Anda di halaman 1dari 105

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI PENERAPAN METODE TIPE BUZZ GROUP


DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAK
LAMAHOLOT WITIHAMA

HASIL PENELITIAN

Oleh
Velsiana Kidi Wewan
1901090050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan secara


berkelanjutan guna meningkatkan kecerdasan dan keterampilan peserta didik.
Investasi suatu bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin maju
hanya dapat dicapai melalui pendidikan. Salah satu takaran yang digunakan untuk
mengukur berkembangnya suatu negara adalah sejauh manakah kemajuan dan
berkembangnya sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam negara
tersebut. Sedangkan kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas
pendidikan yang dianut oleh bangsa tersebut (Kurniawati, 2014). Menurut Nasution
(1999) berpendapat bahwa pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang
dipersiapkan untuk itu melalui pendidikan. Pendidikan tidak mencakup
pembangunan intelektual tetapi juga mencakup proses pengajaran kepribadian
peserta didik secara menyeluruh sehingga peserta didik mengetahui jati dirinya
dalam menghadapi sebuah masalah.

Pembangunan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya


manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan formal merupakan salah satu
wahana untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah yakni adanya interaksi antar pendidik dan peserta didik.
Ketika tamat dari lembaga pendidikan seseorang akan mampu mempertahankan
hidupnya dimana saja. Menurut Uno dan Lamatenggo (2010) proses belajar dapat
terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari yang mengajar atau tidak. Proses
belajar terjadi karena adanya interaksi individu dan lingkunganya.

Pembelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib bagi
siswa-siswi SMA maupun SMK sesuai dengan amanat kurikulum 2013.
Pembelajaran sejarah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat dan
membentuk kepribadian agar peserta didik memiliki rasa cinta tanah air dan

1
bangsanya. Diharapkan dengan pembelajaran sejarah peserta didik dapat
mengambil hikmah dari pejuang masa lalu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Yeremias Baowolo guru sejarah


kelas X IPS SMAK Lamaholot Witihama pada tanggal 30 Januari 2023 diperoleh
informasi bahwa terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan daftar hasil belajar bahwa sebagian
besar peserta didik yang belum tuntas atau mendapatkan nilai yang kurang dari
KKM. Guru yang bersangkutan juga mengakui dalam pembelajaran berlangsung
banyak sekali siwa yang hanya duduk, diam dan mendengarkan saja tanpa ada
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran dan ketika proses belajar berlangsung,
ditemukan juga ada peserta didik yang berbicara dengan teman sebangku dan sibuk
mengerjakan tugas dari mata pelajaran lain. Hal ini di karenakan guru
menyampaikan materi dan metode pembelajaran yang cenderung selalu sama
sehingga membuat aktivitas belajar peserta didik menjadi tidak relevan dengan
kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diterapkan metode pembelajaran yang


mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif pemecahan
masalah di atas adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran tipe Buzz Group. Metode pembelajaran tipe Buzz Group yaitu
pembahasan suatu masalah yang dalam pelaksanaanya siswa di bagi dalam
kelompok kecil antara 4-5 orang membahas suatu masalah yang diakhiri dengan
penyampaian hasil pembahasanya oleh setiap juru bicara pada kelompok kelas.
Dengan metode ini guru harus bisa meningkatkan hasil belajar siswa dengan
membimbing siswa terlibat langsung dalam kegiatan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode tipe Buzz Group?

2
1.3 Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah cara yang digunakan dalam penelitian tindakan


kelas (PTK). Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran sejarah,
maka peneliti perlu untuk memecahkan masalah dengan menerapkan metode tipe
Buzz Group. Langkah-langkah pemecahan masalah melalui perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penerapan metode tipe Buzz Group ini
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS SMAK
Lamaholot Witihama.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode tipe
Buzz Group.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan di atas


maka kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis merupakan manfaat penelitian bagi pengembangan ilmu.


Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1.1 Memberikan sumbangan pada dunia pendidikan terutama mengenai


peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah.
1.5.1.2 Memperbaiki pola pikir lama dari pembelajaran yang hanya mementingkan
hasil menuju pembelajaran yang juga mementingkan proses dan hasil.
1.5.1.3 Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain khususnya
permasalahan yang sejenis.
1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat parktis merupakan manfaat yang nantinya dapat digunakan oleh


pihak yang membutuhkan. Manfaat praktis juga berguna untuk memecahkan
masalah praktis.

3
1.5.2.1 Bagi guru

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa penggunaan metode


pembelajaran tipe Buzz Group dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran
Sejarah sehingga kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran sejarah yang selama
ini dapat diatasi.

1.5.2.2 Bagi siswa

Memberikan pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam


belajar secara aktif dan menyenangkan melalui kegiatan yang sesuai dengan
perkembangan cara berpikirnya.

1.5.2.3 Bagi sekolah

Penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode


pembelajaran pada mata pelajaran sejarah.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini, tinjauan Pustaka yang digunakan adalah teori-teori


yang menjasi landasan dalam penelitian tindakan kelas. Konsep teori-teori yang
akan dibahas seperti: konsep belajar, hasil belajar, metode tipe buzz group, dan
pembelajaran sejarah.

2.1 Konsep Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan


penting dalam pembentukan pribadi dan tingkah laku individu (Venna, 2017).
Selanjutnya menurut Hamalik (2012:27) menyatakan “belajar adalah
memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Belajar itu
bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu
merupakan mengalami. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.

Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya perubahan
tingb kah laku pada dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut yakni baik
perubahan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun yang menyangkut
sikap dan nilai afektif (Astining Rahayu, 2013), sedangkan Slamento (2003)
dalam (Ghullam Hamdu), mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam intraksi dengan lingkungannya menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar siswa mengalami sendiri proses
dari tidak tahu menjadi tahu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar


adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan
sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru
sehingga memungkinkan terjadi perubahan perilaku yang relaitf tetap baik dalam
berpikir, merasa maupun bertindak. Oleh karena itu maka belajar merupakan
suatu proses yang kompleks dan tidak dapat berjalan sendiri yang melibatkan
aktivitas fisik dan mental.

5
Menurut Muhibbin Syah (2009: 144) dalam belajar ada beberapa faktor
yang mempengaruhi proses belajar diantaranya: 1) Faktor internal (dari dalam
siswa), yakni keadaan (kondisi) jasmani dan rohani siswa, 2) Faktor eksternal
(faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, 3) Faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.

Proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor dan situasi serta kondisi di
sekitarnya. Berhasil atau tidaknya proses belajar siswa sangat tergantung pada
berbagai faktor yang mempengaruhinya Slamento (2003:54), menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu: 1) Faktor internal, adalah yang berasal dari dalam diri peserta
didik itu sendiri, yaitu: a) Faktor jasmani (faktor kesehatan dan cacat tubuh), b)
Faktor-faktor psikologi (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
dan kesiapan), c) Faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani). 2)
Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik, antara lain: a)
Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang budaya),
b) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaaan
gedung, metode belajar, tugas rumah), c) Faktor masyarakat (kegiatan siswa
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu yang diperoleh dari proses belajar peserta didik
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar juga diartikan sebagai
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah proses belajar dalam bentuk
perubahan tingkah laku peserta didik. Perubahan tingkah laku menurut Bloom
meliputi tiga ranah yaitu efektif, kognitif dan psikomotorik selain itu hasil belajar
diperoleh dengan melakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut
atau cara untuk mengukur tingkat kemampuan atau penguasaan peserta didik tidak

6
hanya dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan
keterampilan.

Dimayati dan Mudjiono (2002: 3) hasil belajar merupakan puncak dari proses
pembelajaran. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi.
Dari sisi pendidik, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar.
Sedangkan dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Tujuan dari hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Warsito (dalam
Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai
dengan adanya perubahan perilaku kearah yang positif yang relatif permanen pada
diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat tersebut maka Wahidmurni,
dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan telah berhasil dalam
belajar jika ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-
perubahan tersebut diantaranya dari segi kemampuan berpikirnya,
keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Dengan demikian hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses
belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi
dasar bagi pendidik dalam kegiatan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa
Untuk tingkat ketercapaian dari belajar maka dibutuhkan proses penilaian hasil
belajar. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh
siswa secara nyata setelah mengikuti proses belajar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Klasifikasi hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu
ranah, afektif, kognitif dan psikomotorik. Adapun faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Caroll (dalam Sudjana 2009: 40) terdapat lima
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: bakat siswa, waktu
yang tersedia bagi siswa, waktu yang diperluka guru untuk menjelaskan materi,
kualitas pengajaran, dan kemampuan siswa.

2.3 Metode Tipe Buzz Group

Metode tipe Buzz Group merupakan metode pembelajaran berkelompok yang


membantu siswa bekerja sama dengan temannya. Dengan menggunakan metode

7
buzz group guru tidak lagi menjadi sentral ilmu yang hanya mentransfer ilmu
yang dimilikinya, tetapi juga dapat memperoleh ilmu dari pengalamannya sendiri.

Menurut Barkley (2012) Buzz Group adalah sebuah tim yang terdiri atas
empat hingga enam peserta yang dibentuk dengan cepat tanpa persiapan untuk
merespon pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan perkuliahan.

Menurut Suprijanto (2007) metode diskusi Buzz Group merupakan alat untuk
membagi kelompok diskusi besar menjadi kelompok-kelompok kecil.

Menurut Trianto (2007) metode Buzz Group merupakan bagian dari metode
pembelajaran inivatif berorientasi konstrukivistik yang mengembangkan cara
berpikir peserta didik menjadi lebih berinovatif. Pembelajaran ini peserta dituntut
untuk belajar aktif dan berani mengemukakan pendapat.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode


Buzz Group adalah bagian dari metode pembelajaran inovatif yang terdiri atas
empat hingga enam peserta yang dibentuk dengan cepat untuk membagi
kelompok diskusi besar menjadi kelompok-kelompok kecil.

2.3.1 Tujuan metode Buzz Group

Tujuan dari pengajaran kelompok Buzz Group menurut Ichsan (2010)


yaitu: 1) Membina kerja sama, 2) Meningkatkan partisipasi di antara semua
anggota kelompok, 3) Mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dari peserta didik,
4) Berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah, 5) Mendorong refleksi
kelompok.

2.3.2 Aturan dalam melakukan metode Buzz Group

Penggunaan metode Buzz Group agar berhasil dengan efektif, maka perlu
dijelaskan tugas pokok dan fungsi setiap komponen dalam kelompok, adapun
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1) Pemimpin : a) Membentuk
dalam menentukan isu atau masalah, b) Memecahkan kelompok kedalam
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang, c) Memberikan penjelasan
kepada setiap anggota kelompok tersebut yang meliputi: tentang tugas masing-
masing setiap anggota kelompok, tentang batas waktu untuk menyelesaikan tugas
(5-15 Menit), menyarankan agar tiap kelompok kecil tersebut memilih pemimpin

8
diskusi dan penulisnya, meminta saran untuk memecahkan masalah, penjelasan
masalah atau menjawab pertanyaan, mengunjungi/berjalan dari kelompok demi
kelompok untuk mengetahui apakah ada kelompok yang memerlukan bantuan
dalam melaksanakan tugasnya, memperingati dua menit sebelumnya bahwa tugas
mereka akan berakhir, mengundang kelompok kecil untuk bersama lagi,
mempersiapkan tiap kelompok menyampaikan laporan melalui juru bicara,
mempersilahkan tiap kelompok untuk menambahkan komentar terhadap
presentasi yang dilakukan, merangkum hasil diskusi kelompok-kelompok tersebut
atau menugaskan salah satu orang untuk melakukannya, mengajukan tindakan
atau studi tambahan, mengevaluasi manfaat dan kekurangan-kekurangan belajar.
2) Anggota-anggota kelompok: a) Membantu merumuskan isu/masalah yang
dihadapi mereka, b) Ikut memilih pemimpin dan penulis dalam kelompok, c)
Memperjelas/merumuskan suatu isu/masalah, d) Menampilkan saran-saran untuk
mendiskusikan isu/masalah, e) Mendengarkan baik-baik dan menghargai
sumbangan pendapat orang lain, f) Mengembangkan pendapat atas dasar pendapat
dari anggota-anggota kelompok, g) Merumuskan bagaimana informasi itu
dipergunakan dan dilaksanakan, h) Ikut melaksanakan evaluasi evektifitas
pengalaman belajar tersebut. 3) Penulis: a) Mencatat seluruh pendapat anggota
kelompoknya, b) Merangkum pendapat kelompoknya, c) Melaporkan kepada
diskusi lengkap.

2.3.3 Langkah-langkah metode tipe Buzz Group

Melakukan suatu proses pembelajaran yang harus diperhatikan oleh


pendidik adalah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran, agar proses
pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang di inginkan. Selain menyiapkan
strategi yang tepat, perlu disiapkan pula langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran.

Menurut Callahan dan Clark petunjuk atau langkah-kangkah untuk


melaksanakan diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) adalah sebagai
berikut: 1) Bentuk kelompok dengan cara menunjuk para peserta, 2) Pilih seorang
pemimpin dan juru tulis untuk setiap kelompok, 3) Jelaskan apa yang akan
mereka lakukan, pastikan mereka mengerti, 4) Biarkanlah mereka berdiskusi

9
selama 5-10 menit, lebih baik jika diskusi berlangsung dalam jangka waktu yang
lebih singkat, 5) Lakukan dengan pelaporan perwakilan dari tiap kelompok dan
lain-lain (Trianto, 2010).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Langkah-langkah


yang harus dilaksanakan dalam diskusi kelompok kecil (buzz group discussion),
yaitu pembentukan kelompok, pelaksanaan diskusi, pelaporan hasil diskusi
kepada kelompok besar dan pencatatan hasil diskusi yang telah dilaksanakan.

2.3.4 Kelebihan dan kelemahan metode tipe Buzz Group

Setiap kegiatan pembelajaran mempunyai kekurangan dan


kelebihan,begitu juga dengan metode Buzz Group. Menurut Trianto (2010)
apabila metode Buzz Group dilaksanakan dengan baik dan benar, maka ada
beberapa keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut: Meningkatkan
semangat dan gairah pembelajar, melibatkan seluruh siswa dalam proses belajar
aktif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, menumbuhkan dan
mengembangkan cara berpikir kreatif, menolong pembelajar untuk dapat melihat
dalam perspektif yang berbeda, memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri
sendiri, mengembangkan sikap sosial dan sikap demokratis, memperkuat
kesadaran diri.

Disamping itu, adapun kelemahan dari metode Buzz Group adalah sebagai
berikut: Metode ini mungkin tidak akan berhasil bila anggota kelompok terdiri
dari individu-individu tidak tau apa-apa dan kemungkinan jalannya diskusi akan
berputar-putar, metode ini akan memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal
yang bersifat negative, peserta didik harus belajar terlebih dahulu agar
mendapatkan hasil yang maksimal, pemilihan pemimpin memungkinkan
mendapatkan pemimpin yang lemah, penulisan hasil laporan diskusi kemungkinan
tidak tersusun dengan baik, kelompok diskusi hanya ada di dalam kelas saja,
waktu diskusi terlalu singkat, sehingga diskusi kurang efektif.

2.4 Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah sangat penting untuk diberikan kepada peserta didik


untuk mengembangkan pola berpikir kritis dan menumbuh kembangkan sikap

10
nasionalisme pada diri anak. Sapriya (2009:209-210), mengatakan pembelajaran
sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan
perkembangan serta peranan masyarakat pada masa lampau yang mengandung
nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk
sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Pembelajaran sejarah berfungsi untuk
menyadarkan peserta didik akan pentingnya proses perubahan dan perkembangan
masyarakat dalam dimensi waktu untuk membangun perspektif serta kesadaran
sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa
lalu, masa kini, dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia (Depdiknas,
2003:6). Pembelajaran sejarah juga merupakan cara untuk membentuk sikap
sosial. Adapun sikap sosial tersebut antara lain: saling menghormati, menghargai
perbedaan, toleransi, dan kesediaan untuk hidup berdampingan dalam nuansa
multikulturalisme (Susanto,2014:62).

Pembelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat penting di dalam


membentuk watak, sikap, dan perkembangan bangsa yang bermakna bagi bangsa
Indonesia dan memiliki rasa kebangsaan, intelektual, menghargai perjuangan
bangsa dan rasa nasionalisme. Sapriya (2009:209), mengatakan pembelajaran
sejarah memiliki cakupan materi, sebagai berikut: 1) Mengandung nilai-nilai
kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme dan semangat
pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian
peserta didik, 2) Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa termasuk
peradaban bangsa Indonesia, 3) Menanamkan kesadaran persatuan dan
persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi pemersatu bangsa dalam menghadapi
ancaman disintegrasi, 4) Memuat ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam
mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, 5)
Menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara
keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan hal di atas pembelajaran sejarah merupakan pelajaran yang


sangat urgen dan harus diberikan secara intensif kepada peserta didik. Dalam
pembelajaran sejarah peserta didik akan menelaah tentang asal usul bangsanya,
dan belajar tentang peranan masyarakat dalam kehidupan. Banyak hal yang bisa
didapatkan oleh peserta didik dalam pembelajaran sejarah, karena pembelajaran

11
sejarah mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang berguna untuk melatih
kecerdasan, sikap sosial, dan kepribadian peserta didik. Pembentukan karakter
peserta didik akan bertumbuh dengan baik apabila mereka memahami dengan
baik sejarah bangsanya. Pembelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat
penting salah satunya adalah pendewasaan peserta didik. Dalam pembelajaran
sejarah juga peserta didik akan dibimbing dan diarahkan agar mencintai bangsa
dan negara.

2.5 Penelitian Relevan

Dalam penulisan ini digunakan beberapa penelitian terdahulu yang dipakai


sebagai rujukan untuk penelitian, sebagai berikut:

2.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Haslina (2022) dengan judul Penerapan
Metode Pembelajaran Diskusi Buzz Group Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
IPS Siswa Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar. Hasil penelitian ini
adalah penerapan metode pembelajaran diskusi buzz group dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Inpres Bontomanai
Makassar.Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa siklus I yaitu 60% dan
meningkat pada siklus II menjadi 100% dengan kategori baik sekali. Selanjutnya,
peningkatan hasil belajar dari Pra siklus dengan persentase 27% meningkat pada
siklus I diperoleh persentase hasil belajar 60% dengan rata-rata 74 dan pada siklus
II meningkat memperoleh persentase hasil belajar 87% dengan rata-rata 84
dengan kategori Baik. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu
sebanyak 27%. Oleh karena itu, penelitian ini telah mencapai target indikator
keberhasilan yaitu 80% siswa memperoleh KKM. Persamaan penelitian terdahulu
dengan yang peneliti lakukan sekarang yaitu sama-sama menggunakan metode
Buzz Group dan sama-sama meningkatkan hasil belajar siswa. Pedaannya
penelitian yang dilakukan sebelumnya lokasi penelitiannya berbeda.
2.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Kamza (2021) dengan judul Pengaruh
Metode Pembelajaran Diskusi dengan Tipe Buzz Group Terhadap Keaktifan
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS. Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa nilai dengan kriteria uji hitung > tabel atau 5,425>2,024 pada taraf
signifikansi (a) 5% maka H0 ditolak atau terdapat pengaruh yang signifikansi

12
metode pembelajaran diskusi dengan tipe Buzz Group terhadap keaktifan belajar
siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunung Meriah.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama
menggunakan metode Buzz Group. Perbedaannya penelitian sebelumnya untuk
mengetahui keaktifan belajar siswa sedangkan peneliti ingin mengetahui hasil
belajar siswa.
2.6 Hipotesis Tindakan

Sesuai dengan kajian teori, maka dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan
hipotesis sebagai berikut: penerapan metode tipe Buzz Group dapat meningkatkan
hasil belajar sejarah pada kelas X Ips di SMAK Lamaholot Witihama.

2.7 Kerangka Berpikir

Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-
faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran sejarah, diantaranya adalah: penggunaan metode pembelajaran
sejarah yang didominasi oleh guru dan metode pembelajaran yang tidak sesuai
dengan karakter peserta didik. Dalam mengatasi masalah ini dan untuk
meningkatkan hasil belajar, pendidik harus mampu dan cerdas membuat situasi
dan kondisi yang nyaman sehingga semua peserta didik turut ambil bagian dalam
proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang dikemukakan diatas, maka
dapat dibuat kerangka berpikir, seperti gambar berikut.

Sebelum menggunakan metode tipe Buzz


Kondisi Awal
Group

Hasil belajar rendah

Tindakan Menerapkan metode tipe Buzz Group

Siklus I

Siklus II

13
Kondisi akhir
Hasil belajar meningkat

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir (Maulana, 2016)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah Penelitian Tindakan


Kelas yang akan dilaksanakan dalam dua atau lebih siklus berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM). Jenis penelitian tindakan kelas ini dipilih dengan
tujuan agar “mampu menawarkan cara baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar”
(Hamalik, 2005:3).

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Arikunto (2006: 57)
menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas (classroom actions research) yaitu
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerja sama dengan peneliti
yang menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Oringbele, Kecamatan


Witihama, Kabupaten Flores Timur. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada
program sejarah. Dasar alasan dipilihnya lokasi ini karena para guru sejarah
mampu membantu memberikan informasi dalam pelaksanaan penelitian oleh
penulis. Artinya peneliti mudah memperoleh data yang direncanakan.

14
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun
ajaran 2022/2023, bulan Januari 2023. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada
hari Kamis 10 Agustus 2023 pada jam pelajaran 3-4 dengan alokasi waktu 2x45.
Pelaksanaan siklus II pada dilaksanakan hari Rabu, 16 Agustus 2023 pada 3-4
dengan alokasi waktu 2x45.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber informasi yang didapat dari seseorang


dengan tujuan membantu melengkapi data-data penelitian. (Arikunto, 2006:145)
subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek
penelitian merupakan sekelompok individu yang mewakili populasi tertentu
untuk diuji. Berdasarkan definisi tersebut subjek dalam penelitian ini adalah
Peserta didik kelas X IPS 2 semester genap SMAK Lamaholot Witihama yang
mengalami masalah dengan aktivitas belajarnya. Dengan jumlah siswa/i
berjumlah 26 orang, beserta keterangan peserta didik laki-laki berjumlah 12
orang dan peserta didik perempuan berjumlah 14 orang.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


seorang peneliti secara sistematis dan teratur untuk mencapai tujuan penelitian.

Perencanaan Pelaksanaan Tindakan I


Permasalahan
Tindakan I

Siklus I
Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan Data I

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan Tindakan II


baru Hasil Tindakan II
Refleksi

Pengamatan/
Refleksi
Siklus II Pengumpulan Data II
II

Apabila permasalahan
15
belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya

Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006:74)

Berikut ini adalah penjelasan desain Penelitian diatas:

3.4.1 Tahap Perencanaan

Sebelum melaksanakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah,


tujuan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrumen penelitian dan
perangkat pembelajaran. Pada tahap perencanaan ini kegiatan perencanaan yang
dilakukan meliputi: a) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), b)
Menyiapkan materi ajar, c) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD), d)
Menyiapkan media pembelajaran, e) Menyiapkan format atau lembar evaluasi

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya


membangun pemahaman konsep siswa serta mangamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode tipe Buzz Group. Pada tahap pelaksanaan tindakan yang
dimaksud adalah melaksanakan pembelajaran dengan metode tipe Buzz Group
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan
tindakan maka perlu menyusun langkah-langkah operasional atau skenario
pembelajaran dari tindakan yang dilakukan yaitu: a) Guru membentuk kelompok
dengan menunjuk para siswa, b) Setelah membentuk kelompok guru memilih
seorang pemimpin dan juru tulis untuk setiap kelompok, c) Guru menjelaskan apa
yang harus dilakukan dan pastikan semua siswa mengerti, d) Biarkanlah mereka
berdiskusi selama 5-10 menit, lebih baik jika diskusi berlangsung dalam jangka
waktu yang lebih singkat, e) Setiap kelompok melakukan pelaporan atau
mempresentasikan hasil diskusi yang mereka lakukan, f) Kesimpulan/penutup.

16
3.4.3 Tahap Observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk


mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang
perkembangan proses dan pengaruh tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas
dalam bentuk data. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 2 SMAK
Lamaholot, yang menjadi observer adalah guru mata pelajaran sejarah dan yang
menjadi supervisor adalah kepala sekolah SMAK Lamaholot Witihama.

3.4.4 Tahap Refleksi

Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan membahas hasil


dan dampak tindakan. Penulis melakukan refleksi untuk membahas faktor-faktor
yang menjadi kendala dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Buzz Group pada siklus I kemudian mendiskusikan perbaikan pada
pelaksanaan kegiatan dalam siklus II. Siklus II akan didesain setelah ada hasil
refleksi dari siklus I.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2011:137) pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai


setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Burhan Bugin mengemukan bahwa
metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang
menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian. Dengan demikian untuk
memperoleh sejumlah data yang berkualitas dan valid dalam suatu penelitian,
maka memerlukan adanya metode pengumpulan data. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Observasi

Observasi adalah salah satu langkah awal yang dilakukan oleh peneliti
dalam melakukan observasi awal seperti melihat kondisi siswa secara
umum,melakukan diskusi guru terkait aktivitas belajar siswa serta hasil belajar
sejarah siswa. Sevilla (1993: 71) observasi atau pengamatan dalam arti sederhana

17
merupakan proses dimana peneliti melihat situasi dari penelitian untuk metodenya
harus sesuai yang digunakan pada penelitian yang berupa pengamatan interaksi
atau kondisi dari belajar mengajar, tingkah laku dan juga interaksi dari kelompok.
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan di lokasi penelitian yakni
di SMAK Lamaholot tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Metode Tipe Buzz Group Dalam Mata Pelajaran Sejarah dengan
demikian yang menjadi subyek dalam penilitian ini adalah siswa kelas X IPS 2
SMAK Lamaholot.

3.5.2 Tes

Tes merupakan suatu teknik pengumpulan data yang berfungsi untuk


mengukur kemampuan seseorang, Mulyatiningsih (2011: 55). Pada penelitian ini
peneliti memberikan tes untuk mengukur hasil belajar siswa agar mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode tipe Buzz Group.

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian perlu adanya suatu instrumen penelitian sebagai


alat yang akan membantu dalam proses pengumpulan data sebuah penelitian.
Sugiyono (2009:38) menjelasakan instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan
data dan sangat bermanfaat untuk menentukan sebuah hasil penelitian. Instrumen
dari penelitian adalah variabel sebagai materi yang diberikan kepada subjek
penelitian. Variabel penelitian adalah suatu atau sifat dari orang, objek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
diperlajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:

3.6.1 Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan peneliti adalah lembar observasi


aktivitas siswa. Lembar observasi berupah lembar chescklist tentang aktivitas
pembelajaran yang dilakukan siswa. Melalui observasi peneliti dapat mengetahui
kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dialami selama proses pembelajaran.

3.6.2 Lembar tes

18
Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah terdiri dari 10 butir tes
pilihan ganda dan 5 butir tes essay, tes ini digunakan untuk mengetahui hasil
belajar siswa.

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017:207) kegiatan analisis data adalah pengelompokan


data berdasarkan variabel dan jenis respondent, menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Data yang
sudah terkumpul dianalisis secara deskriptif komparatif untuk menentukan
perbandingan hasil penelitian setiap akhir siklus pembelajaran.

3.7.1 Teknik analisis hasil observasi aktivitas siswa

Nilai pengelolaan lembar observasi aktivitas siswa daapat di hitung


sebagai berikut:

Skor = Σ Skor yang diperoleh X 100

Σ Total skor maksimum

Presentase kemudian dikategorikan dengan klasifikasi berdasarkan


perhubungan rumus interval kelas sebagai berikut:

Klasifikasi Hasil Observasi

Rentang Skor Kategori

≥ 80 Sangat tinggi

70-79 Tinggi

60-69 Cukup

50-59 Rendah

≤ 40 Sangat rendah

19
3.7.2 Teknik analisis hasil tes siswa

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep sejarah bagi siswa


pada pembelajaran IPS yang dilakukan pneliti, dapat diketahui dengan
menghitung presentase ketuntasan belajar berdasarkan KKM di SMAK
Lamaholot Witihama yaitu 75. Skor yang diperoleh siswa setiap pengambilan
nilai dihitung dengan cara sebagai berikut:
Skor siswa = Σ Skor yang diperoleh X 100

Σ total skor maksimum

Adapun untuk mencari presentasi hasil tes untuk menentukan keberhasilan


dihitung dengan cara sebagai berikut:

Angka persentase = Σ Siswa tuntas KKM X 100

Σ siswa seluruhnya

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan tindakannya adalah adanya peningkatan aktivitas dan


hasil belajar peserta didik. Aktivitas peserta didik dikatakan meningkat apabila
rata-rata presentase lebih dari 80%. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) di SMAK Lamaholot Witihama adalah siswa dikatakan berhasil atau
tuntas apabila setiap siswa mencapai skor 75 atau mengalami ketuntasan belajar
diatas 80% dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode tipe Buzz
Group.

20
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan data yang diperoleh oleh peneliti selama


melakukan penelitian di tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Pnenelitian

Dalam gambaran umum lokasi penelitian ini, peneliti akan membahas


mengenai sejarah singkat SMAK Lamaholot Witihama, visi, misi dan tujuan
SMAK Lamaholot Witihama, profil SMAK Lamaholot Witihama, tenaga
pendidik dan jumlah keseluruhan siswa SMAK Lamaholot.

4.1.1 Sejarah Singkat SMAK Lamaholot Witihama

SMA Katolik Lamaholot Witihama adalah Sekolah Menengah Atas


(SMA) pertama di Kecamatan Witihama. Didirikan tahun 1983 untuk membantu
mendidik, mengajar dan membina anak-anak bangsa di wilayah ini yang berasal

21
dari keluarga ekonomi lemah yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tempat
lain karena terbentur biaya. Menyadari akan kesadaran masyarakat untuk
menyekolahkan anak-anaknya di jenjang pendidikan Menengah Atas, namun
terbentur dengan biaya ini maka atas dorongan pendapat dan ide dari para tokoh
pendidik yang ada di Kecamatan Witihama, maka Pastor Paroki Maria Bunda
Pembantu Abadi Witihama kala itu Pater Ludger Jessing, SVD, mengambil
prakarsa mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh pendidikan dan
tokoh-tokoh agama sewilayah Witihama. Mereka sepakat membentuk sebuah
yayasan bernama Yayasan Pendidikan Dasa Marga Witihama. Selanjutnya
mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal tingkat Menengah Atas yang
diberi nama SMA Katolik Lamaholot Witihama. SK Pendirian no:16. 433 a/I
21.08/IC/85. Akta pendirian yayasan dengan nomor: 72 tgl 27- 3- 1984.

Hingga saat ini, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk


menyekolahkan anak-anaknya di jenjang yang lebih tinggi, maka jumlah siswa
yang memilih mendaftar di SMA Katolik Lamaholot dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Sejak didirikan hingga tahun pelajaran 2022/2023 telah menghasilkan
38 angkatan yang kini tersebar di hampir seantero persada negeri ini untuk
mengabdikan diri bagi nusa dan bangsa. Eksistensi SMA Katolik Lamaholot saat
ini sebagai aset Lewotanah Witihama senantiasa dan selalu berusaha untuk
berbenah diri dari hari ke hari demi meningkatkan kualitasnya. Sudah tentu hal
ini memacu semua komponen pendidikan SMA Katolik Lamaholot (stakeholders)
untuk bekerja keras dengan dukungan masyarakat dan pemerintah.

Memasuki tahun pelajaran 2023/2024 untuk membantu para calon siswa


baru mendaftarkan diri, Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPPDB)
menyusun sebuah buku panduan yang dilengkapi dengan aturan tata tertib sekolah
untuk dipedomani, mana kala calon peserta didik baru tersebut diterima sebagai
peserta didik SMA Katolik Lamaholot Witihama tahun pelajaran 2023/2024.
Buku panduan inipun merupakan sumber informasi bagi peserta didik baru untuk
mengenal kondisi sekolah, jumlah peserta didik, jumlah pengajar (guru) yang ada,
dan program studi yang dikembangkan di SMA Katolik Lamaholot Witihama.

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan SMAK Lamaholot Witihama

22
Sebagai suatu lembaga pendidikan menengah, SMAK Lamaholot Witihama
tentunya memiliki unsur-unsur yang dapat bekerja dalam mewujudkan suatu
keberhasilan dalam proses belajar mengajar dengan bertolak pada visi, misi dan
tujuan sekolah. Visi, misi dan tujuan sekolah SMAK Lamaholot Witihama adalah
sebagai berikut:

4.1.2.1 Visi

Tekun dalam usaha, giat dalam belajar, unggul dalam prestasi dan santun
dalam penampilan berdasarkan iman dan nilai-nilai injil.

4.1.2.2 Misi

Berdasarkan visi Sekolah di atas, maka misi yang harus diemban:

1. Meningkatkan mutu Pendidikan melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)


yang berkualitas.
2. Melaksanakan pendidikan nilai, dan pendidikan iman melalui Pendidikan
Karakter Bangsa dan Pembinaan Rohani.
3. Mengaktualisasika potesi dan Bakat peserta didik, melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
4. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak sebagai mitra kerja dalam
penerapan Sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
5. Meningkatkan kualitas pelayanan Pendidikan kepada peserta didik secara
profesional dan inovatif

4.1.2.3 Tujuan

1. Melaksanakan kegiatan mengajar, melatih dan membina peserta didik.


2. Melaksanakan Pendidikan Karakter Bangsa dan Pendidikan Iman sesuai ciri
khas Sekolah.
3. Membangun kemitraan dengan dunia usaha demi pengembangan Sekolah.
4. Mengembangkan potensi/bakat peserta didik.
5. Memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik dan masyarakat
sekitar.

4.1.3 Profil SMAK Lamaholot Witihama

23
Nama Sekolah : SMAK Lamaholot Witihama
NPSN : 50301881
NSS/NDS : 304340704016/X0504002
Jenjang Akreditasi : Terakreditasi Klasifikasi A
Alamat Sekolah : Desa Oringbele Kecamatan Witihama,
Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa
Tenggara Timur
Nama Yayasan Penyelenggara : Yayasan Pendidikan Katolik Dasa Marga
Witihama
Alamat Yayasan Penyelenggara : Jalan Pasar Pagi Desa Oringbele
Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores
Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur
Status Bangunan : Milik Sendiri

4.1.4 Keadaan Guru dan Pegawai di SMAK Lamaholot Witihama

Tabel 4.1 Data Guru dan Pegawai SMAK Lamaholot Witihama

No Status Personal Frekuensi %

1 Kepala sekolah 1 2,94

2 Wakil kepala sekolah 1 2,94

3 Guru mata pelajaran 30 88,23

4 Pegawai 2 5,88

Jumlah 34 100

Sumber: SMAK Lamaholot Witihama (2023)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa SMAK Lamaholot


Witihama dipimpin oleh 1 orang Kepala Sekolah, 1 Wakil Kepala Sekolah.
Sementara itu guru mata pelajaran di SMAK Lamaholot Witihama berjumlah 30
orang dengan perincian sebagai berikut; Guru Matematika, Bimbingan Konseling,
Kimia, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Ekonomi, Sosiologi,
Antropologi, Sejarah, Agama Katolik, Penjaskesrek,Fisika, TIK, Bahasa Jerman,

24
Geografi, PPKN dan Seni Budaya. Kemudian ada 2 orang pegawai antaranya:
Kepala TU dan penjaga sekolah.

4.1.5 Keadaan Siswa SMAK Lamaholot Witihama

Jumlah peserta didik di SMAK Lamaholot Witihama sebanyak 344 yang


meliputi kelas X, XI dan XII.

Tabel 4.2 Identitas Siswa Berdasarkan Kelas

Nama Rombel Frekuensi Presentase (%)


X IPA 25 7,26
X IPS 76 22,09
X BAHASA 26 7,55
XI IPA 23 6,68
XI IPS 61 17,73
XI BAHASA 15 4,36
XII IPA 24 6,97
XII IPS 76 22,09
XII BAHASA 18 5,23
Jumlah 344 100
Sumber: SMAK Lamaholot Witihama (2023)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa di SMAK Lamaholot


Witihama dengan jumlah keseluruhan 344 pada umumnya yang berminat untuk
mengenyam bangku pendidikan pada sekolah menengah ini adalah kebanyakan siswa
laki-laki dengan jumlah 177 bila dibandingkan dengan siswa perempuan dengan

25
jumlah 167. Hal dasar yang menjadi alasan siswa laki-laki lebih banyak dari pada
siswa perempuan adalah bahwa untuk memenuhi salah satu syarat untuk lulus dan
tidaknya seorang siswa di sekolah negeri haruslah mengikuti berbagai kegiatan
praktek sesuai dengan rombongan belajar, sehingga tidak dipungkiri bahwa siswa
laki-laki lebih dominan banyak. Kemudian siswa dalam setiap rombel dari kelas X,
XI, dan XII lebih memilih minatnya di IPS dibandingkan dengan IPA dan BAHASA.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari


tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah
penguraian data-data yang diperoleh oleh peneliti pada masing-masing siklus.
4.2.1 Pra Siklus
Data prestasi belajar sejarah siswa pada pra siklus ini peneliti peroleh dari
guru mata pelajaran sejarah. Keadaan awal belajar siswa ini merupakan acuan
awal dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Untuk mengetahui keadaan
awal belajar terhadap mata pelajaran sejarah, dilakukan pengumpulan data yang
diperoleh sebagai berikut: (Data hasil belajar siswa Pra siklus terlampir).
Untuk mengetahui KKM keadaan prestasi siswa pada pra siklus ini,
ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Pra Siklus

No Aspek Observasi Frekuensi % Ket


1 Sangat Tinggi (≥ 80) 3 11,53 Tuntas
2 Tinggi (70-79) 6 23,07 Tuntas
3 Cukup (60-69) 13 50 Tidak Tuntas
4 Rendah (50-59) 4 15,38 Tidak Tuntas
5 Sangat Rendah (≤ 40) - - -
Jumlah 26 100
Sumber: SMAK Lamaholot Witihama (2023)

Berdasarkan data di atas, peserta didik dengan kriteria prestasi sangat


baik 3 orang dengan presentase (11,53%), selain itu peserta didik dengan kriteria
baik berjumlah 6 orang dengan persentase (23,07%), peserta didik dengan
kriteria sedang 13 orang dengan persentase (50%), Sedangkan untuk kriteria

26
rendah berjumlah 4 dengan presentase (15,38%). Hasil belajar peserta didik pada
pra siklus adalah 34,6% dikategorikan tuntas atau mencapai standar KKM dan
50,38% dikategorikan rendah atau tidak mencapai standar KKM yang sudah
ditentukan oleh sekolah.
4.2.2 Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2023, dengan satu pertemuan


2 jam pelajaran (JP) atau 2 x 45 menit. Siklus I dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan. Berikut ini diuraikan hasil penelitian sebagai berikut:

4.2.2.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan berhubungan dengan persiapan yang dilakukan


sebelum pembelajaran. Pada tahap ini peneliti yang bertindak sebagai guru yang
sarana dan pra sarana pembelajaran. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah: 1) Pada
awal peneliti melakukan identifikasi masalah pelaksanaan pembelajaran, 2)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus yang
berlaku di SMAK Lamaholot Witihama, 3) Menyiapakan materi ajar terkait
dengan materi Historiografi, 4) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan pembelajaran seperti buku. 5) Menyiapakan LKPD, 7) Menyiapkan
lembaran tes evaluasi diakhir pembelajaran.

4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan

Tindakan yang dilakukan peneliti adalah melaksanakan proses belajar


mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Adapun tahap
tindakan pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut: (1) kegiatan Awal, (2)
kegiatan Inti, dan (3) kegiatan penutup. Dalam tahapan ini juga menggunakan
proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal (pembukaan pembelajaran) ini meliputi: Memberikan salam
pembuka, berdoa untuk memulai pembelajaran, Menanyakan kabar siswa,
Memeriksa kehadiran siswa, menyampaikan aktivitas yang akan dilakukan dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, Guru memberikan apersepsi.
2) Kegiatan Inti

27
a) Mengamati: Peserta didik diminta mengamati gambar yang dipegang oleh
guru dimana pada gambar tersebut merupakan gambar rumah jika dilihat dari
sisi kiri, kanan, depan dan belakang dan pada gambar tersebut peserta didik
menghubungkan keterkaitan antara rumah dengan historiografi.
b) Menanya: peserta didik di minta memberikan pertanyaan terkait gambar yang
di pegang oleh guru.
c) Mengasosiasi: Guru menjelaskan gambar yang telah dipaparkan kepada siswa
tentang keterkaitan antara gambar tersebut dengan historiografi setelah
melakukan penjelasan tersebut guru memilih pokok materi yang akan
didiskusikan.
d) Mengkomunikasi: setelah memberikan materi yang akan diskusikan guru
membentuk kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang. Sebelum
diskusi dimulai setiap kelompok melakukan pembagian tugas yakni ada yang
bertugas sebagai ketua kelompok, moderator, notulis dan ada yang bertugas
sebagai membacakan atau mempresentasikan hasil diskusi setelah melakukan
pembagian tugas tersebut masing-masing kelompok melakukan diskusi sesuai
dengan tema yang diperoleh, diskusi dilakukan selama 5-10 menit. Setelah
diskusi selesai setiap perwakilan kelompok melakukan presentasi untuk
membacakan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menyimak dan
memberikan pertanyaan apabila belum jelas.
3) Kegiatan Penutup
Guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran,
melakukan evaluasi, mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa dan
memberikan salam penutup.
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siklus I

No Aspek Observasi Frekuensi % Ket


1 Sangat Tinggi (≥ 80) 7 26,92 Tuntas
2 Tinggi (70-79) 10 38,46 Tuntas
3 Cukup (60-69) 9 34,61 Tidak Tuntas
4 Rendah (50-59) - - -
5 Sangat Rendah (≤ 40) - - -

28
Jumlah 26 100
Sumber: Hasil olahan peneliti siklus I (2023)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil peserta didik pada siklus I
diperoleh kriteria ketuntasan 65% dari 26 peserta didik yang tuntas 17 dan belum
tuntas 9 peserta didik. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui
bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan data hasil belajar siswa pada pra siklus (presentase
ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 34%). Hal ini menunjukan bahwa
hasil belajar siswa setelah menerapkan metode pembelajaran tipe Buzz Group
sebesar 65% akan tetapi belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan. Untuk itu perlu kelanjutan pada siklus II untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang belum mencapai ketuntasan.
4.2.2.3 Observasi
Berdasarkan observasi selama proses pembelajaran berlangsung secara
keseluruhan aktivitas peserta didik belum optimal, hal ini dikarenakan banyak
peserta didik yang masih ribut didalam kelas dan tidak terlalu memperhatikan
arahan dari guru. Pada hasil observasi siswa siklus I terdapat 4 aspek atau
indicator yang dijadikan sebagai pedoman penilaian. Adapun indicator yang
dijadikan aspek penilaian observasi siswa diantaranya sebagai berikut: 1)
Memperhatikan materi dengan baik, 2) Keaktifan dalam berdiskusi, 3)
Kemampuan menyampaikan pendapat, 4) Berani menjawab pertanyaan.
Tabel 4.5 Aspek Memperhatikan Materi Dengan Baik
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 4 15,38

2 Baik 10 38,46

3 Cukup 10 38,46

4 Rendah 2 7,69

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus I (2023)

29
Berdasarkan data hasil observasi pada tabel diatas dapat dikatakan bahwa
terdapat 4 orang yang memperhatikan materi dengan baik dengan presentase
15,38%. Sedangkan 2 orang dengan presentase 7,69% dikatakan rendah
memperhatikan materi dengan baik.
Tabel 4.6 Aspek Keaktifan Dalam Berdiskusi
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 2 7,69

2 Baik 11 42,30

3 Cukup 13 50

4 Rendah - -

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus I (2023)


Berdasarkan data hasil observasi pada tabel diatas dapat dikatakan bahwa
terdapat 2 orang yang aktif dalam berdiskusi dengan presentase 7,69%.
Sedangkan 13 orang dengan presentase 50% dikatakan cukup aktif dalam
berdiskusi.
Tabel 4.7 Aspek Kemampuan Menyampaikan Pendapat
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 2 7,69

2 Baik 10 38,46

3 Cukup 13 50

4 Rendah 1 3,84

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus I (2023)


Berdasarkan data hasil observasi pada tabel diatas dapat dikatakan bahwa
terdapat 2 orang yang menyampaikan pendapat dengan sangat baik dengan
presentase 7,69%. Sedangkan 1 orang dengan presentase 3,84% dikatakan kurang
dalam menyampaikan pendapat.

30
Tabel 4.8 Aspek Berani Menjawab Pertanyaan
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 1 3,84

2 Baik 8 30,76

3 Cukup 15 57,69

4 Rendah 2 7,69

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus I (2023)


Berdasarkan data hasil observasi pada tabel diatas dapat dikatakan bahwa
terdapat 1 orang yang menjawab pertanyaan dengan sangat baik dengan
presentase 3,84%. Sedangkan 2 orang dengan presentase 7,69% dikatakan kurang
dalam menjawab pertanyaan.
Dari hasil tabel observasi pada siklus I ini dapat disimpulkan bahwa
sebagian siswa mulai tertarik dengan proses belajar mengajar didalam kelas, tetap
masih terdapat beberapa siswa yang belum tertarik sehingga mereka belum
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode Buzz Group.

4.2.2.4 Refleksi

Berdasarkan hasil Observasi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa


setelah pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pelaksanaan pembelajaran sejarah menggunakan metode tipe Buzz Group dalam
siklus I cukup baik walaupun aktivitas siswa belum memuaskan dan hasil belajar
siswa belum mencapai kriteria yang ditentukan. Kurang berhasilnya pembelajaran
menggunkan metode tipe Buzz Group pada siklus I ini disebabkan karena terdapat
beberapa kelemahan. Hal-hal yang menjadi kelemahan dan perlu diperbaiki pada
siklus I ini adalah sebagai berikut: 1) Siswa tidak terlalu memperhatikan materi
yang dijelaskan pada proses pembelajaran, 2) minat siswa dalam berdiskusi masih
sangat rendah, 3) kemampuan siswa dalam memberikan atau menyampaikan
pendapat masih sangat rendah, 4) minat siswa dalam menjawab pertanyaan masih
sangat rendah.

31
Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti melakukan tindakan kembali
menggunakan metode pembelajaran tipe Buzz Group pada siklus II dengan tujuan
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I dan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus berikutnya. Pembelajaran
pada silkus II diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

4.2.3 Siklus II

Penelitian siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 16 Agustus 2023, dimana


pelaksanaannya sama dengan siklus I, namun dalam pelaksanaan ini dilakukan
perbaikan-perbaikan dari siklus I sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.
Berikut adalah tahapan yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut:

4.2.3.1 Tahap Perencanaan


Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini hanya merupakan
penyempurnaan dari perencanaan siklus I. Pada perencanaan tindakan kelas siklus
II, peneliti sebagai guru mengadakan perbaikan yang akan dilakukan yaitu
memperbaiki proses pembelajaran agar lebih optimal. Hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan. Sebelum masuk tahap pelaksanaan siklus II maka perlu melakukan
perbaikan pada tahap ini yaitu: (1) Guru memperbaiki sekaligus menyederhanakan
tahap-tahap (RPP) yang memuat rangkuman kegiatan pelajaran dengan
menggunakan metode tipe Buzz Group. (2) Guru menyesuaikan kembali evaluasi
siswa sesuai dengan materi pelajaran dan metode tipe Buzz Group. (3) Menyusun
instrumen penelitian, yang meliputi : lembar analisis RPP: format penilaian
pelaksanaan sikap, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran; soal-soal test atau
yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian dan (4) Melakukan koordinasi
dengan guru mata pelajaran.
4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan belajar mengajar didalam kelas.
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Agustus 2023
dengan waktu 2 x 45 menit pada jam 3-4 kelas X IPS 2 SMAK Lamaholot
Witihama. Siswa kelas X IPS 2 berjumlah 26 orang yang terdiri dari 12 laki-laki

32
dan 14 perempuan. Dalam tahap pelaksanaan ini ada beberapa hal yang diperbaiki
yaitu cara memotivasi siswa, cara menguasai kelas, serta penguasaan materi.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran selama siklus II
yaitu:
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal (pembukaan pembelajaran) ini meliputi: Memberikan salam
pembuka, berdoa untuk memulai pembelajaran, Menanyakan kabar siswa,
Memeriksa kehadiran siswa, menyampaikan aktivitas yang akan dilakukan dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, Guru memberikan apersepsi.
2) Kegiatan Inti
a) Mengamati: Peserta didik diminta mengamati gambar yang dipegang oleh
guru dimana pada gambar tersebut merupakan gambar rumah jika dilihat dari
sisi kiri, kanan, depan dan belakang dan pada gambar tersebut peserta didik
menghubungkan keterkaitan antara rumah dengan historiografi.
b) Menanya: peserta didik di minta memberikan pertanyaan terkait gambar yang
di pegang oleh guru.
c) Mengasosiasi: Guru menjelaskan gambar yang telah dipaparkan kepada siswa
tentang keterkaitan antara gambar tersebut dengan historiografi setelah
melakukan penjelasan tersebut guru memilih pokok materi yang akan
didiskusikan.
d) Mengkomunikasi: setelah memberikan materi yang akan diskusikan guru
membentuk kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang. Sebelum
diskusi dimulai setiap kelompok melakukan pembagian tugas yakni ada yang
bertugas sebagai ketua kelompok, moderator, notulis dan ada yang bertugas
sebagai membacakan atau mempresentasikan hasil diskusi setelah melakukan
pembagian tugas tersebut masing-masing kelompok melakukan diskusi sesuai
dengan tema yang diperoleh, diskusi dilakukan selama 5-10 menit. Setelah
diskusi selesai setiap perwakilan kelompok melakukan presentasi untuk
membacakan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menyimak dan
memberikan pertanyaan apabila belum jelas.
3) Kegiatan Penutup

33
Guru bersama dengan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran,
melakukan evaluasi, mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa dan
memberikan salam penutup.
Tabel 4.9 Data Hasil Belajar Siklus II

No Aspek Observasi Frekuensi % Ket


1 Sangat Tinggi (≥ 80) 22 84,61 Tuntas
2 Tinggi (70-79) 4 15,38 Tuntas
3 Cukup (60-69) - - -
4 Rendah (50-59) - - -
5 Sangat Rendah (≤ 40) - - -
Jumlah 26 100
Sumber: Hasil olahan peneliti siklus II (2023)

Berdasarkan data hasil presentase pada tabel 4.6 di atas, maka dapat
diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran di kelas frekuensi menunjukan
bahwa ada 10 aspek yang diamati oleh observer masuk dalam kategori sangat baik
dengan persentasi 80%. Pada kategori baik guru memperoleh frekuensi 2 aspek
dengan persentase mencapai 20% dan pada kategori cukup dan kurang guru tidak
memperoleh frekuensi dan presentasi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode tipe Buzz
Group dengan materi Historiografi yang diamati oleh observer pada siklus II telah
mengalami peningkatan dan mencapai indikator keberhasilan yang sudah
ditentukan 80%.
Berdasarkan tabel diatas merupakan keadaan hasil belajar peserta didik siklus
II, di kelas X IPS yang sudah diterapkan metode tipe Buzz Group menunjukan siswa
yang kriteria sangat tinggi yaitu 22 orang 84,61% dan peserta didik yang kriteria
tergolong tinggi ada 4 siswa dengan presentase 16,38%. Dari jumlah siswa 26orang
telah memenuhi KKM (≥75) adalah 26 dengan presentase 99,99%. Dari data tersebut
menunjukan bahwa hasil belajar sejarah siswa kelas X IPS 2 SMAK Lamaholot
Witihama pada siklus II ini sudah mencapai sangat baik dikarenakan sudah sesuai
dengan Indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu 80%.
4.2.3.3 Observasi

34
Pada hasil observasi siswa siklus II masih terdapat 4 aspek atau indicator
yang dijadikan sebagai pedoman penilaian. Adapun indicator yang dijadikan
aspek penilaian observasi siswa diantaranya sebagai berikut: 1) Memperhatikan
materi dengan baik, 2) Keaktifan dalam berdiskusi, 3) Kemampuan
menyampaikan pendapat, 4) Berani menjawab pertanyaan.
Tabel 4.10 Aspek Memperhatikan Materi Dengan Baik
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 17 65,38

2 Baik 9 34,61

3 Cukup - -

4 Rendah - -

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus II (2023)


Berdasarkan data hasil observasi pada tabel 4.10 diatas dapat dikatakan
bahwa terdapat 17 orang yang memperhatikan materi dengan sangat baik dengan
presentase 65,38%. Sedangkan 9 orang dengan presentase 34,61% dikatakan baik
dalam memperhatikan materi dalam proses pembelajaran.
Tabel 4.11 Aspek Keaktifan Dalam Berdiskusi
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 20 76,92

2 Baik 6 23,07

3 Cukup - -

4 Rendah - -

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus II (2023)


Berdasarkan data hasil observasi pada tabel 4.11 diatas dapat dikatakan
bahwa terdapat 20 orang yang aktif dalam berdiskusi sangat baik dengan

35
presentase 76,92%. Sedangkan 6 orang dengan presentase 23,07% dikatakan baik
dalam berdiskusi.
Tabel 4.12 Aspek Kemampuan Menyampaikan Pendapat
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 16 61,53

2 Baik 8 30,76

3 Cukup 2 7,69

4 Rendah - -

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus II (2023)


Berdasarkan data hasil observasi pada tabel 4.12 diatas dapat dikatakan
bahwa terdapat 16 orang menyampaikan pendapat sangat baik dengan presentase
61,53%. Sedangkan 2 orang dengan presentase 7,69% dikatakan cukup dalam
menyampaikan pendapat.
Tabel 4.13 Aspek Berani Menjawab pertanyaan
No Kategori Frekuensi Presentase

1 Sangat baik 21 80,76

2 Baik 5 19,23

3 Cukup - -

4 Rendah - -

5 Sangat Rendah - -

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus II (2023)


Berdasarkan data hasil observasi pada tabel 4.13 diatas dapat dikatakan
bahwa terdapat 21 orang sangat baik dalam menjawab pertanyaan dengan
presentase 80,76%. Sedangkan 5 orang dengan presentase 19,23% dikatakan baik
dalam menjawab pertanyaan.

36
Berdasarkan hasil observasi siswa siklus II pengamatan dalam siklus ini
diketahui bahwa secara umum kegiatan proses pembelajaran sudah sesuai dengan
harapan yang dicapai.
4.2.3.4 Refleksi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa
setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode tipe Buzz Group
dalam siklus II sudah baik dan sesuai dengan KKM yang ditentukan di SMAK
Lamaholot Witihama. Karena pada siklus ini sudah mengalami peningkatan dan
berhasil, maka peneliti memutuskan untuk berhenti melakukan tindakan pada
siklus selanjutnya.
4.3 Pembahasan

Peneliti melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Tipe Buzz Group dalam Mata Pelajaran
Sejarah di SMAK Lamaholot Witihama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah melalui penerapan
metode tipe Buzz Group yang dilakukan pada kelas X IPS 2. Kebaharuan dalam
penelitian ini yaitu metode yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan
metode yang digunakan oleh peneliti sebelumnya, peneliti terdahulu menggunakan
metode eksperimen semu dan metode PTK, sedangakan yang baru menggunakan
metode kuantitatif. Dalam pemilihan sampel kelas, peneliti terdahulu memilih di
satuan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebagai objek dalam penelitian, sedagakan yang baru peneliti memilih di satuan
pendidkan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang paling lemah tingkat kelas X untuk
penelitian. Kemudian, peneliti merupakan orang pertama yang melakukan penelitian
menggunakan metode tipe Buzz Group; meski peneliti melakukan model yang sama
dengan peneliti sebelumnya, tetapi tempat dalam penelitiannya berbeda dengan
peneliti sebelumnya. Kemudian peneliti sebelummnya meneliti model pembalajaran
tersebut di kelas IV dan VIII sedangkan yang baru peneliti melakukan penelitian di
kelas X. Beberapa penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai referensi dan
pedoman dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

37
Penelitian yang dilakukan oleh Haslina (2022) dengan judul Penerapan
Metode Pembelajaran Diskusi Buzz Group Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
IPS Siswa Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kota Makassar. Hasil penelitian ini
adalah penerapan metode pembelajaran diskusi buzz group dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Inpres Bontomanai
Makassar.Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa siklus I yaitu 60% dan
meningkat pada siklus II menjadi 100% dengan kategori baik sekali. Selanjutnya,
peningkatan hasil belajar dari Pra siklus dengan persentase 27% meningkat pada
siklus I diperoleh persentase hasil belajar 60% dengan rata-rata 74 dan pada siklus
II meningkat memperoleh persentase hasil belajar 87% dengan rata-rata 84
dengan kategori Baik. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu
sebanyak 27%. Oleh karena itu, penelitian ini telah mencapai target indikator
keberhasilan yaitu 80% siswa memperoleh KKM. Persamaan penelitian terdahulu
dengan yang peneliti lakukan sekarang yaitu sama-sama menggunakan metode
Buzz Group dan sama-sama meningkatkan hasil belajar siswa. Pedaannya
penelitian yang dilakukan sebelumnya lokasi penelitiannya berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Kamza (2021) dengan judul Pengaruh
Metode Pembelajaran Diskusi dengan Tipe Buzz Group Terhadap Keaktifan
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS. Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa nilai dengan kriteria uji hitung > tabel atau 5,425>2,024 pada taraf
signifikansi (a) 5% maka H0 ditolak atau terdapat pengaruh yang signifikansi
metode pembelajaran diskusi dengan tipe Buzz Group terhadap keaktifan belajar
siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunung Meriah.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama
menggunakan metode Buzz Group. Perbedaannya penelitian sebelumnya untuk
mengetahui keaktifan belajar siswa sedangkan peneliti ingin mengetahui hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode tipe Buzz
Group dari kondisi awal (pra siklus), siklus I, dan siklus II yang diperoleh dari
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah dengan materi Historiografi, maka
dapat dipaparkan sebagai berikut:

38
Pada kondisi awal (pra siklus) terdapat 9 (34,6%) siswa memperoleh nilai
yang tuntas. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai yang belum tuntas dari 75
sebanyak 17 (50,38%) siswa. Nilai rata-rata pada kondisi awal (pra siklus) sebesar
66,96%.
Pada siklus I terdapat 17 (65,38%) siswa memperoleh nilai yang tuntas.
Sedangkan siswa yang memperoleh nilai yang belum tuntas sebanyak 9 (34,61%)
siswa. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 74,61%. Pada tahap ini ada peningkatan
dari tahap pra siklus. Aktivitas belajar siswa pada siklus I mengalami
peningkatan. Artinya ada perubahan dari tahap pra siklus meskipun belum
maksimal. Untuk mengatasi hasil belajar yang kurang maksimal maka dilakukan
perbaikan untuk meningkatlkan hasil belajar yang baik dengan dilanjutkan siklus
II.
Pada siklus II terdapat 26 (99,99%) siswa memperoleh nilai yang tuntas.
Nilai rata-rata pada siklus II sebesar 84,96%. Pada siklus ini ada peningkatan
terhadap hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami
peningkatan dari siklus I. Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode tipe Buzz
Group pada siswa kelas XI IPS 2 dapat meningkatakan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar
peserta didik dari kondisi awal (pra siklus) sampai pada siklus II mengalami
peningkatan. Artinya penggunaan metode tipe Buzz Group memberi dampak yang
baik bagi keberhasilan belajar siswa.
Keunikan dari penelitian menggunakan metode pembelajaran Buzz Group
yaitu:
Metode pembelajaran Buzz Group melatih siswa untuk memiliki sikap
sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping
melatih kecepatan berpikir siswa. Selanjutnaya pada bagian ini peneliti akan
menjelaskan terkait penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti atau temuan
yang didapatkan berbeda dengan temuan sebelumnya dengan menggunakan
metode Buzz Group pada siswa kelas X IPS 2 pada umumnya sangat bosan
dengan pembelajaran yang terpusat pada guru sehingga ada beberapa siswa dapat
dikatakan mampu dan hanya beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran dan
bisa mengeluarkan pendapat juga berpikir sangat lambat.

39
Setelah peneliti menerapkan model pembelajaran Buzz Group siswa yang
sebelumnya dikatakan tidak aktif berubah menjadi lebih aktif, cepat dan sangat
keritis dalam memecahkan masalah yang ada. Lalu keunikan yang dilihat dari cara
belajar siswa, yang nilai pada siklus I sangat kurang dari teman-teman yang lain
tetapi setelah masuk siklus II justru nilainya lebih melonjak dari teman-teman
yang lain. Siswa kelas X IPS 2 juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan
mental yang membuat mereka mampu menghubungkan dan mempertimbangkan
suatu peristiwa dan masalah yang ada. Kemampuan ini dinamakan kemampuan
kognitf. Selain kemampuan kognitif ada juga kemampuan psikimotorik dimana
siswa kelas X IPS 2 SMAK Lamaholot Witihama memiliki skil setelah
menggunakan metode pembelajaran yang sudah diterapkan.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di setiap siklus juga
mempengaruhi aktifitas belajar siswa dalam ruangan kelas, pada siklus I masih
penerapan pembelajaran masih bersifat sederhana, kemudian pada siklus II sudah
melakukan perbaikan dalam pembelajaran seperti perbaikan RPP, evaluasi, LKPD
dan cara penampaian materinya. Peneliti juga melihat teknik penyusunan soal
yang cocok untuk memicu kemapuan berpikir peserta didik harus diimbangi
dengan soal hots, sehingga kemampuan berpikir pun semakin keritis dalam
mengerjakan soal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kendala atau kelemahan yang
mengakibatkan kegagalan belajar pada prasiklus dan siklus I berhasil diatasi pada
siklus II karena dibuktikan dari pelaksanan tindakan kelas dan juga terjadi
peningkatan-peningkatan pada hasil observasi siswa dan keaktifan siswa. Oleh
karena itu, upaya meningkatkan hasil pembelajaran sejarah siswa kelas X IPS 2
SMAK Lamaholot Witihama dengan menggunakan metode pembelajaran Buzz
Group siswa menjadi bukti dan masukan bagi guru-guru bahwa metode
pembelajaran Buzz Group meningkatkan hasil belajar siswa.

40
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini peneliti menguraikan kesimpulan dari data yang sudah
diperoleh peneliti serta saran yang akan diberikan oleh peneliti kepada sekolah,
guru maupun siswa kelas X IPS 2 SMAK Lamaholot Witihama.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti pada siswa kelas X IPS2
SMAK Lamaholot Witihama dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan

41
kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Sebelum penerapan metode pembelajaran
Buzz Group pada siswa kelas X IPS 2 SMAK Lamaholot Witihama, nilai atau
hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah. Diketahui bahwa hasil presentase
pra siklus siswa dari 26 orang hanya 9 yang dinyatakan tuntas dengan presentase
34,6%. Hal ini disebabkan karena guru masih menggunakan metode pembelajaran
yang bersifat konvensional. Setelah melakukan penelitian dengan penerapan
model pembelajarn Buzz Group hasil yang diperoleh siswa menunjukan pada
siklus I sebanyak 17 orang (65,38%) tuntas dan 9 orang (34,61%) tidak tuntas dan
pada siklus II sebanyak 26 orang (99,99%) tuntas. Sedangkan hasil observasi
siswa menunjukan bahwa siklus I nilai observasi siswa mencapai 64,75%. Siklus
II nilai observasi siswa mencapai 95,25%.

Dengan demikian dapat di katakan bahwa penelitian dengan menggunakan


metode Buzz Group dengan materi Historiografi pada siswa kelas X IPS 2 dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya data yang
diperoleh dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan, baik pada
hasil belajar siswa ataupun pada observasi siswa dari Siklus I dan siklus II. Untuk
itu guru dapat menerapkan metode Buzz Group dalam pembelajarannya.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan maka ada beberapa saran
yang mungkin dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa di SMAK
Lamaholot Witihama pada mata pelajaran sejarah, yaitu sebagai berikut:

5.2.1 Bagi sekolah

Sekolah diharapkan untuk selalu mendukung segala macam metode


pembelajaran yang menyenangkan yang diterapkan oleh guru yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan mutu sekolah.

5.2.2 Bagi guru

Penerapan metode pembelajaran Buzz Group membawa dampak positif


terhadap hasil belajar siswa, maka diharapkan guru dapat menerapkan metode
pembelajaran tersebut sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat

42
diteruskan dengan materi pembelajaran khususnya pada mata pelajaran sejarah.
5.2.3 Bagi siswa
Siswa diharapkan mampu menerima dan mengetahui model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru, sehingga siswa mudah menangkap pembelajaran yang
diberikan oleh guru dan tidak bingung dengan tindakan pembelajaran yang
dilakukan di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Astining, R. 2013. Pengaruh Model pembelajaran Think-Pair-Share Dengan


Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standar
Kompetensi Menerapkan Dasar-Dasar Elektronik Di Smk Negari 1 Ma
dium. Jurnal Pendidikan Teknik Elektronik, 02 nomor 03,991-999.

43
Barkley. 2012. Collaborative Learning Techniques. Penerbit Nusa Media.
Bandung.

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata


Pelajaran Sejarah. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA,


SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas

Dimayati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
dan Depdiknas

Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik Oemar. 2012. Manejemen pengembangan Kurikulum. Bandung:


Rosdakarya.

Haslina. 2022. Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi Buzz Group Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Inpres Bontomanai
Kota Makassar.

Ichsan, Nur. 2010. Peningkatan Motivasi Karir Melalui Teknik Diskusi Kelompok
Kecil (Buzz Group Discussion) Pada Siswa SMK Muhammadiyah 1
Tempel. Skripsi, FIP-UNY.

Kamza. 2021. Pengaruh Metode Pembelajaran Diskusi dengan Tipe Buzz Group
Terhadap Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS.

Maulana, Hana. 2016. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dengan


Penerapan Strategi Everyone Is A Teacher Here Pada Mata Pelajaran Ips
Kelas IV SDN Suradita.

Muhibbin, Syah. 2009. Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Gravindo Persada.

Mulyatiningsih, E. 2011. Metode penelitian terapan bidang


pendidikan.Yogyakarta: Alfabeta.

Nasution. 1999. Teknologi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.

Sapriya.2009. Pendidikan IPS konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

44
Sevilla, G Cansuelo dkk. 1993. Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI-PRESS.

Slamento. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilain hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Salemba Empat.

…………. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta, CV.

Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara

Susanto, H. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah, Isu, Gagasan, dan Strategi


Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Trianto. 2007. Pembelajaran-Pembelajaran Inovatif Berientasi Konstruktivistik.


Prestasi Pustaka, Jakarta.

……. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan


Implementasinya Dalam KTSP. Jakarta: bumi aksara.

Uno, B. Hamzah, & Nina, Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi dan


Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Venna. 2017. Efektifitas Layanan Penguasaan Konten Menggunakan metode


Pembelajaran Role Playing untuk Meingkatkan Kepercayaan Diri Siswa
dalam Belajar. 1-8.

Wahidmurni, Dkk. 2010. Evaluasi pembelajaran kompetensi dan praktik.


Yogyakarta: Nuha letera.

45
LAMPIRAN 1

TABEL NAMA GURU SMAK LA,MAHOLOT WITIHAMA

No Nama Guru Ijasah Tugas Mengajar Tugas


Urut Tambahan

1 Drs. Stefanus T. Boleng S1 Kepala Sekolah

NIP. -

46
2 Arnoldus Sabon Lodan, BA D2 BK

3 Dominikus K. Boli PGSM Matematika


TP

4 Lusia Niga Bakan, S.Pd S1 KIMIA

NIP. 19710610 200501 2 012

5 Pius Lanang Beda, S.Pd S1 Matematika

NIP. 19730410 200604 1 011

6 Mathias Mado Kiti, S.Pd S1 Bhs. Indonesia

7 Benedikta Palan Rara, S.Pd S1 Biologi Waka Sapra

NIP. 19680509 200501 2 010

8 Stanislaus Lamapaha, S.Pd S1 Bhs. Inggris

9 Imelda Tuto, SE S1 Ekonomi

10 Frederikus Ame Kae, S.Sos S1 Sosiologi Wakil kepala


sekolah

11 Philipus Taran Baren, A.Md D3

Antropologi

12 Theodorus Demon Arep, S.Pd S1 Sejarah

13 Fransiska Seleni Nona, S.Ag S1 Agama

47
14 Matilde Benga Lawan, S.Ag S1 Agama Katolik

15 Ignasius Longginus Boli S1 Penjaskes


Sauh, S.Pd

16 Martina Lamatokan, S.Com S1 TIK

17 Petrus Paron Knotan Bhs. Jerman

18 Marianus Doni Molan, S.Pd S1 Geografi

19 Yulianus Tokan, S.Pd S1 BK

20 Reksianus Gawi Oran, S.Pd S1 Matematika

21 Marita Maxima Kewa Tupen, S1 Bahasa Indonesia


S.Pd

22 Vinsensia Kewae Daen, S.Pd S1 Bahasa Indonesia

23 Natalia Mangu, S.Pd S1 Bahasa Inggris

24 Kardiana Ose Paun, S.Pd S1 PPKn

25 David Rupertus, S.Pd S1 Seni Budaya

26 Marselinus Bela Boro, S.Pd S1 Ekonomi

27 Rupertus Kebesa Raya, S.Pd S1 Penjaskesrek

28 Melvin Yohanes, S.Pd S1 Bahasa Inggris

29 Konstantinus Goran, S.Pd S1 Bahasa Inggris

30 Yeremia Bao Wolo, S.Pd S1 Sejarah

48
31 Viligius Fitranada Ab Lonek, S1 Fisika
S.Pd

32 David Rupertus Rotok Ola, S1 Seni Budaya


S.Pd

33 Maria Fifiana Kidi, S.Sos S1 Kepala TU

34 Antonius Ata Buran SMP Penjaga Sekolah

LAMPIRAN 2

TABEL NILAI HASIL BELAJAR SISWA PRA SIKLUS

No Nama Kelas KKM Nilai Ket


1 Adrianus Bai Seran X IPS 2 75 55 TT
2 Aloysia Susana S. Mangu X IPS 2 75 85 T
3 Ambrosius Kai Buran X IPS 2 75 55 TT
4 Arnoldus Ara Kian X IPS 2 75 60 TT
5 Claudio Ave Mario Mujur X IPS 2 75 77 T

49
6 Djolandarycha P. Sabon X IPS 2 75 77 T
Lewokeda
7 Febrianto Senu Samon X IPS 2 75 65 TT
8 Fransiska Benga Bala X IPS 2 75 65 TT
9 Getrudis Tulit Mawar X IPS 2 75 65 TT
10 Gregorius Mangu Rua X IPS 2 75 60 TT
11 Kamilus Gara Taran X IPS 2 75 87 T
12 Kristanto Tupen Liat X IPS 2 75 55 TT
13 Lusia Deran Laga X IPS 2 75 76 T
14 Maria Oktavia D. Payon X IPS 2 75 76 T
15 Maria Patrisia P. Roman X IPS 2 75 65 TT
16 Marselina Murin Boro X IPS 2 75 65 TT
17 Marselinus Doren Paron X IPS 2 75 55 TT
18 Olivia Masi Sengari X IPS 2 75 76 T
19 Petrus Eko Geo X IPS 2 75 60 TT
20 Robertus Ola Boro X IPS 2 75 60 TT
21 Rukia Date Doni X IPS 2 75 60 TT
22 Susi Amelia Wae Tadon X IPS 2 75 77 T
23 Tresia Avila Ose Koda X IPS 2 75 65 TT
24 Yasinta Balaweling X IPS 2 75 60 TT
25 Yasinto Kopong Sabon X IPS 2 75 80 T
26 Yuliana Ene Mado X IPS 2 75 60 TT
Jumlah Skor 1.741
Rata-Rata 66,96%
Presentase ketuntasan 36,61%

Untuk mengukur presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan


rumus:
1) Ketuntasan secara individu
Nilai yang diperoleh siswa dapat menggunakan rumus :

Σ Skor yang diperoleh X 100


Skor Siswa=
Σ Total Skor Maksimum

50
Berdasarkan analisis nilai diatas diperoleh siswa yang telah tuntas sebanyak 9
siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas adalah sebanyak 17 siswa.

2) Ketuntasan belajar secara klasikal

Σ Siswa tuntas
Angka Persentase= x 100
Σ siswaseluruhnya

9
Angka Persentase= x 100
26

= 36,61%

LAMPIRAN 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS I

Standar SMAK Lamaholot Witihama


Pendidikan :

Mata Sejarah Peminatan


Pelajaran :

Kelas/Semester : X/II

51
Materi Pokok : Historiografi

Alokasi 2x45 Menit


Waktu :

A. Kompetensi Inti
 K1-1 & K1-2 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-
aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional,dan kawasan internasional.
 K1-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
 K1-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indicator Pencapaian

3.8 Menganalisis ciri-ciri 3.8.1 Mengidentifikasi contoh historiografi


dari historiografi tradisional, kolonial dan modern.
tradisional, kolonial, dan 3.8.2 Mendeskripsikan pengertian historiografi

52
modern tradisional, kolonial dan modern
3.8.3 Menguraikan berbagai jenis historiografi
3.8.4 Menjabarkan isi historiografi tradisional,
kolonial dan modern
4.8 Menyajikan hasil 4.8.1 Menyajikan ciri-ciri historiografi tradisional,
kajian ciri-ciri historiografi historiografi kolonial dan historiografi modern
tradisional, kolonial, dan dalam bentuk mind mapping
modern dalam bentuk
tulisan dan/atau media lain

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:

1) Menganalisis ciri-ciri hstoriografi


2) Menyajikan hasil kajian mengenai historiografi tradisional, kolonial, modern,
dengan mengembangkan sikap jujur, peduli, dan bertanggung jawab, serta
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi,
berkolaborasi, berkreasi
D. Materi Pembelajaran
Historiografi tradisional, kolonial, dan modern
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran : pembelajaran saintifik
2. Model Pembelajaran : Cooperative Learning
3. Metode Pembelajaran : Buzz Group
4. Alat Pembelajaran : Lembar kerja siswa, papan tulis dan Spidol

F. Sumber Belajar
1. Modul pembelajaran SMA Sejarah Peminatan
2. Internet
G. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu

Pendahulua 1) Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, 12

53
n memanjatkan syukur kepada TYE dan berdoa Menit
untuk memulai pembelajaran.
2) Menanyakan kabar siswa
3) Guru melakukan kegiatan absensi
4) Guru menyampaikan aktivitas yang akan
dilakukan dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
5) Guru memberikan motivasi siswa.

Inti Mengamati 65
1. Siswa diminta untuk mengamati gambar yang di Menit
pegang oleh guru

Menanya

1. Guru melakukan tanya jawab tentang gambar


yang ada
Mengasosiasi
1. Guru memberikan penguatan materi dan
penjelasan gambar tersebut
2. Guru memilih bahan yang akan didiskusikan
Mengkomunikasikan
1. Guru membentuk kelompok kecil yang terdiri dari
3-6 orang
2. Sebelum diskusi dimulai setiap kelompok
melakukan pembagian tugas, ada yang bertugas
sebagai ketua kelompok, moderator, notulis, dan
yang membacakan atau yang mempresentasikan
didepan kelas
3. Masing-masing kelompok melakukan diskusi
sesuai dengan tema yang di peroleh
4. Setelah diskusi selesai perwakilan kelompok
melakukan presentasi untuk membacakan hasil

54
diskusi di depan kelas
5. Pada saat presentase siswa lain menyimak,
apabila belum jelas boleh mengajukan pertanyaan
kepada kelompok yang melakukan presentase.

Penutup 1. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan 13


materi pembelajaran Menit
2. Guru melakukan evaluasi
3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
4. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam dan
doa pembuka.

H. Penilaian Hasil Belajar


1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
b. Penilaian pengetahuan : Tes tertulis dan penugasan
c. Penilaian Ketrampilan : Unjuk Kerja (presentasi dan laporan)
2. Bentuk Penilaian
a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas siswa
b. Tes Tertulis/Penugasan : lembar Kerja
c. Unjuk Kerja : Lembar penilaian presentasi
3. Prosedur Penilaian
a. Penilaian proses : menggunakan format pengamatan yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran sejak dari awal kegiatan hingga
berakhirnya kegiatan.
b. Penilaian hasil : menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan
tes tulis.
4. Instrumen Penilaian
a. Penilaian proses : kinerja dan sikap
b. Penilaian hasil : Soal pilihan ganda dan isian
5. Remidial
a. Tugas membuat Rangkuman dengan indikator yang tidak mampu dicapai

55
b. Tugas mandiri untuk mempelajari Materi dengan Indikator yang belum
dicapai
c. Tugas belajar bersama tutor sebaya menganai indikator yang belum
dicapai
6. Pengayaan
a. Menjadi Tutor sebaya kepada teman yang belum mampu mencapai KKM
pada indikatornya
b. Diberikan materi yang levelnya lebih tinggi sesuai kondisi peserta didik
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Istrumen Penilaian Sikap
a. Penilaian Kompetensi Sikap

Sikap yang menjadi fokus dalam pembelajran ( mis : penilaian adalah


sikap jujur, disiplin, tanggungjawab, kerjasama, dan proaktif ) ntuk sikap
akan dilihat peserta didik yang memiliki sikap yang sangat positif terhadap
kelima sikap di atas, dan hasilnya akan dicatat dalam jurnal sebagai
berikut;

Tgl Nama Siswa Ket


Catatan (+ & - )

Skor Penilaian :

Skor Perolehan
X 100
Skor Maksimal

2. Penilaian Ketrampilan
Rubrik Penilaian ketrampilan (Presentasi Kelompok)
a. Penilaian untuk kegiatan diskusi kelompok

N Nama Komunikasi Mendenga Argumentas Kontribus Sko


o 1–4 r i i r

56
1–4 1–4 1–4

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Skor Perolehan
X 100
Skor maksimal
Keterangan :

1. Menkomunikasikan adalah kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan


atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.
2. Mendengarkan dipahamin sebagai kemampuan pesertadidik untuk tidak
menyela, memotong, menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang
mengungkapkan gagasanya.
3. Berargumentasi menunjukan kemampuan peserta didik dalam melakukan
argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau memtantakan
gagasannya.
4. Berkontribusi kemampuan peserta didik memberi masukan gagasa-gagasan
yang mendukung atau mengarah pada penarikan kesimpulan termasuk
didalamnya menghargai perbedaan pendapat.

a. Penilaian Presentasi
No Nama Menjelaskan Memvisualisasikan Merespon Jumlah
Siswa 1-3 1-3 1-3 Skor

57
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:

Skor Perolehan
X 100
Skor maksimal
Keterangan ketrampilan

3. 2.1 Menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi


dan diskusi secara menyeluruh
3. 2.2 Memvisualisasikan adalah kemampuann mengemas informasi
seunik dan semenarik mngkin
3. 2.3 Merespon adalah kemampuan peserta didi menyampaiakn
tanggapan atas pertanyaan, bantahan dan sanggahan dari pihak lain
secara empatik
b. Penilaian keterampilan membuat peta.
Nam Keaslia
N a Kesesuaian letak (1- n Skla gambar Sko
o 4) (1_4) r
(1-4 )

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Skor Perolehan X 100


Skor maksimal

58
Keterangan

1. Kesesuaian letak adalah kemampuan peserta didik untuk menentukan dengan


tepat letak daerah peristiwa sejarah dengan benar.
2. Keaslian dipahamin sebagai kemampuan peserta didik untuk menyajikan hasil
karya nya sendiri bukan jiplakan atau copy dari gambar manapun.
3. Skala gambar menunjukan kemampuan peserta didik dalam menentukan
ukuran dan perbandingan skla yang tepat pada gambar peta yang dihasilkan
sesuai dengan keaslian

Mengetahui Witihama, 10 Agustus


2023

Kepala SMAK Lamaholot Witihama Guru Mata pelajaran sejarah

Drs. Stefanus T. Boleng Yeremia Bao Wolo, S.Pd


NIP. -

59
LAMPIRAN 4

MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS I

HISTORIOGRAFI

Pengertian historiografi menurut etimologi (Bahasa) Dalam bahasa


Sansekerta, historiografi merupakan gabungan dua kata yaitu history yang berarti
sejarah dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. Jadi historiografi berarti
deskripsi (penulisan) sejarah. Dalam bahasa Yunani, historiografi terdiri atas
historia yang artinya penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan grafein yang
bermakna sebuah gambaran, tulisan atau uraian.
Perkembangan historiografi di Indonesia? Mari kita lihat bagan
berikut :Historiografi di Indonesia diawali dari masa aksara, yakni ketika
Indonesia telah mengenal tulisan. Karya-karya awal historiografi Indonesia berupa
prasasti. Historiografi Indonesia dalam bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca
yang menulis kitab Negara kertagama. Historiografi tradisonal dianggap berakhir
dengan hadirnya buku yang berjudul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van
Banten (Sejarah Banten) yang disusun tahun 1662-1663 dalam bentuk tembang
macapat, kemudian menjadi obyek penelitian Hoesein Djajadiningrat dan disusun
sebagai disertasi doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada
Universitas Leiden tahun 1913. Buku ini dianggap telah mulai kritis dan didasari
fakta yang ada. Meski ada juga yang menganggap buku tersebut lebih condong
untuk kepentingan penjajah Belanda.
Historiografi kolonial berakhir setelah Indonesia merdeka. Waktu yang
dianggap sebagai titik tolak historiografi modern Indonesia adalah dimulai sekitar
tahun1957, setelah diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia
Pertama di Yogyakarta. Hisrotiografi tradisional adalah penulisan sejarah
tradisional yang di mulaidari zaman hindu sampai masuk dan
berkembangnyaislam di Indonesia.penulisan sejarah masa kerajaan tradisional
berfungsi untuk merekam dan mewariskan kehidupan dinasti yang berkuasa
kepada generasi berikutnya
Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah tradisional yang di mulai dari
zaman hindusampaimasuk dan berkembangnya islam di Indonesia. penulisan
sejarah masa kerajaan masa kerajaan tradisional berfungsi utuk merekam dan
mewariskan kehidupan dinasti yang berkuasa kepada generasi berikutnya.
Penulisan sejarah ini mengedepankan unsur keturunan (geneologi), tetapi
mempunyai kelemahan dalam stuktur kronologi dan unsur biografi. Penulisan
sejarah tradisional umumnya tentang kerajaan, kehidupan raja,dan sifat-sifat yang
melebih-lebihkan raja dan para pengikutnya. historiografi ini berkembang pada
masa hindu-budha dan islam.

60
Ciri-ciri Historiografi Tradisional Banyak ahli yang sepakat bahwa penulisan
sejarah masa tradisional lebih merupakan ekspresi budaya dari pada usaha untuk
merekam sejarah. Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak ditujukan untuk
mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta, melainkan
diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabadikan kepada penguasa. oleh karena
itu, historiografi tradisional tercipta unsur-unsur sastra yang menghasilkan karya
mitologi dan imajinatif.
Ciri-ciri historiografi tradisional adalah :
a)Istana Sentris, artinya karya sejarah hanya dipusatkan pada kehidupan raja atau
keluarga raja (keluarga istana), dan tidak mmengangkat kehidupan masyarakat
jelata ( masyarakat umum)
b)Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
Seorang raja dianggap sebagai wujud penjelmaan Dewa atau Tuhan, sehingga
dianggap memiliki kekuatan magis atau gaib. Hal ini dimaksudkan agar
rakyatmenjadipatuh, takut dan taat pada segala perintah raja.
c)Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan
kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat
riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi sosial dan ekonomi dari
kehidupan rakyat
d)Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
e)Bersifat regio-sentris atau kedaerahan (enocentrisme), artinya historiografi
tradisional banyak menekankan pada budaya dan suku bangsa di kerajaan
tersebut.
f) Dalam penguraiannya banyak terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya berkaitan
waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah, penggunaan kosa kata penggunaan
nama dll.
Penulisan Sejarah yang bercorak tradisional di Indonesia dimulai sejak masa
kerajaan Hindu-Budha sampai masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam.
Karya historiografi umumnya berupa prasasti, dan naskah-naskah kuno (babad
dan hikayat) yang bertujuan supaya generasi penerus dapat mengetahui peristiwa
di masa lalu terutama di zaman kerajaan saat seorang raja memerintah suatu
kerajaan. Prasasti biasanya berkaitan dengan ritual di suatu kerajaan, atau sebagai
tanda peringatan sebuah momen peristiwa pada suatu kerajaan. Contohnya adalah
Prasasti Yupa, Prasasti Ciareteun, Prasasti Kedukan Bukit, dll. Babad merupakan
nama yang digunakan di buku carita sejarah atau kronik dalam tradisi penulisan
sejarah suku bangsa. Biasanya penulis babad merupakan seorang pujangga
keraton. Babad berisi unsur tradisional, cerita bercampur mitos yang kadang-

61
kadang dipenuhi dengan kiasan dan isyarat. Babad banyak menceritakan tentang
sejarah kerajaan-kerajaan, pahlawan-pahlawan atau kejadian-kejadian tertentu.
Babad berkembang pada masa Hindu-Budha dan Islam. Contoh karya tulisan
historiografi masa Hindu-Budha adalah Babad Tanah Jawa, Babad Parahiangan,
Kitab Pararaton, Babad Tanah Pasundan, BabadSriwijaya, Kitab Negara
kertagama, Babad Galuh, Kitab Ramayana, Maha bharata, dll.

Historiografi kolonial adalah historiografi yang ditulis pada saat pemerintahan


kolonial Belanda, yaknisejak zaman VOC (sampai ketika pemerintahan Hindia
Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang di tahun 1942). Penulisnya umumnya
orang-orang Belanda atau Eropa. Fokus utama historiografi kolonial adalah
kehidupan warga Belanda di Indonesia (Hindia Belanda, sebutan Indonesia masa
penjajahan Belanda) misalnya aktivitas-aktivitas warga Belanda, pemerintahan
kolonial, pegawai kompeni dan kegiatan para gubernur jenderal dalam
menjalankan tugasnya di Hindia Belanda. Karena fokusnya adalah kepentingan
Belanda, maka tulisan sejarah disusun menurut penafsiran dan pandangan
Belanda. Banyak penulisan tentang perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda
berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya. Contohnya tentang Pangeran
Diponegoro, yang dalam Sejarah Indonesia dikenal sebagai tokoh pahlawan dan
perlawanannya terhadap Belanda adalah untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran serta dilandasi rasa cinta tanah air. Tapi dalam tulisan Belanda,
Pangeran Diponegoro adalah seorang yang kejam dan pemberontak karena
menentang pemerintah Belanda.
Ciri-ciri historiografi kolonial adalah sebagai berikut:
a) Merupakan sejarah orang Belanda di Hindia Timur (Indonesia)
b) Sumber yang digunakan yaitu sumber dari pemerintah Belanda baik di
negaranya maupun jajahannya.
c) Bersifat diskriminatif (membedakan), artinya bangsa Belanda yang serba
mulia dan terhormat, orang-orang pribumi (Indonesia) diabaikan dan hanya
dianggap sebagai alat untuk kepentingan Belanda.
d) Bersifat Eropa-sentris dan fokusnya ke Belanda-sentris, artinya yang
diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas bangsa

62
Eropa (terutama orang-orang Belanda), pemerintahan kolonial, aktivitas para
pegawai kompeni (orang-orang kulit putih).
e) Menganggap bahwa Hindia Timur (Indonesia) belum memiliki sejarah
sebelum kedatangan orang-orang Eropa atau Belanda
f) Bentuk tulisan yaitu berupa laporan-laporan, yakni memori tulisan serah
jabatan atau laporan khusus kepada pemerintah pusat di Batavia mengenai
kekuasaan dan peluasan wilayah pejabat yang bersangkutan. Biasanya
dilengkapi dengan data statistik dan pemetaan gambaran suatu daerah.
g) Isinya berupa sejarah politik dan tokoh-tokoh besar
Berdasarkan ciri-cirinya, kelebihan dan kekurangan historiografi kolonial adalah:
Kelebihan Historiografi Kolonial
a. Historiografi kolonial memberikan penguatan proses naturalisasi historiografi
Indonesia
b. Kita mendapatkan gambaran fakta dan kejadian-kejadian di Indonesia masa
Hindia Belanda, meskipun yang dominan adalah kepentingan Belanda.
c. Indonesia diperkaya dengan literature historoigrafi yang dihasilkan kolonial
Belanda.
Kelemahan Historiografi Kolonial
a. Hanya membahas aktivitas kolonial Belanda, sangat sedikit membahas kaum
pribumi (orang Indonesia)
b. Umumnya isi karya historiografi menyesuaikan dengan penafsiran pihak
Belanda, sehingga semua yang mereka lakukan semasa penjajahan Belanda
adalah hal benar menurut Belanda.
c. Sangat sedikit membahas tentang proses jatuhnya kekuasaan belanda.

Beberapa contoh karya historiografi kolonial antara lain :


1. Reizen (Catatan Perjalanan) yang ditulismulaitahun 1600- an oleh
Nicholaus de Graff b) Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia

63
Belanda), terdiridari 6 jilid yang diterbitkansecarabertahap pada tahun 1938,
1939, dan 1940. Editor utama dari buku ini adalah Dr. F.W. Stapel
2. Schetseener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Kondisi
Ekonomi Hindia Belanda) karya G. Gonggrijp
3. Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah kepulauan Hindia) karya
B.H.M.V lekke
4. Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) karya H. J. de Graaf.
5. History of Java ( Sejarah Jawa ( 1817) karya Thomas S. Raffles

Historiografi Nasional (Modern) Penulisan sejarah pada masa ini ditandai


dengan adanya peranan Indonesia sebagai pemeran dan pelaku
utamadalamHistoriografi (Indonesia-sentris). Artinya, sejarah Indonesia ditulis
berdasarkan pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan lagi
berdasarkan pandangan kolonial atau penguasa semata. Seminar Nasioanl Sejarah
I tahun 1957 di Yogyakarta dianggap sebagai kebangkitan penulisan sejarah
nasional Indonesia. Dalam seminar itu dibahas tentang dorongan untuk menulis
sejarah yang berorientasi Indonesia. Penulisan karya historiografi modern ditandai
dengan metode kritis serta kaidah-kaidah ilmiah yang dapat di pertanggung
jawabkan.
Historiografi nasional juga menggunakan berbagai disiplin ilmu (multi-
dimensional) serta sumber sumber sejarah yang lebih lengkap. Selain itu, bahan
tulisan sejarah bukan lagi hanya mengisahkan para raja dan orang besar lainnya,
melainkan juga rakyat kecil dan orang kebanyakan yang juga berperan dalam
kisah sejarah secara keseluruhan.
1) Ciri-ciri Historiografi Modern
a. Sudut pandang Indonesia sentris, yakni berpusat pada kehidupan masyarakat
Indonesia
b. Bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan multi dimensional.
c. Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagi sumber baik itu
sumber kolonial maupun sumber lokal.

64
d. Penulisnya adalah orang-orang akademisi/kritis dalam bidang bahasa,
kesusastrraan dan kepurbakalaan.
e. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan negara saja, tetapi
lebih pada kemanusiaannya, yaitu kebudayaan.
f. Cara pandang yang digunakan dalam melihat peristiwa tidak lagi dari satu
sisi melainkan memandang suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang. Hal
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya subjektifitas dalam menuliskan
sejarah
g. Menonjolkan peran bangsa Indonesia.

65
LAMPIRAN 5

HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS I

No Nama Memperhatik Keaktifan Kemampuan Berani Jmlh


an materi dalam menyampaikan menjawab
dengan baik berdiskusi pendapat pertanyaan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 A.B.S √ √ √ √ 8

2 A.S.S.M √ √ √ √ 10

3 A.K.B √ √ √ √ 9

4 A.A.K √ √ √ √ 10

5 C.A.M.M √ √ √ √ 11

6 D.P.S.L √ √ √ √ 12

7 F.S.S √ √ √ √ 9

8 F.B.B √ √ √ √ 12

9 G.T.M √ √ √ √ 9

10 G.M.R √ √ √ √ 10

11 K.G.T √ √ √ √ 12

12 K.T.L √ √ √ √ 9

13 L.D.L √ √ √ √ 12

14 M.O.D.P √ √ √ √ 10

15 M.P.P.R √ √ √ √ 11

16 M.M.B √ √ √ √ 7

17 M.D.P √ √ √ √ 10

18 O.M.S √ √ √ √ 12

66
19 P.E.G √ √ √ √ 10

20 R.O.B √ √ √ √ 8

21 R.D.D √ √ √ √ 9

22 S.A.W.T √ √ √ √ 10

23 T.A.O.K √ √ √ √ 10

24 Y.B √ √ √ √ 10

25 Y.K.S √ √ √ √ 13

26 Y.E.M √ √ √ √ 7

Jumlah 259

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus I (2023) 259/4= 64,75 %

67
LAMPIRAN 6

HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I

No Nama Kelas KKM Nilai Ket


1 Adrianus Bai Seran X IPS 2 75 60 TT
2 Aloysia Susana S. Mangu X IPS 2 75 87 T
3 Ambrosius Kai Buran X IPS 2 75 68 TT
4 Arnoldus Ara Kian X IPS 2 75 65 TT
5 Claudio Ave Mario Mujur X IPS 2 75 80 T
6 Djolandarycha P. Sabon X IPS 2 75 77 T
Lewokeda
7 Febrianto Senu Samon X IPS 2 75 65 TT
8 Fransiska Benga Bala X IPS 2 75 76 T
9 Getrudis Tulit Mawar X IPS 2 75 76 T
10 Gregorius Mangu Rua X IPS 2 75 77 T
11 Kamilus Gara Taran X IPS 2 75 87 T
12 Kristanto Tupen Liat X IPS 2 75 76 T
13 Lusia Deran Laga X IPS 2 75 80 T
14 Maria Oktavia D. Payon X IPS 2 75 77 T
15 Maria Patrisia P. Roman X IPS 2 75 76 T
16 Marselina Murin Boro X IPS 2 75 65 TT
17 Marselinus Doren Paron X IPS 2 75 67 TT
18 Olivia Masi Sengari X IPS 2 75 84 T
19 Petrus Eko Geo X IPS 2 75 76 T
20 Robertus Ola Boro X IPS 2 75 68 TT
21 Rukia Date Doni X IPS 2 75 68 TT
22 Susi Amelia Wae Tadon X IPS 2 75 80 T
23 Tresia Avila Ose Koda X IPS 2 75 77 T
24 Yasinta Balaweling X IPS 2 75 76 TT
25 Yasinto Kopong Sabon X IPS 2 75 84 T

68
26 Yuliana Ene Mado X IPS 2 75 68 TT
Jumlah Skor 1.940
Rata-Rata 74,61%
Presentase ketuntasan 65,38%

Untuk mengukur presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan


rumus:
1) Ketuntasan secara individu
Nilai yang diperoleh siswa dapat menggunakan rumus :

Σ Skor yang diperoleh X 100


Skor Siswa=
Σ Total Skor Maksimum

Berdasarkan analisis nilai diatas diperoleh siswa yang telah tuntas sebanyak 17
siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas adalah sebanyak 9 siswa.

2) Ketuntasan belajar secara klasikal

Σ Siswa tuntas
Angka Persentase= x 100
Σ siswaseluruhnya

17
Angka Persentase= x 100
26

= 65,38%

69
LAMPIRAN 7

SOAL EVALUASI SIKLUS I

I. Pilihan Ganda
1. Berikut ini yang bukan ciri-ciri dari historiografi Kolonial adalah?

a. Bersifat diskriminatif
b. Membahas orang-orang belanda
c. Tidak sesuai fakta sejarah
d. Bersifat Belanda Sentris
e. Adanya semangat nasionalisme
2. Dalam Historiografi Tradisional terdapat salah satu cirri yaitu Religiomagis,
yang artinya adalah?
a. Dihubungkan dengan kepecayaan dan hal-hal yang gaib
b.Tidak begitu menbedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
c. Hanya tokoh-tokoh tertentu yang di tonjolkan dalam cerita naskah
d. Menceritakan mengenai raj-raja atau tokoh-tokoh bangsawan
e. Menceritakan keadaan lingkungan dan tempat kerajaan
3. Dalam penelitian Sejarah Historiografi di sebut sebagai?
a. Penulisan Kisah
b. Penulisan Cerita
c. Mengarsipkan Dokumen
d. Penulisan Sejarah
e. Menulis ulang
4. Perhatikan ciri-ciri historiografi di bawah ini!
1. Penulisannya lebih modern dari pada historiografi terdahulu
2. Ditulis menggunakan metode penelitian sejarah
3. Ditulis oleh sejarawan masa kini
4. Banyak memuatfaktasejarah
5. Bersifat Diskriminatif
6. Bersifat religio sentries
Dari urutan di atas yang bukan merupakan ciri-ciri historiografii modern
Adalah ?
a. 1 dan 2 d. 2 dan 4
b. 3 dan 4 e. 3 dan 6
c. 5 dan 6

5. Berikut ini adalah salah satu sifat dari Historiografi Nasional, yaitu ?

70
a. Religio Sentris
b. Indonesia Sentris
c. Regio Sentris
d. Neederlands Sentris
e. Religio magis
6. Salah satu ciri dari Historiografi Nasionalisme yaitu Indonesia sentris, yang
artinya adalah?
a. Membahas mengenai bangsa Indonesia
b. Adanya semangat nasionalisme
c. Berdasarkan sudut pandang kepentingan rakyat Indonesia
d. Proses pembentukan bangsa Indonesia
e. Mengutamakan kepentingan bangsa kolonial
7. Di bawah ini merupakan contoh dari historiografi modern adalah
a. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia (Jilid I-IX)
b. Riwayat Hidup Kartini
c. Riwayat Hidup Cut Nyak Dien
d. Geschiendenis Van Java
e. Buku Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900
8. Perhatikan cirri-ciri historiografi di bawah ini!
1. Bersifat Indonesia sentrisme
2. Lebih mengutamakan kepentingan nasional Indonesia
3. Ditulis sesuai fakta sejarah yang da di Indonesia
4. Di buat setelah Indonesia merdeka
5. Berstfat Jawa Sentris
6. Banyak memuat Mitos
Dari urutan di atas yang bukan merupakan ciri-ciri historiografi nasional
Adalah ?
a. 5 dan 6
b. 3,4 dan 6
c. 1,5 dan 6
d. 3,5 dan 6
e. 2,3 dan 4
9. Buku yang berjudul Der Geschiendenis Van Nedeelandsch Oost-Indie adalah
contoh dari historiografi colonial yang di tulis oleh
a. H.J de Graaf
b. A.J. Eijkman dan F.W.Stapel
c. Thomas S. Raffles
d. B.H.M Vlekke
e. G.Gonggijp
10. Historiogrfi tradisional di bagi berdasarkan waktu menjadi dua yaitu?
a. Historiografi tradisional masahindu-budha dan masa peperangan
b. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa kerajaan

71
c. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa colonial
d. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa islam
e. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa colonial

II. Essay

11. Bagaimana ciri historiografi modern !


12. Sebutkan fungsi Historiografi Tradisional !
13. Sebutkan ciri-ciri historiografi tradisional dan sebutkan contohnya!
14. Bagaimana penulisan sejarah Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945!
15. Sebutkan cirri historiografi kolonial !

KUNCI JAWABAN

Nomor Kunci Skor

1. E 3

2. A 1

3. D 1

4. C 3

5. B 2

6. C 2

7. E 2

8. A 3

9. B 2

10. D 1

11. Ciri historiografi modern 4


1) Menonjolkan Peran bangsa Indonesia
2) Mengunakan sudut pandang Indonesia sentris
3) Bersifat kritis dan analitis dengan mengunakan sudut pandang
Indonesia sentries

72
4) Bersifat kritis dan analitis dengan menggunakan pendekatan multi 4
dimensional
12. Fungsi histoeiografi tradisional
1) Untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis
2) Untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan
pusat
5
3) Untuk membuat simbol identitas baru untuk menghormati dan
meninggikan kedudukan raja,dan nama raja,serta wibawa raja
13. Ciri historiografi tradisional
1) Sudut pandang penulisannya berbentuk Istana sentries
2) Tujuan penulisannya sebagai alat legitimasi raja
3) Banyak mengandung unsur mitos
4) Bersifat region sentries atau kaya akan unsure kedaerahan
5)Relegius magis,di hubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
Contoh dari historiografi tradisional
1. Kitab Pararaton
2. Kitab Negara kartagama
3. Babad Tanah Jawa
4. Babad Tanah Pasundan
3
5. Hikayat Raja-Raja Pasai

14. Bagaimana penulisan sejarah Indonesia sejak keerdekaan tahun 1945!


Terjadi perpindahan dan pergeseran dari penulisan sejarah yang bersifat
Nerlando sentries ke Indonesia sentris. Bahwa sejarah Indonesia sendiri
4
adalah sejarah Indonesia sendiri bukan bagian dari sejarah kerajaan belanda

15. ciri historiografi kolonial!


1) Sudut pandang penulisannya adalah Neerdelando sentris atau Eropa
sentris
2) Tulisannya bersifat subjektif pemerintah colonial
3) Dalam penulisannya cenderung mengabaikan sumber lokal
4) Mengisahkan sejarah dari orang-orang besar, misalnya Daendels dan
Raffles
5) Tulisan bersifat diskriminatif terhadap rakyat Hindia Belanda
NILAI Skor Perolehan =
X 100
Skor maksimal

Skor Perolehan
= X 100
40

73
LAMPIRAN 8
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
SIKLUS I

Satuan Pendidikan :

Nama Siswa :

Kelas / semester :

Mata Pelajaran :

Hari/ tanggal :

I. Pilihan Ganda

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5. 10.

II. Essay

11. …………………………………………………………………………………

12. ………………………………………………………………………………….

13. ………………………………………………………………………………….

14. ……………………………………………………………………….................

15. …………………………………………………………………………………

74
LAMPIRAN 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS II

Standar SMAK Lamaholot Witihama


Pendidikan :

Mata Sejarah Peminatan


Pelajaran :

Kelas/Semester : X/II

Materi Pokok : Historiografi

Alokasi 2x45 Menit


Waktu :

A. Kompetensi Inti

 K1-1 & K1-2 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-
aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional,dan kawasan internasional.
 K1-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

75
 K1-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indicator Pencapaian

3.8 Menganalisis ciri-ciri 3.8.1 Mengidentifikasi contoh historiografi


dari historiografi tradisional, kolonial dan modern.
tradisional, kolonial, dan 3.8.2 Mendeskripsikan pengertian historiografi
modern tradisional, kolonial dan modern
3.8.3 Menguraikan berbagai jenis historiografi
3.8.4 Menjabarkan isi historiografi tradisional,
kolonial dan modern
4.8 Menyajikan hasil 4.8.1 Menyajikan ciri-ciri historiografi tradisional,
kajian ciri-ciri historiografi historiografi kolonial dan historiografi modern
tradisional, kolonial, dan dalam bentuk mind mapping
modern dalam bentuk
tulisan dan/atau media lain

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:

1. Menganalisis ciri-ciri hstoriografi


2. Menyajikan hasil kajian mengenai historiografi tradisional, kolonial,
modern, dengan mengembangkan sikap jujur, peduli, dan bertanggung jawab,
serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi,
berkolaborasi, berkreasi

76
D. Materi Pembelajaran

Historiografi tradisional, kolonial, dan modern


E. Metode Pembelajaran

1) Pendekatan Pembelajaran : pembelajaran saintifik


2) Model Pembelajaran : Cooperative Learning
3) Metode Pembelajaran : Buzz Group
4) Alat Pembelajaran : Lembar kerja siswa, papan tulis dan SpidoL

F. Sumber Belajar

1. Modul pembelajaran SMA Sejarah Peminatan

2. Internet

G. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi


Waktu

Pendahulua 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, 12


n memanjatkan syukur kepada TYE dan berdoa Menit
untuk memulai pembelajaran
2. Menanyakan kabar siswa
3. Guru melakukan kegiatan absensi
4. Guru menyampaikan aktivitas yang akan
dilakukan dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
5. Guru memberikan motivasi siswa.

Inti Mengamati 65
1. Siswa diminta untuk mengamati gambar yang di Menit
pegang oleh guru

Menanya

1. Guru melakukan tanya jawab tentang gambar


yang ada

77
Mengasosiasi
1. Guru memberikan penguatan materi dan
penjelasan gambar tersebut
2. Guru memilih bahan yang akan didiskusikan

Mengkomunikasikan

1. Guru membentuk kelompok kecil yang terdiri dari


3-6 orang
2. Sebelum diskusi dimulai setiap kelompok
melakukan pembagian tugas, ada yang bertugas
sebagai ketua kelompok, moderator, notulis, dan
yang membacakan atau yang mempresentasikan
didepan kelas
3. Masing-masing kelompok melakukan diskusi
sesuai dengan tema yang di peroleh
4. Setelah diskusi selesai perwakilan kelompok
melakukan presentasi untuk membacakan hasil
diskusi di depan kelas
5. Pada saat presentase siswa lain menyimak,
apabila belum jelas boleh mengajukan pertanyaan
kepada kelompok yang melakukan presentase.

Penutup 1. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan 13


materi pembelajaran Menit
2. Guru melakukan evaluasi
3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
4. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam dan
doa pembuka.

I. Penilaian Hasil Belajar


1. Teknik Penilaian
2. Bentuk Penilaian

78
a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
b. Penilaian pengetahuan : Tes tertulis dan penugasan
c. Penilaian Ketrampilan : Unjuk Kerja (presentasi dan laporan)

Bentuk Penilaian

a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas siswa


b. Tes Tertulis/Penugasan : lembar Kerja
c. Unjuk Kerja : Lembar penilaian presentasi
7. Prosedur Penilaian
c. Penilaian proses : menggunakan format pengamatan yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran sejak dari awal kegiatan hingga
berakhirnya kegiatan.
d. Penilaian hasil : menggunakan instrumen penilaian hasil belajar dengan
tes tulis.
8. Instrumen Penilaian
c. Penilaian proses : kinerja dan sikap
d. Penilaian hasil : Soal pilihan ganda dan isian
9. Remidial
d. Tugas membuat Rangkuman dengan indikator yang tidak mampu dicapai
e. Tugas mandiri untuk mempelajari Materi dengan Indikator yang belum
dicapai
f. Tugas belajar bersama tutor sebaya menganai indikator yang belum
dicapai
10. Pengayaan
c. Menjadi Tutor sebaya kepada teman yang belum mampu mencapai KKM
pada indikatornya
d. Diberikan materi yang levelnya lebih tinggi sesuai kondisi peserta didik
LAMPIRAN-LAMPIRAN
3. Istrumen Penilaian Sikap
b. Penilaian Kompetensi Sikap

79
Sikap yang menjadi fokus dalam pembelajran ( mis : penilaian adalah
sikap jujur, disiplin, tanggungjawab, kerjasama, dan proaktif ) ntuk sikap
akan dilihat peserta didik yang memiliki sikap yang sangat positif terhadap
kelima sikap di atas, dan hasilnya akan dicatat dalam jurnal sebagai
berikut;

Tgl Nama Siswa Ket


Catatan (+ & - )

Skor Penilaian :

Skor Perolehan
X 100
Skor Maksimal

4. Penilaian Ketrampilan
Rubrik Penilaian ketrampilan (Presentasi Kelompok)
b. Penilaian untuk kegiatan diskusi kelompok
Mendenga Argumentas Kontribus
N Nama Komunikasi Sko
r i i
o 1–4 r
1–4 1–4 1–4

80
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Skor Perolehan
X 100
Skor maksimal
Keterangan :

5. Menkomunikasikan adalah kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan


atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.
6. Mendengarkan dipahamin sebagai kemampuan pesertadidik untuk tidak
menyela, memotong, menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang
mengungkapkan gagasanya.
7. Berargumentasi menunjukan kemampuan peserta didik dalam melakukan
argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau memtantakan
gagasannya.
8. Berkontribusi kemampuan peserta didik memberi masukan gagasa-gagasan
yang mendukung atau mengarah pada penarikan kesimpulan termasuk
didalamnya menghargai perbedaan pendapat.

c. Penilaian Presentasi
No Nama Menjelaskan Memvisualisasikan Merespon Jumlah
Siswa 1-3 1-3 1-3 Skor

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:

Skor Perolehan
X 100
Skor maksimal
Keterangan ketrampilan

3. 2.4 Menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi


dan diskusi secara menyeluruh

81
3. 2.5 Memvisualisasikan adalah kemampuann mengemas informasi
seunik dan semenarik mngkin
3. 2.6 Merespon adalah kemampuan peserta didi menyampaiakn
tanggapan atas pertanyaan, bantahan dan sanggahan dari pihak lain
secara empatik
d. Penilaian keterampilan membuat peta.
Nam Keaslia
N a Kesesuaian letak (1- n Skla gambar Sko
o 4) (1_4) r
(1-4 )

82
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Skor Perolehan X 100


Skor maksimal
Keterangan

1) Kesesuaian letak adalah kemampuan peserta didik untuk menentukan dengan


tepat letak daerah peristiwa sejarah dengan benar.
2) Keaslian dipahamin sebagai kemampuan peserta didik untuk menyajikan hasil
karya nya sendiri bukan jiplakan atau copy dari gambar manapun.
3) Skala gambar menunjukan kemampuan peserta didik dalam menentukan
ukuran dan perbandingan skla yang tepat pada gambar peta yang dihasilkan
sesuai dengan keaslian

Mengetahui Witihama, 10 Agustus


2023

Kepala SMAK Lamaholot Witihama Guru Mata pelajaran sejarah

Drs. Stefanus T. Boleng Yeremia Bao Wolo, S.Pd


NIP. -

LAMPIRAN 10

MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS II

HISTORIOGRAFI

Pengertian historiografi menurut etimologi (Bahasa) Dalam bahasa


Sansekerta, historiografi merupakan gabungan dua kata yaitu history yang berarti
sejarah dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan. Jadi historiografi berarti
deskripsi (penulisan) sejarah. Dalam bahasa Yunani, historiografi terdiri atas
historia yang artinya penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan grafein yang
bermakna sebuah gambaran, tulisan atau uraian.

83
Perkembangan historiografi di Indonesia? Mari kita lihat bagan
berikut :Historiografi di Indonesia diawali dari masa aksara, yakni ketika
Indonesia telah mengenal tulisan. Karya-karya awal historiografi Indonesia berupa
prasasti. Historiografi Indonesia dalam bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca
yang menulis kitab Negara kertagama. Historiografi tradisonal dianggap berakhir
dengan hadirnya buku yang berjudul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van
Banten (Sejarah Banten) yang disusun tahun 1662-1663 dalam bentuk tembang
macapat, kemudian menjadi obyek penelitian Hoesein Djajadiningrat dan disusun
sebagai disertasi doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada
Universitas Leiden tahun 1913. Buku ini dianggap telah mulai kritis dan didasari
fakta yang ada. Meski ada juga yang menganggap buku tersebut lebih condong
untuk kepentingan penjajah Belanda.
Historiografi kolonial berakhir setelah Indonesia merdeka. Waktu yang
dianggap sebagai titik tolak historiografi modern Indonesia adalah dimulai sekitar
tahun1957, setelah diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia
Pertama di Yogyakarta. Hisrotiografi tradisional adalah penulisan sejarah
tradisional yang di mulaidari zaman hindu sampai masuk dan
berkembangnyaislam di Indonesia.penulisan sejarah masa kerajaan tradisional
berfungsi untuk merekam dan mewariskan kehidupan dinasti yang berkuasa
kepada generasi berikutnya
Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah tradisional yang di mulai dari
zaman hindusampaimasuk dan berkembangnya islam di Indonesia. penulisan
sejarah masa kerajaan masa kerajaan tradisional berfungsi utuk merekam dan
mewariskan kehidupan dinasti yang berkuasa kepada generasi berikutnya.
Penulisan sejarah ini mengedepankan unsur keturunan (geneologi), tetapi
mempunyai kelemahan dalam stuktur kronologi dan unsur biografi. Penulisan
sejarah tradisional umumnya tentang kerajaan, kehidupan raja,dan sifat-sifat yang
melebih-lebihkan raja dan para pengikutnya. historiografi ini berkembang pada
masa hindu-budha dan islam.
Ciri-ciri Historiografi Tradisional Banyak ahli yang sepakat bahwa penulisan
sejarah masa tradisional lebih merupakan ekspresi budaya dari pada usaha untuk
merekam sejarah. Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak ditujukan untuk
mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta, melainkan
diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabadikan kepada penguasa. oleh karena
itu, historiografi tradisional tercipta unsur-unsur sastra yang menghasilkan karya
mitologi dan imajinatif.
Ciri-ciri historiografi tradisional adalah :
a) Istana Sentris, artinya karya sejarah hanya dipusatkan pada kehidupan raja atau
keluarga raja (keluarga istana), dan tidak mmengangkat kehidupan masyarakat
jelata ( masyarakat umum)

84
b) Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang
gaib. Seorang raja dianggap sebagai wujud penjelmaan Dewa atau Tuhan,
sehingga dianggap memiliki kekuatan magis atau gaib. Hal ini dimaksudkan
agar rakyatmenjadipatuh, takut dan taat pada segala perintah raja.
c) Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan
kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat
riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi sosial dan ekonomi dari
kehidupan rakyat
d) Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
e) Bersifat regio-sentris atau kedaerahan (enocentrisme), artinya historiografi
tradisional banyak menekankan pada budaya dan suku bangsa di kerajaan
tersebut.
f) Dalam penguraiannya banyak terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya berkaitan
waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah, penggunaan kosa kata penggunaan
nama dll.
Penulisan Sejarah yang bercorak tradisional di Indonesia dimulai sejak masa
kerajaan Hindu-Budha sampai masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam.
Karya historiografi umumnya berupa prasasti, dan naskah-naskah kuno (babad
dan hikayat) yang bertujuan supaya generasi penerus dapat mengetahui peristiwa
di masa lalu terutama di zaman kerajaan saat seorang raja memerintah suatu
kerajaan. Prasasti biasanya berkaitan dengan ritual di suatu kerajaan, atau sebagai
tanda peringatan sebuah momen peristiwa pada suatu kerajaan. Contohnya adalah
Prasasti Yupa, Prasasti Ciareteun, Prasasti Kedukan Bukit, dll. Babad merupakan
nama yang digunakan di buku carita sejarah atau kronik dalam tradisi penulisan
sejarah suku bangsa. Biasanya penulis babad merupakan seorang pujangga
keraton. Babad berisi unsur tradisional, cerita bercampur mitos yang kadang-
kadang dipenuhi dengan kiasan dan isyarat. Babad banyak menceritakan tentang
sejarah kerajaan-kerajaan, pahlawan-pahlawan atau kejadian-kejadian tertentu.
Babad berkembang pada masa Hindu-Budha dan Islam. Contoh karya tulisan
historiografi masa Hindu-Budha adalah Babad Tanah Jawa, Babad Parahiangan,
Kitab Pararaton, Babad Tanah Pasundan, BabadSriwijaya, Kitab Negara
kertagama, Babad Galuh, Kitab Ramayana, Maha bharata, dll.

85
Historiografi kolonial adalah historiografi yang ditulis pada saat pemerintahan
kolonial Belanda, yaknisejak zaman VOC (sampai ketika pemerintahan Hindia
Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang di tahun 1942). Penulisnya umumnya
orang-orang Belanda atau Eropa. Fokus utama historiografi kolonial adalah
kehidupan warga Belanda di Indonesia (Hindia Belanda, sebutan Indonesia masa
penjajahan Belanda) misalnya aktivitas-aktivitas warga Belanda, pemerintahan
kolonial, pegawai kompeni dan kegiatan para gubernur jenderal dalam
menjalankan tugasnya di Hindia Belanda. Karena fokusnya adalah kepentingan
Belanda, maka tulisan sejarah disusun menurut penafsiran dan pandangan
Belanda. Banyak penulisan tentang perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda
berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya. Contohnya tentang Pangeran
Diponegoro, yang dalam Sejarah Indonesia dikenal sebagai tokoh pahlawan dan
perlawanannya terhadap Belanda adalah untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran serta dilandasi rasa cinta tanah air. Tapi dalam tulisan Belanda,
Pangeran Diponegoro adalah seorang yang kejam dan pemberontak karena
menentang pemerintah Belanda.
Ciri-ciri historiografi kolonial adalah sebagai berikut:
a) Merupakan sejarah orang Belanda di Hindia Timur (Indonesia)
b) Sumber yang digunakan yaitu sumber dari pemerintah Belanda baik di
negaranya maupun jajahannya.
c) Bersifat diskriminatif (membedakan), artinya bangsa Belanda yang serba
mulia dan terhormat, orang-orang pribumi (Indonesia) diabaikan dan hanya
dianggap sebagai alat untuk kepentingan Belanda.
d) Bersifat Eropa-sentris dan fokusnya ke Belanda-sentris, artinya yang
diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas bangsa
Eropa (terutama orang-orang Belanda), pemerintahan kolonial, aktivitas para
pegawai kompeni (orang-orang kulit putih).
e) Menganggap bahwa Hindia Timur (Indonesia) belum memiliki sejarah
sebelum kedatangan orang-orang Eropa atau Belanda
f) Bentuk tulisan yaitu berupa laporan-laporan, yakni memori tulisan serah
jabatan atau laporan khusus kepada pemerintah pusat di Batavia mengenai
kekuasaan dan peluasan wilayah pejabat yang bersangkutan. Biasanya
dilengkapi dengan data statistik dan pemetaan gambaran suatu daerah.

86
g) Isinya berupa sejarah politik dan tokoh-tokoh besar
Berdasarkan ciri-cirinya, kelebihan dan kekurangan historiografi kolonial adalah:
Kelebihan Historiografi Kolonial
a. Historiografi kolonial memberikan penguatan proses naturalisasi historiografi
Indonesia
b. Kita mendapatkan gambaran fakta dan kejadian-kejadian di Indonesia masa
Hindia Belanda, meskipun yang dominan adalah kepentingan Belanda.
c. Indonesia diperkaya dengan literature historoigrafi yang dihasilkan kolonial
Belanda.
Kelemahan Historiografi Kolonial
a. Hanya membahas aktivitas kolonial Belanda, sangat sedikit membahas kaum
pribumi (orang Indonesia)
b. Umumnya isi karya historiografi menyesuaikan dengan penafsiran pihak
Belanda, sehingga semua yang mereka lakukan semasa penjajahan Belanda
adalah hal benar menurut Belanda.
c. Sangat sedikit membahas tentang proses jatuhnya kekuasaan belanda.

Beberapa contoh karya historiografi kolonial antara lain :


a. Reizen (Catatan Perjalanan) yang ditulismulaitahun 1600- an oleh
Nicholaus de Graff b) Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia
Belanda), terdiridari 6 jilid yang diterbitkansecarabertahap pada tahun
1938, 1939, dan 1940. Editor utama dari buku ini adalah Dr. F.W. Stapel
b. Schetseener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Kondisi
Ekonomi Hindia Belanda) karya G. Gonggrijp
c. Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah kepulauan Hindia) karya
B.H.M.V lekke
d. Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) karya H. J. de Graaf.
e. History of Java ( Sejarah Jawa ( 1817) karya Thomas S. Raffles

87
Historiografi Nasional (Modern) Penulisan sejarah pada masa ini ditandai
dengan adanya peranan Indonesia sebagai pemeran dan pelaku
utamadalamHistoriografi (Indonesia-sentris). Artinya, sejarah Indonesia ditulis
berdasarkan pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan lagi
berdasarkan pandangan kolonial atau penguasa semata. Seminar Nasioanl Sejarah
I tahun 1957 di Yogyakarta dianggap sebagai kebangkitan penulisan sejarah
nasional Indonesia. Dalam seminar itu dibahas tentang dorongan untuk menulis
sejarah yang berorientasi Indonesia. Penulisan karya historiografi modern ditandai
dengan metode kritis serta kaidah-kaidah ilmiah yang dapat di pertanggung
jawabkan.
Historiografi nasional juga menggunakan berbagai disiplin ilmu (multi-
dimensional) serta sumber sumber sejarah yang lebih lengkap. Selain itu, bahan
tulisan sejarah bukan lagi hanya mengisahkan para raja dan orang besar lainnya,
melainkan juga rakyat kecil dan orang kebanyakan yang juga berperan dalam
kisah sejarah secara keseluruhan.
Ciri-ciri Historiografi Modern
a. Sudut pandang Indonesia sentris, yakni berpusat pada kehidupan masyarakat
Indonesia
b. Bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan multi dimensional.
c. Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagi sumber baik itu sumber
kolonial maupun sumber lokal.
d. Penulisnya adalah orang-orang akademisi/kritis dalam bidang bahasa,
kesusastrraan dan kepurbakalaan.
e. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan negara saja, tetapi
lebih pada kemanusiaannya, yaitu kebudayaan
f. Cara pandang yang digunakan dalam melihat peristiwa tidak lagi dari satu sisi
melainkan memandang suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya subjektifitas dalam menuliskan sejarah
g. Menonjolkan peran bangsa.

88
LAMPIRAN 11
HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS II
No Nama Memperhatik Keaktifan Kemampuan Berani Jmlh
an materi dalam menyampaikan menjawab
dengan baik berdiskusi pendapat pertanyaan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 A.B.S √ √ √ √ 13

89
2 A.S.S.M √ √ √ √ 13

3 A.K.B √ √ √ √ 14

4 A.A.K √ √ √ √ 15

5 C.A.M.M √ √ √ √ 14

6 D.P.S.L √ √ √ √ 16

7 F.S.S √ √ √ √ 14

8 F.B.B √ √ √ √ 15

9 G.T.M √ √ √ √ 14

10 G.M.R √ √ √ √ 16

11 K.G.T √ √ √ √ 14

12 K.T.L √ √ √ √ 14

13 L.D.L √ √ √ √ 15

14 M.O.D.P √ √ √ √ 16

15 M.P.P.R √ √ √ √ 14

16 M.M.B √ √ √ √ 13

17 M.D.P √ √ √ √ 16

18 O.M.S √ √ √ √ 15

19 P.E.G √ √ √ √ 14

20 R.O.B √ √ √ √ 15

21 R.D.D √ √ √ √ 16

22 S.A.W.T √ √ √ √ 15

23 T.A.O.K √ √ √ √ 15

24 Y.B √ √ √ √ 15

25 Y.K.S √ √ √ √ 16

26 Y.E.M √ √ √ √ 14

90
Jumlah 381

Sumber: Hasil olahan peneliti siklus II (2023) 381/4= 95,25%

LAMPIRAN 12
TABEL HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS II

No Nama Kelas KKM Nilai Ket


1 Adrianus Bai Seran X IPS 2 75 77 T
2 Aloysia Susana S. Mangu X IPS 2 75 95 T
3 Ambrosius Kai Buran X IPS 2 75 80 T
4 Arnoldus Ara Kian X IPS 2 75 84 T

91
5 Claudio Ave Mario Mujur X IPS 2 75 95 T
6 Djolandarycha P. Sabon X IPS 2 75 84 T
Lewokeda
7 Febrianto Senu Samon X IPS 2 75 80 T
8 Fransiska Benga Bala X IPS 2 75 84 T
9 Getrudis Tulit Mawar X IPS 2 75 80 T
10 Gregorius Mangu Rua X IPS 2 75 87 T
11 Kamilus Gara Taran X IPS 2 75 90 T
12 Kristanto Tupen Liat X IPS 2 75 80 T
13 Lusia Deran Laga X IPS 2 75 95 T
14 Maria Oktavia D. Payon X IPS 2 75 87 T
15 Maria Patrisia P. Roman X IPS 2 75 80 T
16 Marselina Murin Boro X IPS 2 75 77 T
17 Marselinus Doren Paron X IPS 2 75 77 T
18 Olivia Masi Sengari X IPS 2 75 95 T
19 Petrus Eko Geo X IPS 2 75 80 T
20 Robertus Ola Boro X IPS 2 75 77 T
21 Rukia Date Doni X IPS 2 75 85 T
22 Susi Amelia Wae Tadon X IPS 2 75 95 T
23 Tresia Avila Ose Koda X IPS 2 75 87 T
24 Yasinta Balaweling X IPS 2 75 84 T
25 Yasinto Kopong Sabon X IPS 2 75 90 T
26 Yuliana Ene Mado X IPS 2 75 84 T
Jumlah Skor 2.209
Rata-Rata 84,96%
Presentase ketuntasan 100%

Untuk mengukur presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan


rumus:
1) Ketuntasan secara individu
Nilai yang diperoleh siswa dapat menggunakan rumus :

92
Σ Skor yang diperoleh X 100
Skor Siswa=
Σ Total Skor Maksimum

Berdasarkan analisis nilai diatas diperoleh siswa yang telah tuntas sebanyak 26
orang.

2) Ketuntasan belajar secara klasikal

Σ Siswa tuntas
Angka Persentase= x 100
Σ siswaseluruhnya

26
Angka Persentase= x 100
26

= 100%

LAMPIRAN 11

SOAL EVALUASI SIKLUS II

I. Pilihan Ganda

1. Berikut ini yang bukan ciri-ciri dari historiografi Kolonial adalah?

a. Bersifat diskriminatif
b. Membahas orang-orang belanda
c. Tidak sesuai fakta sejarah

93
d. Bersifat Belanda Sentris
e. Adanya semangat nasionalisme
2. Dalam Historiografi Tradisional terdapat salah satu cirri yaitu Religiomagis,
yang artinya adalah?

a. Dihubungkan dengan kepecayaan dan hal-hal yang gaib


b. Tidak begitu menbedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
c. Hanya tokoh-tokoh tertentu yang di tonjolkan dalam cerita naskah
d. Menceritakan mengenai raj-raja atau tokoh-tokoh bangsawan
e. Menceritakan keadaan lingkungan dan tempat kerajaan
3. Dalam penelitian Sejarah Historiografi di sebut sebagai?
a. Penulisan Kisah
b. Penulisan Cerita
c. Mengarsipkan Dokumen
d. Penulisan Sejarah
e. Menulis ulang
4. Perhatikan ciri-ciri historiografi di bawah ini!
Penulisannya lebih modern dari pada historiografi terdahulu
1. Ditulis menggunakan metode penelitian sejarah
2. Ditulis oleh sejarawan masa kini
3. Banyak memuatfaktasejarah
4. Bersifat Diskriminatif
5. Bersifat religio sentries
Dari urutan di atas yang bukan merupakan ciri-ciri historiografii modern
Adalah ?
a. 1 dan 2 d. 2 dan 4
b. 3 dan 4 e. 3 dan 6
c. 5 dan 6

5. Berikut ini adalah salah satu sifat dari Historiografi Nasional, yaitu ?
a. Religio Sentris
b. Indonesia Sentris
c. Regio Sentris
d. Neederlands Sentris
e. Religio magis
6. Salah satu ciri dari Historiografi Nasionalisme yaitu Indonesia sentris, yang
artinya adalah?
a. Membahas mengenai bangsa Indonesia
b. Adanya semangat nasionalisme
c. Berdasarkan sudut pandang kepentingan rakyat Indonesia
d. Proses pembentukan bangsa Indonesia
e. Mengutamakan kepentingan bangsa kolonial

94
7. Di bawah ini merupakan contoh dari historiografi modern adalah
a. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia (Jilid I-IX)
b. Riwayat Hidup Kartini
c. Riwayat Hidup Cut Nyak Dien
d. Geschiendenis Van Java
e. Buku Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900
8. Perhatikan cirri-ciri historiografi di bawah ini!
1. Bersifat Indonesia sentrisme
2. Lebih mengutamakan kepentingan nasional Indonesia
3. Ditulis sesuai fakta sejarah yang da di Indonesia
4. Di buat setelah Indonesia merdeka
5. Berstfat Jawa Sentris
6. Banyak memuat Mitos
Dari urutan di atas yang bukan merupakan ciri-ciri historiografi nasional
Adalah ?
a. 5 dan 6
b. 3,4 dan 6
c. 1,5 dan 6
d. 3,5 dan 6
e. 2,3 dan 4
9. Buku yang berjudul Der Geschiendenis Van Nedeelandsch Oost-Indie adalah
contoh dari historiografi colonial yang di tulis oleh
a. H.J de Graaf
b. A.J. Eijkman dan F.W.Stapel
c. Thomas S. Raffles
d. B.H.M Vlekke
e. G.Gonggijp
10. Historiogrfi tradisional di bagi berdasarkan waktu menjadi dua yaitu?
a. Historiografi tradisional masahindu-budha dan masa peperangan
b. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa kerajaan
c. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa colonial
d. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa islam
e. Historiografi tradisional masa hindu-budha dan masa colonial
II. Essay
11. Bagaimana ciri historiografi modern !
12. Sebutkan fungsi Historiografi Tradisional !
13. Sebutkan ciri-ciri historiografi tradisional dan sebutkan contohnya!
14. Bagaimana penulisan sejarah Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945!
15. Sebutkan cirri historiografi kolonial !

KUNCI JAWABAN

95
Nomor Kunci Skor

1. E 3

2. A 1

3. D 1

4. C 3

5. B 2

6. C 2

7. E 2

8. A 3

9. B 2

10. D 1

11. Ciri historiografi modern 4


5) Menonjolkan Peran bangsa Indonesia
6) Mengunakan sudut pandang Indonesia sentris
7) Bersifat kritis dan analitis dengan mengunakan sudut pandang
Indonesia sentries
8) Bersifat kritis dan analitis dengan menggunakan pendekatan multi
4
dimensional

96
12. Fungsi histoeiografi tradisional
4) Untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis
5) Untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan
pusat
6) Untuk membuat simbol identitas baru untuk menghormati dan 5
meninggikan kedudukan raja,dan nama raja,serta wibawa raja
13. Ciri historiografi tradisional
6) Sudut pandang penulisannya berbentuk Istana sentries
7) Tujuan penulisannya sebagai alat legitimasi raja
8) Banyak mengandung unsur mitos
9) Bersifat region sentries atau kaya akan unsure kedaerahan
10) Relegius magis,di hubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang
gaib.
Contoh dari historiografi tradisional
6. Kitab Pararaton
7. Kitab Negara kartagama
8. Babad Tanah Jawa
9. Babad Tanah Pasundan
10. Hikayat Raja-Raja Pasai 3

14. Bagaimana penulisan sejarah Indonesia sejak keerdekaan tahun 1945!


Terjadi perpindahan dan pergeseran dari penulisan sejarah yang bersifat
Nerlando sentries ke Indonesia sentris. Bahwa sejarah Indonesia sendiri
adalah sejarah Indonesia sendiri bukan bagian dari sejarah kerajaan belanda
4
15. ciri historiografi kolonial!
6) Sudut pandang penulisannya adalah Neerdelando sentris atau Eropa
sentris
7) Tulisannya bersifat subjektif pemerintah colonial
8) Dalam penulisannya cenderung mengabaikan sumber lokal
9) Mengisahkan sejarah dari orang-orang besar, misalnya Daendels dan
Raffles
10) Tulisannya bersifat diskriminatif terhadap rakyat Hindia Belanda

97
NILAI = Skor Perolehan
X 100
Skor maksimal

Skor Perolehan
= X 100
40
LAMPIRAN 12
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
SIKLUS II

Satuan Pendidikan :

Nama Siswa :

Kelas / semester :

Mata Pelajaran :

Hari/ tanggal :

I. Pilihan Ganda

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5. 10.

II. Essay

11. …………………………………………………………………………………

12. ………………………………………………………………………………….

98
13. ………………………………………………………………………………….

14. ……………………………………………………………………….................

15. …………………………………………………………………………………

LAMPIRAN 13

DOKUMENTASI

 Antar Surat Turun Penelitian

 Kondisi Fisik SMAK Lamaholot Witihama

 Kegiatan Apel dan Doa Pagi

99
 Proses pembelajaran menggunakan metode tipe Buzz Group

100
 Foto Bersama Kelas X IPS SMAK Lamaholot Witihama

101
102
LAMPIRAN 14
SURAT IJIN PENELITIAN

103
LAMPIRAN 15
SURAT SELESAI PENELITIAN

104

Anda mungkin juga menyukai