MAKALAH
Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
membahas tentang tantangan dan analisis kebutuan pembelaaran kelas rangkap di Indonesia dan
Internasional.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai tantangan dan analisis kebutuan pembelaaran kelas
rangkap di Indonesia dan Internasional. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap
adanya kritik, saran,dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat untuk dimasa
yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga bisa bermanfaat.
Terima Kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
C. Tujuan ................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ........................................................................................... 7
PENDAHULUAN
Realita yang dihadapi seorang guru di Indonesia, baik ia mengajar di daerah terpencil
maupun di perkotaan adalah ia menghadapi murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan
belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun dapat terjadi di ruang dan tingkat kelas yang sama.
Di daerah perkotaan yang padat penduduknya, ada kemungkinan seorang guru menghadapi
murid lebih dari 40 atau 50 orang. Hal ini pun juga dapat terjadi di satu sekolah “favorit”
karena besarnya minat orang tua untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut,
sementara jumlah ruang kelas dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah barang
tentu, sulit untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar-mengajar yang efektif dan
efisien jika itu terjadi dalam sebuah kelas dengan jumlah murid di atas 40 orang. Dalam
konteks seperti ini maka PKR dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2. Lingkungan Belajar
Kurangnya pengawasan pemerintah;
Kurangnya materi pembelajaran;
Kurangnya tenaga terlatih;
Kurangnya fasilitas, seperti:
- Telepon, mesin fotokopi, mesin tik, kertas, pensil, kapur tulis, dll .;
- Buku teks, perpustakaan sekolah;
- Bahan sumber daya dan sumber daya luar seperti perpustakaan kota, pusat
kesehatan, pusat informasi pertanian;
- Bangunan, meja, dan ruang penyimpanan.
3. Lingkungan Sosial
Guru tersebut berasal dari komunitas / latar belakang yang berbeda, sehingga
memiliki budaya yang berbeda
Sikap negatif terhadap pengajaran multi-kelas oleh masyarakat umum.
Kurangnya kebijakan pemerintah tentang kelas multi-kelas yang mengarah pada:
- Kurangnya pendidikan guru sebelum dan dalam jabatan;
- Kurikulum dan materi yang tidak pantas dan tidak relevan;
- Kurangnya buku teks yang sesuai (yang ada hanya diperuntukkan bagi kelas
satu kelas); dan tidak ada bantuan dalam layanan untuk masalah pedagogis
spesifik, seperti metodologi pengajaran dan organisasi kelas.
Sekolah kecil dan kelas multi-grade sering berada di daerah yang secara sosial-
ekonomi kurang beruntung, yang mengarah ke:
- Pencapaian pendidikan orang tua yang rendah;
- Masalah kesehatan dan gizi;
- Aspirasi orang tua dan masyarakat yang rendah;
- Kehadiran sekolah terganggu karena murid harus memelihara binatang, atau
bekerja di ladang, atau menjaga rumah; dan
- Kurangnya pra-sekolah.
Pengalaman sekolah yang tidak memadai untuk murid, misalnya olahraga, tarian
tradisional dan musik, dan kunjungan ke tempat-tempat menarik, yang dapat
digunakan sebagai titik awal untuk belajar.
Dominica 38%
Guyana 47%
Trinidad and Tobago 12%
Jamaica 43%
Bahkan ada lebih sedikit data yang tersedia dari Afrika menunjukkan tingkat
multigrading. Little (1995) menjelaskan data Statistik dari Zambia dimana 26% sekolah
dilaporkan hanya memiliki satu guru pada Tahun 1984. Thomas dan Shaw (1992) tidak
memiliki data statistik, tetapi mereka berkomentar bahwa telah ada dukungan Bank
Dunia untuk sekolah multi-grade di Gambia, Mauritania, Lesotho, Botswana, Niger,
Senegal, Guinea, dan Zaire. Kurangnya informasi ini dikarenakan posisi sekolah yang
kurang strategis atau sulit dijangkau.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Di Indonesia, tidak ada data yang akurat tentang PKR. Tantangan-tantangan yang
umum ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di sekolah yaitu ;
Lingkungan Fisik, Lingkungan Belajar, Lingkungan Sosial.
Di Indonesia selama ini pelaksanaan PKR hanya disikapi sebagai suatu
keterpaksaan atau keadaan darurat. Berbeda dengan Negara lain Australia, Amerika
Serikat, Belanda, RRC Meksiko, Kolumbia, dan negara-negara kecil di Samudra Pasifik
PKR sudah lama di praktekkan dengan sengaja.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Aria Djalil. 2014. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap Modul 1. Universitas Terbuka
World Bank Indonesia. 2012. Pengembangan Pembelajaran Kelas Rangkap di Indonesia: Naskah
Kebijakan. (Online)
https://batukarinfo.com/system/files/Multigrade%20Teaching%20Policy%20Brief_bahas
a%20Ind_final.pdf