Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA NEGERI 1


TAMBUSAI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

OLEH:

JULIA EVA NINGSIH


NIM. 11131020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2016
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA NEGERI 1
TAMBUSAI

Julia Eva Ningsih*), Sohibun1), Azmi Asra2)


1,2&3)
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian
juliaevaningsih@yahoo.com
bie.idsohib@gmail.com

ABSTRACT

This research discusses the effect of applying inquiry learning model to improve student learning outcomes
cognitive physics SMA Negeri 1Tambusai. Population in this research is class XI IPA SMAN 1 Tambusai, while its
sample are whole classes IX IPA as many as 50 students of SMAN 1 Tambusai. Data were analyzed using the test N-
Gain. Results from termormalisasi cloth, with a value - average gain of 0.71 experimental class with high category,
while the value - average gain of 0.53 with the control class medium category. Further testing the hypothesis using
the t test. Before performing a hypothesis test conducted prerequisite test that uses test Liliefors normality test and
homogeneity test using the F test, the result is a class of data samples have normal distribution and variance
homogeneity. The next hypothesis test, the calculation results obtained by t hitung = 4.05 and table = 2,021. This
shows that thitung > table (α = 0.05). It’s can be conclution thus there is the influence of inquiry learning model to the
cognitive learning physics students SMA Negeri 1 Tambusai.
Keywords: Effect, Inquiry, Learning Outcomes

1. PENDAHULUAN mampu berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang


Pendidikan adalah usaha sadar untuk hayat (life long learning) (Trilling and Hood, 1999).
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan Galbreath (1999) mengemukakan bahwa, pada abad
bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi pengetahuan, modal intelektual, khususnya
peranannya di masa yang akan datang. Tujuan kecakapan berfikir tingkat tinggi (higher order
pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang thinking), merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja
tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakan yang handal.Sampai saat ini, kecakapan berfikir ini
kegiatan pendidikan. Pembelajaran pada hakekatnya belum ditangani secara sungguh – sungguh. (Ardi
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan dalam Mulyasa, 2014)
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku Fisika merupakan salah satu mata pelajaran
kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan,
terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, baik bahkan saat ini pelajaran fisika juga sebagai salah
faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam satu mata pelajaran yang menentukan kelulusan
pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah siswa, oleh karena itu mata pelajaran fisika harus
mengkondisikan lingkungan agar menunjang ditingkatkan dan diminati siswa. Salah satu masalah
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. yang dihadapi dalam dunia pendidikan disebabkan
Peranan seorang guru sangatlah penting dalam suatu masih lemahnya dalam proses pembelajaran.
proses pembelajaran, karena akan mempengaruhi Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran
keberhasilan para peserta didik. (Nurchayati, 2009). dan termasuk mata pelajaran fisika. Pada umumnya
Hood dalam Aryana (2006) menyatakan pada siswa menganggap pelajaran fisika sangat sulit
abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber sehingga hasil belajar siswa rendah, karena
daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki kebanyakan siswa tidak suka dan tidak paham apa
keahlian, yaitu mampu bekerja sama, berfikir tingkat yang diajarkan gurunya. Oleh karena itu, penilaian
tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, dalam pembelajaran fisika haruslah mencakup
sampai tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan akan lebih mengerti dan lebih paham atas konsep
psikomotor. yang telah diberikan oleh guru.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Dari latar belakang penulis tertarik untuk
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional mengajukan solusi dengan melakukan penelitian
Pendidikan, salah satu standar yang harus yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model
dikembangkan adalah standar proses. Standar proses Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil
adalah standar nasioanal pendidikan yang berkaitan Belajar Kognitif Fisika Siswa SMA Negeri 1
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan Tambusai”.
pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Tujuan dari penelitian ini adalah “untuk
Lulusan. Secara garis besar standar proses tersebut mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri
dapat dideskripsikan sebagai proses pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar kognitif fisika
pada satu satuan pendidikan yang diselenggarakan siswa di SMA N 1 Tambusai”.
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah ada
menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi belajar kognitif fisika siswa.
prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat , minat, dan perkembangan fisik serta Model Pembelajaran
psikologis siswa (Mulyasa,2014)
SMA Negeri 1 Tambusai sebagai salah satu Joyce dan Weil dalam (Rusman, 2012)
lembaga yang melaksanakan proses pembelajaran mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah
mulai menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan oleh
Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2006. Dimana pada guru untuk membentuk kurikulum (rencana
kurikulum ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran jangka panjang), merancang bahan –
proses pembelajaran. Namun berdasarkan observasi bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran
di SMAN 1 Tambusai, terdapat permasalahan dimana di kelas atau yang lain., yang tergambar dari awal
pelaksanaan pembelajaran masih berpusat kepada sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di
guru. kelas.
Salah satu faktor yang di duga menyebabkan Model pembelajaran juga dapat diartikan
belum tercapainya hasil belajar siswa pada KKM 78, sebagai pola pilihan, artinya para guru boleh memilih
adalah karena karena pasifnya siswa didalam proses model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk
pembelajaran yang hanya mendengarkan penjelasan mencapai tujuan pendidikan. Model pembelajaran
dari guru dan kurang untuk belajar secara mandiri. juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang
Selain itu, siswa juga kurang berani untuk bertanya, digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
menanggapi, ataupun mengemukakan pendapat
dalam proses pembelajaran. Para siswa merasa takut
dan malu untuk mengemukakan pendapatnya. Model Pembelajaran Inkuiri
Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran
Model inkuiri merupakan pembelajaran yang
inilah yang menyebabkan siswa tidak paham/tidak
dasar filosofinya konstruktivisme, karena melalui
mengerti dalam suatu materi pelajaran karena mereka
model pembelajaran ini siswa membangun sendiri
takut untuk mengungkapkan pertanyaan. Penyebab
pengetahuannya. Dalam model pembelajaran inkuiri,
masalah tersebut disebabkan oleh model
siswa dilatih memecahkan masalah akademik,
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses
meningkatkan pemahaman terhadap sains (Aryana,
pembelajaran mungkin kurang tepat dengan materi
2006).
yang diajarkan.
Menurut Depdikbud, 1997;NRC,2000 dalam
Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil
Rusman (2012) secara umum, inkuiri merupakan
belajar fisika siswa maka salah satu model
proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan –
pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan
kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan
tersebut adalah model pembelejaran inkuiri.Model
yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber –
pembelajaran Inkuiri adalah suatu model
sumber informasi lain secara kritis, merencanakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model
penyelidikan atau investigasi, meriview apa yang
pembelajaran Inkuiri memepersiapakan siswa untuk
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau
melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat
eksperimen dengan menggunakan alat untuk prediksi
melihat apa yang terjadi ingin melakukan sesuatu
dan mengkomunikasikan hasilnya. Sebagai model
mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan mencari
pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara
jawaban sendiri.Dengan begitu siswa diharapkan
terpadu dengan strategi lain sehingga dapat
membantu pengembangan pengetahuan dan juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan,
pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan minat – bakat penyesuaian sosial, macam – macam
inkuiri oleh siswa. Disini guru hanya sebagai keterampilan, cita – cita, keinginan dan harapan. Hal
fasilitator belajar saja (Rusman, 2012). tersebut senada dengan pendapat Oemar Hamali yang
Model pembelajaran Inkuiri merupakan model menyatakan bahwa “hasil belajar itu dapat terlihat
yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,
Inkuiri memepersiapakan siswa untuk melakukan termasuk perbaikan perilaku”(Rusman, 2012).
eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa Menurut Munadi dalam Rusman (2012) faktor –
yang terjadi ingin melakukan sesuatu mengajukan faktor yang mempengaruhi hasil belajar melalui
pertanyaan – pertanyaan dan mencari jawaban faktor internal dan eksternal, yaitu:
sendiri.Pada proses pembelajaran inkuiri, setiap siswa
dituntut bisa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. a. Faktor Internal
Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah 1. Faktor Fisiologis
mengembangkan kemampuan berfikir secara Secara umum faktor fisiologis, seperti
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
mental. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri siswa jasmani, dan sebagainya. Hal – hal tersebut
tidak hanya dituntut untuk menguasai materi dapat mempengaruhi siswa dalam menerima
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat materi pelajaran.
menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia 2. Faktor Psikologis
yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat Setiap individu dalam hal ini siswa pada
mengembangkan kemampuan berpikir secara dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat berbeda – beda, tentunya hal ini turut
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa
ia bisa menguasai materi pelajaran (Susanti, 2014). faktor psikologis meliputi intelegasi (IQ)
Keunggulan model pembelajaran inkuiri ialah perhatian minat bakat motif motivasi kognitif
model pembelajaran inkuiri merupakan model dan daya nalar siswa.
pembelajaran yang banyak dianjurkan karena b. Faktor Eksternal
merupakan strategi ini memilki beberapa keunggulan, 1. Faktor Lingkungan
diantaranya: Faktor lingkungan dapat mempengaruhi
1. Model pembelajaran Inkuiri merupakan strategi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi
pembelajaran yang menekankan pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
pengembangan aspek kognitif, afektif dan Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban,
psikomotor secara seimbang, sehingga dan lain – lain.
pembelajaran melalui model pembelajaran ini
dianggap lebih bermakna. 2. Faktor Instrumental
2. Model pembelajaran inkuiri merupakan ruang Faktor – faktor Instrumental adalah faktor
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya yang keberadaan dan penggunaannya
belajar mereka. dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
3. Model pembelajaran inkuiri merupakan strategi diharapkan. Faktor – faktor ini diharapkan
yang dianggap sesuai dengan perkembangan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
psikologi belajar modern yang menganggap tercapainya tujan – tujuan belajar yang telah
belajar adalah proses perubahan tingkah laku direncanakan. Faktor – faktor Instrumental ini
berkat adanya pengalaman. Pada proses berupa kurikulum, sarana, dan guru
pembelajaran inkuiri, setiap siswa dituntut bisa (Rusman,2012).
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dengan Perumusan aspek – aspek kemampuan yang
menggunakan model pembelajaran ini nantinya menggambarkan output peserta didik yang dihasilkan
diharapakan siswa mampu berinteraksi dengan dariproses pembelajaran dapat digolongkan kedalam
baik dalam proses pembelajaran. tiga klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom. Bloom
menamakan cara mengklasifikasi itu dengan “the
Hasil Belajar taxonomi of education objektives”. Menurut Bloom
tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam
Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang tiga ranah (domain), yaitu:
diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, a. Domain Kognitif, berkenaan dengan
afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya kemampuan dan kecakapan – kecakapan
penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi intelektual berpikir.
b. Domain afektif, berkenaan dengan sikap, R O1 X O2
kemampuan dan penguasaan segi – segi
emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai. R O3 X O4
c. Domain Psikomotorik, berkenaan dengan Gambar 3.1 Desain Penelitian
keterampilan – keterampilan atau gerakan
– gerakan fisik. Keterangan :

Lebih lanjut Bloom menjelaskan bahwa O1 = Pre – test kelas eksperimen


“Domain kognitif terdiri atas enam kategori” yaitu:
Pengetahuan (knowledge), Pemahaman O2 = Post – test kelas eksperimen
(comprehension), Penerapan (application), Analisis
O3 = Pre – test kelas kontrol
(analysis), Sintesis (synthesis), dan Evaluasi
(evaluation). O4 = Post test kelas kontrol
Usaha Dan Energi Variabel bebas/independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang terjadi sebab perubahannya
Usaha dalam fisika merupakan perubahan
atau timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2009).
energi dari atau ke benda yang dihubungkan dengan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
gaya bekerja pada benda (F) yang menyebabkan
pembelajaran inkuiri. Variabel terikat/dependen
perpindahan sejauh (s) dari suatu benda. Besarnya
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
usaha yang disebabkan oleh gaya konstan dinyatakan
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
secara matematis sebagai berikut:
2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
W=F.S hasil belajar kognitif siswa.
Sedangkan usaha oleh gaya yang membentuk
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
sudut dengan perpindahan berlaku persamaan sebagai
adalah dengan menggunakan tes obyektif pilihan
berikut:
ganda dalam bentuk pretest posttest dengan kategori
W = F cos𝜃 . S
soal sesuai dengan ranah kognitif dari C1 sampai
Energi merupakan kemampuan untuk C6.Dimana C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3
melakukan usaha. Definisi yang sederhana ini adalah
(penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), C6
definisi secara umum. Dalam fisika, energi adalah
(evaluasi). Pengujian validitas setiap butir soal dapat
kuantitas yang dipahami sebagai kemampuan sistem
dihitung dengan menggunakan rumus kolerasi
fisik untuk menghasilkan sistem fisik lain. Energi
product moment, yaitu sebagai berikut:
menghasilkan perubahan akibat perpindahan dari
sistem satu ke sistem yang lainnya. Energi potensial 𝑁𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
adalah energi yang berkaitan dengan kedudukan rxy (3.1)
𝑛 𝑋2− 𝑋2 {𝑁 𝑌2− 𝑌 2
suatu benda terhadap suatu titik acuan.

Ep = m x g x h
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh Dimana:
sebuah benda karena pergerakannya.
Ek = 1/2m.v2 rxy = koefesien kolerasi antara variabel
X dan Y, dua variabel yang
dikolerasikan
2. METODE
X = skor tiap butir soal
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Tambusai pada semester ganjil tahun ajaran Y = skor total yang dijawab benar
2014/2015 dengan populasi seluruh kelas XI IPA. oleh peserta didik
Sampel penelitian ini diambil seara samplimg jenuh.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif N = jumlah seluruh peserta didik.
dengan menggunakan metode eksperimen. Desain
penelitian ini adalah pretest – posttest control group Hasil pengujian validitas setiap butir soal
design, karena dapat mengontrol semua variabel tersebut akan menunjukan berapa jumlah soal yang
luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen dinyatakan valid dan tidak dari keseluruhan soal
(Sugiyono, 2014). Desainnya seperti berikut: tersebut. Pengujian validitas butir soal yang dijadikan
sebagai instrumen penelitian ini akan diuji
mengunakan Microsoft exel 2007 dengan tujuan agar
100
hasil perhitungan lebih objektif. Sebuah butir soal
dinyatakan valid apabila nilai rhitung besar dari rtabel. 80
Cara yang digunakan untuk mengetahui validitas
60
setiap butir soal adalah dengan membandingkan hasil E
perhitungan rumus kolerasi product moment dengan 40
rtabel dengan ketentuan jika rhitung lebih kecil dari pada K
20
rtabel maka item soal tidak valid dan begitu juga
sebaliknya. 0
Pretest Posttest
Disamping uji validitas, juga dapat diperhatikan
kriteria lainnya yaitu perhitungan. Suatu tes
dikatakan reliabel apabila tes tersebut menunjukkan Berdasrakan grafik di atas diketahui bahwa
hasil yang tepat. Suatu instrumnen tes dapat hasil posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dikatakan tepat apabila instrumen itu dilakukan dibandingkan nilai posttest kelas kontrol. Hal ini
berulang kali, dengan syarat saat pengukuran tidak dapat dilihat dari persenan nilai rata – rata kelas
berubah, instrumen tes tersebut memberikan hasil eksperimen yang tuntas mencapai 70,83 % dengan
yang sama. Reliabilitas menunjukkan pada satu rata – rata nilai posttest 82,2 untuk kelas eksperimen
pengertian bahwa satu instrumen cukup dapat dan 72,23 untuk rata – rata nilai posttest kelas
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul kontrol.
data. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010). Uji Nomal Gain
Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa salah a. Uji Normal Gain Kelas Eksperimen
satu cara yang dapat digunakan untuk perhitungan Setelah mendapatkan hasil nilai pretest dan
menunjukkan reliabilitas yaitu dengan rumus KR- 20 posttest, maka selanjutnya dilakukan uji N-gain guna
sebagai berikut: mengetahui peningkatan nilai kognitif siswa tersebut.
𝑘 𝑠𝑡2−𝑝𝑖 𝑞𝑖 Nilai N-gain terendah masuk kedalam kategori
ri = ( 𝑘 −1 ) { } (3.2) sedang yaitu 0,5, sedangkan nilai N-gain tertinggi
𝑠𝑡2
masuk dalam kategori tinggi yaitu 0,9. Perhitugan
dimana: rata – rata terendah seperti untuk siswa E03
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
g= n −𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen maks
65− 30
g = 100 −30
k = jumlah seluruh peserta didik
35
g=
pi = proporsi jumlah peserta didik yang 70
menjawab pada item1
g = 0,5
qi = 1 – qi
Sedangkan untuk perhitungan rata – rata N-gain
s2i = varian total tertinggi dapat dilihat untuk siswa E15 dengan nilai
pretest 35 dan posttest 94.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
yaitu dengan menggunakan tes tertulis berupa pilihan g=
n maks −𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
ganda dalam bentuk pretest dan posttest. Teknik
analisis data yang digunakan yaitu uji N-gain dan 94−35
g=
analisis data menggunakan uji statistik yaitu uji-t. 100 −35

59
3. HASIL DAN PEMBAHASAN g=
65

Posttest diberikan pada kelas eksperimen g = 0,9


setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran
inkuiri dan model pembelajaran konvesional pada N-Gain siswa kelas eksperimen memiliki
kelas kontrol. kriteria tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan
perhitungan rata – rata nilai N-Gain dengan rata –
rata nilai pretest 36,5 dan rata – rata nilai posttest
siswa 81,7 maka: gain
𝑆𝐹−𝑆
𝑖
g=
𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑆𝑖
1
82,20−36,5
g= 100 −36,5 0,5 gain
45,7 0
g=
63,5
E K
g = 0,71

Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa gain


kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
b. Uji Normal Gain Kelas Kontrol kontrol, dengan kriteria gain pada kelas eksperimen
N-gain terendah untuk kelas kontrol masuk tinggi dan kelas kontrol sedang.
kedalam kategori sedang yaitu 0,414, sedangkan nilai
N-gain tertinggi masuk dalam kategori tinggi yaitu Dalam menarik kesimpulan dari hasil penelitian,
0,872. Perhitugan rata – rata terendah seperti untuk dilakukan analisis melalui uji hipotesis secara
siswa E06 statistik untuk ranah kognitif. Langkah – langkah
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
g= n yang dilakukan dalam uji hipotesis ini adalah
−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
maks melakukan uji normalitas dan uji homogenitas kedua
59− 30 kelas sampel terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji
g = 100 −30 kesamaan dua rata – rata. Dari uji normalitas dan
homogenitas kedua kelas sampel berasal dari
29
g= populasi yang terdistribusi normal dan varians yang
70
homogen, maka untuk mengambil kesimpulan
g = 0,414 digunakan uji t.

Sedangkan untuk perhitungan rata – rata N-gain


tertinggi dapat dlihat untuk siswa E26 dengan nilai Uji Normalitas
prettest 53 dan posttest 94. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Lilliefors. Hasil uji homogenitas tes
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 akhir dari kedua sampel dapat dilihat pada tabel 4.4.
g=
n maks −𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen
94−53 dan Kelas Kontrol
g = 100 −53 Juml Tar Nilai Nilai
Kelas ah af kritis L kritis Distrib
41
g = 47 Sisw nya dari L usi
a (n) ta perhitun dari
N-Gain siswa kelas kontrol memiliki kriteria (𝛼) gan (L0) tabel
sedang, hal ini dapat dibuktikan dengan perhitungan (Lt)
rata – rata nilai N-Gain dengan rata – rata nilai Eksperi 24 0,0 0,1233 0,19 Norma
pretest 37,42 dan rata – rata nilai posttest siswa 72,23 men 5 00 l
maka: Kontrol 26 0,0 0,1033 0,17 Norma
5 30 l
𝑆𝐹−𝑆
𝑖
g=
𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑆𝑖

72,23−37,42
g= Uji Homogenitas
100 −37,42
Uji homogenitas yang digunakan dalam
34,81
g = 62,58 penelitian ini adalah uji F dengan membandingkan
varians kedua sampel.
g = 0,53 Tabel 4.5 Rata – rata Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol.
Kelas N ∑X X ∑ fx2 ( ∑ x )2 1) Bagi Guru, sebagai tenaga pendidik seorang
Eksperim 2 1973 82,2 16392 389272 guru hendaknya penggunaan model
en 4 0 9 9 pembelajaran inkuiri dilaksanakan dengan
baik dan sungguh – sungguh agar dapat
Kontrol 2 1878 72,2 13766 352688 meningkatkan hasil belajar siswa.
6 3 0 4 2) Bagi Siswa, sebagai generasi muda masa
depan bangsa hendaknya mampu
Ujit mempertahankan proses hasil belajar.
Pada kelas eksperimendi peroleh nilai rata – rata 3) Untuk Sekolah, sebagai lembaga pendidikan
sebesar 82,20 sedangkan untuk kelas kontrol 72,23. hendaknya pembelajaran inkuiri perlu
Hal itu juga dapat terlihat dari nilai N-gain siswa, dikembangkan dan didukung dengan
pada kelas eksperimen nilai N-gain siswa adalah penyediaan berbagai sarana dan prasarana
0,71 dengan kriteria tinggi, sedangkan untuk kelas yang menunjang pembelajaran.
kontrol nilai N-gain siswa 0,53 dengan kriteria 4) Bagi Peneliti Lain, penelitian ini masih
sedang. Untuk melihat keberartian pengaruh terbatas pada materi Usaha dan Energi,
perlakuan dilakukan uji analisis dengan uji t. Dari untuk itu perlu penelitian lebih lanjut dengan
hasil uji t diperoleh bahwa t hitung > ttabel, yaitu 4,05> materi pembelajaran yang lain.
2,021 dengan demikian maka terdapat pengaruh
model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar 5. DAFTAR PUSTAKA
kognitif fisika siswa SMA Negeri 1 tambusai.
Dengan kata lain, H0 ditolak dan Ha diterima. Ardi, Bahrudi. 2013. Penerapan Metode Inkuiri
Berdasarkan uraian di atas, terdapat pengaruh Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
yang signifikan dalam pembelajaran fisika dengan Ipa Pada Siswa Kelas V Sdn 5 Mayongor
menggunakan model pembelajaran inkuiri dari pada Kabupaten Jepara.Pendidikan Guru Sekolah
pembelajaran konvensional. Tujuan dari penelitian Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan niversitas
ini adalah untuk melihat pengaruh penerapan model Negeri Semarang.Skripsi.Online.Diakses pada
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar kognitif tanggal 08 Desember 2014.
fisika siswa, dimana keberhasilan penelitian ini Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
adalah siswa tuntas KKM = 70,83% dari seluruh Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
jumlah siswa di kelas. Rineka Cipta.
Aryana, Ida Bagus Putu. 2006. Pengaruh Penerapan
4. SIMPULAN DAN SARAN Strategi Pembelajaran Inovatif Pada
Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan
Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat di Berfikir Siswa SMA. Jurusan Pendidikan
kemukakan hasil dari penelitian ini sebagaiberikut : Biologi Fakulotas Pendidikan MIPA, IKIP
1) Nilai dari rata – rata hasil belajar siswa kelas Negeri Singaraja. Jurnal Pendidikan dan
eksperimen lebih tinngi dibandingkan kelas Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 1(3): 497-
kontrol. Pada kelas eksperimen hasil nilai 498
rata – rata ketuntasan mencapai 82,20, Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi
sedangkan pada kelas control hasil belajar Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
rata – rata nya adalah 72,23. Rosdakarya.
2) Berdasarkan hasil pengujian analisis data Nurchayati, Lilis. 2009. Pengaruh Penggunaan
dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa Model Pembelajaran Guided
thitung > ttabel, yaitu 4.05 > 2.021. Dengan DiscoveryTerhadap Hasil Belajar Fisika
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat Materi Pokok Zat Dan Wujudnya Kelas VII di
pengaruh yang berarti terhadap penerapan MTs N Pamotan Rembang. Fakultas tarbiyah
model pembelajaran inkuiri untuk institute agama islam negeri walisongo
meningkatkan hasil belajar kognitif fisika semarang. Skripsi.Online. Diakses pada
siswa pada kelas yang menggunakan model tanggal 21 september 2014.
pembelajaran inkuiri di kelas XI IPA SMA Rusman. 2012. Model – Model Pembelajaran
Negeri 1 Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Riau. Jakarta: PT rajagrafindo persada.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Sirait, Ratni. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran
dilaksanakan, beberapa saran yang dapat disampaikan Inquiry Traning Terhadap Hasil Belajar
adalah sebagai berikut: Siswa Pada Materi Pokok Usaha Dan Energi
KelasVIII MTs N-3 Medan. Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan. Sugiyono. 2009. Metode Penelitan Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Fisika. 1(1) Bandung: Alfabeta
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. DanR&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai