya.

Setelah peneliti melaksanakan siklus III dan melihat pada persentase perbandingan aktivitas pembelajaran didapat gambaran bahwa sikap ilmiah dan keaktifan serta kerjasama siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibanding pada siklus sebelumya, ini sesuai dengan kurikulum IPA di SD yang bertujuan untuk (1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari (2) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA lingkungan, teknologi dan masyarakat (3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan (4) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan alam (5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannyasebagai salah satu ciptaan tuhan (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Selain itu pada siklus III ini Kerjasama kelompok dalam kegiatan semakin merata, pembagian tugas tugas kelompok mulai terarah siswa mulai

57

bekerja sesuai peran dan tugasnya masing masing sehingga alokasi waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan tepat waktu.Karena setelah siklus ke III dilaksanakan telah menjukan hasil yang baik dari siklus sebelumnya dan merupakan perkembangan yang optimal maka siklus ke III ini adalah terakhir pada pelaksanaan penelitian ini. Tingkat ketercapaian pendekatan CTL dapat dilihat dari bagaimana siswa mengungkap pengetahuan awal, membangun pengetahuan sendiri, dapat bekerjasama dengan teman, keaktifan, timbul keberanian untuk memperagakan dan mengamati alat peraga, mengemukakan pendapat dan menyimpulkan materi pembelajaran serta bertanggung jawab terhadap hasil yang sudah diperoleh bersama, ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (West & dan Pines) yang menyatakan: keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan makna dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Keberhasilan penerapan pendekatan kontekstual pada penelitian ini sangat ditunjang oleh penggunaan media yang menarik perhatian siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan Dzamrah Zain (2002: 139) bahwa penggunaan aneka macam media menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Keberhasilan penerapan pendekatan kontekstual pada penelitian ini tergambar dari hasil pembelajaran dan aktivitas belajar siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. Tahapan kegiatan pendekatan kontekstual yaitu tahap

58

invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi dan tahap pengambilan tindakan ternyata dapat mengaktifkan kegiatan belajar siswa.

58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendekatan CTL merupakan salah satu pendekatan yang membantu guru mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa sehingga

pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dari pelaksanaan tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan CTL diperoleh hasil-hasil sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran dengan metode ceramah saja berbeda dengan perencanaan penerapan pendekatan CTL, dalam perencanaan dengan metode ceramah menggambarkan aktivitas siswa yang pasif sedangkan perencanaan pembelajaran CTL disusun sehingga siswa aktif dan pembelajaran berpusat pada siswa. Perencanaan Pembelajaran penerapan CTL di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dilakukan melaluibeberapa tahap. perencanaan terdiri dari tiga tahap yaitu (1) Menganalisis Kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa (2) Membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran dengan menerapkan langkah langkah pembelajaran CTL dan instrumennya, seperti LKS (Lembar Kerja Siswa), Menyusun alat evaluasi pembelajaran (3) Mempersiapkan media pembelajaran. Perencanaan pada siklus berikutnya didasarkan pada hasil analisa dan refleksi dari siklus sebelumnya yaitu untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada pembelajaran berikutnya.

59

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL mempunyai ciri yaitu dengan adanya tujuh komponen dan empat tahapan kegiatan yaitu menggali pengetahuan awal siswa dengan melakukan

kegiatan bertanya, membantu siswa untuk menemukan sendiri, membuat lingkungan masyarakat belajar dengan melakukan diskusi dan belajar dalam kelompok serta menghadirkan pemodelan sehingga dapat membuat siswa lebih tertarik. Ketujuh komponen tersebut menjadikan pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru melainkan berpusat pada siswa, siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam proses pembelajaran. 3. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui penerapan pendekatan CTL dapat meningkat, hal itu terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya. Hasil beljar siswa yang yang tutas KKM sesuai dengan target peneliti yaitu pada siklus I 72%, pada siklus II 86% dan pada siklus III menunjukkan 93%. Adapun 7% nya atau berjumlah 3 siswa itu adalah siswa yang memang memerulkan bantuan khusus yaitu remedial.

B. Saran Meskipun hasil penelitian ini masih jauh untuk dikatakan sempurna, namun tidak ada salahnya penulis mnyampaikan sedikit saran untuk

pembelajaran berikutnya, saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu:

60

1. Untuk dapat membuat perencanaan dengan Pendekatan CTL ini guru perlu terlebih dahulu mengkaji dan memahami konsep atau teori yang berhubungan dengan CTL. 2. Dalam penerapan pendekatan CTL guru harus terus berupaya agar siswa aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan menerapkan perencanaan yang telah dibuat yanga memuat tahapan-tahapan pembelajaran CTL yaitu Tahap invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi dan tahap pengambilan tindakan. 3. Penerapan pendekatan CTL dapat diterapkan pada kompetensi dasar atau mata pelajaran yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai