Anda di halaman 1dari 12

TANTANGAN DAN ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN

KELAS RANGKAP DI INDONESIA DAN INTERNASIONAL

MAKALAH

Tugas untuk memenuhi mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap


yang dibina oleh Puri Selfi Cholifah, S.Pd, M.Pd

Oleh :

Annisa Dinda Novita (170151602663)


Fitdiya Puspitasari (170151602802)
Mar’atus Sholichah (170151602569.)
Muhamad Fahmi Yulianto (170151602841)
Theresiawaty (170151602637)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLA DAN PRA SEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
September 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
membahas tentang tantangan dan analisis kebutuan pembelaaran kelas rangkap di Indonesia dan
Internasional.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai tantangan dan analisis kebutuan pembelaaran kelas
rangkap di Indonesia dan Internasional. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap
adanya kritik, saran,dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat untuk dimasa
yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga bisa bermanfaat.
Terima Kasih.

Malang, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Tantangan pembelajaran kelas rangkap ............................................... 3

B. Analisis kebutuhan pembelajaran kelas rangkap ................................. 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 7

A. Kesimpulan ........................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Realita yang dihadapi seorang guru di Indonesia, baik ia mengajar di daerah terpencil
maupun di perkotaan adalah ia menghadapi murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan
belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun dapat terjadi di ruang dan tingkat kelas yang sama.
Di daerah perkotaan yang padat penduduknya, ada kemungkinan seorang guru menghadapi
murid lebih dari 40 atau 50 orang. Hal ini pun juga dapat terjadi di satu sekolah “favorit”
karena besarnya minat orang tua untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut,
sementara jumlah ruang kelas dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah barang
tentu, sulit untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar-mengajar yang efektif dan
efisien jika itu terjadi dalam sebuah kelas dengan jumlah murid di atas 40 orang. Dalam
konteks seperti ini maka PKR dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat.

Di banyak sekolah dasar dan madrasah berukuran kecil di Indonesia, mengelompokkan


anak-anak dari beberapa jenjang kelas ke dalam satu kelas bisa menjadi salah satu cara agar
pendidikan dapat tetap berjalan. Misalnya, menggabungkan kelas tiga dan empat dalam satu
kelas. Ini yang disebut dengan model pembelajaran kelas rangkap, yaitu situasi ketika
seorang guru harus mengajar lebih dari satu kelas di waktu dan tempat yang bersamaan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja tantangan dalam Pembelaran Kelas Rangkap di Indonesia dan
Internasional?

1.2.2 Bagaimana kebutuhan dalam Pembelajaran Kelas Rangkap di Indonesia dan


Internasional?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui tantangan dalam Pembelajaran Kelas Rangkap di Indonesia


dan Internasional?

1.3.2 Untuk mengetahui analisis kebutuhan dalam Pembelajaran Kelas Rangkap di


Indonesia dan Internasional.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tantangan Pembelajaran Kelas Rangkap


Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau. Dalam sistem
pendidikan, hal yang tidak dapat dihindari adalah penyebaran dan distribusi guru secara
merata, yang masih menjadi suatu tantanganyang harus diatasi. Di banyak sekolah dasar
dan madrasah berukuran kecil di Indonesia, mengelompokkan anak-anak dari beberapa
jenjang kelas ke dalam satu kelas bisa menjadi salah satu cara agar pendidikan dapat tetap
berjalan. Misalnya, menggabungkan kelas tiga dan empat dalam satu kelas. Ini yang
disebut dengan model pembelajaran kelas rangkap, yaitu situasi ketika seorang guru
harus mengajar lebih dari satu kelas di waktu dan tempat yang bersamaan.
Di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, misalnya, ditemukan bahwa
jumlah murid yang sedikit umumnya menjadi hal yang melatarbelakangi pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap. Jumlah murid tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis
dimana sekolah-sekolah berada pada lokasi yang sulit dicapai sehingga hanya
menampung murid dari wilayah setempat. Selain itu, ada kecenderungan bagi masyarakat
untuk memiliki anak dalam jumlah sedikit. Hal ini karena tuntutan biaya adat yang
besar,serta kondisi ekonomi lemah. Inilah yang membuat jumlah murid di sekolah
semakin berkurang. Kecukupan jumlah guru, serta kehadiran dan kemampuan guru untuk
mencapai sekolah juga menjadi penentu dilaksanakannya pembelajaran kelas rangkap di
beberapa sekolah.
Tantangan-tantangan yang umum ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran kelas
rangkap di sekolah sebagai berikut.
1. Lingkungan Fisik
 Guru sering tidak suka ditempatkan di sekolah yang jauh, karena:
- Mereka khawatir hal itu akan memengaruhi karier mereka karena jauh dari
pusat pengambilan keputusan (pemerintah dan dinas pendidikan);
- Mereka jauh dari keluarga, teman, dan kolega mereka.
 Remunerasi (gaji) tidak cukup untuk mengimbangi biaya hidup
 Jarak jauh dari jalan, transportasi, toko, klinik, kantor pos, kantor polisi, dll.
 Anak-anak sering memiliki kesehatan yang kurang daripada rekan-rekan mereka
di sekolah-sekolah besar.
 Kurangnya komunikasi dengan sistem dan otoritas pendukung (dinas) pendidikan.

2. Lingkungan Belajar
 Kurangnya pengawasan pemerintah;
 Kurangnya materi pembelajaran;
 Kurangnya tenaga terlatih;
 Kurangnya fasilitas, seperti:
- Telepon, mesin fotokopi, mesin tik, kertas, pensil, kapur tulis, dll .;
- Buku teks, perpustakaan sekolah;
- Bahan sumber daya dan sumber daya luar seperti perpustakaan kota, pusat
kesehatan, pusat informasi pertanian;
- Bangunan, meja, dan ruang penyimpanan.
3. Lingkungan Sosial
 Guru tersebut berasal dari komunitas / latar belakang yang berbeda, sehingga
memiliki budaya yang berbeda
 Sikap negatif terhadap pengajaran multi-kelas oleh masyarakat umum.
 Kurangnya kebijakan pemerintah tentang kelas multi-kelas yang mengarah pada:
- Kurangnya pendidikan guru sebelum dan dalam jabatan;
- Kurikulum dan materi yang tidak pantas dan tidak relevan;
- Kurangnya buku teks yang sesuai (yang ada hanya diperuntukkan bagi kelas
satu kelas); dan tidak ada bantuan dalam layanan untuk masalah pedagogis
spesifik, seperti metodologi pengajaran dan organisasi kelas.
 Sekolah kecil dan kelas multi-grade sering berada di daerah yang secara sosial-
ekonomi kurang beruntung, yang mengarah ke:
- Pencapaian pendidikan orang tua yang rendah;
- Masalah kesehatan dan gizi;
- Aspirasi orang tua dan masyarakat yang rendah;
- Kehadiran sekolah terganggu karena murid harus memelihara binatang, atau
bekerja di ladang, atau menjaga rumah; dan
- Kurangnya pra-sekolah.
 Pengalaman sekolah yang tidak memadai untuk murid, misalnya olahraga, tarian
tradisional dan musik, dan kunjungan ke tempat-tempat menarik, yang dapat
digunakan sebagai titik awal untuk belajar.

B. Analisis Kebutuhan Pembelajaran Kelas Rangkap di Indonesia dan Internasional


Menurut statistik persekolahan tahun 1990 di Indonesia sedikitnya terdapat
12.000 SD yang hanya memiliki guru-3 orang per SD. Sedangkan menurut UNESCO
(Djalil: 1997) pada tahun 1980-an di Indonesia terdapat sekitar 20.000 SD yang memiliki
guru 1-3 orang. SD-SD tersebut pada umumnya memiliki jumlah murid yang sedikit.
Karena jumlah guru dan jumlah muridnya sedikit maka pelaksanaan pembelajaran sehari-
hari menerapkan pendekatan pembelajaran kelas rangkap (PKR).
Di Indonesia selama ini pelaksanaan PKR hanya disikapi sebagai suatu
keterpaksaan atau keadaan darurat. Berbeda dengan Negara lain Australia, Amerika
Serikat, Belanda, RRC Meksiko, Kolumbia, dan negara-negara kecil di Samudra Pasifik
PKR sudah lama di praktekkan dengan sengaja. Di Australia kajian Ilmiah mengenai
PKR dan kepustakaan mengenai PKR sudah cukup banyak. Sementara di Indonesia
kajian dan kepustakaan tentang PKR sangat terbatas. Baru tercatat satu penelitian tentang
PKR (Soemardi dkk: 1996) dan baru satu seri modul PKR Universitas Terbuka (Arial
Djalil dkk, : 1997)
Menurut perkiraan konservatif, sekitar 30% siswa di seluruh dunia (sekitar 192,45
juta siswa) saat ini belajar menggunakan sistem kelas rangkap. Tambahkan, katakanlah,
50% dari total anak yang saat ini putus sekolah, yang kemungkinan besar akan
membutuhkan sistem PKR untuk kembali bersekolah. Berarti akan ada tambahan sekitar
52 juta anak lagi, dengan total 244,45 juta anak di seluruh dunia yang kemungkinan akan
sangat terbantu dengan pedagogi kelas rangkap. Di negara-negara berkembang saja
jumlahnya diperkirakan 218,60 juta anak. Di Indonesia, tidak ada data yang akurat
tentang PKR. Estimasi yang ada saat ini, meskipun tidak memadai, yang diperoleh
terutama dari lima kabupaten pilot project BERMUTU (yang berfokus pada isu
pengangkatan dan penempatan guru, didukung oleh Bank Dunia) dan proyek
Mainstreaming Good Practices in Basic Education (disponsori oleh UNICEF),
mengindikasikan bahwa PKR tengah diimplementasikan oleh guru-guru yang pernah
mendapat pelatihan teknik PKR, dengan pendampingan dan bantuan teknis, di sekurang-
kurangnya 11 provinsi. Jumlah sekolah dan madrasah yang melaksanakan PKR di
provinsi-provinsi tersebut hanya sekitar 150.

Persebaran pengajaran kelas rangkap di Afrika dan Karibia


Ada kelangkaan statistik sejauh mana multigrading dalam konteks mana pun.
Salah satu indikator yang sering digunakan adalah proporsi sekolah rangkap di negara
tertentu. Di Karibia, data terbaik yang tersedia mungkin dari bahan Sekretariat
Commonwealth. Data ditampilkan dalam tabel di bawah. Angka-angka menunjukkan
bahwa di banyak negara di wilayah ini, sekolah-sekolah ini adalah sarana yang sangat
penting untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat terpencil. Dalam kasus
Kepulauan Turks dan Caicos, komunitas-komunitas ini tersebar di beberapa pulau,
sementara di Belize mereka berlokasi di daerah pedesaan di negara itu.

Tabel: Persebaran sekolah kelas rangkap di negara-negara Karibia

Country % multigrade schools

Turks and Caicos Islands 30%


Belize 51%

Dominica 38%

Guyana 47%
Trinidad and Tobago 12%

Jamaica 43%

Bahkan ada lebih sedikit data yang tersedia dari Afrika menunjukkan tingkat
multigrading. Little (1995) menjelaskan data Statistik dari Zambia dimana 26% sekolah
dilaporkan hanya memiliki satu guru pada Tahun 1984. Thomas dan Shaw (1992) tidak
memiliki data statistik, tetapi mereka berkomentar bahwa telah ada dukungan Bank
Dunia untuk sekolah multi-grade di Gambia, Mauritania, Lesotho, Botswana, Niger,
Senegal, Guinea, dan Zaire. Kurangnya informasi ini dikarenakan posisi sekolah yang
kurang strategis atau sulit dijangkau.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Di Indonesia, tidak ada data yang akurat tentang PKR. Tantangan-tantangan yang
umum ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di sekolah yaitu ;
Lingkungan Fisik, Lingkungan Belajar, Lingkungan Sosial.
Di Indonesia selama ini pelaksanaan PKR hanya disikapi sebagai suatu
keterpaksaan atau keadaan darurat. Berbeda dengan Negara lain Australia, Amerika
Serikat, Belanda, RRC Meksiko, Kolumbia, dan negara-negara kecil di Samudra Pasifik
PKR sudah lama di praktekkan dengan sengaja.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Aria Djalil. 2014. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap Modul 1. Universitas Terbuka

Dr. Chris Berry. Multigrade Teaching: A Discussion Document (Tidak diterbitkan)

G. B. Mathod. 2001. A Handbook for Teacher of Multi-Grade Classes Volume 1.


France:UNESCO

World Bank Indonesia. 2012. Pengembangan Pembelajaran Kelas Rangkap di Indonesia: Naskah
Kebijakan. (Online)
https://batukarinfo.com/system/files/Multigrade%20Teaching%20Policy%20Brief_bahas
a%20Ind_final.pdf

Anda mungkin juga menyukai