Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep


Cahaya Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium di
SMPN 14 Kota Bengkulu
Rosane Medriati
Dosen (FKIP) UNIB Bengkulu
Email: rosanemedriati@yahoo.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan (1). Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar Fisika
siswa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium,
(2). Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika siswa dengan menerapkan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas VIII6 SMPN 14 Kota Bengkulu sebanyak 29 orang siswa. Data
dikumpulkan dari tes, laporan (LKS) kelompok, lembar penilaian afektif, lembar penilaian
psikomotor, dan lembar observasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif. Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu: (1) Tahap perencanaan (planning),
(2) Tahap pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi (observacing), (4) Tahap refleksi
(reflecting). Hasil penelitian menunjukkan (a) Pembelajaran Fisika dengan menerapkan
model Problem Based Learning berbasis Laboratorium dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran fisika pada konsep Cahaya di kelas VIII.6 SMP Negeri 14 Kota
Bengkulu. Terutama pada aktivitas, mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dipecahkan, melakukan percobaan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, percaya diri mempresentasikan hasil
karyanya,bekerja sama dalam kelompok (b) Pembelajaran Fisika dengan menerapkan model
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep cahaya di
kelas VIII.6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu, kemampuan psikomotor siswa berkembang
dengan baik. Peserta didik dapat terlatih untuk melakukan pengamatan, menduga dan
mengambil kesimpulan. Afektif siswa juga mengalami peningkatan, dan terbina kerja sama
antar siswa, kemampuan untuk berkomunikasi. Disarankan kepada guru IPA di SMP untuk
menjadikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis Laboratorium
sebagai salah satu model alternatif dalam pembelajaran IPA.

Kata kunci: Hasil Belajar, Problem Based Learning (PBL), berbasis Laboratorium

PENDAHULUAN dikatakan bahwa hakikat Fisika adalah ilmu


pengetahuan yang mempelajari gejala-
Fisika merupakan salah satu cabang dari gejala melalui serangkaian proses yang
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)yang ikut dikenal dengan proses ilmiah yang
andil dalam mencapai tujuan pendidikan, dibangun atas dasar sikap ilmiah dan
dan merupakan ilmu yang lahir dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
berkembang lewat langkah-langkah yang tersusun atas tiga komponen
observasi, perumusan masalah, penyusunan terpenting berupa konsep, prinsip dan teori
hipotesis, pengujian hipotesis melalui yang berlaku secara universal (Trianto,
eksperimen, penarikan kesimpulan serta 2010:137).
penemuan teori dan konsep. Dapat Pembelajaran Fisika harus di sesuaikan

Semirata 2013 FMIPA Unila |131


Rosane Medriati: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya
Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengku

dengan karakteristik sains, harus Selama ini hasil belajar siswa dalam mata
melibatkan siswa secara aktif untuk pelajara Fisika masih sangat rendah bila
melakukan penyelidikan. Melibatkan siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
secara aktif dalam proses inkuiri ilmiah Salah satu faktor penyebabnya adalah
selama pembelajaran, merupakan tuntutan kurang efektifnya pendekatan, model,
dasar dalam pembelajaran Fisika. Harapan metode mengajar dan media yang
bahwa pembelajaran Fisika mampu digunakan oleh guru. Selama ini proses
menanamkan dan membudayakan pembelajaran Fisika yang dilakukan oleh
kebiasaan berfikir dan berprilaku ilmiah guru hanya menyalurkan ilmu yang ada
yang kritis, kreatif dan mandiri berdampak padanya, tanpa melibatkan pengetahuan
pada peran guru yang bergeser dari awal siswa, sehingga proses pembelajaran
penyampai pengetahuan yang lebih tersebut didominasi oleh gurunya saja.
memfokuskan pada aktivitas siswa. Siswa Proses pembelajaran di kelas di arahkan
harus dilibatkan secara aktif memecahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal
masalah untuk menemukan solusi. informasi. Anak di paksa untuk menghafal
Membiasakan siswa aktif memecahkan sebanyak mungkin informasi, tidak
masalah merupakan modal bagi siswa untuk menekankan pada proses mendapatkan
memiliki kompetensi yang pada gilirannya informasi tersebut sehingga anak kaya
dapat memecahkan masalah dalam informasi tapi miskin aplikasi dalam
kehidupan sehari–hari, lebih mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya Guru diharapkan dapat memperbaiki
dan mandiri dalam pekerjaan (Hinduan, keadaan ini dengan cara memilih metode,
2007: 200) pendekatan atau model yang tepat dalam
Salah satu tujuan mempelajari IPA proses pembelajaran agar minat dan
adalah menganalisis pemahaman kuantitatif konsentrasi siswa terfokus pada pelajaran.
gejala atau proses alam sifat zat serta Menurut (Sanjaya, 2008) ―Metode
penerapannya. Pendapat tersebut dikuatkan pembelajaran adalah cara yang digunakan
oleh pernyataan bahwa Fisika merupakan untuk mengimplementasikan rencana yang
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
bagian-bagian dari alam dan interaksi yang tujuan yang telah disusun tercapai secara
ada didalamnya. Oleh karena itu, optimal‖
kemampuan siswa pada pelajaran Fisika Berdasarkan hasil pengamatan dan
perlu ditingkatkan. wawancara yang dilakukan di SMPN 14
Dalam proses belajar mengajar terdapat Kota Bengkulu di kelas VIII6 diketahui
faktor–faktor yang mempengaruhi demi bahwa dalam proses belajar mengajar
tercapainya tujuan pembelajaran, adapun sebagian besar siswa tidak begitu tertarik
faktor–faktor tersebut antara lain adalah belajar Fisika hal ini ditunjukkan dengan
pendekatan, model dan metode beberapa kali pengamatan sikap siswa yang
pembelajaran yang digunakan oleh guru. masih berada diluar kelas meskipun guru
Pendekatan dan metode yang digunakan nya sudah berada di kelas. Mereka
guru dalam proses belajar mengajar dapat beranggapan bahwa Fisika itu pelajaran
mempengaruhi minat siswa dalam belajar. yang susah dan membosankan. Karena pada
Oleh karena itu guru harus menggunakan saat proses pembelajaran Fisika
pendekatan dan metode pembelajaran yang ditampilkan, hanya berupa kumpulan
yang cocok untuk siswa. konsep-konsep yang susah dimengerti
Cara pembelajaran yang dilakukan oleh ditambah lagi dengan persamaan-
guru di dalam kelas sangat mempengaruhi persamaan matematis yang rumit membuat
peningkatan minat dan hasil belajar siswa. siswa menjadi lebih tidak menyukai Fisika,

132| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

sehingga sebagian siswa lebih memilih VIII6.


untuk tidak memperhatikan guru yang Salah satu konsep yang bermasalah di
sedang mengajar dikelas dan akhirnya kelas VIII6 adalah tentang konsep cahaya.
suasana pembelajaran di kelas menjadi Konsep cahaya merupakan konsep yang
kurang kondusif. cukup penting dalam kurikulum
Guru dalam mengajar, menyampaikan pembelajaran Fisika, konsep ini
materi pelajaran Fisika lebih cenderung diperkenalkan sejak siswa duduk dibangku
menggunakan metode ceramah kadang sekolah dasar namun tidak sedikit siswa
kadang juga mencoba mengajar dengan yang merasa kesulitan untuk memahami
berpusat pada siswa, namun keaktifan siswa materi tentang cahaya, hal ini dikarena
di kelas dalam mengikuti materi pelajaran disekolah siswa menerima konsep cahaya
belum menunjukkan hasil yang diharapkan. dengan mendengarkan dan mencatat
Siswa belum berani untuk bertanya kepada hukum-hukum yang berlaku yang diberikan
guru, apalagi untuk mengemukakan oleh guru tanpa keterlibatan siswa secara
pendapatnya di depan kelas. Kemandirian langsung dalam menemukan hukum-hukum
siswa dalam belajar terutama dalam tersebut. Oleh karena itu perlu adanya
memecahkan masalah sangat kurang. upaya peningkatan pemahaman konsep
SMPN 14 Kota Bengkulu telah memiliki cahaya melalui pembelajaran yang
labororatorium tapi jarang sekali melibatkan siswa secara langsung dengan
dimanfaatkan oleh guru. Siswa nya pun pengamatan.
jarang diajak untuk melakukan praktikum Guru perlu merubah pemikiran siswa itu
dilaboratorium, karena itu siswapun salah satu caranya adalah merubah cara
menjadi kurang paham dalam belajar mereka, melalui menggunakan
menggunakan alat-alat yang ada model–model belajar yang ada, serta
dilaboratorium, kurang mengerti bagaimana pemanfaatan media dalam belajar dan
tata cara dalam melakukan praktikum lingkungan sekitar yang berhubungan
dilaboratorium, tidak tahu bagaimana cara materi yang sedang dipelajari. Banyak
menjaga keselamatan alat dan diri mereka model pembelajaran yang bisa digunakan
sendiri serta tidak tahu tentang peraturan- untuk menciptakan pembelajaran yang
peraturan yang harus mereka indahkan saat efektif dan menyenangkan, salah satunya
berada dilaboratorium. adalah dengan menggunakan model
Rendahnya kualitas proses pembelajaran pembelajaran Problem Based Learning
dan minat siswa terhadap pelajaran fisika (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.
memberikan dampak terhadap rendahnya Pembelajaran berbasis masalah merupakan
hasil belajar siswa, hal ini terbukti pada sebuah pendekatan pembelajaran yang
nilai rata–rata ujian semester ganjil Fisika menyajikan masalah kontekstual sehingga
yaitu baru mencapai 60 %, jika merangsang siswa untuk belajar. Dalam
dibandingkan dengan standar ketuntasan di kelas yang menerapkan pembelajaran
SMPN 14 Kota Bengkulu yang berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim
mengidealkan ketercapaian materi 70 %, untuk memecahkan masalah dunia nyata
maka nilai ini masih belum mencapai target (real world) (Major, Claire.H dan Palmer,
yang diharapkan. Dengan demikian dapat Betsy, 2001)
disimpulkan bawa kualitas proses Pembelajaran berbasis masalah merupa
pembelajaran dan hasil belajar siswa kan suatu model pembelajaran
relative rendah, untuk itu perlulah diadakan yang menantang siswa untuk ―belajar ba
renovasi pemikiran tentang pelajaran Fisika gaimana belajar‖, bekerja secara
kepada siswa–siswa dan metode mengajar berkelompok untuk mencari solusi
guru di SMPN 14 Kota Bengkulu Kelas dari permasalahan dunia nyata.

Semirata 2013 FMIPA Unila |133


Rosane Medriati: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya
Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengku

Masalah ini digunakan untuk mengikat s makalah adalah (1) Apakah model
iswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran Problem Based Learning
pembelajaran yang dimaksud (Duch J.B, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
1995). pada konsep Cahaya di SMPN 14 Kota
Beberapa uraian mengenai pengertian Bengkulu (2) Apakah model pembelajaran
pembelajaran berbasis Problem Based learning dapat
masalah, dapat disimpulkan bahwa pemb meningkatkan hasil belajar Fisika siswa
elajaran berbasis masalah (PBM) Kelas VIII6 pada konsep Cahaya di SMPN
merupakan pembelajaran yang menghada 14 Kota Bengkulu serta batasan masalah (1)
pkan siswa pada masalah dunia hasil belajar yang di maksud meliputi
nyata (real world) untuk memulai pemb keberhasilan dalam pelaksanaan
lajaran. pembelajaran dan pengajaran yang diukur
Untuk menciptakan pembelajaran Fisika berdasarkan hasil belajar kognitif, afektif
sebagaimana tersebut diatas maka dan psikomotor siswa. (2) Materi pada
diperlukan laboratorium, laboratorium penelitian ini dibatasi pada konsep Cahaya
memiliki peranan yang sangat penting (pengertian cahaya, sifat-sifat cahaya,
dalam membantu keberhasilan proses hukum pemantulan dan pemantulan pada
belajar dan mengajar khususnya pelajaran cermin) . (3) Kelas yang digunakan hanya
Fisika. Untuk itu peranan laboratorium kelas VIII6 di SMPN 14 Kota Bengkulu (4)
fisika menjadi sangat penting, karena Model pembelajaran yang digunakan
laboratorium merupakan pusat proses adalah Problem Based Learning (PBL)
belajar mengajar untuk mengadakan berbasis laboratorium dengan langkah-
percobaan, penyelidikan atau penelitian langkah Fase1, Orientasi siswa pada
(Ar1, 2007). masalah, fase 2, Mengorganisasikan siswa,
Melalui model pembelajaran berbasis fase 3, Membimbing penyelidikan individu
masalah atau Problem Based learning dan kelompok, fase 4, Mengembangkan dan
(PBL) berbasis laboratorium ini siswa menyajikan hasil karya, fase 5,
dituntut untuk berfikir kritis, mampu Menganalisa dan mengevaluasi proses
memecahkan masalah, belajar secara pemecahan masalah
mandiri, dan menuntut keterampilan
berpartisipasi dalam tim agar siswa lebih METODE PENELITIAN
memahami konsep atau materi pelajaran
yang sedang dipelajari karena mereka Jenis penelitian ini adalah Penelitian
dilibatkan secara langsung dengan Tindakan Kelas (PTK) (Classroom Action
pengamatan. Dengan pembelajaran ini Research), yaitu penelitian yang dilakukan
siswa memahami konsep yang dapat oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui
digunakan untuk memecahkan masalah refleksi diri, dengan tujuan untuk
dengan berbagai penjelasan yang dapat memperbaiki kinerjanya sebagai guru
mengungkapkan dan menyelesaikan sehingga proses pembelajaran dapat
masalah tersebut. Dengan adanya situasi berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa
belajar yang demikian dapat menumbuhkan meningkat. Pelaksanaan Tindakan, pada,
kecintaan serta respon positif dari siswa pembelajaran dilakukan tiga siklus. Setiap
terhadap pelajaran Fisika, sehingga kualitas siklus dilaksanakan sesuai dengan
proses dah hasil pembelajaran dapat perubahan yang ingin dicapai sesuai dengan
ditingkatkan. Dengan demikian tujuan faktor-faktor yang diselidiki yaitu untuk
pembelajaran yang diinginkanpun dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
tercapai. Berdasarkan uraian dalam latar siswa. Tiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu :
belakang di atas, rumusan masalah dalam (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan

134| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

tindakan (action), (3) observasi masih kurang pada siklus I, siswa belum
(observation), dan (4) refleksi (reflection). mampu dalam memahami tujuan
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa pembelajaran dan masalah yang disajikan
kelas VIII6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu oleh guru dengan baik, belum bisa
yang jumlahnya 29 siswa, terdiri dari 15 mendefenisikan dan mengorganisasikan
siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. tugas belajar yang berhubungan dengan
Instrumen penelitian yang digunakan untuk masalah yang akan dipecahkan, belum
mengumpulkan data adalah sebagai berikut: terbiasa melakukan percobaan dan
(1) Observasi (2) wawancara (3) Tes, Data bekerjasama dengan teman kelompoknya,
yang dikumpulkan pada penelitian ini belum berani dan percaya diri
terdiri dari: (1) data sekunder yaitu berupa mempresentasikan hasil karyanya dan
daftar nama siswa Kota Bengkulu, (2) data kurang mendengarkan evaluasi pemecahan
primer yaitu berupa hasil lembaran masalah yang dijelaskan oleh guru.
observasi guru dan siswa dan hasil tes per Aktivitas guru belum optimal dalam
siklus, melaksanakan pembelajaran, guru belum
Data yang diperoleh dari lembar mampu menyajikan masalah yang akan
observasi dan tes dianalisis secara dipecahkan secara spesifik, belum
deskriptif, yaitu suatu analisis data yang maksimal dalam membantu siswa untuk
menggambarkan penemuan-penemuan mendefenisikan dan mengorganisasikan
dalam proses pembelajaran dengan tugas belajar yang berhubungan dengan
pernyataan logis. Data observasi digunakan masalah, kurangnya bimbingan yang
untuk merefleksi tindakan yang telah diberikan kepada siswa dalam melakukan
dilakukan setiap siklus dan diolah secara percobaan, mempersiapkan hasil karya dan
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan menampilkannya dengan baik serta
skala penilaian. pengevaluasian terhadap pemecahan
masalah yang yang diberikan belum
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan dengan baik.
Untuk siklus II, aktivitas belajar siswa
Aktivitas Belajar Siswa berada pada kriteria baik. Meskipun terjadi
Berdasarkan data hasil penelitian dengan peningkatan, masih ada beberapa item
menggunakan model Problem Based kegiatan siswa yang berada pada kriteria
Learning berbasis Laboratorium dari tiga cukup siswa masih belum bisa memahami
siklus yang telah dilaksanakan terdapat masalah yang disajikan oleh guru dengan
peningkatan aktivitas belajar siswa, seperti baik, belum berani dalam
diperlihatkan pada grafik dibawah ini: mempresentasikan hasil karya yang telah
Pada siklus I aktivitas belajar siswa mereka buat. Faktor kekurangan guru pada
dalam kriteria cukup. Kegiatan siswa yang siklus II guru belum bisa secara optimal
dalam membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut, serta
pengevaluasian terhadap pemecahan
masalah yang yang diberikan belum
dilakukan dengan baik. Hasil pengamatan
aktivitas belajar siswa pada siklus III
berada pada kriteria baik. Hal ini
disebabkan karena guru menjelaskan secara
Grafik 1 Aktivitas Belajar Siswa rinci langkah-langkah setiap fase dan guru
juga lebih membimbing siswa dalam

Semirata 2013 FMIPA Unila |135


Rosane Medriati: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya
Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengku

melakukan praktikum. Selain itu, siswa hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II,
juga lebih aktif dalam melakukan dan siklus III dapat dilihat pada tabel 1
percobaan untuk mendapatkan pemecahan Secara klasikal proses pembelajaran
masalah yang telah diberikan. dengan penerapan model Problem Based
Berdasarkan uraian di atas ternyata Learning berbasis Laboratorium pada siklus
dengan menerapkan pembelajaran Problem I dikatakan belum tuntas, karena dari 29
Based Learning berbasis Laboratorium siswa hanya 20 siswa yang mendapat nilai
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa ≥ 70. kelemahan guru diantaranya: 1) guru
selama pembelajaran. Hal ini disebabkan belum menyampaikan masalah yang akan
karena melalui penerapan model Problem disampaikan oleh siswa dengan jelas dan
Based Learning berbasis Laboratorium spesifik, 2) guru belum maksimal dalam
siswa dapat terlibat langsung dalam membantu siswa mendefenisikan dan
kegiatan pembelajaran, dimulai dari mengorganisasikan tugas belajar, 3) guru
merumuskan, menganalisis dan belum membimbing semua kelompok
memecahkan masalah. Hal ini didukung dalam melakukan percobaan, 4) guru belum
oleh pendapat Dutch dalam Yatim maksimal dalam membimbing siswa untuk
(2009:285), yang menyatakan menyiapkan hasil karyanya, dan 5) guru
bahwa‖model pembelajaran Problem Based belum memberikan evaluasi secara
Learning dimaksudkan untuk maksimal terhadap hasil pemecahan
mengembangkan kemampuan siswa berfikir masalah.
kritis, analitis dan untuk menemukan serta Pada siklus II, secara klasikal telah
menggunakan sunber daya yang sesuai mencapai ketuntasan. Perbaikan yang
untuk belajar‖. dilakukan guru terlihat dari peningkatan
skor ativitas guru menjadi 31 (kriteria baik).
Hasil Belajar Namun demikian pada siklus II ini masih
Hasil belajar tiap siklus terdiri dari 3 hal terdapat 4 orang siswa yang secara individu
yaitu pemahaman konsep (kognitif), belum mecapai ketuntasan belajar. Belum
penilaian afektif, dan penilaian tercapainya ketuntasan ini disebabkan
psikomotorik. Penilaian kognitif merupakan karena guru masih belum melakukan tahap-
hasil tes evaluasi tiap siklus ditambah tahap pembelajaran secara maksimal.
dengan nilai LKS (lembar kerja siswa). Kelemahan guru tersebut adalah guru telah
Penilaian afektif dan psikomotor memberikan bimbingan kepada siswa untuk
difokuskan pada saat siswa melaksanakan mendefenisikan dan mengorganisasikan
percobaan. tugas belajar namum belum maksimal .
Pada siklus III setelah dilakukan
Penilaian Kognitif perbaikan-perbaikan kekurangan pada
Berdasarkan data yang ada, hasil belajar siklus II sehingga diperoleh skor rata-rata
diperoleh dari nilai LKS (25%) dan skor tes siswa meningkat kembali sebanyak 10,19
persiklus (75%), adapun perbandingan skor dari nilai 80,13 pada siklus II menjadi 90,32

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III


Siklus Penilaian Kognitif Ket.
Rata-rata Daya Serap Ketuntasan
(%) Belajar (%)
Siklus I 69,91 69,91 68,97 Belum Tuntas
Siklus II 80,13 80,13 86,21 Tuntas
Siklus III 90,32 90,32 100 Tuntas

136| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

pada siklus III. Secara klasikal proses sehingga pembelajaran lebih bermakna, 4)
pembelajaran pada siklus III dikatakan masalah yang dikaji merupakan masalah
tuntas karena dari 29 siswa mendapatkan yang dihadapi dalam kehidupan nyata, 5)
nilai ≥70 dan sesuai dengan ketuntasan menjadikan peserta didik lebih mandiri dan
belajar menurut acuan kurikulum satuan lebih dewasa, termotivasi, mampu memberi
pendidikan SMPN 14 Kota Bengkulu telah aspirasi dan menerima pendapat orang lain,
terpenuhi karena telah >85 % siswa menanamkan sikap sosial yang positif antar
mendapat nilai ≥70. Peningkatan hasil peserta didik, 6) saling berinteraksi, baik
belajar ini disebabkan oleh guru yang telah dengan guru maupun teman akan
memperbaiki kelemahan pada proses memudahkan peserta didik untuk mencapai
belajar mengajar sebelumnya. Disamping ketuntasan belajar.
itu, siswa lebih aktif dalam proses belajar
dan lebih optimal dibandingkan dengan a. Penilaian Afektif
siklus-siklus sebelumnya. Penilaian afektif siswa pada pokok
Berdasarkan data hasil belajar siswa bahasan cahaya mengalami peningkatan
dapat dikatakan bahwa penerapan model tiap siklus, adapun skor penilaian afektif
pembelajaran Problem Based Learning siswa kelas VIII6 SMP Negeri 14 Kota
berbasis Laboratorium dapat meningkatkan Bengkulu dapat dilihat dari grafik 2.
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata Pada siklus I secara keseluruhan dapat
pelajaran Fisika pada konsep cahaya. Hasil dikategorikan baik. Tetapi masih ada
tersebut sangat bersesuaian dengan apa beberapa item yang masih kurang pada
yang dikatakan oleh Nuziarma Y. (2010) aspek penilaian yaitu: 1) pada aspek bekerja
bahwa Penerapan Model PBL (Problem sama dengan teman kelompoknya, 2) aspek
Based Learning) dapat meningkatkan hasil menyampaikan pendapat, dan 3) aspek
belajar siswa pada konsep Fluida Statis menggapi pendapat orang lain. Untuk siklus
Kelas XI IPA B SMAN 6 Kota Bengkulu. II penilaian afektif dikategorikan baik
Nofriani (2011) menyatakan bahwa karena sudah dilakukan perbaikan
terdapat perbedaan peningkatan hasil berdasarkan refleksi dari siklus I. Tetapi
belajar Fisika siswa kelas X SMA N 5 Kota masih terdapat siswa dalam kelompok yang
Bengkulu antara kelas eksperimen yang diamati pengamat belum bisa menaggapi
menggunakan model Problem Based pendapat orang lain tanpa emosional. Pada
Learning dan kelas kontrol yang siklus III, penilaian afektif pada siswa
menggunakan metode konvensional. sudah semakin baik jika dibandingkan
Dimana hasil belajar siswa dengan dengan penilaian afektif siklus I dan siklus
menggunakan model Problem Based II karena seluruh anggota kelompok bisa
Learning lebih tinggi dibandingkan dengan dikatakan sudah melaksanakan aspek
hasil belajar siswa menggunakan metode
konvensional. Peningkatan hasil belajar ini
juga sesuai dengan keunggulan dari model
pembalajaran berbasis masalah yang
dinyatakan oleh Arends dalam Yatim
(2009:287) yaitu : 1) siswa lebih
memahami konsep yang diajarkan sebab
mereka sendiri yang menemukan konsep
tersebut, 2) menuntut keterampilan berfikir
tingkat tinggi untuk memecahkan masalah,
Grafik.2 Grafik Perkembangan Nilai Rata-rata
3) pengetahuan tertanam berdasarkan Penilaian Afektif Tiap Siklus
skemata yang dimiliki peserta didik

Semirata 2013 FMIPA Unila |137


Rosane Medriati: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya
Kelas VII6 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berbasis Laboratorium di SMPN 14 Kota Bengku

afektif dengan baik, hal ini dapat dilihat sebagai fasilitator dan mediator, yakni
dari lembar penilaian afektif siswa. membantu siswa untuk belajar dan
menggunakan keterampilan proses mereka
b. Penilaian Psikomotorik untuk memperoleh lebih banyak ilmu
Dari analisis lembar psikomotor siswa pengetahuan. Keaktifan siswa untuk
terlihat bahwa terjadi peningkatan dari merumuskan, menganalisis, memecahkan
siklus I ke siklus II dan siklus ke III. masalah dan mengambil kesimpulan
Dalam aspek kinerja ilmiah ini terdapat 5 melalui kegiatan secara berkelompok serta
aspek yang diteliti untuk masing-masing mengkomunikasikan hasil penyelidikan
kelompok. Adapun hasil kinerja ilmiah lebih ditekankan pada pembelajaran ini,
siswa dapat dilihat dalam grafik 3. selain kemampuan kognitif, kemampuan
Pada siklus I secara keseluruhan psikomotor dan afektif siswa juga dapat
dikatakan dapat dikategorikan kurang. Hal berkembang. Peserta didik dapat terlatih
ini disebabkan beberapa item yang masih untuk melakukan pengamatan, menduga
kurang pada aspek penilaian yaitu: 1) dan mengambil kesimpulan. Afektif siswa
Menggunakan alat praktikum 2) Siswa juga mengalami peningkatan, sebab dengan
kurang berpartisipasi dalam kerja kelompok kegiatan tersebut akan terbina kerja sama
dan membuat kesimpulan. Untuk siklus II antar siswa, dan kemampuan untuk
penilaian psikomotorik dikategorikan berkomunikasi.
cukup. Walaupun sudah dilakukan
perbaikan berdasarkan refleksi dari siklus I. KESIMPULAN DAN SARAN
Tetapi masih terdapat kelompok yang
belum bisa membuat kesimpulan dengan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
baik. Pada siklus III, penilaian disimpulkan sebagai berikut : (1)
psikomotorik pada siswa sudah semakin Pembelajaran Fisika dengan menerapkan
baik jika dibandingkan dengan penilaian model Problem Based Learning berbasis
psikomotorik siklus I dan siklus II. Secara Laboratorium dapat meningkatkan aktivitas
umum dapat dikatakan tuntas karena pada siswa dalam pembelajaran fisika pada
siklus ini secara keseluruhan anggota konsep Cahaya di kelas VIII.6 SMP Negeri
kelompok sudah melaksanakan aspek 14 Kota Bengkulu. Terutama pada aktivitas
psikomotorik atau kinerja ilmiah dengan siswa, mengorganisasikan tugas belajar
baik, hal ini dapat dilihat dari lembar yang berhubungan dengan permasalahan
penilaian psikomotorik siswa. yang akan dipecahkan, melakukan
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh percobaan untuk mendapatkan penjelasan
para guru dalam mengajar Fisika dengan dan pemecahan masalah, percaya diri
model Problem Based Learning berbasis mempresentasikan hasil karyanya. Bekerja
Laboratorium adalah tugas guru hanya sama dalam kelompok (2) Pembelajaran
Fisika dengan menerapkan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada konsep cahaya di kelas
VIII.6 SMP Negeri 14 Kota Bengkulu,
yaitu pemahaman konsep dengan nilai rata-
rata siklus I sebesar 69,91, siklus II sebesar
80,13 dan siklus III sebesar 90,32. Melalui
pembelajaran ini kemampuan psikomotor
Grafik.3 Perkembangan Nilai Rata-rata Penilaian siswa berkembang dengan baik. Peserta
Psikomotorik Tiap Siklus didik dapat terlatih untuk melakukan
pengamatan, menduga dan mengambil

138| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

kesimpulan. Afektif siswa juga mengalami http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-


peningkatan, dan terbina kerja sama antar phys.html. [21 Juli 2010].
siswa, kemampuan untuk berkomunikasi. Hinduan, A dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Disarankan kepada guru IPA di SMP untuk Pendidikan: Bagian III Pendidikan
menjadikan Model Pembelajaran Problem Disiplin Ilmu. Bandung : IMTIMA
Based Learning (PBL) Berbasis
Laboratorium sebagai salah satu model Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001.
alternatif dalam pembelajaran IPA. Assessing the Effectiveness of
Problem-
UCAPAN TERIMAKASIH Based Learning in Higher Education:
Lessons from the
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Literature. [Online]. Tersedia : http://
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat www.rapidintellect.com/AE
dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]
selesai, tak lupa ucapan terimakasih pada Nofriani. 2011. Pengaruh Penerapan
Dekan FKIP UNIB, Ketua Jurusan PMIPA Model Problem Based Learning
UNIB, dan panitia pelaksana kegiatan ini Terhadap Hasil Belajar isika Pada
yang telah memberikan kesempatan untuk Konsep Listrik Dinamis Siswa Kelas X
dapat mengikuti Seminar Dan Rapat Di Sma Negeri 5 Kota Bengkulu. i pada
Tahunan Bidang MIPA Badan Kerja Sama FKIP Universitas Bengkulu : tidak
PTN Wilayah Barat (SEMIRATA BKA- diterbitkan
PTN.B) tahun 2013 di UNILA . Makalah
ini masih penuh dengan kekurangan untuk Nurfianti. 2011. Penerapan Model Problem
itu kami menerima masukan untuk Based Learning (PBL) Pada Materi
kesempurnaannya. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia
Sanjaya.2008.Strategi Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta. Kencana
Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.
Factor in PBL. [Online].Tersedia:
Jakarta: PT Bumu Aksara

Semirata 2013 FMIPA Unila |139

Anda mungkin juga menyukai