PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
ANI KALENA
1814150008
JAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk dapat mengikuti seminar propsal
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih
dan penyertaanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian
ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Search Solve Create and Share
(SSCS) Terhadap Pembelajaran Fisika Untuk Mengatasi Learning Loss Pada
Kelas X MIPA SMA Negeri 14 Jakarta”. Proposal penelitian ini ditulis guna
untuk memenuhi salah satu persyaratanan untuk lanjut ke proposal skripsi dan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Jakarta, 2022
Ani Kalena
NIM. 1814150008
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................... 3
C. Batasan Masalah......................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian...................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 33
LAMPIRAN..................................................................................................... 37
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan bagi seluruh
dunia negara-negara di dunia, khususnya terkait dengan muncul dan
menyebarnya penyakit covid-19 yang dikenal dengan nama Virus Corona.
Kasus virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China, pada akhir
bulan desember 2019. Penyakit covid-19 bukanlah suatu wabah yang bisa
diabaikan begitu saja, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan.
Oleh karena, penyebarannya sudah sangat mengglobal dan seluruh negara-
negara di seluruh dunia merasakan dampak dari kasus covid-19 (Firman et
al., 2021). Dengan penularan covid-19 yang sangat cepat dan semakin
bertambah meningkatnya populasi yang terpapar virus covid-19
menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 maret
2020 menetapkan virus corona sebagai pandemi.
Status pandemi ini mengindikasikan bahwa penyebaran virus
berlangsung sangat cepat dan tidak satupun negara-negara di dunia yang
dapat memastikan dirinya dapat terhindar dari virus corona (Herlina &
Suherman, 2020; Saifulloh & Darwis, 2020; Syamsiyah, 2020). Dengan
bertambahnya kasus terkonfirmasi covid-19 semakin mengingkat dan
melihat pendidikan yang memang harus tetap dilakukan meskipun dalam
keadaan darurat sehingga pemerintah harus mengambil berbagai kebijakan
dengan penetapan dasar hukum melalui Surat Edaran Mendikbud No. 3
Tahun 2020, tentang pencengahan covid-19 pada satuan pendidikan; Surat
Mendikbud No. 46962/MPK.A/HK/2020, tentang pembelajaran secara
daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran
covid-19 pada Perguruan Tinggi; Surat Edaran Mendikbud NO> 4 tahun
2020, tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran virus corona (Waspodo, 2020).
1
(Aziz et al., 2019) menyatakan bahwa penggunaan daring belum tentu
cocok pada semua jenis materi pembeajaran, sehingga pembelajaran
daring akan berdampak terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Masa pandemi memberikan dampak yang sangat besar terhadap
pola belajar (Herliandry, Nurhasanah, Suban, & Kuswanto, 2020).
Kegiatan belajar peserta didik yang semua harus totalitas dilakukan oleh
guru dan peserta didik di dalam kelas kini harus bergeser dengan pola
belajar dengan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) (Putria,
Maula, & Uswatun, 2020). PTMT memberikan banyak tantangan bagi
guru dan siswa dalam proses pembelajaran daring menghingga
memberikan dampak belajar yang cukup signifikan diantaranya
terjadinnya learning loss. Learning loss adalah keadaaan dimana kondisi
atau situasi dimana peserta didik tidak dapat maksimal melaksanakan
proses belajar di sekolah bersama guru, maka dari itu guru harus lebih
inovatif dan kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menarik untuk
peserta didik (Aisyiah, Taufina, & Montessori, 2020).
Learning loss merupakan salah satu konsep yang didefinisikan
sebagai adanya ketidak maksimalnya proses pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah. Tidak maksimalnya proses pembelajaran, akan
berakibat pada hasil informasi yang didapatkan siswa dan hasil belajar
siswa yang juga tidak maksimal (Andriani, Subandowo, Karyono, &
Gunawan, 2021). Learning loss terjadi karena ketidak merataan
infrastruktur, perbedaan kemampuan pedagogis guru, dan penutupan
sekolah berkepanjangan. Selain itu, kurangnya kualitas serta fasilitas bagi
anak yang menjalankan pembelajaran jarak jauh, kesenjangan kualitas
antara yang punya akses ke teknologi dan yang tidak itu semakin besar
sehingga beresiko memiliki generasi dengan learning loss (Rizqo, dalam
news.detik.com, 2020).
Hal tersebut demikian terus berlanjut sampai kini, ditinjau
berdasarkan observasi pembelajaran yang dilakukan pada Sekolah
Menengah Atas Negeri 14 Jakarta peserta didik mengalami
2
ketidakseimbangan pada minat belajar, yang ditunjukan melalui hasil
belajar siswa dikelas. Khususnya pada mata pelajaran fisika hampir
setengah dari kelas yang diajar mengalami penurunan minat belajar
sehingga siswa sulit untuk menerima pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang
memerlukan adanya praktikum sebagai pendukung pada pemahaman
konsep. Namun dimasa pandemi aktivitas sulit buat dilaksanakan. Sebagai
akibatnya imbas murid sulit untuk dilaksanakan sehingga dampaknya
siswa sulit dalam memahami konsep materi dalam pembelajaran fisika.
Hal yang bisa dilakukan dengan menggunakan penerapan konsep model
pembelajaran yang bisa mendukung pemahaman konsep melalui
praktikum dimasa pandemi.
Banyak jenis model pembelajaran yang dapat mendukung
pemahaman konsep yang dapat disesuaikan dengan kondisi proses
pembelajaran. Salah satunya yaitu Search, Solve, Create, Share (SSCS).
Menurut Murniati et al., (2019) model pembelajaran SSCS merupakan
model pembelajaran kooperatif yang berdasarkan adanya proses
pemecahan masalah. Model pembelajaran SSCS memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih berperan dalam proses pembelajaran, dimana
siswa dapat mencari suatu masalah atau mengetahui masalah yang ada,
mengeksplorasi ide sebagai penyelesaian masalah, dan menentukan
prosedur untuk terwujudnya ide, serta membagikan solusi dari
permasalahan tersebut
Menurut Baroto (dalam Rafianti et al.,2020) mengatakan bahwa
model pembelajaran seacrh solve create and share (SSCS) merupakan
model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving, di
rancang untuk menguatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan
pemahaman terhadap konsep ilmu menjadi meningkat. Hal tersebut dapat
diterapkan pada kondisi proses pembelajaran saat ini, dimana
memanfaatkan waktu jam pelajaran yang cukup singkat untuk memberikan
arahan atau tujuan kepada siswa, dan siswa juga dapat memanfaatkan
3
waktu belajar dirumah dengan mewujudkan ide yang menjadi solusi
permasalahan, kemudian dapat membagikan hasil pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran berikutnya, sehingga ada kesiapan
untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS) Terhadap Pembelajaran
Fisika Untuk Mengatasi Learning Loss Pada Kelas X MIPA SMA Negeri
14 Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan di atas,
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut ini:
1. Adanya fenomena learning loss pada pembelajaran jarak jauh
2. Proses pembelajaran yang kurang maksimal dapat mengakibatkan
penurunan hasil belajar sehingga dapat mengalami learning loss.
3. Minimnya penelitian tentang fenomena yang terjadi
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Materi pembelajaran yang diajarkan adalah materi pengukuran dan
angka penting dibatasi hingga materi sub bab.
2. Penerapan Model Pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS)
membantu berpikir tingkat tinggi siswa dan pemahaman terhadap
konsep ilmu menjadi meningkat dan dapat diterapkan untuk mengatasi
learning loss.
3. ss
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian yaitu:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran search solve create and
share (SSCS) selama proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ?
4
2. Bagaimana respon siswa pada proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran search solve create share (SSCS) ?
3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran search solve create
share (SSCS) dapat mengatasi learning loss ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka diperoleh tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Agar dapat mengetahui bagaimana proses penerapan model
pembelajaran search solve create share (SSCS) pada materi
pembelajaran fisika.
2. Agar mengetahui apakah model pembelajaran search solve create
share (SSCS) dapat mengatasi dari learning loss selama pembelajaran
jarak jauh (PJJ) di SMA Negeri 14 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Mengingkatkan pemahaman siswa terhadap penguasaan materi
pengukuran melalui model pembelajaran search solve create share
(SSCS) sehingga meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa pada
pembelajaran fisika.
2. Bagi Guru
Mengembangkan keterampilan guru dalam mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran search solve create share (SSCS)
sehingga meningkatkan mempermudah guru untuk melakukan proses
pembelajaran, mendapat strategi pembelajaran baru untuk
mengembangkan materi pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Meningkatkan prestasi belajar siswa dan meningkatkan kualitas
kompetensi lulusan.
4. Bagi Peneliti
5
Menambahkan pengetahuan dan pengalaman serta wawasan tentang
penelitian menggunakan model pembelajaran search solve create
share (SSCS) terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Search, Solve, Create and Share (SSCS)
a. Pengertian Search, Solve, Create and Share (SSCS)
Menurut Baroto (dalam Anggraeni, 2019) mengatakan bahwa
model pembelajaran search, solve, create and share (SSCS)
merupakan model pembelajaran problem solving, didesain untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan
pemahaman konsep peserta didik terhadap konsep ilmu. Model
pembelajaran search, solve, create and share (SSCS) melibatkan
peserta didik dalam menyelidik sesuatu, membangkitkan minat
bertanya serta memecahkan masalah-masalah nyata.
Model pembelajaran search, solve, create and share (SSCS) adalah
model yang sederhana dan praktis untuk diterapkan dalam
pembelajaran karena dapat melibatkan siswa secara aktif pada setiap
tahapnya. (Agustin dkk, 2018). Rismawati mengatakan bahwa pada
tahap search siswa dilibatkan dalam mengumpulkan ide dan
mengajukan pertanyaan serta merumuskan permasalahan yang
diberikan. Pada tahap solve siswa dilibatkan dalam memecahkan
masalah yang ditemukan. Create siswa dilibatkan dalam
menyimpulkan jawaban yang telah mereka temukan . sedangkan pada
tahap share siswa dilibatkan untuk presentasikan hasil jawaban mereka
(Agustin ddk, 2018).
Menurut (Agustin dkk, 2018) model pembelajaran search, solve,
create and share (SSCS) adalah suatu langkah yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran karena keunggulan dari pembelajaran model search,
solve, create and share (SSCS) ini adalah meningkatkan kemampuan
7
bertanya siswa, meningkatkan dan memperbaiki interaksi antar siswa,
mengembangkan dan membuat siswa menjadi belajar bertanggung
jawab terhadap pembelajaran mereka.
Rismawati (dalam Agustin, ddk (2018) mengatakan bahwa model
pembelajaran search, solve, create and share (SSCS) adalah model
pembelajaran yang sederhana dan praktis untuk diterapkan dalam
pembelajaran karena dapat melibatkan siswa secara aktif dalam setiap
tahap-tahapnya. Search, solve, create and share (SSCS) merupakan
model pembelajaran yang memakai pendekatan problem solving,
didesain untuk mengembangakan keterampilan berpikir kritis dan
meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Dalam pembelajaran
SSCS terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Tahap pencarian (Seacrh)
2. Tahap pemecahan masalah (Solve)
3. Tahap bagaimana memperoleh hasil dan kesimpulan (Create)
4. Tahap menampilkan atau presentasi (Share).
8
mencari solusi.
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan
kreatif, membentuk hipotesis yang dalam hal ini
berupa dugaan jawaban.
Memilih metode untuk memecahkan masalah
Mengumpulkan data dan menganalisis.
Creat Menciptkan produk yang berupa solusi masalah
e berdasarkan dugaan yang telah dipilih pada fase
sebelumnya.
Menguji dugaan yang dibuat apakah benar arau
salah.
Menampilkan hasil yang sekreatif mungkin dan
jika perlu siswa dalam menggunakan grafik, poster
atau model.
Share Berkomunikasi dengan guru dan teman
sekelompok serta kelompok lain atau temuan dari
solusi masalah.
Mengartikulasikan pemikiran mereka, menerima
umpan dan mengevalusi solusi.
9
Semua model pembelajaran menghasilkan hasil yang berbeda
sehingga terdapat berbagai jenis model pembelajaran yang
diharapkan bisa melengkapi kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran search, solve, create and share (SSCS).
Menurut (Rahayu, 2021) mengatakan bahwa adapun kelebihan
dan kekurangan search, solve, create and share (SSCS) sebagai
berikut:
1) Kelebihan search, solve, create and share (SSCS)
a) Memiliki keunggulan yakni bisa menyemangati siswa
untuk memakai perangkat secara langsung dengan dalam
mengontrol informasi atau realitas dari efek samping
persepsi penyelidikan mereka
b) Membuat pengaturan berkonsentrasi pada kemajuan dan
memanfaatkan perintah kemampuan penalaran yang lebih
tinggi.
c) Hasil dalam kondisi yang lebih signifikan dalam
kemampuan penalaran bergerak mulai dari satu tingkat
pembelajaran kemudian ke tingkat berikutnya
d) Memberikan kesempatan untuk memperoleh keterlibatan
langsung dengan ukuran berpikir kritis, menawarkan siswa
kesempatan supaya bertanggung jawab dalam siklus
pembelajaran
e) Memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dengan orang
lain.
2) Kekurangan search, solve, create and share (SSCS)
a) Butuh lebih banyak pemahaman ide dan pemikiran yang
lebih menuntut ketika pembelajaran pada tahap solve,
namun pada tahap ini pekerjaan dan pertimbangan
pendidikan sangat diperlukan sehingga siswa bisa
menyelesaikan ujian dengan baik.
10
b) Dalam pembelajaran pada tahap Solve, siswa diminta
supaya paham terhadap masalah atau pertanyaan yang akan
mereka selesaikan dan siswa mencari pengaturan dengan
metode tes yang akan mereka rencanakan sendiri.
c) Selain itu, pertimbangan pedagogis diperlukan bagi siswa
untuk membuat analisis dengan tepat.
11
serta bekerja untuk menyampaikan apa yang terdapat pada
garis depan pemikiran mereka.
Menurut (Sulis, 2021) ada beberapa langkah yang bisa dilakukan
dalam model pembelajaran search, solve, create and share (SSCS)
sebagai berikut:
1) guru memaparkan konsep materi yang akan diajarkan
2) Guru membagi ke dalam siswa 5 kelompok. Setiap kelompok
memiliki topik dari materi yang akan diajarkan.
3) Guru membimbing siswa buat mengenali masalah dan
membuat pertanyaan misalnya yang akan ditunjukkan oleh
topik yang diperoleh.
4) Guru membimbing siswa untuk mengatur persiapan latihan
ujian.
5) guru membimbing siswa untuk menemukan jawaban atas
masalah sebagai materi yang ditampilkan tergantung pada
asumsi yang dipilih pada langkah sebelumnya
6) guru membimbing siswa dalam menguji dugaan apakah yang
dibuat benar atau salah
7) Guru membimbing siswa untuk membuat latihan penyusunan
akhir (alat dan bahan seperti yang membantu) latihan ujian.
8) Evaluasi
2. Learning Loss
Menurut The Education and Development Forum (2020)
mengartikan bahwa learning loss adalah situasi dimana peserta didik
kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau
kemunduran secara akademis, yang terjadi karena kesenjangan yang
berkepanjangan atau ketidak berlangsungannya proses pendidikan.
Indra (dalam Pratiwi, 2021) menjelaskan jika menggunakan definsi
yang digunakan di luar negeri, learning loss diartikan sebagai
fenomena yang terjadi pada anak-anak dari golongan ekonomi
12
menengah ke bawah yang memang tidak punya kemampuan untuk
menggunakan dan mengakses internet untuk belajar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem
Makarim (2021) mendorong pemerintah daerah untuk segera
membuka pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Nadiem
Makarim khawatir terjadi learning loss pada peserta didik. Sehingga
dapat diartikan learning loss merupakan fenomena di mana sebuah
generasi kehilangan kesempatan menambah ilmu karena adanya
penundaan prose belajar mengajar.
3. Materi Pengukuran dan Angka penting
Pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran yang
diukur menggunakan besaran lain yang sudah ditentukan skala dan
satuannya.
a. Alat ukur panjang dan ketelitiannya
Berikut adalah beberapa contoh alat ukur panjang dan ketelitiannya.
1. Mistar
Mistar atau “penggaris” yang digunakan untuk mengukur panjang.
Umumnya mistar yang digunakan untuk mengukur yaitu dengan
panjang skala 30 cm. selain itu jarak antar dua goresan pendek
berdekatan pada mistar yang sering digunakan adalah 1 mm atau 0,1
cm. seperti yang ditunjukkan pada Gambar.2.1, dimana nilai tersebut
merupakan skala terkecil dari mistar.
13
Maka dengan nilai ketelitian demikian mistar dapat digunakan untuk
mengukur benda.
2. Jangka sorong
Pada umumnya jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter
dalam suatu benda. Dengan komponen terdiri atas rahang luar yang
digunakan untuk mengukur diameter luar dan rahang dalam sebagai
diameter dalamnya. Kedua rahang tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu
rahang tetap dan rahang geser. Skala yang terdapat dijangka sorong
terdiri atas skala utama yang sepuluh skala utamanya memiliki panjang
1 cm dan skala nonius memiliki panjang 0,9 cm.
14
ditunjukkan pada gambar.2.3. pada bagian selubung luar memiiki
50 skala, sehingga 1skala pada selubung luar sama dengan jarak
maju atau mundur rahang geser sebesar
0,5 mm
=0 ,01 mm
50
Nilai tersebut merupakan nilai terkecil dari skala mikrometer skrup.
Tampilan Angka
15
No. Biasa (Umum) Notasi Ilmiah
3. 0,0000000890 m −8
8,9 ×10 m
16
453,9 + 5,45 = 459,35
Karena hanya diperbolehkan mengandung 1 angka taksiran,
maka hasil penjumlahan tersebut dituliskan 459,4.
670 – 362 = 308,
Dilakukan pembulatan sehingga dituliskan menjadi 310.
17
Face Learning Policies to Overcome Learning Loss
Condition. Journal of Science and Science Education”. Dan dapat
disimpulkan pembelajaran tatap muka di kelas dapat mengatasi terjadi
Learning Loss jika dibandingkan dengan menggunakan sistem
pembelajaran online (belajar dari rumah) dan hasil belajar siswa yang
menggunakan sistem pembelajaran tatap muka memiliki nilai rata-rata
akhir lebih tinggi dibandingkan saat proses pembelajaran online.
3. Penelitian yang dilakukan Rafianti, I., Iskandar, K., & Haniyah, L.
(2020). Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berjudul “Pembelajaran
Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Disposisi Matematis Siswa” menggunakan
metode penelitian kuasi eksperimen. Hasil penelitian peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematis menggunakan model
pembelajaran SSCS memiliki peningkatan yang signifikan.
4. Penelitian yang dilakukan Murniati, S., Winarti, E. R., & Irawanti, I.
(2019). Universitas Negeri Semarang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kerjasama Siswa SMPN 24
Semarang Melalui Model Pembelajaran SSCS” menggunakan metode
penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Hasil penelitian berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran SSCS dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan kerjasama siswa kelas VII A SMPN 24 Semarang.
5. Penelitian yang dilakukan Fitri, I., Agustin, S., Rahmi, D., & Fitraini,
D. (2018). Universitas Pahlawan berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau Dari Pengetahuan Awal
Siswa” menggunakan metode penelitian quasy Ekperimen. Hasil
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
18
1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran SSCS
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Hasil dari perhitungan uji - t diperoleh thitung =2,8049, berarti
besar thitung dibandingkan ttabel pada taraf signifikan 5% adalah
2,8049 > 2,00 atau thitung>ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
2) Tidak Terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari peritungan uji - t
diperoleh thitung = 0,037dan ttabel 2,00 pada taraf signifikan 5%
adalah 0,037 ˂ 2,00, Maka nilai thitung ˂ ttabel yang berarti Ha
ditolak dan Ho diterima.
3) Tidak Terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari peritungan uji - t
diperoleh thitung = 0,037dan ttabel 2,00 pada taraf signifikan 5%
adalah 0,037 ˂ 2,00, Maka nilai thitung ˂ ttabel yang berarti Ha
ditolak dan Ho diterima.
4) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang
ditinjau dari pengetahuan awal terhadap pemahaman konsep.
Dengan kata lain, Tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran SSCS yang ditinjau berdasarkan pengetahuan
awal terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Hasil
dari peritungan Anova dua arah diperoleh nilai Fh yang
diperoleh adalah 0,2866 dengan Fk 3,16. Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan H0 diterima, artinya tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran ditinjau dari pengetahuan
awal.
19
C. Kerangka Berpikir
20
Gambar. 3.4 Bagan Desain Penelitian
21
D. Hipotesis
H0 : Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair share)
tidak menjadi solusi untuk mengatasi learning loss pada
proses pembelajaran Fisika di SMAN 14 Jakarta
Ha : Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair share)
menjadi solusi untuk mengatasi learning loss pada proses
pembelajaran Fisika di SMAN 14 Jakarta.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
E : O1 × O2
K : O3 × O 4
23
E Kelas Eksperimen
O1 : Nilai Pre-test sebelum diberi perlakuan
× : Perlakuan (Treatment) menggunakan model
pembelajaran search solve create and share (SSCS)
O2 : Nilai Posttest sesudah diberi perlakuan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 1 minggu pada semester
ganjil tahun ajaran 2021/2022 terhitung sejak proposal dibuat dan
mendapat izin penelitian hingga rangkum menjadi skripsi.
24
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Pemilihan Lokasi penelitian
2. Pembuatan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Tahap pelaksanaan penelitian
5. Pengumpulan data
6. Analisis data
Tahap penyusunan hasil
7.
penelitian
8. Sidang Skripsi
K: Kelas control
O3 : Nilai Pre-test sebelum pembelajaran tradisional dimulai
O4 : Nilai Posttest sesudah pembelajaran tradisional dimulai
25
Dalam penelitian, peneliti menggunakan instrument tes untuk
melihat learning loss pada bagian kognitif, yaitu berupa pretest
yang dilakukan sebelum pembelajaran dan posttes yang akan
dilakukan setelah pembelajaran. . Soal tes yang digunakan yaitu
soal dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak 15 butir soal.
2. Instrumen Angket
Instrumen angket digunakan pada ranah afektif untuk melihat
kembali tingkat fenomena learning loss setelah diberikan perilakuan
(treatmen) menggunakan model pembelajaran search solve create
and share (SSCS) yang digunakan pada proses pelaksanaan
pembelajaran. Instrumen angket yang digunakan yaitu angket
tertutup dalam bentuk skala likert sebanyak 25 butir pernyataan.
Siswa dapat memilih jawaban skala 1 sampai 5 dengan kategori: 1 =
sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = setuju, 5 = sangat
tidak setuju berdasarkan dengan indikatornya.
26
1. Ketertarikan dalam pembelajaran dengan
model pembelajaran yang diberikan guru
Motivasi 2. Model pembelajaran ini sesuai dengan materi
5 butir
belajar tentang pengukuran dan angka penting
3. Model pembelajaran ini membuat peserta
didik semangat mempelajari Fisika
1. Membantu teman sekelas jika tidak
memahami materi.
Peduli 4 butir
2. Memperhatikan dan meresponi dan dengan
baik saat guru menjelaskan materi
Tanggung 1. Mampu berdiskusi dengan baik dikelompok
4 butir
Jawab 2. Berperan aktif dalam menyelesaikan tugas
Percaya diri 1. Bertanya dan menjawab pertanyaan yang 4 butir
berinteraksi diberikan oleh guru terkait materi yang
dengan disampaikan
sekitar 2. Berani menyampaikan pendapat.
1. Kehadiran dalam mengikuti pembelajaran
Disiplin 4 butir
2. Tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
1. Berani mengakui kesalahan
Jujur 2. Menyampaikan sesuatu dengan keadaan 4 butir
sebenarnya
27
(bergerak) mengoperasikan simulasi praktikum
Manipulatig Kemampuan peserta didik dalam
2 Butir
(manipulasi) mengukur serta mengamati
Kemampuan peserta didik mencatat
2 Butir
hasil praktikum
Communicatin Kemampuan peserta didik berpartisipasi
2 Butir
g (komunikasi) dalam kelompok praktikum
Kemampuan siswa dalam
2 Butir
menyimpulkan hasil praktikum
Creating Siswa mampu menganalisis data hasil
2 Butir
(Menciptakan) praktikum
2. Uji homogenitas
28
Uji homogenitas peneliti menggunakan uji F. Uji F adalah test
yang dilakukan dengan membandingkan varian terbesar dan varian
terkecil. Syarat agar varian bersifat homogen jika nilai Fhitung < Ftabel
dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Uji F dilakukan
dengan bantuan SPSS for windows 26. Adapun uji homogenitas
dilakukan agar peneliti mengetahui apakah sampel homogen atau
tidak dan mempunyai varian yang sama atau tidak.
H. Deskripsi Data
Hasil data penelitian yang didapat dalam bentuk kuantitatif dengan
metode deskriptif. Sehinggga peneliti akan menggambarkan secara
nyata model pembelajaran search solve create and share (SSCS) dapat
menjadi solusi fenomena learning loss pada proses pelaksanaan
pembelajaran Fisika di SMA Negeri 14 Jakarta.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan dilakukan terbagi menjadi tiga tahap yaitu, tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan langkah akhir.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahapan ini dimulai dari mengurus surat perizinan penelitian,
observasi lokasi penelitian, menentukan popolasi dan sampel
dilanjutkan dengan surat perizinan penelitian, membuat RPP yang
disesuaikan dengan materi pada silabus, menentukan populasi
sampel dan seminar proposal.
29
2. Tahap Pelaksanaan
Pada bagian tahapan ini peneliti terlebih dahulu pemberian pretest
sebelum pembelajaran dan dilanjutkan dengan kegiatan inti dari
penelitian yaitu pemberian perlakuan (treatment) pada kelas
eksperimen dengan model pembelajaran search solve create and
share (SSCS) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran
tradisional. Bagian akhir dari tahap pelaksanaan yaitu pemberian
post-test dan penyebaran angket learning loss.
3. Tahap akhir
Pada bagian tahap akhir penelitian, peneliti akan mengolah data
yang sudah di peroleh dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan
sampai menjadi skripsi dan sidang skripsi.
30