Anda di halaman 1dari 56

PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENGATASI

LEARNING LOSS PADA MATERI POLARISASI CAHAYA DI


SMA NEGERI 26 JAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

WIWIT LARASWATI LASE

1814150010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ i
DAFTAR TABEL...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ..................................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ...................................................................................................4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................... 6


A. Kajian Teori ........................................................................................................... 6
1. Kaidah Pembelajaran ....................................................................................... 6
2. Kaidah Project Based Learning (PjBL) ........................................................... 7
3. Kaidah learning loss ...................................................................................... 14
4. Materi Gelombang cahaya ..............................................................................15
B. Penelitian Yang Relevan....................................................................................... 15
C. Kerangka Berfikir ................................................................................................. 18
D. Hipotesis ................................................................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 20

i
A. Motede dan Desain Penelitian ( Variabel penelitian ) ........................................ 20

1. Metode dan Desain Penelitian ....................................................................... 20

2. Variabel Penelitian ......................................................................................... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................22

1. Lokasi penelitian ............................................................................................ 22

2. Waktu penelitian ............................................................................................ 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 24

1. Test ................................................................................................................. 24

2. Instrument Angket ......................................................................................... 24

E. Teknik Validasi Instrumen Penelitian .................................................................. 26

F. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................................... 26

1. Uji Normalitas ................................................................................................ 26

2. Uji Homogenitas ............................................................................................ 27

G. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 27

H. Deskripsi Data ..................................................................................................... 27

I. Prosedur Penelitian ................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 28

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tahapan Project based learning (PjBL) modifikasi dari sani

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrument Pre-test dan Post-test

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrument angket ranah afektif

Tabel 3.4 : Kisi-kisi intrument angket ranah psikomotorik

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 :Penampilan gelombang-gelombang bidang yang dihasilkan oleh


sumber cahaya tak terpolarisasi

Gambar 2.2 :Polarisasi dan Pemantulan.

Gambar 2.3 : Polarisasi dan Hamburan

Gambar 2.4 : Bagan Kerangka Berpikir

Gambar 3.1 : Desain penelitian Pretest-Posttest control group desaign

Gambar 3.2 : Lokasi Penelitian

iv
DAFTAR SINGKATAN

PJJ : Pembelajaran Jarak Jauh

PjBL : Project Based Learning

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

v
BAB I

PENDAULUAN

A. Latar Belakang
Corona virus diseases (Covid-19) yang melanda seluruh wilayah Indonesia
bahkan seluruh dunia telah menyebabkan gangguan dalam berbagai bidang
kehidupan termasuk bidang pendidikan. Lembaga pendidikan formal
melaksanakan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang cukup lama. Kegiatan
pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan berbagai sarana melalui koneksi
internet memberikan dampak yang berarti bagi peserta didik. Banyak kendala
yang dihadapi oleh guru dalam mengoptimalkan tingkat pemahaman siswa
bahkan waktu yang dibutuhkan untuk mengajarkan sangat terbatas.
Pembelajaran jarak jauh tentu tidak terlepas dari celah yang menyebabkan
sistem pembelajaran ini kurang efektif. Satu hal yang ditakuti jika pembelajaran
jarak jauh berlangsung dalam jangka waktu lama akan berdampak pada Learing
loss. The Education and Development Forum (2020) mengartikan bahwa learning
loss adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan
baik secara umum atau terjadinya kemunduran secara akademik karena kondisi
tertentu seperti kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungan
proses pendidikan. Learning loss yang ditakutkan terjadi adalah terbatasnya
interaksi antara tenaga pendidik dengan pelajar, terbatasnya interaksi antara
pelajar lain, masalah waktu belajar, kurangnya konsentrasi dan hilangnya fokus,
serta kurangnya serapan pelajar terhadap materi pembelajaran yang diberikan.
Salah satu solusi yang dapat dilaksanakan adalah menerapkan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) atau dikenal sebagai pembelajaran
berbasis proyek untuk mengatasi learning loss yang dialami oleh siswa. Menurut
Mendikbud, metode project based learning ini sangat efektif diterapkan untuk
para pelajar dengan membentuk kelompok kecil dalam mengerjakan project,
eksperimen, dan inovasi. Dengan menjalankan metode pembelajaran yang satu

1
ini, tentunya juga harus memperhatikan protocol Kesehatan yang berlaku. The
Education and Development Forum (2020) mengartikan bahwa Learning loss
adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan
baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi karena
kesenjagan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungan proses pendidikan.
Kondisi Learning loss bagi siswa adalah kondisi dimana: a). Siswa memiliki
waktu yang kurang untuk belajar di sekolah karena berbagai faktor baik internal
maupun eksternal. b). Siswa kurang paham materi pembelajaran sehingga
kompetensi yang diperolah tidak memadai. c). Siswa kehilangan kesempatan
untuk mengekspresikan kemampuan akademiknya, kehilangan motivasi untuk
merespon umpan balik yang diberikan
Project Based Learning atau dikenal sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek
adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti
pelajaran peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project Based
Learning merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman dalam beraktivitas secara nyata. PjBL merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata. Langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran berbasis proyek adalah penentuan pertanyaan mendasar, menyusun
perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evaluasi
pengalaman (permendikbud, 2014:975-976).
Model pembelajaran Project Based Learning mendorong peserta didik untuk
menjadi lebih aktif, mandiri, dan kreatif dalam memecahkan sebuah
permasalahan. Oleh sebab itu melalui model pembelajararan berbasis proyek
dapat membangun nilai karakter peserta didik terutama pada kreatif dan rasa ingin
tahu. Model pembelajaran Project Based Learning dapat digunakan untuk
mengatasi Learning loss yang dialami oleh siswa. Melalui model pembelajaran

2
berbasis proyek mengakibatkan siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan memiliki
rasa tahu yang tinggi.

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka peneliti akan melakukan


penelitian berjudul “Project Based Learning (PjBL) untuk mengatasi learning
loss pada materi polarisasi cahaya di SMA Negeri 26 Jakarta

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran Jarak jauh yang kurang efektif mengakibatkan terjadinya
learning loss.
2. Metode pembelajaran yang digunakan masih tergolong menoton yang
pada umumnya masih menggunakan metode ceramah yang
mengakibatkan peserta didik menjadi pasif.
3. Model project based learning (PjBL) merupakan model pembelajaran
yang menarik dan dapat dijadikan untuk mengatasi Learning loss.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka dapat dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) menggunakan Model
project based learning (PjBL) yang dilaksanakan di kelas XI MIPA SMA
Negeri 26 Jakarta
2. Pengaruh model pembelajaran PjBL sebagai solusi mengatasi Learning loss
pada materi Polarisasi cahaya.

D. Rumusan Masalah

3
Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan permasalahan
1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
selama proses pelaksanaan pembelajaran Jarak jauh (PJJ) pada materi
pembelajaran Fisika kelas XI MIPA ?
2. Bagaimana Respon siswa terhadap model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada
materi pembelajaran kelas XI MIPA ?
3. Apakah terjadi penurunan kasus learning loss di kelas XI MIPA SMA Negeri
26 Jakarta setelah mengikuti proses pembelajaran Fisika dengan
menggunakan model pembelajaran Project based learning (PjBL)?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diperoleh tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Agar mengetahui bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) selama proses pelaksanaan pembelajaran jarak jauh
(PJJ) pada materi pembelajaran Fisika.
2. Agar mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) selama proses pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ)
pada materi pembelajaran Fisika
3. Agar mengetahui apakah model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
dapat mengatasi leaning loss selama proses pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh (PJJ) pada materi pembelajaran Fisika.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
terkait dalam penelitian ini, seperti :
1. Siswa

4
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah siswa
dalam proses pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sehingga siswa dapat
berperan aktif selama pembelajaran berlangsung.

2. Guru
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat menjadi solusi
untuk mengatasi learning loss yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh (PJJ).

3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi pengelola pendidikan untuk menghindari terjadinya Learning loss

4. Peneliti
Penelitin dapat menambah wawasan serta mendapat pengalaman dalam
mengatasi learning loss selama proses pembelajaran jarak jauh ( PJJ) sehingga
nantinya dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan dalam proses
pelaksanaan pembelajaran.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kaidah Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses
belajar (Pane, 2017:337). Pembelajaran merupakan proses pengaturan
lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kearah positif dan
lebih baik sesuai potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Husamah, dkk,
2018:28). Pada undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.

Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara terus-


menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada suatu lingkungan belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang ( nana sudjana 2001:28 ). Belajar adalah perubahan perilaku yang
bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan ( psikomotor ) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (Afektif). Belajar tidak hanya menyangkut mata
pelajaran, tetapi juga persepsi, kebiasaan, penguasaan, kesenangan,
kompetensi, keterampilan dan cita-cita.

Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika komponen dalam


pembelajaran saling bekerja sama dengan baik, seperti pendidik sebagai

6
fasilitator dan peserta didik sebagai subjek pembelajaran. Mutu pembelajaran
perlu ditingkatkan guna dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif,
dan menyenangkan. Pembelajaran yang baik itu pembelajaran yang memiliki
tujuan pembelajaran yang ideal agar murid mampu mewujudkan perilaku
yang efektif ( Suyono, dkk: 2011:185)

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran


dapat diartikan sebagai suatu proses ataupun usaha yang dilakukan oleh guru
untuk membantu siswa dalam proses belajar sehingga mempermudah siswa
mendapatkan pemahaman ataupun pengetahuan baru dalam pembelajaran.
Melakukan pembelajaran sebagai seorang pendidik harus memperhatikan
komponen pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Kesiapan pendidik untuk dapat mengenal karakteristik setiap
peserta didik dalam pembelajaran merupakan yang utama dalam penyampaian
bahan ajar serta mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Pendidik
dituntut kreatif dalam melaksanakan pembelajaran agar peserta didik tidak
mudah bosan dan dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran.
Pemahaman peserta didik juga dapat sebagai patokan tercapainya tujuan
dalam suatu pembelajaran serta tercapainya tujuan pembelajaran tersebut
merupakan keberhasilan dalam suatu pembelajaran.

2. Kaidah Project Based Learning (PjBL)


a. Pengertian Metode Project Based Learning ( PjBL)

Menurut Fathurrohman ( 2016, hlm. 119) Project Based Learning


(PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau
kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan menurut Jhon Thomas dalam
Uum Murfiah (2017). Project Based Learning (PjBL) adalah
pembelajaran yang memerlukan tugas-tugas kompleks yang didasarkan

7
pada pertanyaan/permasalahan menantang yang melibatkan siswa dalam
mendesain, menyelesaikan masalah, membuat keputusan dan kegiatan
investigasi yang membiarkan siswa bekerja mandiri dalam periode yang
lama dan berkunjung pada realistis produk atau presentasi.

Model Project Based Learning (PjBL) adalah suatu pembelajaran yang


melibatkan peserta didik dalam suatu proyek pembelajaran tertentu secara
mandiri dalam periode tertentu yang berakhir pada tugas berbentuk
produk atau presentasi. Project Based Learning (PjBL) ini digunakan
karena memiliki keuntungan tertentu dalam proses pembelajaran yaitu
dapat melatih keterampilan siswa seperti keterampilan berpikir,
keterampilan memecahkan masalah dan kreativitas sehingga efektif untuk
memanajemen diri siswa dan membangun rasa percaya diri siswa.

Dalam Model Project Based Learning (PjBL) Guru berperan


sebagai fasilitator yang menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi,
penilaian dan interpretasi untuk menghasilkan produk hasil pembelajaran.
Dimana dalam hal ini siswa dibiarkan belajar secara mandiri dalam
periode tertentu. Pengumpulan dan pengintegrasian pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dilakukan dengan permasalahan sebagai
langkah awal dalam memperoleh informasi atau data.

Model Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran


lama yang terus mengalami perubahan. Project Based Learning (PjBL)
sering digunakan dalam proses pembelajaran karena dengan model
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk menyelesaikan masalah dan
bekerja sama secara kolaboratif. Project Based Learning (PjBL) ini
menuntur siswa untuk memiliki potensi untuk pengalaman belajar yang
menarik dan bermakna.

8
b. Karakteristik Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) mempunyai


karakteristik yang membuat guru menjadi fasilitator untuk memberikan
permasalahan berupa proyek yang harus diselesaikan oleh peserta didik.
Hal ini kemudian membuat peserta didik harus merancang proses dan
kerangka kerja untuk membuat solusi dari permasalahan tersebut.
Karakteristik Project Based Learning (PjBL) menurut Daryanto dan
Raharjo (2012, hlm.162) adalah sebagai berikut :

1) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.


2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik.
3) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan.
4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses
dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.
6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan.
7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif. Situasi
pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran merupakan serangkaian pembelajaran yang


meliputi segala aspek yang terjadi dalam pembelajaran. Dalam
penerapannya Project Based Learning (PjBL) terdapat kelebihan dan
kekurangan.

Adapun kelebihan dari Project Based Learning (PjBL) menurut


Daryanto dan Rahardjo (2012,hlm162) sebagai berikut :

9
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan untuk melakukan pekerjaan penting dan mereka perlu
untuk dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan
dunia nyata
9) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Sedangkan kelemahan Project Based Learning (PjBL) menurut


Widiaworo (2016,hlm.189) sebagai berikut :
1) Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
2) Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena
menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
3) Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana
intruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan tradisi yang
sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai
teknologi.

10
4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Oleh karena itu,
disarankan untuk menggunakan team teaching dalam pembelajaran.
5) Peserta didik memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
7) Apabila topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak memahami topik secara keseluruhan.
d. Sintaks Project Based Learning (PjBL)

Menurut Sani dalam Uum Murfiah (2017) adalah tahapan Project


Based Learning (PjBL) yang harus direncanakan dalam proses
pembelajaran adalah:

1) Mengelompokkan 3 atau 4 siswa untuk mengerjakan proyek selama


kurang lebih 3-8 minggu.
2) Mengajukan pertanyan awal yang bersifat kompleks yang dapat
memancing siswa untuk belajar lebih lanjut dan mengarahkannya
dalam membuat proyek.
3) Membuat jadwal perencanaan penyelesaian proyek mulai dari
membuat rancangan, mewujudkan proyek sampai mempresetasikan
atau memamerkan proyek.
4) Memberikan umpan balik dan penilaian atas pengerjaan proyek yang
dibuat.

Pembelajaran berbasis proyek dirancang pada permasalahan


kompleks untuk dipahami peserta didik. Adapun sintaks dari model PjBL
modifikasi peneliti dari Sani (2014) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahapan Project Based Learning (PjBL) Modifikasi dari sani

11
Tahapan PjBL Kegiatan pembelajaran
Penyajian  Guru menyajikan permasalahan yang terjadi dan
permasalahan berupaya melibatkan siswa untuk terlibat
 Guru memotivasi siswa menemukan permasalahan
Perencanaan  Guru menentukan kelompok belajar berdasarkan
karakteristik siswa.
 Kelompok mengidentifikasi permasalahan yang
dikaji
 Kelompok pengembangan pertanyaan yang dapat
mengarahkan pada perbuatan rancangan
penyelidikan.
 Kelompok merumuskan hipotesis
Penjadwalan  Guru menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian
mulai dari observasi awal, pelaksanaan
perlakuan/penelitian, analisis data, pembuatan
laporan, dan penyajian hasil penelitian.
 Jadwal disepakati antara siswa dengan guru.
Pembuatan  Siswa melakukan observasi berdasarkan pada
proyek dan rencana kegiatan yang telah dibuat.
monitor  Guru melakukan monitoring proses belajar,
membantu kelompok yang mengalami kesulitan
dan sebagainya.
Penilaian  Siswa melakukan presentasi hasil penelitian di
depan kelas yang dianggapi oleh kelompok lain.
 Guru melakukan penilaian sejak pengamatan
sampai kegiatan presentasi dengan menggunakan
penilaian yang mengacu pada taksonomi Bloom.
Evaluasi  Guru memberi kesempatan kepada kelompok

12
belajar untuk melakukan refleksi dan evaluasi
terhadap proses belajar yang telah dilakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah project


Based Learning (PjBL) di mulai dari:

1. Guru menyajikan permasalahan


2. Melakukan perencanaan dan membagi kelompok belajar
3. Guru menentukan jadwal yang disepakati dengan siswa.
4. Guru memonitoring proses pembelajaran.
5. Siswa mempresentasikan hasil proyek dan guru melakukan penilaian
6. Guru dan siswa merefleksi dan mengevaluasi pembelajaran.

3. Kaidah Learning loss


The Education and Development Forum (2020) mengartikan bahwa
learning loss adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan
keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis,
yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau
ketidakberlangsungannya proses pendidikan.
Resiko learning loss memang sudah diprediksi akan terjadi dari mulai
awal terjadinya penutupan sekolah di seluruh dunia karena pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan tentang Framework pembukaan kembali sekolah yang
dikeluarkan bersama oleh UNESCO,UNICEF, World Bank dan WFP pada
bulan april 2020, dinyatakan bahwa penutupan sekolah secara global sebagai
tanggapan terhadap pandemi menghadirkan resiko merusak pendidikan,
perlindungan, dan kesejahteraan anak-anak (Masterman, 2020). Oleh karena
itu, perlu dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini bagaimanakah learning loss
dalam pembelajaran daring di masa pandemi corona di perguruan tinggi.

13
Dalam panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi COVID-
19, learning loss disebut sebagai salah satu bentuk penurunan capaian belajar.
Selama pandemi, pendidikan dilakukan secara daring dimana terjadi
kesenjangan akses dan kualitas belajar. Hal inilah yang menyebabkan
munculnya learning loss dan capaian belajar siswa menurun. Sebuah studi
menemukan bahwa pembelajaran tatap muka secara langsung bisa
menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik di bandingkan saat
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa learning loss adalah
hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa, baik secara spesifik atau
umum, yang dipengaruhi berbagai faktor. Istilah ini sering diartikan sebagai
kemunduran secara akademis yang berkaitan dengan kesenjangan yang
berkepanjangan atau proses pendidikan yang berlangsung secara tidak baik.
4. Materi Gelombang cahaya
Cahaya adalah rambatan dari getaran medan listrik dan medan
magnetik yang saling tegak lurus, keduanya saling tegak lurus dengan arah
rambat cahaya. Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik, baik ada
medium ataupun tidak sehingga cahaya sebagai gelombang elektromagnetik
dapat merambat tanpa memerlukan medium. Dengan kata lain, cahaya dapat
merambat melalui vakum.
Sebagai gelombang, cahaya mengalami gejala dispersi, pemantulan,
pembiasan, difraksi, interferensi, polarisasi dan efek doppler.
a. Polarisasi cahaya

Gelombang cahaya termasuk gelombang transversal sehingga


mengalami gejala polarisasi. Apakah gelombang bunyi mengalami
polarisasi?

Suatu gelombang disebut terpolarisasi linear jika getaran dari gelombang


selalu terjadi dalam satu arah saja, yaitu arah polarisasi.

14
Gelombang cahaya memiliki arah getaran medan listrik dan medan
magnetik yang saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap arah
rambat gelombang cahaya. Kuat medan listrik jauh lebih besar dari pada
kuat medan magnetik ( ingat E=cB ) sehingga hanya arah getaran medan
listrik E yang kita perhitungkan. Nah sumber cahaya umum, seperti
lampu pijar, lampu senter, lampu neon, dan nyala lilin merupakan contoh
cahaya terpolarisasi hal ini disebabkan arah getaran medan listrik yang
dihasilkan oleh elektron-elektron dipercepat berarah sembarangan (tidak
satu arah).
Terdapat banyak sekali gelombang bidang yang dapat
dihasilkan oleh getaran-getaran medan listrik. Beberapa gelombang
bidang ditampilkan pada (gambar 2.1a). semua gelombang tersebut dapat
kita tampilkan dengan garis-garis berarah radial keluar (gambar 2.1b).
akan lebih sederhana lagi jika ditampilkan dengan dua vektor yang saling
tegak lurus (Gambar 2.1c). persis seperti ketika kita menguraikan semua
vektor pada Gambar 2.1b atas komponen-komponen horizontal dan
vertikal. Adapun cahaya terpolarisasi akan kita tampilkan dengan sebuah
vektor berarah radial.

Gambar 2.1a Gambar 2.1b Gambar 2.1c


Gambar 2.1 penampilan gelombang-gelombang bidang yang dihasilkan oleh
sumber cahaya tak terpolarisasi
Polarisasi cahaya adalah terserapnya sebagian arah getar cahaya.
Cahaya yang sebagian arah getarnya terserap disebut Cahaya terpolarisasi,

15
dan jika cahaya hanya mempunyai satu arah getar tertentu disebut Cahaya
terpolarisasi Linear. Cahaya terpolarisasi, dapat diperoleh dari cahaya tak
terpolarisasi, yaitu dengan menghilangkan (memindahkan) semua arah
getar dan melewatkan salah satu arah getar saja. Ada empat cara untuk
melakukan hal tersebut, yaitu penyerapan selektif , pemantulan, pembiasan
ganda, dan hamburan.

1). Polarisasi dengan Penyerapan Selektif

Teknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi


adalah menggunakan polaroid, yang akan meneruskan gelombang-
gelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan
menyerap gelombang-gelombang pada arah getar lainnya. Teknik
berdasarkan penyerapan arah getar ini disebut Polarisasi dengan
penyerapan selektif.

2). Polarisasi dengan pemantulan

Selain menemukan hukum Malus untuk sistem polarisator-


analisator, Malus juga menemukan bahwa cahaya menjadi
terpolarisasi akibat pemantulan dari kaca jendela dan permukaan air.

Cahya terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya tak terpolarisasi


dengan cara pemantulan. Jika seberkas cahaya menuju ke bidang batas
antara dua medium, sebagian cahaya akan dipantulkan. Ada tiga
kemungkinan yang terjadi pada cahaya yang dipantulkan, Yaitu :

a) Cahaya pantul tak terpolarisasi,


b) Cahaya pantul terpolarisasi sebagian
c) Cahaya pantul terpolarisasi sempurna (seluruhnya).

16
Hasil percobaan oleh David Brewster ( 1781-1868 ) pada tahun
1814 menunjukkan bahwa ketiga kemungkinan tersebut bergantung
pada besaran sudut datang cahaya. Cahaya pantul tak terpolarisasi jika
sudut datang 0 o ( Searah garis normal bidang batas ) atau 90 o (searah
bidang batas). Cahaya pantul terpolarisasi sebagian jika sudut datang
diantara 0 o dan 90 o. Cahaya pantul terpolarisasi sempurna jika sudut
datang cahaya mempunyai nilai tertentu ( sudut polarisasi atau sudut
Brewster).

Perhatikan berkas cahaya tak terpolarisasi yang datang pada bidang


batas antara dua medium, seperti ditunjukkan pada gambar
2.2a.Cahaya dapat diuraikan menjadi dua komponen listrik, yang satu
sejajar dengan bidang ( dinyatakan oleh titik) dan lain tegak lurus
dengan komponen pertama (dinyatakan oleh panah). Ternyata
komponen yang sejajar bidang (titik) dipatulkan lebih kuat daripada
komponen yang tegak lurus, dan sinar pantul dikatakan terpolarisasi
sebagian (Gambar 2.2a) perhatikan bahwa sinar bias juga terpolarisasi
sebagian.

Sekarang, sudut datang i kita ubah sampai sudut antara sinar


bias dan sinar pantul menjadi 90 o (Gambar 2.2b). pada sudut ini
ternyata sinar pantul terpolarisasi sempurna dengan vektor medan
listrik sejajar dengan bidang, sementara sinar bias tetap terpolarisasi
sebagian. Sudut datang yang menghasilkan sinar pantul terpolarisasi
sempurna disebut sudut polarisasi atau sudut Brewster, θ B.

17
2.2b. Cahaya pantul dipolarisasi
2.2a. polarisasi cahaya oleh sempurna dalam arah sejajar bidang
pemantulan pada sudut Brewster. pantul. Cahaya bias terpolarisasi
sebagian, membuat sudut 90 o terhadap
cahaya pantul.

3). Polaroid dengan Pembiasan Ganda

Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar
akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen,
indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan
kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di
dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai
indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan
mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas
akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa),
sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius
(disebut berkas sinar istimewa).

4). Polarisasi dengan Hamburan

18
Jika cahaya datang pada suatu sistem partikel (misal gas ),
elektron-elektron dalam partikel dapat menyerap dan memancarkan
kembali sebagian dari cahaya. Penyerapan dan pemancaran kembali
cahaya oleh partikel-partikel ini yang disebut Hamburan. Hamburan
dapat menyebabkan cahaya matahari tak terpolarisasi sempurna.
Gambar 2.3 menunjukkan cahaya matahari terpolarisasi dihamburkan
oleh sebuah molekul menyebabkan elektron-elektron dalam molekul
penghambur bergetar pada suatu bidang yang tegak lurus terhadap
arah rambat cahaya. Elektron-elektron dalam molekul ini pada
giliranannya meradiasikan kembali gelombang-gelombang
elektromagnetik dalam berbagai arah.

Cahaya yang diradiasi langsung tegak lurus bidang getaran


elektron-elektron dalam molekul, yaitu dalam arah A adalah tak
terpolarisasi, persis seperti cahaya yang menabrak molekul. Namun,
cahaya yang diradiasikan tegak lurus terhadap cahaya datang, yaitu
dalam arah C adalah terpolarisasi sempurna. Adapun cahaya yang
diradiasikan dalam arah antara A dan C , misalnya dalam arah B akan
terpolarisasi sebagian.

Mengapa langit tampak biru? Peristiwa ini disebabkan oleh


hamburan cahaya dapat disimpulkan bahwa untuk intensitas tentang
proses hamburan cahaya dapat disimpulkan bahwa untuk intensitas
cahaya datang tertentu, intensitas cahaya yang dihamburkan bertambah
dengan bertambahnya frekuensi. Cahaya biru memiliki frekuensi yang
lebih rendah daripada frekuensi merah sehingga cahaya biru
dihamburkan lebih banyak daripada cahaya merah. Sebagai hasilnya,
langit tampak berwarna biru.

19
Gambar 2.3 cahaya tak terpolarisasi yang dihamburkan dari
molekul-molekul atmosfer menjadi cahaya yang terpolarisasi
sebagian atau terpolarisasi sempurna.

2. Penelitian Yang Relevan

Berikut ini ada beberapa penelitian yang relevan yang sesuai dengan
judul “Model pembelajaran project based learning (PjBL) untuk mengatasi
learning loss pada materi pembelajaran Fisika kelas XI MIPA SMA Negeri
26 Jakarta” . Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti model pembelajaran
Project Based Learning (PjBL) untuk mengatasi Learning Loss selama proses
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Andriani dkk, Universitas


PGRI Adi Buana Surabaya (2021) berjudul “Learning Loss dalam
pembelajaran daring di masa Pandemi Corona” menggunakan metode
penelitian menggunakan Metode penelitian Deskriptif Kualitatif, instrumen
yang digunakan observasi secara online untuk mengamati keadaan secara
tidak langsung dalam proses pelaksanaan pembelajaran, alat dan aplikasi

20
pendukung (Laptop, Smartphone, Geogle Clasroom, Geogle formulir). Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa

a) Aplikasi yang sering digunakan dalam pembelajaran daring selama masa


pandemic corona adalah geogle meet, Zoom meeting dan whatsApp
b) Pembelajaran daring disamping memberikan manfaat yang positif bagi
mahasiswa, yaitu kemandirian belajar dan fleksibilitasi dalam belajar juga
memberikan dampak negatif antara lain: rendahnya interaksi dosen
dengan mahasiswa, mahasiswa dengan mahasiswa dalam pembelajaran,
akses jaringan internet yang sering menjadi kendala serta menurunnya
konsentasi dalam belajar.
c) Learning loss dalam pembelajaran daring, antara lain: Interaksi antara
dosen dengan mahasiswa, interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa,
waktu belajar mahasiswa, konsentrasi, terbatasnya durasi waktu, tidak
dapat menjelaskan secara tuntas materi perkuliahan yang diajarkan
dengan serapan mahasiswa terhadap materi perkuliahan rendah.

Penelitian yang dilakukan Dimas Ruri Assiddiqi dan Soeryanto,


Univesitas Negeri Surabaya (2021) berjudul “Peluang menurunnya capaian
hasil belajar ( Learning Loss ) dan alternatif solusinya : Kajian kasus
pembelajaran online di Era pandemi covid-19 di Jurusan teknik masin
UNESA” menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara terstruktur
dengan menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara yang
memuat pertanyaan tentang dampak pandemi covid-19 terhadap potensi
kehilangan kesempatan pembelajaran langsung dan peluang menurunnya
capaian hasil belajar (learning loss) pada mahasiswa dan alternatif
solusinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembelajaran online
di jurusan Teknik Mesin UNESA berdampak pada kemampuan diri
mahasiswa yang mengalami learning loss. Pola pembelajaran yang

21
berubah menjadi pembelajaran online menyebabkan hilangnya ikatan
emosional sehingga pembelajaran online membuat aktivitas dan
pengalaman belajar mahasiswa terbatas karena hanya mendapatkan teori
tanpa bisa menerapkannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Stanislaus Amsikan dkk,


Universitas Timor (2021) berjudul “Analisis kemampuan siswa sebagai
alternatif solusi mengatasi Learning Loss siswa SMP Negeri Nunufafi”
menggunakan metode penelitian Diagnostic test menggunakan Taksonomi
SOLO untuk mengetahui pemahaman siswa, saat melaksanakan kegiatan
belajar dari rumah dengan tahap wawancara untuk mengetahui respon
siswa terhadap masalah Learning loss yang dihadapi. Hasil dari penelitian
ini berdasarkan taksonomi SOLO dan diskusi dengan guru mata pelajaran,
perlu adanya pembelajaran yang dapat mengatasi kondisi learning loss
yang terjadi di kelas akibat pembelajaran daring yang tidak di dukung oleh
fasilitas dan koneksi internet yang memadai.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhia Octariani dan Halimah


Rambe, Universitas Islam Sumatera Utara (2020) berjudul “Model
pembelajaran Berbasis project based Learning untuk meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif matematika siswa SMA” menggunakan
metode quasi Eksperimen semu. Desain penelitian ini menggunakan the
matching only postest control group design. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaruh model Project based Learning terhadap
keterampilan berpikir kreatif siswa kelas XI SMA di Kab. Deli Serdang,
menunjukkan bahwa menggunakan model Project based Learning
memberikan pengaruh positif yaitu mampu meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif matematika siswa kelas XI dibanding dengan pembelajaran
langsung.

22
Penelitian yang dilakukan oleh Syarip Hidayat dkk, Universitas
Pendidikan Indonesia (2021) berjudul “Metode Gamification sebaagai
solusi fenomena learning loss dalam pembelajaran daring selama pandemi
covid-19” menggunakan metode Literature review dengan jenis Systematic
literature review melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian Kurnia et
al., (2021) ini menunjukkan bahwa dampak penggunaan gamifikasi melalui
hago dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dan siswa mampu memahami pelajaran dengan baik terbukti hasil ujian
siswa mendapatkan diatas rata-rata KKM yaitu 74,80 dari 70. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan permata & Kristanto, (2020) dapat menimbulkan
minat belajar siswa terbukti dari hasil respon siswa yaitu 3,30 % dari 2%.
Hal inijuga sejalan dengan penelitian Shebastian et.al.,(2020), Purniasih et
al.,(2020) respon yang didapatkan dari anak-anak yang berkebutuhan
khusus menghasilkan repson diatas 90% artinya penerapan gamifikasi
dapat membantu anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Oleh
sebab itu, fenomena learning loss selama pandemic covid-19 dapat diatasi
dengan penerapan metode gamifikasi.

3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan Latar belakang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tentu tidak
terlepas dari celah yang menyebabkan sistem pembelajaran yang kurang
Efektif. Sehingga pembelajaran jarak jauh jika berlangsung dalam jangka
waktu lama akan berdampak pada Learning loss. Permasalahan yang sering
dialami siswa yaitu kurang menariknya proses pembelajaran, penyampaian
guru yang cenderung sederhana dan menggunakan model pembelajaran yang
kurang efektif. Oleh karena itu, Penerapan model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) atau dikenal sebagai pembelajaran berbasis proyek ini adalah
salah satu upaya untuk mengatasi Learning loss yang dialami oleh siswa.

Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir

23
4. Hipotesis

H0 : Model Pembelajaran Project based Learning (PjBL) tidak dapat


mengatasi learning loss pada proses pelaksanaan pembelajaran Fisika di
SMA Negeri 26 Jakarta.
Ha : Model Pembelajaran Project based Learning (PjBL) dapat mengatasi
learning loss pada proses pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMA
Negeri 26 Jakarta

24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain penelitian (Variabel Penelitian)

1. Metode dan Desain Penelitian

Metode dan Desain penelitian ditentukan terlebih dahulu oleh peneliti


sebelum melakukan penelitian agar memberikan pedoman dalam penelitian.
Menurut Sugiyono (2009:3) “metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu”. Artinya melalui
pemilihan metode penelitian yang tepat maka akan membantu berjalannya
sebuah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
quasi Ekperimen. Menurut Sugyanto (2009:107) “ Metode penelitian
eksperimen adalah metode penelitian yang gunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Menurut Sekaran (2007:109) “Desain penelitian (Recearch design)


adalah rencana untuk pengumpulan, pengukuran, dan analisis data,
berdasarkan pertanyaan penelitian daris studi”. Menurut Moh.Nazir dalam
Umi Narimawati dkk(20 10:30) mengemukakan bahwa “Desain penelitian
adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian.” Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi Eksperimental Design Jenis Pretest-Posttest control group design.
Sugiyono (2009) menjelaskan “dalam desain Pretest-Posttest control group
design terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi
pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol” (hlm.76). Rancangan jenis Pretest-
Posttest control group design meliputi dua kelompok yaitu kelompok
Eksperimen yang diberi tindakan (treatment) dan kelompok kontrol yang

25
tidak diberi tindakan (treatment) menggunakan model pembelajaran Project
based learning (PjBL).

Gambar 3.1 Desain penelitian Pretest-Posttest control group design

E O1 X O2

K O3 O4

Sumber : Sugyono (2009) (hlm.76)

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen yang diberi tindakan (treatment)

K : Kelas Kontrol yang tidak diberi tindakan (treatment)

O1 : Nilai Pre-test sebelum pembelajaran di kelas eksperimen


X : Perlakuan (Treatment) menggunakan model pembelajaran Project
based learning (PjBL)

O2 : Nilai Post-test sesudah pembelajaran di kelas eksperimen.


O3 : Nilai Pre--test sebelum pembelajaran di kelas Kontrol.
O4 : Nilai Post-test sesudah pembelajaran di kelas kontrol.

2. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 2 Variabel yakni variabel bebas


(Independent) yaitu Model pembelajaran Project based learning (PjBL) dan
Variabel terikat (Dependent) yaitu mengatasi learning loss.

26
B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 26 Jakarta Jl. Tebet Barat IV


No.7, RT.7/RW.2 Tebet Bar., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12810

Gambar 3.2 Lokasi Penelitian

Sumber: Google Maap SMA Negeri 26 Jakarta

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2022/2023 terhitung sejak proposal dibuat dan mendapat ijin penelitian
hingga rangkum menjadi skripsi.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Jenis Bulan
Kegiatan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust
Pengajuan

27
Proposal
Pra Penelitian
Seminar
Proposal
Revisi Proposal
Penelitian
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Penulisan
Laporan
Seminar Hasil

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini yaitu perserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri
37 Jakarta Tahun ajaran 2022/2023. Seperti yang dinyatakan oleh Arikunto (2010)
“sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti” (h.174). Sampel dipilih
dengan menggunakan Probability sampling dimana seluruh populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel dengan Teknik Cluster
random sampling. Menurut Andriani (2019) Cluster sampling Merupakan teknik
sampling yang populasinya dibagi menjadi beberapa kelompok dengan melihat
aturan-aturan tertentu seperti batasan-batasan wilayah. Adapun langkah
pengambilan sampel dengan teknik Cluster random sampling. Populasi dibagi
menjadi beberapa kelompok, dan dari beberapa kelompok tersebut ditentukan
kelompok sampel yang dipilih secara random.

D. Teknik Pengumpulan Data

28
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu :
1). Test

Dalam penelitian, peneliti menggunakan instrumen test untuk melihat


learning loss pada ranah kognitif. Yaitu berupa Pre-test dan Post-test
yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Pre-test dan Post-test

Komponen Indikator Ranah Kognitif Jumlah


Dasar C1 C2 C3 C4 C5 soal
1.1 karakterisitik Mendefenisikan √ √ 3
polarisasi polarisasi
cahaya √
Menentukan intensitas 2
cahaya yang keluat

Menghitung intensitas √ √ √ 4
gelombang
terpolarisasi

Mengklasifikasikan
polarisasi cahaya
berdasarkan
penyebabnya.

2). Instrumen Angket

Instrumen Angket digunakan untuk melihat Learning loss pada ranah


afektif dan ranah psikomotorik. Ranah afektif mengacu pada sikap
sosial peserta didik saat pembelajaran. Instrument angket yang

29
digunakan yaitu angket tertutup dalam bentuk skala likert sebanyak 25
butir pernyataan.

Tabel 3.3 kisi-kisi instrumen angket ranah afektif

Indikator Ranah Butir Item


Aspek yang diamati
Afektif Pernyataan
1. Ketertarikan dalam
pembelajaran dengan model
pebelajaran yang diberikan
guru
2. Model pembelajaran ini sesuai
Motivasi belajar 5 butir
dengan materi tentang
gelombang stasioner
3. Model pembelajaran ini
membuat perserta didik
semangat mempelajari Fisika
1. Membantu teman sekelas jika
tidak memahami materi.
Peduli 2. Memperhatikan dan 4 butir
meresponi dan dengan baik
saat guru menjelaskan materi
1. Mampu berdiskusi dengan baik
dikelompok
Tanggung Jawab 4 butir
2. Berperan aktif dalam
menyelesaikan tugas
Percaya diri 1. Menjawab pertanyaan yang 4 butir
berinteraksi diberikan oleh guru
dengan sekitar 2. Bertanya apabila tidak

30
memahami pada proses
pembelajaran
3. Berani menyampaikan
pendapat.
1. Kehadiran dalam mengikuti
pembelajaran
Disiplin 4 butir
2. Tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas
1. Berani mengakui kesalahan
Jujur 2. Menyampaikan sesuatu 4 butir
dengan keadaan sebenarnya

Sedangkan Ranah psikomotorik terkait kompetensi keterampilan saat


pelaksanaan praktikum pembelajaran. Instrumen angket yang digunakan yaitu
angket tertutup dalam bentuk skala Guttman sebanyak 10 Pertanyaan.

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen angket ranah psikomotorik

Butir Item
Indikator Ranah Psikomotorik Aspek yang diamati
Pernyataan
Tahap persiapan 3 butir
Pelaksanaan kegiatan praktikum
Tahap pelaksanaan 4 butir
gelombang stasioner
Tahap akhir praktikum 3 butir

E. Teknik Validasi Instrumen Penelitian

Pada Instrument penelitian akan di validasi dengan validasi konstruk dimana


pendapat ahli diminta untuk dapat menvalidkan instrumen yang sudah disusun

31
oleh peneliti. Ahli akan memberikan pendapat apakah instrument layak
digunakan dengan perbaikan atau tanpa perbaikan.

F. Uji Persyaratan Analisis

1. Uji nomalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang akan


digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak. Data pada uji
normalitas diperoleh dari hasil pretest dan Posttest. Uji normalitas dilakukan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan SPSS For window
26. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai Z Hitung <Z Tabel (1,96) atau
signifikasi lebih besar dari 0,05.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenis peneliti menggunakan uji F, uji F adalah test yang


dilakukan dengan membandingkan varian terbesar dan varian terkecil. Syarat
agar varian bersifat homogen jika nilai F Hitung < FTabel dengan nilai signifikasi
lebih besar dari 0,05. Uji F dilakukan dengan bantuan SPSS for windows 26.
Adapun uji homogenitas dilakukan agar peneliti mengetahui apakah sampel
homogen atau tidak dan mempunyai varian yang sama atu tidak

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan analisis menggunakan teknik
analisis data Uji-t dengan bantuan SPSS for windows 26.

H. Deskripsi Data

Hasil data penelitian yang didapat dalam bentuk kuantitatif dengan metode
deskriptif. Sehingga peneliti akan menggambarkan secara nyata model

32
pembelajaran Proect based learning (PjBL) dapat mengatasi Learning loss pada
proses pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMA Negeri 26 Jakarta.

I. Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan terbagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini dimulai dari mengurus surat observasi, membuat proposal
penelitian, menentukan popolasi dan sampel dilanjutkan dengan surat
perizinan penelitian, membuat RPP yang disesuaikan dengan materi pada
silabus, mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan hingga
seminar proposal.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada bagian tahapan ini peneliti terlebih dahulu mengsosialisasikan media
yang akan digunakan dalam penelitian, pemberian pretest sebelum
pembelajaran dan dilanjutkan dengan kegiatan inti dari penelitian yaitu
pemberian perilakuan (treatment) pada kelas eksperimen dengan model
pembelajaran Proect based learning (PjBL) dan kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional. Bagian akhir dari tahap pelaksanaan yaitu
pemberian post-test dan penyebaran angket learning loss.

3. Tahap akhir
Pada bagian tahap akhir penelitian, peneliti akan mengolah data yang sudah
di peroleh dilajutkan dengan penarikan kesimpulan sampai menjadi skripsi
dan sidang skripsi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, W., Subandowo, M., Karyono, H., & Gunawan, W. (2021, August).
Learning loss dalam pembelajaran daring di masa pandemi corona. In Seminar
Nasional Teknologi Pembelajaran (Vol. 1, No. 1, pp. 484-501).

Rhamdan, D., Kule, A., & Mas' an Al Wahid, S. (2021). Analisis Pemanfaatan e-
Learning di Masa Pandemi (Studi Kepustakaan: Learning Loss pada Peserta
Didik). JURNAL PENDIDIKAN DAN KEWIRAUSAHAAN, 9(2), 432-446.

Setyawan, F. H. (2021). Small Group Learning: Solusi Belajar pada Masa


Pandemi. Jurnal Pendidikan Modern, 7(1), 20-25.

Octariani, D., & Rambe, I. H. (2020). Model Pembelajaran Berbasis Project Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa
SMA. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 11(1).

Pratiwi, W. D. (2021). Dinamika learning loss: Guru dan orang Tua. Jurnal Edukasi
Nonformal, 2(1), 147-153.

Maulyda, M. A., Erfan, M., & Hidayati, V. R. (2021). Analisis situasi pembelajaran
selama pandemi covid-19 di sdn senurus: kemungkinan terjadinya learning

34
loss. COLLASE (Creative of Learning Students Elementary Education), 4(3), 328-
336.

Fauziyaturrosyidah, A. (2021). METODE GAMIFICATION SEBAGAI SOLUSI


FENOMENA LEARNING LOSS DALAM PEMBELAJARAN DARING SELAMA
PANDEMI COVID-19: A Literatur Review. COLLASE (Creative of Learning
Students Elementary Education), 4(5), 741-753.

Assiddiqi, D. R. PELUANG MENURUNNYA CAPAIAN HASIL BELAJAR


(LEARNING LOSS) DAN ALTERNATIF SOLUSINYA: KAJIAN KASUS
PEMBELAJARAN ONLINE DI ERA PANDEMI COVID-19 DI JURUSAN
TEKNIK MESIN UNESA.

Amsikan, S., Nahak, S., & Mone, F. (2021). ANALISIS KEMAMPUAN SISWA
SEBAGAI ALTERNATIVE SOLUSI MENGATASI LEARNING LOSS SISWA
SMPN NUNUFAFI. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 4(4).

Cerelia, J. J., Sitepu, A. A., & Toharudin, T. (2021). Learning Loss Akibat
Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19 di Indonesia. E-Prosiding
Nasional| Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran, 10(1), 27-27.

Lampiran 1.

35
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (RPPJJ)

36
Lampiran 2.

LEMBAR INSTRUMEN ANGKET RANAH AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LEARNING LOSS

 Ranah Afektif

Pilihan
Keterangan
No Indikator Ranah Butir item (Skala) Saran Perb
Aspek yang diamati Pernyataan
. Afektif pernyataan Tidak
1 2 3 4 5 Valid
Valid
1 Motivasi Belajar Ketertarikan dalam Model pembelajaran yang
diterapkan membuat saya rajin
pembelajaran dengan model
untuk belajar secara mandiri
2 pebelajaran yang diberikan 2 Butir Manfaat penggunaan model
pembelajaran dapat
guru
Membantu saya dalam
memahami materi
3 Model pembelajaran ini sesuai 1 Butir Dengan model pembelajaran
yang diterapkan materi
dengan materi tentang
gelombang stasioner di
gelombang stasioner paparkan dengan jelas dan
sesuai dengan tujuan
pembelajaran
4 Model pembelajaran ini 2 Butir Model pembelajaran yang
membuat perserta didik digunakan menyenangkan
semangat mempelajari Fisika sehingga saya bersemangat
untuk mengikuti pembelajaran
fisika
5 Dengan model pembelajaran

1
yang menyertakan praktikum
membuat saya semangat dalam
mempelajari fisika
6 Peduli Membantu teman sekelas jika 2 Butir Saya membantu menjelaskan
jika teman saya kurang
tidak memahami materi.
memahami materi
7 Saya berdiskusi bersama teman
untuk menyelesaikan kesulitan
dalam menyelesaikan tugas
8 Memperhatikan dan meresponi 2 Butir Saya mengikuti dan
dengan baik saat guru memperhatiakan guru saat
menjelaskan materi menjelaskan materi
9 Saya bertanya jika tidak
memahami materi yang
disampaikan guru
10 Tanggung Jawab Mampu berdiskusi dengan baik 2 Butir Saya merasa nyaman ketika
dikelompok berdiskusi dengan kelompok
saya
11 saya dapat berkerjasama
dengan baik dalam kelompok
untuk menyelesaikan tugas
12 Berperan aktif dalam 2 Butir Saya dapat menyelesaikan
menyelesaikan tugas tugas dengan baik
13 Saya berusaha mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan
dengan bertanya kepada teman
sekelas.
14 Percaya diri Bertanya dan Menjawab 2 Butir Saya dapat menjawab
berinteraksi dengan pertanyaan yang diberikan oleh pertanyaan yang diberikan oleh

2
sekitar guru terkait materi yang guru.
disampaikan
15 Saya bertanya kepada guru
ketika saya tidak memahami
materi
16 Berani menyampaikan 2 Butir Saya akan mengkonfirmasi jika
ada kekeliruan dalam
pendapat.
penjelasan yang disampaikan
guru
17 Saya dapat menyimpulkan
pembelajaran yang
disampaikan dikelas
18 Disiplin Kehadiran dalam mengikuti 2 Butir Saya masuk kelas dengan tepat
waktu
pembelajaran
19 Saya mengikuti pembelajaran
dari awal sampai pembelajaran
berakhir
20 Tepat waktu dalam 2 Butir Saya mengumpulkan tugas
menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu
yang ditentuan.
21 Saya menyelesaikan tugas
dengan tepat waktu.
22 Jujur Berani mengakui kesalahan 2 Butir Saya tidak menyalin
pengerjaan tugas teman
sekelas.

23 Saya tidak mencontek saat


ujian.
24 Menyampaikan sesuatu dengan 2 Butir Saya memberikan keterangan

3
keadaan sebenarnya dengan benar ketika tidak
masuk saat pembelajaran
berlangsung
25 Saya menyampaikan kendala
yang dialami selama
pembelajaran berlangsung.

Referensi : 1. Pada ranah afektif mengacu pada Permendikbud No. 37 Tahun 2018
2. Assiddiqi, D. R. Peluang Menurunnya Capaian Hasil Belajar (Learning Loss) Dan Alternatif Solusinya: Kajian
Kasus Pembelajaran Online Di Era Pandemi Covid-19 Di Jurusan Teknik Mesin Unesa.

 Ranah Psikomotorik

Pilihan
Keterangan
N Indikator Ranah Butir item (Skala) Saran Perb
Aspek yang diamati Pernyataan
o. psikomotorik pernyataan Tidak
1 2 3 4 5 Valid
Valid
1 Kemampuan perserta didik Saya mengoperasikan simulasi
sesuai dengan petunjuk
dalam mengoperasikan
praktikum
Moving (bergerak) 2 Butir
simulasi praktikum Saya mengoperasikan simulasi
secara hati-hati dan tidak
gegabah
Manipulatig Kemampuan perserta didik 2 Butir Saya melakukan pengamatan
(manipulasi) sesuai dengan urutan langkah-
dalam mengukur serta
langkah petunjuk praktikum

4
mengamati Saya melakukan pengamatan
dan pengukuran dengan teliti
Kemampuan perserta didik Saya mencatat atau
memasukkan data hasil
mencatat hasil praktikum
parktikum pada tabel yang
sesuai dengan urutan
2 Butir praktikum
Saya mencantumkan satuan
data hasil praktikum sesuai
dengan standar internasional
(SI)
Communicating Kemampuan perserta didik Saya berperan aktif selama
(komunikasi) kegiatan praktikum
berpartisipasi dalam kelompok 2 Butir Saya mampu berkerja dengan
praktikum sunguh-sungguh dan semangat
Kemampuan siswa dalam Saya menyimpulkan hasil
praktikum sesuai dengan
menyimpulkan hasil praktikum
kebenaran konsep materi
2 Butir
Saya menyimpulkan hasil
praktikum sesuai dengan
analisis data praktikum
Siswa mampu menganalisis Saya menganalisis data
praktikum dengan metode
data hasil praktikum
Creating perhitungan
2 Butir
(Menciptakan) Saya menganalisis data
praktikum dengan metode
grafik

5
Referensi :
1. Dahniar, N. (2006). Pertumbuhan Aspek Psikomotori dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Observasi Gejala
Fisis pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Inovatif, 1(2), 1-5.
2. Widodo, W., & Suryanti, M. (2009). Dimensi Afektif dan Psikomotorik.
3. layyinah, I. (2013). Pengembangan Instrumen Penilaian Aspek Psikomotorik Pada Praktikum Hukum
Hooke Dengan Teknin Peer Assessment (penilaian teman sebaya).
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7964/31/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

6
Lampiran 3.

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN SOAL PRETES DAN POSTES

Keterangan
Kompetensi Ketercapaian No. Ranah Kunci
Soal Valid Tidak
Dasar Indikator Butir Kognitif Jawaban
valid
karakterisitik Mendefinisika Pernyataan di bawah ini yang benar adalah 1 C1 (E)
polarisasi n polarisasi (Mengin 4 saja
1) Warna langit saat siang hari
cahaya cahaya gat)
berwarna biru dikarenakan adanya
polarisasi hamburan cahaya
2) Sudut polarisasi hamburan cahaya
saat siang dan sore hari adalah sama
3) Sudut polarisasi hamburan cahaya di
khatuistiwa saat siang hari dan
kutub utara nilainya berbeda.
4) Polarisasi menyebabkan cahaya
matahari yang kita lihat saat siang
hari menjadi lebih kuat.
Jawaban yang benar adalah

7
A. 1,2 dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4 saja
E. Semua benar
Kenapa gelombang cahaya termasuk C1 (c)
(mengin Karena
gelombang transversal ?
gat) mengalam
A. Karena mengalami perubahan i gejala
polarisasi
B. Karena terjadi pembiasan 9
C. Karena mengalami gejala polarisasi
D. Karena mengalami pemantulan
E. Karena mengalami penyerapan
Jika terjadi polarisasi pada pemantulan sinar 10 C2 (E)
(Memah 4 saja
oleh suatu permukaan batas medium tembus
ami)
cahaya
1) Sudut antara berkas sinar jatuh dan
berkas sinar pantul 90 0
2) Sudut pantul 570
3) Sinar sudut jatuh adalah kebalikan

8
dari indeks bias
4) Sudut antara berkas sinar pantul dan
sinar bias 90 0
Yang benar adalah
A. Semua benar
B. 1,2 dan 3
C. 1 dan 3
D. 2 dan 4
E. 4 saja

Menentukan dua buah kristal tourmalin, satu sama lain 2 C3 (E)


intensitas (Menera 2,5 watt/m
bersilangan dengan sudut 600 . Intensitas
cahaya yang pkan)
keluar cahaya mula-mula yang mengenai kristal I
adalah 20 watt/m . maka intensitas cahaya
yang keluar dari kristal II adalah
A. 10 watt/m
B. 10 watt √ 3 watt/m
C. 5 watt/m
D. 5 watt √ 3 watt/m

9
E. 2,5 watt/m

Sebuah cahaya dengan intensitas 100 w /m2 4


ditembakkan menuju polarisator.
Polarisator terdiri dari 2 bagian, yaitu
polarisator 1 dan polarisator 2. Berapakah
intensitas cahaya yang keluar dari
polarisator 2, jika sudut θ sebesar 300 ? C3
(D )
(Menera
A. 100 w /m 2 37,5 w /m2
pkan)
B. 75 w /m2
C. 50 w /m2
w2
D. 37,5
m
E. 25 w /m2
Menghitung Dua buah polaroid di pasang sejajar dengan 5 C4 (D )
intensitas (Mengan 150
sumber cahaya tak terpolarisasi. Polaroid
gelombang alisis) Candela
terpolarisasi yang paling jauh dengan sumber cahaya
diputar sehingga membentuk sudut 300
seperti pada gambar

10
jika intensitas cahaya tak terpolarisasi
memiliki intensitas 400 candela melewati
kedua polaroid, maka intensitas cahaya
yang
keluar dari polaroid kedua adalah..
A. 400 Candela
B. 300 Candela
C. 200 Candela
D. 150 Candela
E. 100 Candela

Seekor ikan berada di dasar kolam yang 7 C4 (B)


kedalamannya 4 m (n air =4 /3 ¿ seperti yang (mengan 3 m dan
tampak pada gambar di bawah ini. Pada alisis) 2,7 m
kedalaman berapakah letak ikan tersebut
terlihat oleh mata pengamat dari permukaan
air jika :
Berapakah :
 Ikan dilihat pengamat secara tegak
lurus ?
 Sudut antara mata dan garis normal
sebesar 300 ?

11
A. 4 m dan 2,9 m
B. 3 m dan 2,7 m
C. 2 m dan 2,5 m
D. 1 m dan 2,2 m
E. 0,5 m dan 2,1 m

Seberkas cahaya jatuh pada permukaan 6


medium dengan indeks bias √ 3. Jika sinar C2 (A)
pantulnya terpolarisasi linear, sudut (memaha 600
datangnya adalah …. mi)
A. 600
B. 300
C. 370
D. 45 0
E. 530

Bila suatu berkas cahaya dijatuhkan pada 3 C3 (A)


permukaan kaca dengan indeks bias 1,54, (menerap 57
0

sudut polarisasinya adalah.. kan)

12
0
A. 52
0
B. 53
0
C. 57
0
D. 60
E. 630

Mengklasifika Polarisasi dapat terjadi oleh beberapa hal, 8


sikan
diantaranya adalah
polarisasi
cahaya A. Pemantulan, pembiasan ganda,
berdasarkan
absorbsi selektif, dan hamburan.
penyebabnya
B. Penggabungan, pemantulan dan
(A)
pembiasan, pembiasan ganda, Pemantula
absorbsi selekstif dan hamburan n,
C2 pembiasan
C. Interferensi, pemantulan dan (Memah ganda,
pembiasan, pembiasan ganda, ami) absorbsi
selektif,
absorbsi selektif, dan hamburan. dan
D. Pemantulan, difraksi, pembiasan hamburan

ganda, absorbsi selektif, dan


hamburan
E. Pemantulan, celah ganda, absorbsi
selektif dan hamburan.

13
14

Anda mungkin juga menyukai