Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal.

65-73
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR POKOK BAHASAN LARUTAN
PENYANGGA PADA SISWA KELAS XI IPA
SEMESTER II SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Galuh Arika Istiana1*, Agung Nugroho Catur S.2 dan J.S Sukardjo2
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA,FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

*Keperluan korespondensi, HP: 085728270159, e-mail: galuh.arika@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI
IPA Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model
Discovery Learning pada pokok bahasan larutan penyangga. Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah
siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 Ngemplak tahun pelajaran 2013/2014. Sumber data adalah guru
dan siswa. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, kajian dokumen, angket,
dan tes, selanjutnya dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar siswa pada materi larutan penyangga. Pada siklus I, persentase
ketercapaian aktivitas belajar siswa sebesar 37% yang kemudian meningkat pada siklus II
menjadi 77,78%. Peningkatan prestasi belajar dilihat dari aspek kognitif pada siklus I mencapai
63% dan meningkat pada siklus II menjadi 81%, dari aspek afektif persentase ketuntasan untuk
siklus I sebesar 89% dan meningkat pada siklus II menjadi 92,6%. Sedangkan untuk prestasi
belajar aspek psikomotorik hanya dilakukan pada siklus I dan memberikan hasil ketuntasan
sebesar 81,48%.

Kata Kunci : penelitian tindakan kelas, Discovery Learning, aktivitas, prestasi belajar, Larutan
Penyangga

PENDAHULUAN banyak pula nilai-nilai yang perlu


Indonesia merupakan salah satu dipertahankan [1]. Salah satu upaya
negara berkembang di dunia. Saat ini yang sedang dilakukan pemerintah
Indonesia sedang memperbaiki segala adalah pembaruan kurikulum secara
bidang demi mengikuti globalisasi. berkala. Pembaruan kurikulum
Salah satu bidang yang terus dilakukan merupakan usaha terencana yang
perbaikan saat ini adalah bidang mengarah pada terwujudnya proses
pendidikan. Sebagai dampak dari pembelajaran yang lebih baik.
proses globalisasi, pengembangan Pembaruan kurikulum diharapkan dapat
pengajaran yang ditujukan untuk mewujudkan praktik pembelajaran yang
mempersiapkan individu untuk dapat lebih berkualitas bagi siswa, menuju
menyesuaikan diri dan memecahkan terwujudnya sumber daya manusia ke
masalah di lingkungannya menjadi tidak arah yang lebih baik.
relevan lagi. Pendidikan di era Berdasarkan hasil observasi, SMA
globalisasi bertujuan mengembangkan Negeri 1 Ngemplak Boyolali, adalah
kemampuan dan sikap dalam situasi sekolah yang menerapkan kurikulum
dimana banyak nilai yang berubah tetapi 2006 (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 65


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum larutan penyangga adalah kemampuan


operasional yang disusun dan matematis siswa kurang. Selain itu
dilaksanakan oleh masing-masing pemahaman siswa mengenai suatu
satuan pendidikan/sekolah [2]. konsep juga kurang. Permasalahan lain
Pembelajaran dengan Kurikulum yang terjadi adalah siswa kurang
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) antusias dan aktif ketika proses
berpusat pada siswa (student centered pembelajaran, sehingga dalam proses
learning). Akan tetapi pada pembelajaran siswa cenderung pasif.
kenyataannya pembelajaran di sekolah Hal ini kemungkinan menyebabkan
masih cenderung berpusat pada guru prestasi belajar siswa masih rendah.
(teacher centered learning), terlihat dari Pokok bahasan larutan penyangga
aktivitas belajar siswa yang masih merupakan materi yang sulit karena
kurang. memiliki karakteristik pemahaman
Dalam pembelajaran, khususnya konsep dan kemampuan matematis.
dalam pembelajaran IPA diharapkan Selain itu, materi larutan penyangga
tidak hanya memberikan kemampuan memiliki keterkaitan dengan materi
terhadap siswa untuk menyelesaikan Hidrolisis garam. Sehingga sering terjadi
soal-soal saja, tetapi juga untuk melatih kesalahan pemahaman konsep.
agar siswa mampu berpikir kritis, logis Aktivitas belajar siswa
dan sikap ilmiah lainnya. Mata pelajaran merupakan hal yang cukup penting
kimia merupakan mata pelajaran sains dalam suatu proses pembelajaran.
wajib di Sekolah Menengah Atas (SMA). Aktivitas belajar siswa dipengaruhi oleh
Kimia merupakan mata pelajaran yang faktor internal maupun faktor eksternal.
memiliki karakteristik perpaduan antara Meningkatnya aktivitas belajar siswa
teori dan aktivitas ilmiah. Dalam kimia, diharapkan sejalan dengan
teori dapat berupa pemahaman suatu meningkatnya pemahaman siswa akan
konsep yang dapat diberikan kepada suatu materi tersebut. Menurut
siswa melalui penjelasan. Sedangkan Sardiman [3], belajar adalah berbuat
aktivitas ilmiah pada mata pelajaran sekaligus merupakan proses yang
kimia berupa penelitian atau eksperimen membuat anak didik harus aktif. Dari
yang dapat mendorong siswa untuk pengertian ini dapat diketahui bahwa
belajar menemukan. Oleh karena itu, aktivitas belajar siswa merupakan hal
seorang guru kimia diharapkan dapat yang harus ditingkatkan dalam proses
menyajikan materi kimia dalam suatu pembelajaran”. Menurut Diedrich
pembelajaran yang sesuai dengan terdapat 171 macam kegiatan siswa
karakteristik kimia itu sendiri. yang dikelompokkan menjadi 8
Berdasarkan observasi di SMA kelompok, yaitu: visual activities, oral
Negeri 1 Ngemplak Boyolali pada bulan activities, listening activities, writing
September sampai Desember 2013, activities, drawing activities, motor
guru telah menggunakan sarana dan activities, mental activities, dan
prasarana yang ada, akan tetapi emotional activities [3].
penggunaan laboratorium masih kurang Salah satu model pembelajaran
maksimal. Guru juga telah menerapkan yang dapat digunakan adalah model
beberapa model pembelajaran, akan Discovery Learning. menurut Anitah [4],
tetapi pembelajaran masih cenderung belajar penemuan atau Discovery
berpusat pada guru (Teacher Centered Learning merupakan suatu
Learning). Dalam pembelajaran ini, guru pembelajaran yang melibatkan peserta
lebih dominan sehingga aktivitas siswa didik dalam pemecahan masalah untuk
kurang karena siswa hanya menerima pengembangan pengetahuan dan
apa yang disampaikan oleh guru. ketrampilan. Melalui penemuan, peserta
Berdasarkan wawancara dengan didik belajar secara intensif dengan
guru mata pelajaran Kimia di SMA mengikuti metode investigasi ilmiah di
Negeri 1 Ngemplak Boyolali pada bawah supervisi guru. Jadi belajar
tanggal 16 Januari 2014, permasalahan dirancang, disupervisi, diikuti metode
yang dialami saat pembelajaran materi investigasi. Tiga ciri utama dari belajar

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 66


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

menemukan (Discovery Learning) yaitu : belajar siswa. Peningkatan aktivitas


(1) mengeksplorasi dan memecahkan belajar mengakibatkan siswa lebih
masalah untuk menciptakan, menguasai konsep, karena konsep
menggabungkan dan tersebut diperoleh dari percobaan yang
menggeneralisasikan pengetahuan; (2) dilakukannya. Hal tersebut didukung
berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk oleh penelitian yang dilakukan Hilmina
menggabungkan pengetahuan baru dan [11] yang menyimpulkan bahwa
pengetahuan yang sudah ada [5]. pembelajaran discovery melalui
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan laboratorium dapat
Discovery Learning adalah : (1) meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
stimulation; (2) problem statement; (3) Berdasarkan uraian di atas maka perlu
data collections; (4) data processing; (5) dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
verification; dan (6) generalization [6]. (PTK) untuk meningkatkan aktivitas
Model Discovery Learning dapat belajar dan prestasi siswa. Maka dari itu
meningkatkan aktivitas dan prestsi penulis melakukan penelitian yang
belajar siswa, terutama untuk materi berjudul, “Penerapan Model
yang membutuhkan pemahaman Pembelajaran Discovery Learning untuk
konsep dan kemampuan matematis Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi
yang baik. Belajar Pokok Bahasan Larutan
Penelitian yang dilakukan Dewi Penyangga pada Siswa Kelas XI IPA
[7] menyimpulkan bahwa penerapan Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak
pembelajaran menggunakan metode Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Discovery Learning berjalan baik dan
membuat siswa menjadi aktif dan METODE PENELITIAN
paham terhadap konsep materi yang Penelitian ini dilakukan di SMA
diajarkan. Aktivitas belajar siswa dan Negeri 1 Ngemplak Boyolali yang
hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus beralamat di Kecamatan Donohudan,
II mengalami peningkatan. Selain itu, Kabupaten Boyolali. Penelitian ini
Swaak, de Jongw dan van Joolingenz merupakan Penelitian Tindakan Kelas
[8] menyatakan bahwa pembelajaran (PTK) yang dilaksanakan dalam dua
discovery meningkatkan pemahaman siklus, dimana masing-masing siklus
siswa terhadap pengetahuan terdapat empat tahapan yang lazim
sebelumnya serta meningkatkan dilalui yaitu 1) perencanaan 2)
aktivitas siswa. Balim [9] juga pelaksanaan 3) pengamatan dan 4)
menyatakan bahwa pembelajaran refleksi [12]. Subjek penelitian adalah
menggunakan model pembelajaran siswa kelas XI IPA 2 SMAN 1 Ngemplak
discovery dapat meningkatkan tahun pelajaran 2013/2014.
keberhasilan belajar siswa. Sumber data adalah guru dan
Metode yang digunakan untuk siswa. Analisis data dalam Penelitian
mendukung Discovery Learning pada Tindakan Kelas (PTK) dilakukan sejak
pokok bahasan Larutan Penyangga awal sampai berakhirnya pengumpulan
adalah metode eksperimen. Metode data. Data-data dari hasil penelitian
percobaan (eksperimen) merupakan diolah dan dianalisis secara deskriptif
kegiatan belajar yang menghendaki kualitatif. Teknik analisis kualitatif
siswa memberikan perlakuan mengacu pada model analisis Miles dan
(treatment) yang berbeda-beda Huberman dalam Sugiyono [13] yang
terhadap suatu objek atau subjek untuk dilakukan secara interaktif melalui
diamati ada tidaknya pengaruh atau ada proses reduksi data, penyajian data, dan
tidaknya perbedaan pengaruh perlakuan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
tadi. Metode eksperimen ini biasanya Pada penelitian ini digunakan teknik
dilaksanakan di ruang laboratorium agar triangulasi untuk memeriksa validitas
siswa dapat mengontrol atau data dalam penelitian. Triangulasi
mengendalikan objek yang diteliti adalah teknik pemeriksaan keabsahan
dengan cermat [10]. Metode ini dapat data yang memanfaatkan sesuatu yang
digunakan untuk meningkatkan aktivitas lain di luar data itu untuk keperluan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 67


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

pengecekan atau sebagai pembanding penggunaan LKS yang dapat


terhadap data itu. Teknik triangulasi mendukung berjalannya proses
yang digunakan adalah teknik pembelajaran.
triangulasi metode yang dilakukan Pengamatan terhadap siswa
dalam mengumpulkan data tetap dari dilakukan selama proses pembelajaran
sumber data yang berbeda-beda. Dalam berlangsung. Pada awal pembelajaran,
penelitian ini menggunakan metode dilakukan kegiatan eksperimen yang
pengumpulan data melalui teknik bertujuan untuk mengambil data yang
observasi, angket, kajian dokumen dan akan digunakan selama proses
tes [14]. pembelajaran materi larutan penyangga.
Selain itu, siswa juga mendapatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah
Pada tahap perencanaan, peneliti disesuaikan dengan model Discovery
dengan guru melakukan kajian terhadap Learning, agar siswa dapat lebih mudah
silabus sekolah dan RPP yang menemukan konsep materi yang
sebelumnya telah disusun oleh guru. dipelajari. Pada setiap pertemuan,
Berdasarkan silabus tersebut, peneliti dilakukan diskusi baik kelompok
membuat rencana pembelajaran yang maupun diskusi kelas. Pada proses
terdiri dari tiga kali pertemuan pada diskusi kelompok, siswa diharapkan
proses pembelajaran siklus I. mengolah data hasil percobaan dan
Pembelajaran didesain dengan menarik kesimpulan atau konsep materi
menggunakan model Discovery bersama teman sekelompoknya.
Learning. Sedangkan, diskusi kelas dilakukan
Instrumen yang digunakan untuk mendiskusikan hasil dari tiap
sebagai alat evaluasi prestasi belajar kelompok. Kemudian, siswa bersama
adalah soal tes aspek kognitif. guru menarik kesimpulan dari
Instrumen ini telah diujicobakan untuk pembelajaran yang telah dilakukan.
mengetahui kelayakannya sebagai alat Pada pertemuan pertama siswa
evaluasi. Instrumen yang telah dapat menemukan sendiri konsep-
diujicobakan, kemudian dianalisis untuk konsep mengenai pengertian,
mengukur validitas isi, reliabilitas, daya komponen dan cara kerja larutan
beda dan tingkat kesukarannya. penyangga dari hasil diskusi terhadap
Berdasarkan hasil analisis diperoleh 20 data pengamatan dari eksperimen yang
soal objektif sebagai tes kognitif dan 20 dilakukan. Pada pertemuan kedua ini,
soal sebagai tes afektif yang akan siswa terlihat lebih aktif daripada
digunakan sebagai evaluasi pada siklus pertemuan pertama. Ada beberapa
I. Untuk aspek afektif siswa telah siswa yang bertanya mengenai hal-hal
diujicobakan dan dianalisis untuk yang belum dipahami. Siswa juga
mengukur validitas isi serta antusias dalam menanggapi hasil
reliabilitasnya. Selain itu, pengambilan diskusi dari kelompok lainnya. Pada
data untuk aktivitas belajar dan prestasi pertemuan ketiga ini siswa terlihat cukup
belajar aspek psikomotorik dilakukan aktif. Mayoritas siswa aktif dalam diskusi
dengan observasi. Instrumen observasi baik diskusi kelompok maupun diskusi
ini telah dihitung validitas isisnya terlebih kelas. Beberapa siswa juga memberikan
dahulu. tanggapan setelah kelompok lainnya
Kegiatan pembelajaran yang telah mempresentasikan hasil diskusi mereka.
direncanakan oleh peneliti, kemudian Hal ini disebabkan karena siswa sudah
diterapkan di kelas XI IPA 2 SMAN 1 mulai terbiasa dengan model
Ngemplak tahun ajaran 2013/2014. pembelajaran yang digunakan.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I Secara umum, pelaksanaan
mulai dilaksanakan pada tanggal 28 pembelajaran tindakan dengan model
April sampai 12 Mei 2014. Pembelajaran Discovery Learning pada siklus I telah
ini menggunakan model pembelajaran berjalan dengan baik. Interaksi antara
Discovery Learning yang dilengkapi guru dan siswa terlihat cukup baik.
dengan metode eksperimen dan Komunikasi telah berlangsung dua arah.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 68


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

Pada saat berlangsungnya untuk lebih aktif ketika diskusi baik


pembelajaran, mulai dari petemuan diskusi kelompok ataupun diskusi kelas,
pertama hingga ketiga, terdapat hal ini dapat membantu meningkatkan
peningkatan aktivitas siswa. Pada saat pemahaman siswa terhadap materi.
pertemuan pertama, saat diskusi Data yang diperoleh dalam
kelompok setelah praktikum, ada penelitian adalah aktivitas dan prestasi
beberapa siswa yang hanya diam dan belajar siswa pada materi pokok larutan
tidak aktif dalam kegiatan diskusi. penyangga. Data penelitian mengenai
Tetapi, lama kelamaan hampir seluruh aktivitas belajar siswa secara ringkas
siswa aktif dalam kegiatan diskusi dapat diketahui bahwa persentase
kelompok. Di pertemuan awal, hanya aktivitas siswa berkategori tinggi
ada satu atau dua siswa yang berani mengalami peningkatan. Hal ini
bertanya atau mengajukan menunjukkan bahwa secara umum
pendapatnya. Tetapi lama kelamaan, aktivitas belajar siswa sudah cukup baik
siswa sudah berani untuk bertanya dengan adanya peningkatan aktivitas
ataupun menyatakan pendapatnya. Hal siswa dari siklus I ke siklus II. Data
ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah aktivitas siswa disajikan pada Tabel 1.
siswa yang bertanya ataupun
menyatakan pendapatnya. Beberapa hal Tabel 1. Aktivitas Siswa Siklus I dan
yang telah dijelaskan tersebut Siklus II
menunjukkan adanya peningkatan Aktivitas Belajar Ketercapaian (%)
aktivitas belajar siswa selama proses Siklus I Siklus II
pembelajaran bila dibandingkan dengan Kategori Tinggi 37 77,78
aktivitas belajar siswa sebelum Kategori Sedang 59 22,22
tindakan. Kategori Rendah 4 0
Berdasarkan hasil refleksi dari
siklus I maka dilakukan perencanaan Berdasarkan observasi dan
untuk pelaksanaan tindakan pada siklus wawancara pra siklus yang bertujuan
II. Pada siklus II, materi yang diberikan untuk mengetahui kondisi awal siswa,
difokuskan pada indikator yang belum aktivitas siswa pada saat mengikuti
tuntas pada siklus I. Namun siswa perlu pelajaran kimia masih rendah. Siswa
diingatkan kembali dengan sekilas kurang antusias dan aktif ketika proses
keseluruhan indikator yang telah pembelajaran, sehingga dalam proses
dipelajari agar siswa dapat mengingat pembelajaran siswa cenderung pasif.
seluruh pelajaran. Berdasarkan pengamatan, setelah
Tindakan pada siklus II adalah pelaksanaan tindakan pada siklus I dan
sebagai berikut: pertama, untuk siklus II yang diterapkan pada materi
meningkatkan keberhasilan prestasi larutan penyangga, aktivitas siswa
kognitif, peneliti dan guru sepakat untuk meningkat yang diindikasikan dengan
menekankan pada pemahaman materi siswa lebih aktif mengikuti
pada indikator yang belum tuntas. pembelajaran, siswa aktif dalam diskusi,
Kedua, guru akan memberikan siswa aktif bertanya maupun
kesempatan kepada siswa untuk menyatakan pendapatnya selama
bertanya pada guru mengenai hal yang proses pembelajaran berlangsung,
belum dipahami serta menanyakan selain itu siswa juga lebih bersemangat
kesulitan yang dihadapi untuk selama proses pembelajaran. Pada
diselesaikan bersama. Ketiga, guru pertemuan pertama, hanya ada
mendorong keberanian siswa untuk beberapa siswa yang aktif bertanya
mengajukan pertanyaan bila ada hal ataupun menjawab pertanyaan guru.
yang belum jelas ataupun menyatakan Pada pertemuan kedua, jumlah siswa
pendapatnya dalam diskusi. Keempat, yang aktif bertanya, menanggapi
guru akan lebih memperbanyak diskusi presentasi kelompok lain, menjawab
dan latihan soal agar siswa lebih pertanyaan semakin meningkat.
memahami materi yang dipelajari. Pertemuan ketiga, siswa terlihat lebih
Kelima, guru akan mendorong siswa aktif. Hal ini dikarenakan siswa sudah

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 69


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

mulai terbiasa dengan model kompetensi dalam materi pokok larutan


pembelajaran yang digunakan. Siswa penyangga, masih terdapat 3 indikator
terlihat lebih fokus dan aktif dalam kompetensi belum mencapai target yang
kegiatan diskusi. Akan tetapi, dari telah ditentukan. Indikator yang belum
pertemuan pertama sampai ketiga mencapai target tersebut adalah
masih ada beberapa siswa yang belum menjelaskan komponen larutan
berani untuk bertanya ataupun penyangga, menjelaskan cara kerja
menyatakan pendapatnya. Pada siklus I larutan penyangga dan menjelaskan
aktivitas siswa kategori tinggi sebesar pengaruh penambahan sedikit asam
37%. Selanjutnya, tindakan dilanjutkan atau sedikit basa atau pengenceran
siklus II guna meningkatkan aktivitas terhadap harga pH larutan penyangga.
siswa. Pada siklus II aktivitas siswa Ketidaktercapaian target untuk hasil
kategori tinggi adalah 77,78%. belajar kognitif pada masing-masing
Ketidaktercapaian target pada indikator disebabkan karena ketiga
hasil observasi aktivitas siswa siklus I indikator tersebut kebanyakan
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara merupakan indikator yang memerlukan
lain: kurang aktifnya siswa ketika pemahaman konsep yang baik sehingga
diskusi, siswa enggan untuk bertanya dengan pemahaman yang kurang maka
pada guru, selain itu masih sedikit sekali hasilnya belum maksimal. Masalah
siswa yang menanggapi pertanyaan dari lainnya adalah kurangnya latihan soal
guru. yang diberikan sehingga siswa belum
Terjadi peningkatan setelah terbiasa mengerjakan soal perhitungan.
pemberian tindakan pada siklus II. Selain itu, siswa seringkali lupa
Peningkatan aktivitas belajar siswa ini mengenai rumus yang akan digunakan,
disebabkan oleh banyak faktor, antara kemampuan matematis siswa yang
lain model pembelajaran Discovery kurang juga sangat berpengaruh, dan
Learning yang menuntut siswa untuk kurang telitinya siswa dalam
lebih aktif dalam menemukan konsep- mengerjakan soal perhitungan.
konsep materi, adanya kegiatan diskusi Pada siklus II, pembelajaran
yang melatih siswa untuk aktif dalam difokuskan pada tiga indikator yang
proses pembelajaran. Dengan adanya belum tercapai ketuntasannya. Langkah
diskusi, siswa lebih berani dalam yang diambil dalam siklus II adalah
menyatakan pendapat, menanggapi memperbanyak latihan soal dan
pernyataan baik teman maupun guru, mendiskusikannya. Hasil persentase
dan bertanya mengenai hal-hal yang ketuntasan belajar siswa pada siklus II
belum dipahami. Selain itu, kegiatan meningkat menjadi sebesar 81,00%.
diskusi melatih siswa untuk bekerja Memperbanyak diskusi dan latihan soal
secara berkelompok, sehingga siswa sangat berpengaruh dalam peningkatan
tidak hanya mampu bekerja secara ketuntasan prestasi belajar kognitif
individu saja.. siswa. hal ini dapat meningkatkan
Berdasarkan prestasi belajar pemahaman siswa terhadap materi dan
siswa yang mencakup aspek kognitif, meningkatkan kemampuan matematis
afektif, dan psikomotorik dapat siswa. Adapun ketercapaian aspek
dinyatakan bahwa penerapan model kognitif pada siklus I dan siklus II dapat
Discovery Learning dapat meningkatkan dilihat pada Tabel 2. Target
prestasi belajar. Wawancara dengan ketercapaian pada siklus I adalah 70%
guru mata pelajaran kimia menyatakan dan pada siklus II adalah 85%.
bahwa ketuntasan belajar siswa pada
materi larutan penyangga pada tahun
pelajaran sebelumnya yaitu 2012/2013
sebesar 29,07%. Setelah dilakukan
tindakan pada siklus I ketuntasan
belajar siswa adalah 63,00%. Hasil ini
belum mencapai target yang telah
ditentukan karena dari 6 indikator

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 70


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

Tabel 2. Hasil Tes Kognitif Siswa Siklus percaya diri terhadap kemampuan yang
I dan Siklus II dimiliki siswa dalam pemahaman materi.
Hasil penilaian aspek afektif siswa
Capaian Capaian
Indikator dalam pembelajaran siklus II, dapat
Siklus I(%) Siklus II(%)
dijelaskan bahwa persentase siswa
1 88,50 89,00 berkategori sangat baik sebanyak
2 58,60 62,80 40,74%; siswa berkategori baik
3 51,80 73,90 sebanyak 51,85%; siswa berkategori
4 85,90 87,80 kurang sebanyak 7,41%; dan siswa
5 55,50 59,80 berkategori sangat kurang sebanyak
6 88,80 90,60 0%. Adapun capaian persentase aspek
afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 2. dapat Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat
diketahui bahwa pada siklus I terdapat bahwa pada aspek konsep diri belum
tiga indikator yang belum tercapai, tuntas. Meski begitu, pada semua aspek
kemudian pada pelaksanaan tindakan terdapat peningkatan capaian. Hal ini
siklus II dilakukan pembelajaran yang menunjukkan model Discovery Learning
terfokus pada indikator yang belum dapat meningkatkan prestasi belajar
tercapai tersebut. Meskipun dalam aspek afektif. Ketidaktuntasan pada
Siklus II ketiga indikator tersebut belum aspek konsep diri dimungkinkan karena
memenuhi target tetapi ketiga indikator belum semua siswa dapat memahami
tersebut mengalami peningkatan. Hal ini materi dengan baik dan cepat.
berarti penerapan model pembelajaran
Discovery Learning telah berhasil Tabel 3. Capaian Persentase Aspek
meningkatkan prestasi belajar siswa Afektif Siswa pada Siklus I
yaitu prestasi kognitif siswa kelas XI IPA dan Siklus II
2 SMA Negeri 1 Ngemplak. Capaian Rata-rata
Prestasi belajar afektif siswa (%)
Indikator
terhadap pembelajaran mengalami
Siklus I Siklus II
peningkatan. Penilaian aspek afektif
Minat 77,00 79,90
diberikan berupa angket yang diisi siswa
Sikap 80,7 82,40
pada akhir siklus untuk mengukur minat,
Nilai 81,80 85,15
sikap, nilai, konsep diri dan moral siswa.
Konsep Diri 53,30 60,00
Ketercapaian afektif siswa silkus I
Moral 71,50 78,30
adalah 89% meningkat menjadi 92,6%
Rata-rata 72,86 77,15
pada siklus II.
Hasil penilaian aspek afektif
siswa dalam pembelajaran siklus I, Prestasi belajar aspek
dapat dijelaskan bahwa persentase psikomotorik tidak dapat dibandingkan
siswa berkategori sangat baik sebanyak antara siklus I dan siklus II. Hal ini
44,44%; siswa berkategori baik dikarenakan, pada siklus I target
sebanyak 44,44%; siswa berkategori pembelajaran dari aspek psikomotorik
kurang sebanyak 11,11%; dan siswa telah tercapai. Berdasarkan analisis
berkategori sangat kurang sebanyak data hasil observasi pada siklus I
0%. Pada siklus I, dari segi aspek tentang prestasi belajar psikomotorik,
prestasi afektif siswa, masih ada 1 persentase siswa yang memiliki
indikator kompetensi yang belum kemampuan psikomotorik tinggi sebesar
tercapai, yaitu mengenai konsep diri. 81,48%; siswa yang memiliki
Hal ini disebabkan karena kemampuan psikomotorik sedang
ketidakyakinan siswa dalam menguasai sebesar 14,8%; dan siswa yang memiliki
materi. Ketidakyakinan siswa itu kemampuan psikomotorik rendah
dikarenakan kecepatan dalam sebesar 3,70%.
pemahaman materi masih rendah. Dalam penelitian tindakan kelas,
Sehingga perlu ditumbuhkan rasa penelitian dapat dinyatakan berhasil
apabila masing-masing indikator yang

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 71


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

diukur telah mencapai target yang telah DAFTAR RUJUKAN


ditetapkan. Penelitian ini dapat [1] Arifin, M. 1995.Pengembangan
disimpulkan berhasil karena masing- Program Pengajaran Bidang Studi
masing indikator proses dan prestasi Kimia. Surabaya: Airlangga
belajar meliputi aktivitas belajar siswa, University Press
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
diukur telah mencapai target dan [2] Muslich, M. 2008. Pembelajaran
mengalami peningkatan. Sesuai dengan Berbasis Kompetensi dan
wawancara pada siswa, dapat Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
disimpulkan siswa merasa senang dan
puas dengan pembelajaran yang telah [3] Sardiman. 1994. Interaksi dan
dilakukan. Motivasi Belajar Mengajar.
Hasil tindakan, pengamatan dan Jakarta : Raja Grafindo Perkasa
pembahasan dapat ditarik kesimpulan [4] Anitah, S. 2009. Teknologi
bahwa penerapan model pembelajaran Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Discovery Learning dapat meningkatkan Pustaka
aktivitas dan prestasi belajar pokok
bahasan larutan penyangga pada siswa [5] Herdian, Metode Pembelajaran
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ngemplak Discovery (penemuan), dari :
tahun pelajaran 2013/2014. http://herdi07.wordpress.com/2010
/05/27/metode-pembelajaran-
KESIMPULAN discovery-penemuan/, 14 Februari
Berdasarkan hasil penelitian 2014
yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran [6] Rusyan, A., Kusdinar, A., dan
Discovery Learning dapat meningkatkan Arifin, Z. 1989. Pendekatan dalam
aktivitas belajar (37,00% pada siklus I Proses Belajar Mengajar.
meningkat menjadi 77,78% pada siklus Bandung: Remadja Karya.
II) dan prestasi belajar (aspek kognitif
63,00% pada siklus I meningkat menjadi [7] Dewi, M. 2013. Penerapan metode
81,00% pada siklus II, aspek afektif Discovery Learning untuk
siswa 89,00% pada siklus I meningkat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
menjadi 92,60% pada siklus II, Belajar Pokok Bahasan Pecahan
sedangkan untuk prestasi belajar Siswa Kelas IV SDN Kertosari 02
psikomotorik hanya dilakukan pada Pakusari Jember Tahun Pelajaran
siklus I dan memberikan hasil 2012/2013. Skripsi Dipublikasikan.
ketuntasan sebesar 81,48%) siswa FKIP Universitas Jember.
kelas XI IPA Semester II SMAN 1
[8] Swaak, J; de Jongw, T and van
Ngemplak tahun pelajaran 2013/2014
Joolingenz, W. 2004. The Effects
pada materi pokok larutan penyangga.
of Discovery Learning and
Expository Instruction on the
UCAPAN TERIMA KASIH
Acquisition of Definitional and
Bapak Drs. Wahyu Purnomojati,
Intuitive Knowledge. Journal of
M.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah
Computer Assisted Learning 20,
memberikan izin penelitian di SMAN 1
225-234.
Ngemplak, dan Bapak S. Kristiyanto,
S.Pd. selaku guru kimia yang telah [9] Balım, A., G. 2009. The Effects of
mengijinkan penulis menggunakan Discovery Learning on Students’
kelasnya untuk penelitian di SMAN 1 Success and Inquiry
Ngemplak. Learning Skills. Egitim
Arastirmalari-Eurasian Journal of
Educational Research, 35, 1-20.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 72


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Hal. 65-73

[10] Gofur, A.2011. Design


Pembelajaran: Konsep, Model,
dan Aplikasinya dalam
Perencanaan Pelaksanaan
Pembelajaran.Yogyakarta:
Penerbit Ombak.

[11] Hilmina. 2011. Upaya


Meningkatkan Hasil Belajar Kimia
Siswa dengan Metode Discovery
Melalui Kegiatan Laboratorium
Pada Konsep Sistem
Koloid(Penelitian Tindakan Kelas
di MAN 12 Jakarta Barat Kelas
XI).Skripsi Dipublikasikan. FITK
UIN Syarif Hidayatullah.

[12] Arikunto, S. 2012. Penelitian


Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi
Aksara

[13] Sugiyono. 2010. Metode


Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan
RnD.Bandung: Alfabeta

[14] Wiriatmadja. 2009. Metode


Penelitian Tindakan
Kelas.Bandung: Remaja
Rosdakarya

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 73

Anda mungkin juga menyukai