Anda di halaman 1dari 16

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.


PADA SISWA KELAS IV SDN ALALAK SELATAN 2
BANJARMASIN UTARA

Oleh: Asniwati

Abstrak :
Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 2 pada materi globalisasi
PEN dapat dilihat dari nilai hasil pretest yang dilakukan; nilai rata-rata yang diperoleh
hanya 6,4 dan ketuntasan individual 27,78 % (10 orang dari 36 siswa) dari standar
KKM 70. Perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model
Pembelajaran Berbasis Masalah. Setting penelitian di SDN Alalak Selatan 2
Banjarmasin Utara siswa kelas IV yang berjumlah 36 orang yaitu 26 orang laki-laki
dan 10 orang perempuan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat memperbaiki kualitas aktivitas guru; meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran; dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
yang diajarkan. Berdasarkan temuan ini disimpulkan bahwa model Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar PKn, khususnya materi globalisasi.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka disarankan kepada guru untuk
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah agar siswa lebih berperan aktif
dalam proses pembelajaran dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata-kata Kunci:
Hasil belajar PKn, Materi Globalisasi, Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang mernahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara


Penulis adalah dosen pada Program S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas
Lambung Manglnuat (Untam) Banjarmasin.
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD NKRI 1945 (Supandi, 2010).
Mata pelajaran PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara
khususnya peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan tersebut tentunya guru mempunyai
andil yang besar di dalamnya. Mengingat fungsi guru sebagai pendidik merupakan
sosok yang memiliki kedudukan sangat penting bagi pengembangan segenap potensi
peserta didik
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran PKn di SDN Alalak
Selatan 2 Banjarmasin Utara khususnya pada materi globalisasi masih menekankan
pada pembelajaran yang masih terpaku pada buku dan penyajian materi yang lebih
sering menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan teori-teori saja sehingga
pembelajaran menjadi tidak efektif dalam menumbuhkan keaktifan siswa dan
berdampak negatif pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai pretest yang
dilakukan terhadap penguasaan materi Globalisasi di kelas IV SDN Alalak Selatan 2
Banjarmasin Utara yang memiliki rata-rata nilai hanya 6,4 dengan ketuntasan
individual 27,78 % (10 orang dari 36 siswa) dengan nilai KKM 70. Jika permasalahan
ini tidak segera ditangani atau dibiarkan begitu saja dikhawatirkan nilai siswa pada
mata pelajaran tersebut akan semakin menurun serta akan berdampak pada
pembelajaran yang lain.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi)
dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Busman,
2011:229).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang dapat membawa siswa pada pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Model pembelajaran ini berupaya untuk menyuguhkan berbagai situasi masalah yang
autentik dan bermakna kepada siswa. Dengan pendekatan ini memberikan peluang bagi
siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis masalah nyata dan autentik. Apabila
terbentuk kebiasaan ini, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi akan mudah
terbentuk dan menjadi kebiasaan bagi siswa dalam kehidupannya (Suriansyah,
2009:197). Jauhar (2011:86-87) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
bertujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik dan menjadi
pembelajar yang mandiri.
Keuntungan pada Pembelajaran Berbasis Masalah adalah dapat mendorong
kerja sama dalam penyelesaian tugas antar siswa, memiliki elemen-elemen belajar
magang sehingga mendorong tingkah laku pengamatan siswa dan dialog dengan yang
lain melibatkan siswa dalam menyelidiki pilihan sendiri yang memungkinkan mereka
memahami dan menjelaskan fenomena dunia nyata, keterlibatan tiga ranah (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) pada siswa secara seimbang sehingga hasilnya bisa lebih
lama diingat siswa, dan dapat membangun optimisme siswa bahwa masalah adalah
sesuatu yang menarik untuk dipecahkan, bukan sesuatu yang harus dihindari (Rahman,
2009:189).

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran PKn dengan model
pembelajaran berbasis masalah materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN Alalak
Selatan 2 Banjarmasin Utara?
b. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn melalui model pembelajaran
berbasis masalah materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 2
Banjarmasin Utara?
c. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar
PKn materi globalisasi pada siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 2 Banjarmasin
Utara?

B. Kajian Ptstaka
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran serta Hasil Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 20102). Selain itu menurut Dimyati
(2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan maka belajar hanya akan dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Menurut Gagne, Briggs, dan Wager pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa
(Winataputra, 2007:1.19). Menurut Anitah (2008:1.18) pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Isjoni (2010:11) menyatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
pembelajaran adalah "pendidik (perorangan, kelompok dan komunitas) yang
berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah seluruh rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan proses
belajar di mana di dalamnya terjadi interaksi antara individu dengan sumber belajar
sehingga individu tersebut mernperoleh pengalaman belajar.
Menurut Abdurrahman (dalam Jihad, 2009:14) hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Benjamin S. Bloom, ada
tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut
Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (output)) dari suatu sistem pemprosesan
masukan (input). Masukan dari sistem bermacam-macam informasi sedangkan
keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (dalam Jihad, 2009:14). Jadi, hasil belajar
adalah seluruh rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan proses belajar yang
didalamnya terjadi interaksi antara individu dengan sumber belajar sehingga individu
tersebut memperoleh pengalaman belajar.
2. Peran Guna
Gage & Berliner (dalam Suyono, 2011:187-188) melihat ada tiga fungsi utama
guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai perencana (planner) pelaksana dan pengelola
(organizer) dan penilai (evaluator). Menurut Sardiman (2007:144-146), peranan guru
dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: informator, organisator; motivator;
pengarah/director; inisiator; transmiter; fasilitator; mediator; dan evaluator.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah terletak di atas paham perspektif kognitif-
konstruktivis yang dirintis oleh Piaget. Model ini, seperti halnya ajaran Piaget,
menyatakan bahwa setiap siswa dalam usia berapa pun secara aktif terlibat dalam
proses pemerolehan informasi dan pengkonstruksikan pengetahuan mereka sendiri
(Nur, 2008:21).
Menurut Dewey (dalam Sudjana, 2001), belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar
dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan bail. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya (Trianto, 2007:67).
Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki
keterampilan penyelidikan. Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah.
Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Peserta didik
dapat menjadi pembelajar yang mandhi dan independen (Suprijono, 2009:72).
Menurut Sudrajat (2011) pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik dan menghindari pembelajaran
terisolasi.
b. Berpusat pada siswa dalam jangka waktu yang lama.
c. Menciptakan pembelajaran interdisiplin.
d. Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan dunia nyata dan
pengalaman praktis.
e. Menghasilkan produkikarya dan memamerkarmya.
f. Mengajarkan kepada siswa untuk rnampu menerapkan apa yang mereka pelajari di
sekolah dalam kehidupannya yang panjang.
g. Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif).
h. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing.
i. Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran.
j. Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan
masalah.
k. Informasi baru diperoleh lewat belajar
Adapun tujuan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)
menurut Endriani (2011) adalah: membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir dan keterampilan pemecahan masalah; belajar peranan orang dewasa yang
autentik; dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah:
mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri; meningkatkan
motivasi dan kemampuan memecahkan masalah; membantu siswa belajar untuk
mentransfer pengetahuan dengan situasi baru; dan dengan PBM akan terjadi
pembelajaran bermakna.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah:
tidak terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode hi; siswa tidak dapat benar-
benar tahu ape yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar; dan seorang guru sulit
rnenjadi fasilitator yang baik (Santoso, 2011).

C. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dan jenis penelitian yang ditakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Menurut Suharsimi (2009:16), terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam
penelitian tindakan kelas, yaitu: menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting).
Penelitian tindakan kelas ini ditaksanalcan di SDN Alalak Selatan 2
Banjarmasin Utara, pada siswa kelas N yang berjurnlah 34 orang terdiri dari 24 orang
laid-laid dan 12 orang perempuan semester II Tahun Ajaran 2011/2012.
Sumber data penelitian ini diambil dad siswa dan guru kelas IV di SDN Alalak
Selatan 2 Kecamatan Banjarmasin Utara pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

D. Paparan Data
Berdasarkan hash pelaksanaan tindakan diperoleh data tentang aktivitas guru,
aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru
Berdasarkan pengamatan oleh observer pada kegiatan pembelajaran persentase
aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran 58,33% berada pada kategori cukup
baik. Hal ini dikarenakan peneliti sebagai guru menemukan kelas, siswa dan suasana
yang benar-benar baru. Guru terlihat masih menyesuaikan diri dan masih menyelami
karakteristik masing-masing siswa. Siswa juga terlihat masih terasa asing dengan
gurunya. Suasana yang canggung masih terlihat antara guru dan murid.
Dari pengamatan observer terhadap guru dalam pengelolaan pembelajaran
berbasis masalah, guru dapat mengkondisikan siswa dengan cukup baik, namun masih
ada beberapa orang siswa yang masih ribut hal ini dikarenakan guru belum mengenali
siswa dan sebaliknya siswa pun masib merasa asing dengan guru karena merupakan
pertemuan pertama. Guru juga lupa menyampaikan tujuan pembelajaran dan model
pembelajaran yang digunakan. Pada tahap mengorientasi siswa pada masalah guru
masih ada kesulitan dalam memotivasi siswa memahatni masalah. Pada tahap
mengorganisasikan siswa untuk belajar guna sedikit mengalami kesulitan untuk
mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dikarenakan ruangan yang
cukup sempit sedangkan jumlah siswa cukup banyak. dalam membimbing penyelidikan
individual atau kelompok pun guru harus memberikan banyak penjelasan karena siswa
masih belum memahami model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Berdasarkan pengamatan oleh observer pada kegiatan pembelajaran di kelas
diketahui bahwa tahapan-tahapan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus sudah
selesai dilaksanakan oleh guru. Semua aspek telah dilakukan guna dan persentase
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran adalah 91,67% berada pada
kategori sangat baik.

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa


Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa yang melakukan kegiatan belajar
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah materi globalisai sub
materi dampak positif dan negatif globalisasi diketahui bahwa pada siklus II ada 17
siswa yang sangat aktif, 15 siswa yang aktif, 4 siswa yang cukup aktif, dan tidak ada
siswa yang kurang aktif, sebagaimana digambarkan pada grafik berikut:

Gambar 1. Grafik Aktivitas Siswa Siklus II


Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat aktivitas siswa pada siklus II persentase
terbanyak terdapat pada kategori aktif yaitu 42,22% dan sangat aktif yaitu 41,67%.
Adapun dari kelima aspek yang dinilai diperoleh hasil bahwa pada aspek partisipasi
memperoleh persentase 84,03%. Pada aspek kerja sama memperoleh persentase
86,11%. Pada aspek keantusiasan memperoleh persentase 96,53%. Pada aspek
kedisiplinan memperoleh persentase 86,81%. Pada aspek keberanian memperoleh
persentase 82,64%. Persentase aktivitas siswa secara Idasikal adalah 87,22%. Hal iris
menunjulden tetjadinya periingkatan aktivitas siswa dibandingkan pertemuan
sebelumnya sebesar 10,41% dari semula 76,81% menjadi 87,22%. Hal tersebut dapat
digambarkan dengan grafik seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Persentase Aktivitas Siswa Per Aspek Siklus II

3. Hasil Belajar Siswa


a. Hasil Kerja Kelompok
Hasil kerja kelompok dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah materi pokok globalisasi sub materi dampak positif dan negatif globalisasi
dapat diketahui bahwa semua kelompok sudah mencapai kriteria ketuntasan. Nilai
tertinggi adalah 100 yang diperoleh kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3,
kelompok 6 dan kelompok 9. Nilai terendah adalah 90 yang diperoleh kelompok
4, kelompok 5 dan kelompok 8.

Gambar 3. Grafik Hasil Kerja siklus II

b. Hasil Perulaian Individual


Hasil penilaian individual dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah materi globalisasi sub materi dampak positif dan negatif
globalisasi dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus II meningkat
dibandingkan sebelumnya. Pada siklus ini nilai tertinggi adalah 100 dengan jumlah
siswa 6 orang dan nilai terendah adalah 50 dengan jumlah siswa 3 orang. Pada saat
pembelajaran semua siswa sudah mengerjakan tugas dengan baik dan mengumpul
tepat waktu. Pada pertemuan ini siswa sudah paham dengan model yang
dibelajarican oleh guru sehingga membuat mereka lebih mudah dalam memahami
pelajaran.

Gambar 4. Grafik Persentase Hasil Penilaian Individual Siklus II

Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai yang


diperoleh siswa dalam satu kelas sebagai berikut: siswa yang mendapat nilai 50
ada 3 orang (8,33%), siswa yang mendapat nilai 60 ada 3 orang (8,33%), siswa
yang mendapat nilai 70 ada 1 orang (2,78%), siswa yang mendapat nilai 80 ada 13
orang (36,11%), siswa yang mendapat nilai 90 ada 10 orang (27,78%) dan siswa
yang mendapat nilai 100 ada 6 orang (16,67%). Dengan demikian dapat diketahui
bahwa 30 orang siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan individual atau 83:33%
dan ketuntasan klasikal pada pertemuan ini sudah terpenuhi karena siswa yang
mendapat nilai > 75 sudah mencapai 80,56%.

c. Tes Akhir Siklus II


Tes akhir siklus II dilakukan dengan memberikan siswa 20 buah pertanyaan
berupa coal pihan ganda yang dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 25 Mei 2012.
Soal-soal tersebut adalah gabungan antara materi pada pertemuan pertama dan
kedua. Adamm hasil tes yang telah dilakukan dapat bahwa nilai tertinggi pada tes
akhir siklus II adalah 100 dengan jumlah siswa 6 orang dan nilai terendah adalah
60 dengan jumlah siswa 1 orang. Pada saat pengerjaan soal, siswa nampak serius
mengerjakan dan hampir tidak ada yang sating memperlihatkan jawaban atau
menyontek. Siswa secara keseluruhan dapat mengumpulkan tepat waktu.

Gambar 5. Grafik Ketuntasan Individual Tes Akhir Siklus II


Gambar di atas dapat dinyatakan bahwa siswa yang merniliki ketuntasan
individu sebanyak 34 orang dan siswa yang mengalami ketidaktuntasan dalam
belajar pada tes akhir siklus sebanyak 2 orang.

E. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pengamatan dilanjutkan
dengan refleksi pada setiap siklus tindakan pembelajaran dengan model berbasis masalah
yang dilaksanakan pada siklus I dan II pada mata pelajaran PKn materi globalisasi di kelas
IV.
1. Aktivitas Guru
Aktivitas guru pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengalami kemajuan
yang lebih baik. Peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
disebabkan antara lain bahwa guru tetap menggunakan model pembelajaran yang sama
dalam KBM yaitu model pembelajaran berbasis masalah dan melakulcan refleksi
terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Di samping itu, guru jugs lebih banyak berperan sebagai fasilitator,
pembimbing, dan motivator; guna mengajukan masalah otentik, mengorientasikan
siswa kepada permasalahan nyata (mat woik4, memfasilitasi, membimbing
(scairokling) dalam proses penyelidikan, memfasilitasi dialog antara siswa,
menyediakan bahan ajar siswa serta memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan
temuan dan perkembangan intektual siswa (Sudrajat, 2011).
Dengan demikian, guru dalam kelas model pembelajaran berbasis masalah
sudah menempatkan fungsinya sebagairnana mestinya seperti halnya menjadi penyaji
masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan menjadi
fasilitator. Selain itu guru telah menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat
meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II


Aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II mengalami kemajuan yang lebih baik.
Peningkatan aktivitas siswa pada pelajaran PKn kelas IV materi globalisasi dengan
model pembelajaran berbasis masalah terjadi lama Pembelajaran berbasis masalah
membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka
siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi
tersebut untuk belajar dan mampu inengontrol proses belajarnya, serta termotivasi
untuk menyelesaikan belajarnya itu (Santoro, 2011).
Menurut Sudrajat (2011), Pembelajaran Berbasis Masalah diyakini pula dapat
menumbuhkankembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual
maupun secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan
siswa.
Dengan demikian, pada pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model berbasis
masalah yang telah ditalcsanakan siswa ditekankan pada keterampilan proses yaitu
siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan
mernecahlen masalah bukan hanya diarahkan kepada kemampuan untuk menghapal
informasi. Pada saat pembelajaran siswa dirangsang untuk memecahkan masalah yang
diberikan melalui LKK bersama kelompoknya masing-masing. Pada pelaksanaannya
guru telah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran
dapat meningkatkan mined siswa terhadap pembelajaran karena siswa merasa senang,
semangat, dan tidak bosan dalam memahami materi pelajaran sehingga dapat muncul
rasa keinginan yang kuat dalam mengikuti pembelajaran dengan lebih baik karena
pembelajaran berpusat pada siswa bukan pada guru.
Santoso (2011) menyebutkan bahwa kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam pemanfaatannya adalah: a) mengembangkan pemikkan kritis dan keterampilan
kreatif dan mandiri, b) meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah,
c) membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru, d)
dengan PBM akan terjadi pembelajaran bennakna dalam situasi PBM, e)
siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, f) PBM dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.

3. Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II


Menurut Abdurrahman (dalam Jihad, 2009:14), hasil belajar adalah
"kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap".
Peningkatan hasil belajar sitAva terjadi karena banyak faktor. Menurut Ragil
(dalam Agus, 2011:131-132), model pembelajaran berbasis masalah melibatkan anak
untuk aktif dalam pembelajaran dan mengalami secara langsung sehingga anak mudah
memahami materi. Model pembelajaran berbasis rnasalah memiliki karakteristik yang
membuat anak lebih termotivasi dalam pembelajaran, yaitu (1) belajar dimulai dengan
suatu pennasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan
dengan dunia nyata pembelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputar
permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab
sepenuhnya kepada pembelajar dalam mengalami secara langsung proses belajar
mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pembelajar untuk
mendernonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja
(performance).
Menurut Sabda dalam Umi (2011:159), motivasi siswa yang tinggi motivasi
dari dalam maupun motivasi sebagai akibat dari pengaruh luar individu yang dberikan
guna dengan penggunaan model berbasis masalah. Strategi yang digunakan guru dalam
menumbuhkan motivasi sudah berjalan dan sesuai seperti halnya (1) menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik, (2) hadiah, (3) saingan/kompetisi, (4) pujian, (5)
hukuman, (6) membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok, (7) menggunakan metode yang bervariasi, (8) menggunakan media yang
baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, (9) menggunakan grafik dalam proses
menerangkan, (10) menggunakan lelucon.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar PKn
materi globalisasi melalui model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkat pada
siswa kelas IV SDN Alalak Selatan 2 Banjarmasin Utara. Hasil penelitian ini sejalan
penelitian Agus Setiawan (2011) dalam skripsi "Meningkatkan hasil belajar siswa
tentang pemerintahan pusat melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
pada kelas IV SDN 2 Jangkung Kabupaten Tabalong". Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Jangkung mengalami
peningkatan. Dapat dilihat dari siklus I ketuntasan individual 73,33% dan ketuntasan
klasikal 40% meningkat pada siklus II ketuntasan individual 100% dan ketuntasan
klasikal 93,33%.
Leksa Wahyuni (2011) dalam skripsi "Meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep sumber daya alam melalui model Problem Based Learning (PBL) di kelas IV
SDN Cindai Alus 2 Martapura". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa kelas IV SDN Cindai Alus 2 Martapura mengalarni peningkatan. Dapat dilihat
dari siklus I sampai siklus II yang mencapai indikator ketuntasan belajar yaitu 80%.
Berikutnya Umi Salamah (2011) dalam skripsi "Meningkatkan hasil belajar
tentang konsep gaya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa
kelas V SDN Kelayan Barat 3 Kecamatan Banjarrnasin Selatan". Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Kelayan Barat 3 mengalami
peningkatan. Dapat dilihat dad siklus I sampai siklus II yang mencapai indikator
ketuntasan belajar yaitu 80%.
Berikutnya, penelitian Dasimah (2011) dalam skripsi "Meningkatkan hasil
belajar pembelajaran pecahan decimal melalui model pembelajaran berbasis masalah
(PBL) di kelas V SDN Puain Kiwa Kabupaten Tabalong", yang menyatakan bahwa
aktivitas guna pada siklus I berada pada kualifikasi baik dengan skor 58 meningkat
pada siklus II dengan berada pada kualifikasi sangat baik dengan skor 71.

F. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini
dinyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah menjadikan aktivitas guna
dalam mengajar terlaksana dengan baik. Pada siklus I persentase skor perolehan adalah
65,27% berada pada kriteria baik meningkat pada siklus II dengan persentase skor
perolehan 86,11% berada pada kriteria sangat baik. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ini juga mengalami
peningkatan. Pada siklus I persentase skor perolehan adalah 61,04% berada pada
kriteria aktif meningkat pada siklus II dengan persentase skor perolehan adalah 82,01%
berada pada kriteria sangat baik. Kemudian, hasil belajar yang diperoleh pada siklus I
untuk ketuntasan individual pada siklus I hanya mencapai 50% meningkat pada siklus
II menjadi 94,44% dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I hanya mencapai 47,22%
meningkat pada siklus II menjadi 91,67%. Dengan demikian pembelajaran dengan
model berbasis masalah dapat dikatakan berhasil karena sudah memenuhi indikator
ketuntasan belajar.

2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan disarankan bagi
guru agar dapat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu
alternatif model pembelajaran untuk PKn. Kemudian, bagi kepala sekolah diharapkan
dapat memberikan masukan atau saran kepada guru-guru untuk dapat menggunakan
model model pembelajaran baik model pembelajaran berbasis masalah maupun model-
model pembelajaran lainnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian TIndakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika.
Asrori, Muhammad. 2007. Penelidan Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri .2008. Psrknlogi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Jihad A, Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Nasution S, 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Nur, Mohammad. 2008. Model Pembelajaran berdasarkan Masalah. Surabaya : Unversitas
Negeri Surabaya
Rusman. 2011. Model-Model Pembelafruan Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Salamah, Umi. 2011. "Meningkatkan Hasil Belajar tentang Konsep Gaya Menggunakan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas V SDN Kelayan Barat 3 Kecamatan
Banjarmasin Selatan", Skripsi, Banjarmasin: PGSD.
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan' Desalt" Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Setiawan, Agus. 2011. "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Pemerintahan Pusat melalui
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Kelas IV SDN 2 Jangkung
Kabupaten Tabalong", Skripsi, Banjarmasin: PGSD.
Sumantri, Mulyani, Nana Syaodih. 2007. Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Universitas
terbuka.
Suriansyah, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran. Banjarmasin: Tim Penyusun.

Anda mungkin juga menyukai