Anda di halaman 1dari 16

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap


Dosen Pengampu : Muhammad Ilyas, M.Pd

Oleh:

Ernanda Noor Afdilla

1605115038

PGSD A 2016

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Atas segala rahmat-NYA sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“Pembelajaran Kelas Rangkap“ dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman bagi para pembaca.
Demikian makalah ini saya susun. Terlepas dari semua ini, saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kekurangan
baik dari tata bahasa maupun susunan kalimatnya. Maka dari itu saya
menerima kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.

Samarinda, 30 September 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Pengertian Pembelajaran Kelas Rangkap...................................................... 3


B. Perlunya Pembelajaran Kelas rangkap ........................................................... 4
C. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap .......................... 7
D. Pola Pelasanaan Pembelajaran Kelas Rangkap ............................................. 8
E. Cara Menyusun Pembelajaran Kelas Rangkap .............................................. 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................. 12

B. Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari
ribuan pulau, tidak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan
permasalahan perbedaan. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita.
Misalnya dalam penyebaran guru SD, sistem pendidikan kita belum
mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di
tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal
dimana-mana.
Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan yang
layak, demikian dalam undang-undang yang kita miliki dikatakan.
Pendidikan yang layak terjadi sampai pada tingkatan yang paling kecil
yaitu pembelajaran di dalam kelas, artinya bagi semua warga Indonesia
yang belum masuk ataupun sudah berada dalam sistem pembelajaran di
kelas memiliki hak yang sama untuk memperoleh pembelajaran yang
layak.
Pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang dilakukan
dengan memenuhi standar minimal pembelajaran yang harus terjadi di
dalam kelas, ada kelas, ada guru, ada bahan ajar, Pembelajaran dapat
berjalan dengan baik ketika memiliki kelengkapan komponen
pembelajaran, bagaimana pembelajaran bisa berjalan baik dan efektif, jika
gurunya saja tidak lengkap, apalagi para murid tidak mempunyai buku-
buku yang diperlukan.
Seorang guru yang mengajar di kelas rangkat tentunya harus
memiliki keterampilan pembelajaran dalam PKR, meliputi keterampilan
dalam mengawali dan mengakhiri dalam proses pembelajaran PKR, cara
mendorong belajar asik dan membicarakan belajar mandiri, cara
mengelolo kelas PKR dengan baik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kelas rangkap (PKR)?
2. Mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan?
3. Apa tujuan, fungsi, dan manfaat dari PKR?
4. Bagaimana pola pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap?
5. Bagaimana cara menyusun pembelajaran kelas rangkap?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembelajaran kelas rangkap (PKR).
2. Untuk mengetahui Perlunya pembelajaran kelas rangkap.
3. Untuk mengetahui tujuan, fungsi, dan manfaat dari PKR.
4. Untuk mengetahui pola pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
5. Untuk mengetahui cara menuyusun pembelajaran kelas rangkap.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kelas Rangkap


Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran
dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga
tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu
guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat
menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan
pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari
antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda
dengan program yang berbeda.
Menurut Aria Djalil, dkk, 2009, konsep pembelajaran kelas
rangkap (PKR) sebenarnya tidak hanya dikenal di Indonesia. di Negara-
negara maju sekaliun PKR dikenal. Di Northem Territory of Australia,
40% dari sekolah yang ada di kwasan tersebut menerapkan PKR. Bahkan
di Amerika Serikat pun ada PKR, khususnya untuk jenjang sekolah dasar.
Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di
ruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang
berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru.
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu bentuk pembelajaran yang
mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih,
dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang
berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Alasan dilakukannya pembelajaran kelas rangkap tidak hanya
faktor kekurangan guru, karena alasan letak geografis yang sulit
dijangkau, ruang kelas terbatas, kekurangan tenaga guru, jumlah siswa
yang relative sedikit, guru berhalangan hadir, atau mungkin faktor
keamanan seperti didaerah pengungsi.

3
Menurut, Katz (1992) mengaskan bahwa kelas rangkap
dilaksanakan tidak hanya karena alasan-alasan letak geografis, kekurangan
murid, atau kekurangantenaga guru, akan tetapi lebih dari itu adalah
bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitas yang tinggi
bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu dikembangkan tiga
jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran : 1) Combined grades, 2)
Continous progress, 3) mixed age/ multiage grouping.
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah ssatu bentuk
pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau
lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung makna, seorang
guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid-
murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.

B. Perlunya Pembelajaran Kelas Rangkap


Pembelajaran kelas rangkap sesungguhnya dimana seorang guru
atau sekelompok guru mengelola kelas, yang terdapat berbagai siswa dari
tingkatan kelas yang berbeda atau usia yang bervariasi dengan
kemampuan yang bervariasi pula dalam suatu ruangan untuk tujuan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Ada beberapa alasan penting
yang menyebabkan perlunya pembelajaran kelas rangkap dilaksanakan,
yaitu:
1. Alasan Geografis
Sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman yang
berpindah-pindah dan adanya mata pencaharian khusus, seperti
menangkap ikan, menebang kayu dan sebagainya, mendorong
penggunaan PKR. Saat itu (1995), demam mencari emas sedang
memanas di Kalimantan Tengah. Di desa karombang misalnya,
diantara penebang mas tradisional ada yang memboyong anak-anaknya
yang sudah berumur seusia anak SD. Di antaranya bahkan ada yang

4
sudah duduk di SD. Dengan kondisi ini, sekolah dengan satu guru
(one-school teacher) adalah solusinya.
2. Alasan Demografis
Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apa lagi tinggal di
daerah pemukiman yang amat jarang maka PKR dinilai sebagai
pendekatan pembelajaran yang praktis. Di daerah perkotaan sekalipun
alasan demografis ini juga berlaku. Dalam beberapa tahun belakangan
ini, khususnya sejak tahun ajaran 1992, sejumlah daerah menjerit
karena kekurangan murid. Di SD Margoyasan misalnya, jumlah
seluruh murid saat itu hanya 72 orang. Ini terjadi karena kecilnya
jumlah pendaftar baru dan pada tahun ajaran 1989/1990, SD ini hanya
mendapat 8 orang murid baru. Pada tahun ajaran 1990/1991
memperoleh 11 orang murid baru. Pada tahun ajaran 1991/1992 jumlah
murid baru bahkan semakin berkurang; hanya 7 orang (Kompas, 18
Juni 1992). Alangkah borosnya, jika SD Margoyasan masih tetap
bertahan dengan konsep lama yaitu, satu tingkat kelas diajar oleh satu
guru. Oleh karena itu, PKR merupakan cara yang lebih praktis dan
ekonomis.
3. Alasan Psikologis – Pedagogis
Menurut statistik persekolahan tahun 1990 di Indonesia sedikitnya
terdapat 12.000 SD yang hanya memiliki guru ke-3 orang per SD.
Sedangkan menurut UNESCO (Djalil: 1997) pada tahun 1980-an di
Indonesia terdapat 20.000 SD yang memiliki guru 1-3 orang. SD-SD
tersebut pada umumnya memiliki jumlah murid yang sedikit. Karena
jumlah guru dan jumlah muridnya sedikit maka pelaksaan
pembelajaran sehari-hari menerapkan pendekatan pembelajaran kelas
rangkap (PKR).
Di Indonesia selama pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap
hanya disikapi sebgai suatu keterpaksaan atau keadaan darurat.
Berbeda dengan Negara lain Australia, Amerika Serikat, Belanda, dl,
sudah negja mempraktikakan dengan sengaja. Sementara di Indonesia

5
kajian dan kepustakaan tentang PKR sangat terbatas. Baru tercatat satu
penelitian tentang PKR ( Soemardi dkk: 1996) dan baru satu seri
modul PKR Universitas Terbuka (Arial Djalil dkk : 1997).
Secara psikologis seperti diteorikan oleh Piaget dan Bell Gredler
(1986), setiap anak memiliki tingkat perkembangan atau cognitive
development sesuai rentang usia mulai dari tingkat terendah sensori
motor (masa bayi) sampai tingkat yang tertinggi operasi formal (usia
12 tahun ke atas).
4. Kurang Guru
Walaupun jumlah guru secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk
mencari guru yang dengan suka cita siap mengajar di daerah, seperti
Ketuk Ketimpun itu. Praktik penempatan guru SD mirip kerucut
terbalik. Yang lancip adalah SD di daerah terpencil dan jumlah guru
yang bersedia bertugas di daerah terpencil. Terbatasnya sarana
transportasi, alat dan media komunikasi dapat menciutkan "nyali" guru
untuk bertugas di daerah terpencil. Belum lagi harga keperluan sehari-
hari yang jauh lebih mahal daripada di daerah perkotaan, sementara
besarnya gaji yang diterima tidak berbeda. Ditambah dengan tanggal
gajian yang lambat dan tidak teratur, dan terbatasnya peluang untuk
mendapatkan pendidikan dan pelatihan lanjutan, serta pengembangan
karier maka lengkaplah sudah kecilnya minat guru untuk mengadu
nasib di daerah terpencil.
5. Terbatasnya Ruang Kelas
Walau jumlah muridnya cukup besar, jumlah ruang kelas yang
tersedia jauh lebih kecil daripada rombongan belajar. Salah satu jalan
untuk mengarasi masalah ini adalah menggabungkan dua atau lebih
rombongan yang diajar oleh seorang guru, dan tentu saja PKR
diperlukan.
6. Adanya Guru yang Tidak Hadir
Alasan ini tidak hanya berlaku bagi SD daerah terpencil, di kota
besar pun juga berlaku. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat

6
menghambat guru untuk datang mengajar. Guru yang tidak kena
musibah atau beruntung karena berumah dekat sekolah, harus
mengajar kelas yang tidak ada gurunya.
7. Alasan lainnya
Ketika yang dihadapi seorang guru baik ia mengajar di daerah terpencil
maupun diperkotaan adalah menghadapi murid dengan tingkat
kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun
dapat terjadi diruang dan tingkat kelas yang sama. Di daerah perkotaan
yang padat penduduknya ada kemungkinan seorang guru menghadapi
murid lebih dari 40 atau 50 orang hal ini juga dapat terjadi disatu
sekolah favorit karena besarnya minat orang tua untuk mengirimkan
anak-anak mereka ke sekolah tersebut, sementara jumlah ruang kelas
dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah barang tentu, sulit
untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif (Susilowati, dkk.). Namun saat ini pengertian PKR di Indonesia
ditekankan pada mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda
pada waktu yang sama (Susilowati, dkk.).

C. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Kelas Rangkap


Tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat dikaji dari beberapa aspek berikut:
1. Quantity dan Equit
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR
memungkinkan untuk memenuhi asas Quantity (jumlah) dan Equity
(pemerataan). Dengan jumlah guru yang dimiliki dapat memberikan
pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup
jumlah murid yang lebih besar jumlahnya, disamping itu juga mampu
memberikan layanan yang lebih merata.
2. Ekonomis
PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat
mengurangi biaya pendidikan. Betapa tidak, dengan seorang guru atau
beberapa guru saja proses pembelajaran dapat berlangsung. Dengan

7
demikian juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas, proses
pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya
pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan msyarakat akan lebih
kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan yang sama,
perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang
sulit, dan terpencil sekalipun.
3. Pedagogis
Strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid, karena
seorang guru dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan
mandiriseorang guru PKR berusaha kuat untuk mendorong anak agar
aktif dan mandiri. Murid yang pintar diminta untuk membantu murid
yang ketinggalan. Murid-murid banyak diberikan tugas individual,
tugas berpasangan atau bekerja dalam kelompok kecil. Mereka pun
dilibatkan secara aktif untuk menciptakan dan menambah sumber
belajar, khususnya dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar
sekolah, rumah, dan desa mereka.
4. Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di
lokasi yang mudah dijangkau oleh anak. Dengan demikian,
kekhawatiran orang tua terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan
pada anak-anak mereka, berkurang. Mengunjungi SD yang jauh, selain
dapat meningkatkan pengulangan kelas dan putus sekolah, mungkin
saja mengundang kecelakaan. Misalnya, perahu terbalik, diterkam,
disengat, dibelit atau digigit binatang buas atau tergelincir ke jurang,
pada waktu mereka pergi atau pulang sekolah, setiap saat dapat terjadi.

D. Pola Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Rangkap


Pola-pola dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap seperti
dikemukakan oleh Oos M. Anwas dalam penelitiannya yang berjudul
Pengembangan Model Pembelajaran Kelas Rangkap Berbantuan Media
Audio di Sekolah Dasar.

8
Pola pertama seorang guru menghadapi dua ruangan untuk dua
tingkatan kelas yang berbeda, misalnya kelas IV dan V. Masing-masing
ruangan ditempati oleh satu tingkatan kelas. Biasanya antar kelas
dihubungkan oleh pintu penghubung. Pintu penghubung ini bisa
digunakan guru dalam memberikan penjelasan kepada seluruh siswa di
semua tingkatan yang berbeda tersebut.
Pola kedua, Seorang Guru menghadapi siswa dalam tiga tingkatan
kelas yang berbeda. Masing-masing ruangan ditempati oleh kelas III, IV,
dan V.
Pola ketiga, seorang guru menghadapi dua tingkatan kelas yang
berbeda, misalnya kelas IV dan V pada satu ruangan. Pemisahan kelas
biasanya dibatasi oleh skat, dinding kain, lemari, atau hanya dikelompokan
berdasarkan tempat duduk.
Pola keempat, seorang guru menghadapi tiga tingkatan kelas yang
berbeda pada dua ruangan kelas; misalnya, kelas IV dan V di satu ruangan,
sedangkan kelas VI diruangan lain. Atau mungkin kelas V dan VI yang
disatukan disesuakan dengan kondisi sekolah dan jumlah siswa.
Pola kelima, seorang guru menghadapi tiga tingkatan kelas yang
berbeda dalam satu ruangan. Di sini biasanya diupayakan agar antara
kelompok siswa yang satu dengan siswa lainnya ada penghalang batas.
Pengembangan pola pembelajaran tidak hanya terbatas pada
kelima pola di atas, akan tetapi banyak pola yang bisa dikembangkan. Bisa
saja guru mengajar di lebih dari tiga kelas dalam ruangan terpisah atau
mungkin saja dalam satu ruangan. Pola yang dikembangkan ini
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah.

E. Cara Menyusun Pembelajaran Kelas Rangkap


Perencanaan pembelajaran kelas rangkap berbeda dalam banyak
hal dengan pembelajaran kelas tunggal. Perbedaan tersebut timbul
terutama karena dalam pembelajaran kelas rangkap seorang guru harus
melayani kelompok murid yang lebih beraneka ragam. Keanekaragaman

9
tersebut tercermin dari keanekaragaman dalam tingkat, usia, kemampuan,
hubungan sosial, gaya belajar, dan unjuk kerjanya atau penampilan.
Menurut Iffah Al Fahima (2011) untuk dapat menggapai proses
belajar mengajar yang efektif dan bermakna dalam situasi pembelajaran
merangkap kelas seorang guru perlu melakukan perencanaan yang baik.
Dalam perencanaan ini tercakup serangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Pemetaan Kompetensi
Pemetaan dimaksudkan untuk menggabungkan materi yang sama
di kelas yang berbeda dengan kedalaman yang berbeda sehingga ada
kesinambungan. Pemetaan kompetensi dilakukan untuk kompetensi
yang harus dicapai dalam 1 semester atau 1 tahun.
2. Penetapan Tema
Penentuan tema disesuaikan dengan hasil pemetaan kompetensi.
Untuk satu semester, biasanya dihasilkan sekitar lima tema dengan
masing-masing tema berkisar antara 3-4 minggu.
3. Pengembangan Silabus
Silabus dibuat untuk dua kelas atau tiga kelas sekaligus (sesuai
dengan kelas rangkap yang diinginkan). Silabus setidaknya memuat:
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berisi langkah-langkah
pembelajaran secara rinci (kegiatan awal, inti, dan penutup) dan
merupakan pengembangan dari silabus yang ada. Strategi pengajaran
dan pengorganisasian peserta didik juga harus nampak dalam RPP.
Kelas rangkap merupakan gabungan dari beberapa peserta didik
dengan tingkatan kelas yang berdekatan, misalnya kelas 1 dan 2, atau
kelas 4, 5, dan 6; belajar dengan satu guru di kelas yang sama dan
berlangsung selama satu tahun ajaran penuh. Hal yang perlu mendapat
penekanan di sini adalah:

10
a. Guru tidak mengajar dua kelas tepisah secara bergantian dengan
program yang berbeda.
b. Pembelajaran dilakukan secara tematik, namun untuk kompetensi-
kompetensi tertentu yang tidak dapat diikat dengan tema tetap
diajarkan secara terpisah.
c. Strategi pembelajaran yang dipilih guru dalam kelas rangkap
disesuaikan dengan banyaknya jumlah peserta didik dan dengan
menggunakan kombinasi berbagai metode pembelajaran.
d. Strategi pembelajaran hendaknya mencerminkan pembelajaran
yang berbeda dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perangkapan kelas masih banyak dijumpai di Indonesia, khususnya
akibat kekurangan guru. Namun demikian, perangkapan kelas bukan saja
dialami oleh Negara yang sedang berkembang saja. Jadi pembelajaran
kelas rangkap (PKR) dianggap suatu hal yang wajar saja. Ada sejumlah
alasan-alasan selain kekurangan guru, mengapa PKR terjadi antara lain
karena faktor geografis, demografis, dan terbatasnya ruang kelas.
Disamping itu, ada sejumlah alasan lain, yaitu alasan yang lebih
memusatkan pada keuntungan dari pada kerugiannya. Antara lain, jika
dilihat dari aspek pedagogis, PKR lebih mendorong kemandirian
murid. Dari aspek ekonomis, PKR lebih efisien. Dengan PKR pemerintah
dapat mendirikan sekolah-sekolah kecil dimana-mana, sehingga setiap
anak Indonesia berkesempatan untuk lulus dari SD.

B. Saran
Setelah membahas pembelajaran kelas rangkap guru agar
diharapkan memahami konsep dan dapat melaksanakan pembelajaran
kelas rangkap sesuai dengan kondisi tertentu yang menuntut guru
melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Dengan diadakannya
pembelajaran kelas rangkap proses pembelajaran dapat berlangsung lebih
efektif dengan kekurangan yang ada.

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Asep. 2016. Pembelajaran Kelas Rangkap. Tersedi:


https://dokumen.tips/documents/materi-pembelajaran-kelas-rangkap.html.
Diakses pada tanggal 30 September 2018, pukul 20.30 WITA

Djalil, Aria. 2016. Pembelajaran Kelas Rangkap. Tanggerang Selatan:


Universitas Terbuka.
ET, Maasawet. 2015. Pembelajaran Kelas Rangkap. Tersedi:
www.jurnal.unsyiah.ac.id/JET/article/download/5269/4414. Diakses pada tanggal
30 September 2018, pukul 21.00 WITA

13

Anda mungkin juga menyukai