Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya dan karunianya, kami
dapat menyusun makalah ini sampai selesai. Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah
ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Kimia.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Susilawati Amdayani, S.Si., M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Penilaian Hasil Belajar Kimia, serta semua pihak
yang telah memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta menambah
wawasan dan pengetahuan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca agar
terciptanya tugas-tugas yang lebih baik kedepannya. Terimakasih.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengatakan bahwa pengertian tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana
masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu
dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar. Menyusun kisi-kisi
merupakan langkah awal yang harus dilakukan setiap kali menyusun tes dan menulis
soal. Dengan adanya kisi-kisi, penyusunan soal dapat menghasilkan tes yang relatif
sama. Kisi-kisi tes adalah suatu format atau matriks yang memuat kreteria butir soal
yang diperlukan dalam menyusun tes. Soal dapat disusun dalam bentuk tes objektif
maupun tes esai. Sebagai bahasan dalam tulisan ini penulis memilih bentuk tes objektif
dengan bentuk soal tes pilihan ganda. Jumlah soal yang disusun harus melebihi jumlah
yang dibutuhkan dan disusun sesuai kisi-kisi. Sukar atau mudahnya suatu soal bukan
semata-mata ditentukan oleh materi soal, akan tetapi ditentukan juga oleh teknik
penyusunannya. Agar memperoleh soal/tes yang baik maka soal/test tersebut harus
diuji coba terlebih dahulu dan hasilnya dianalisis sehingga memenuhi syarat-syarat tes
yang baik. Peserta uji coba misalnya adalah siswa, maka siswatersebut harus
mempunyai status sama dengan peserta tes yang sebenarnya.
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ap aitu teks Objektif.
2. Mampu mengetahui bentuk-bentuk teks objektif.
3. Mengetahui macam-macam dari teks objektif.
4. Dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat dilakukan agar teks objektif bisa
berjalan secara efektif.
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teks objektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Tes ini merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal (items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih salah satu atau lebih
diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing
items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol
tertentu yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.
Menurut Ngalim Purwanto bahwa tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga
hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor
yang sama. Jadi yang disebut tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung
kemungkinan jawaban yang harus dipilih oleh pesrta tes. Pemeriksaan atau penskoran
jawaban peserta tes dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa dan dapat
digunakan oleh alat bantu. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek
(short answer test), tes ya-tidak (yes-no test) dan tes model baru (new type test).
3
2.3 Macam-macam Tes Objektif
Soal-soal objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar, hal ini
disebabkan karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan
mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Secara umum tes ini dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
1. Tes objektif jawab bebas (free response items)
Prinsip penyusunan tes objektif ini secara umum sama dengan seluruh tes
objektif, yakni munculnya keseragaman dan kepastian tentang jawaban yang
benar sesuai dengan pertanyaan. Dengan adanya keseragaman dan kepastian
tentang jawaban yang benar tersebut pendidik dapat memberikan penilaian yang
objektif karena kesimpulan yang diambil sudah didasarkan atas data yang ajeg,
dengan demikian memperkecil peluang munculnya sukjektivitas penilaian.
Adapun yang termasuk dalam kategori tes objektif jawab bebas adalah tes
melengkapi dan tes jawab pendek.
a. Tes Melengkapi (completion test)
Tes melengkapi biasanya disebut tes menyempurnakan. Tes melengkapi
yaitu salah satu jenis tes objektif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah
dihilangkan (sudah dihapuskan)
Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik
Titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi atau disempurnakan oleh
testee, dengan jawaban (yang oleh tester) telah digantikan.
Jadi sebenarnya tes objektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes
objektif bentuk tes isian (fill in). Letak perbedaannya ialah bahwa pada tes
objektif bentuk fill in bahan yang diteskan ini merupakan satu kesatuan cerita,
sedangkan pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian. Dengan
kata lain, pada tes objektif bentuk completion ini, butir-butir soal tes dapat saja
dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.
Kelebihan tes objektif bentuk completion adalah, bahwa:
Tes model ini sangat mudah dalam penyusunannya
Jika dibandingkan dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini
lebih menghemat tempat (menghemat kertas).
4
Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam,
maka persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini.
Sehubungan dengan yang disebutkan pada butir diatas (c), maka tes ini
dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak
sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.
Kekurangan dari tes objektif bentuk completion ialah:
Pada umumnya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini
untuk mengungkapkan daya ingat atau aspek hafalan saja.
Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan
untuk diujikan.
Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang
berhati-hati dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya (butir-butir soal
dibuat asal jadi saja).
Petunjuk khusus penyusunan tes melengkapi:
Hindarkan pernyataan yang tidak jelas.
Jangan menghilangkan kata-kata kunci terlalu banyak.
Hilangkan kata-kata yang mengandung arti penting, dan jangan
dihilangkan kata-kata yang tidak penting.
Hindarkan munculnya indikator jawaban yang dapat dibaca dari
pernyataan yang ada dalam teks soal.
Usahakan agar jawaban yang diberikan cukup terdiri satu kata atau satu
kalimat.
Jangan membuang kata terdepan dari suatu kalimat, hal ini akan
menyebabkan sukar untuk dipahami selain itu juga tampak tidak wajar.
Besar kolom yang dikosongkan untuk diisi hendaknya sama besar.
Untuk mempermudah skoringnya, hendaknya disediakan kolom
jawaban dan diletakkan di sebelah kanan setiap isiannya.
5
b. Tes Jawaban Pendek (short – answer)
Tes jawab pendek ini juga disebut dengan soal jawab singkat adalah
butir soal berbentuk pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu
frasa, satu angka atau satu formula. Butir soal tipe ini termasuk salah satu
tipe yang paling mudah dikonstruksi. Ada dua keterbatasan utama butir
soal tipe jawaban pendek ini, yaitu tidak dapat mengukur hasil belajar
yang kompleks dan sulit dinilai. Karena sifatnya yang sederhana, maka
butir soal tipe ini hanya menghasilkan respons singkat yang sederhana.
Respon singkat yang seperti itu tidak memungkinkan untuk mengukur
hasil belajar yang lebih kompleks. Kebanyakan hanya terbatas pada hasil
belajar yang bersifat ingatan, dan paling tinggi hanya bersifat pemahaman.
Beberapa petunjuk khusus penyusunan tes ini antara lain:
Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi
dasar dan indikator).
Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.
Jawaban yang dituntut oleh butir yang berupa kata, frase, angka,
simbol, tahun,t empat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
Menggunakan bentuk kalimat tanya akan lebih baik daripada
menggunakan kalimat berita.
Pertanyaan sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat
disampaikan sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan
satu kata lebih baik.
Apabila lembar jawaban ingin dijadikan satu soal dengan lembar soal,
sebaiknya disediakan kolom jawaban yang terpisah dengan soalnya.
Hindarkan penggunaan susunan kalimat yang persis dalam buku teks.
Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk kepada kunci
jawaban.
Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga hanya ada satu jawaban
yang benar.
6
2. Tes Objektif Jawab Terbatas
Tes ini merupakan salah satu bentuk tes objektif, dimana butir-butir soal
yang diberikan kepada anak didik disertai dengan alternatif jawaban, sehingga
anak didik tinggal memilih salah satu diantara alternatif yang disediakan.
Jawaban tersebut hanya ada satu yang benar atau yang paling benar, sedangkan
lainnya salah.
Atas dasar banyaknya kemungkinan tersebut, tes bentuk ini dapat dibagi
menjadi dua. Pertama, memilih salah satu diantara dua alternatif jawaban,
dikenal dengan True-false. Kedua, memilih salah satu atau lebih dari beberapa
kemungkinan pilihan yang lebih dari dua, tes ini disebut dengan Multiple
choice, Matching, dan Rearrangement Exercise.
a. True-false Test (Tes Benar-Salah)
Tes objektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes objektif
dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa
pernyataan (statement), pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.
Contoh:
Petunjuk:
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban: benar dan salah. Anda diminta menentukan pendapat mengenai
pernyataan-pernyataan tersebut, benar ataukah salah. Jika benar lingkarilah
huruf B pada lembar jawaban. Jika salah lingkarilah huruf S sesuai dengan
masing-masing pernyataan tersebut.
B – S: Ajaran Islam yang masuk ke Indonesia adalah “Islam yang kalah”,
yakni hanya aspek sufistiknya saja; sementara aspek rasionalistiknya
diambil oleh orang Barat.
Bentuk benar-salah ada dua macam (dilihat dari segi
mengerjakan/menjawab soal), yakni:
Dengan pembetulan (with corrention) yaitu siswa diminta
membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta
melingkati huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
7
Kelebihan tes benar-salah diantaranya sebagai berikut:
Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan
tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
Mudah menyusunnya.
Dapat digunakan berkali-kali.
Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Kekurangan tes benar-salah diantaranya sebagai berikut:
Sering membingungkan.
Mudah ditebak/diduga.
Banyak masalah yang tidak dinyatakan hanya dengan dua
kemungkinan benar atau salah.
Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.
8
dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan
jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban
dan beberapa pengecoh (distractor).
Tes objektid bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah
objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang
terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan
untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa
kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang
bersangkutan.
Tes objektif bentuk multiple choice item terdiri atas dua bagian, yaitu:
Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula
berbentuk pernyataan.
Option atau alternatif, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab
yang dapat dipilih oleh testee.
Option atau alternatif ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
Satu jawaban betul, yang biasa disebut kunci jawaban.
Beberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkisar antara
dua sampai lima buah.
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes objektif bentuk multiple
choice item dapat dibedakan menjadi sembilan model, yaitu:
a. Model melengkapi lima pilihan
Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima
pilihan ini pada umumnya terdiri atas: kalimat pokok (=item) yang
berupa pernyataan yang belum lengkap, diikuti oleh lima kemungkinan
jawab (alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut. Tugas
testee disini ialah: memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawab
tersebut, yang menurut keyakinan testee adalah paling tepat
(=merupakan jawaban yang benar).
Dengan demikian, pada tes objektif bentuk multiple choice item model
melengkapi lima pilihan ini, hanya akan kita jumpai satu jawaban yang
benar.
9
b. Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan
lima atau empat pilihan ini terdiri dari lima atau empat judul/istilah/
pengertian, yang diberi tanda huruf abjad didepannya, dan diikuti oleh
beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Untuk tiap
pernyataan tersebut testee diminta memilih salah satu judul/istilah/
pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah
paling cocok (paling benar).
10
f. Model hal kecuali
Model “Hal Kecuali” ini dikembangkan atas dasar Asosiasi
Positif dan Asosiasi Negatif secara serempak. Jika model semacam ini
digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada kolom sebelah kiri
dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A, B dan C);
sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan
(yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5), dimana empat diantaranya cocok dengan satu
hal yang berada di sebelah kiri.
11
yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif
untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar.
Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat
mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan
oleh guru di kelas.
Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan
informasi para siswa yang hendak dievaluasi.
Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual
atau kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan
secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih
mudah.
Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat
dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi
yang lebih kondusif.
Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar
soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.
12
Syarat yang diperhatikan untuk menyusun tes objektif multiple choice,
diantaranya:
Statement harus jelas merumuskan suatu masalah. Tentukanlah
sebelumnya bahwa hanya ada satu jawaban yang paling benar
dan tepat.
Baik statement maupun option sedapat mungkin jangan
merupakan suatu kalimat yang terlalu panjang.
Hindarkanlah option yang tidak ada sangkut-pautnya satu sama
lain. Dengan kata lain, option (pilihan jawaban) hendaknya
homogen.
Pembuatan mudah.
Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak
praktis dapat dihilangkan.
13
Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya:
d. Rearrangemenr Exercise
Bentuk tes ini adalah tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar,
kemudian diceraikan secara tidak beraturan, sehingga bentuk aslinya sulit
dikenali, peserta didik diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan
yang benar. Tes bentuk ini dapat mengukur kemampuan berfikir logis
peserta didik. Bentuk tes ini banyak digunakan untuk mata pelajaran bahasa.
Kesulitan adalah dalam menentukan topik bahasan yang memiliki
homogenitas yang baik.
14
2.4 Ketepatan Penggunaan Tes Objektif
Tes hasil belajar bentuk objektif sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tepat
dipergunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan-kenyataan seperti
disebutkan berikut ini:
Peserta tes jumlahnya cukup banyak. Dengan jumlah testee yang cukup
banyak itu, maka penggunaan tes uraian menjadi kurang efektif dan efisien,
terutama ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksi hasilnya.
Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang
luas dalam menyusun butir-butir soal tes objektif. Perlu disadari, bahwa
menyusun butir-butir soal tes objektif itu tidaklah semudah seperti menyusun
tes uraian. Kesulitan pertama yang akan ditemui oleh pembuat soal tes objektif
ialah dalam menentukan model-model tes objektif mana yang paling tepat
dipergunakan dalam tes, yang kiranya sesuai dengan ciri-ciri yang dimiliki
oleh bahan pelajaran yang akan diteskan. Kesulitan lainnya yang tidak lebih
ringan ialah, dalam hal menyusun alternatif atau option (kemungkinan jawab)
yang harus dipasangkan pada setiap butir soal.
Penyusun tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan
penyusunan butir-butir tes objektif. Berbeda dengan tes uraian, maka butir-
butir soal yang harus dibut dalam tes objektif jumlahnya cukup banyak. Pada
umumnya jumlah butir soal tes objektif itu tidak kurang dari 40 butir dengan
berbagai variasinya dan harus bersifat komprehensif. Karena itu untuk dapat
menyusun butr-butir soal tes objektif dengan karakteristik seperti itu,
diperlukan waktu yang cukup longgar. Adalah tidak mungkin bagi tester untuk
membuat butir-butir soal tes objektif dengan secara mendadak atau terburu-
buru.
Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir soal tes objektif itu tidak hanya
akan dipergunakan dalam satu kali tes, melainkan akan dipergunakan lagi
pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang. Mengeluarkan lagi
butir-butir soal tes objektif yang telah dikeluarkan sebelumnya adalah tidak
terlalu sulit. Sekalipun itemnya sama, tetapi dengan mengubah letak kunci
jawabannya saja misalnya, atau dengan merevisi susunan kalimat soalnya,
butir-butir soal tes objektif itu masih relevan dan cukup handal untuk dijadikan
alat pengukur hasil belajar.
15
Penyusun tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan
butir-butir soal tes objektif yang disusunnya itu, akan dapat dilakukan
penganalisisan dalam rangka mengetahui kualitas butir-butir itemnya,
misalnya dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya dan sebagainya.
Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir soal tes
objektif, maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan
ketimbang menggunakan butir-butir soal tes subjektif. Seperti diketahui, bagi
tes objektif hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu Betul dan Salah; jadi
tidak akan ada jawaban “separoh betul”, “seperempat betul”, “betul sepertiga”,
atau sebangsa itu. Hal ini membuka kemungkinan bagi penyusun tes untuk
dapat terhindar dari faktor-faktor subjektif yang kemungkinan dapat
menyelinap masuk ke dalam dirinya. Dengan demikian pengukuran dan
penilaian hasil belajar akan dapat berjalan dengan lebih “sehat” dan “fair”.
16
Adapun kelemahannya antara lain adalah:
Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati atau kecakapan siswa,
karena tidak membuat kalimat
Memungkinkan siswa coba-coba dalam menjawabnya. Untuk menghindari
kemungkinan ini penyusun soal harus dapat menyusun soal dengan teliti dan
baik, sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat merangsang berfikir anak.
Menggunakan norma standar penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan
(guessing) yang bersifat spekulatif
Menyusun tes ini tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak
lama
Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak jika
dibandingkan dengan pembuatan test subjektif.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Menurut Ngalim Purwanto bahwa tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga
hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor
yang sama. Pemeriksaan atau penskoran jawaban peserta tes dapat dilakukan secara
objektif oleh pemeriksa dan dapat digunakan oleh alat bantu.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna dalam menyusun makalah dari segi bahasa, pembahasan yang kami sajikan,
oleh karena itu mohon diberikan kritikan atau saran yang dapat mendorong atau
meningkatkan semangat penulis kedepannya untuk membuat makalah lebih baik dan
semoga maklah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. Dr. Prof., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, 2012, penerbit
PT Bumi Aksara, hlm: 179
Purwanto Ngalim. MP. M. Drs., Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, 2010,
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm: 35
iii
LAMPIRAN KISI-KISI SOAL
iii
memiliki 10 elektron
d) Kaidah oktet (aturan oktet)
adalah suatu kaidah sederhana
dalam kimia yang menyatakan
bahwa atom-atom cenderung
bergabung bersama
sedemikiannya tiap-tiap atom
memiliki empat elektron
e) Kaidah oktet (aturan oktet)
adalah suatu kaidah sederhana
dalam kimia yang menyatakan
bahwa atom-atom cenderung
bergabung bersama
sedemikiannya tiap-tiap atom
memiliki tujuh elektron
iv
Jawaban: E
a) Aturan duplet
adalah aturan untuk unsur
hidrogen untuk mencapai
kestabilan konfigurasi
elektron seperti gas mulia
yaitu He(helium) yang
stabil dengan 3 elektron
valensi.
b) Aturan duplet
adalah aturan untuk unsur
hidrogen untuk mencapai
kestabilan konfigurasi
elektron seperti gas mulia
yaitu He(helium) yang
stabil dengan 4 elektron
valensi.
c) Aturan duplet
adalah aturan untuk unsur
hidrogen untuk mencapai
kestabilan konfigurasi
v
elektron seperti gas mulia
yaitu He(helium) yang
stabil dengan 2 elektron
valensi.
d) Aturan duplet
adalah aturan untuk unsur
hidrogen untuk mencapai
kestabilan konfigurasi
elektron seperti gas mulia
yaitu He(helium) yang
stabil dengan 5 elektron
valensi.
e) Aturan duplet
adalah aturan untuk unsur
hidrogen untuk mencapai
kestabilan konfigurasi
elektron seperti gas mulia
yaitu He(helium) yang
stabil dengan 8 elektron
valensi.
Jawaban: C
vi
3.4 Mengetahui Ikatan ion atau C2 4. Siswa diminta untuk PG
ikatan pada elektrovalen dan mengikuti aturan sebuah
sebuah senyawa ikatan kovalen senyawa 4.
ion maupun soal:
kovalen Diketahui nomor atom H = 1, C
= 6, N = 7, O = 8, P = 15, dan Cl
= 17. Senyawa berikut
mengikuti aturan octet, kecuali...
a. CHCl3
b. NH3
c. H2O
d. CH4
e. PCl5
Jawaban: e. PCL5
vii
Senyawa amonia mempunyai
tiga pasang elektron terikat dan
sepasang elektron bebas, bentuk
molekulnya adalah...
a. linier
b. piramida segiempat
c. tetrahedron
d. piramida trigonal
e. oktahedron
Jawaban: d. Piramida
trigonal 7
viii
3.1 Ikatan Kimia, C3 1 Disajikan pertanyaan yang 8 PG
Menganalisis ikatan kimia berhubungan dengan materi
kesesuaian kovalen dan mengenai titik didih,
pada teori gaya ikatan koordinasi
Soal:
van der waals
Titik didih SiH4 lebih tinggi
daripada CH4 karena…..
3.2 Mengoreksi
kesesuaian titik a. Molekul SiH4 polar,
didh pada sedangkan CH4 nonpolar
suatu unsur b. Molekul SiH4 bertarikan
ikatan kimia dengan ikatan hidrogen,
sedangkan CH4 tidak
c. Struktur SiH4 berupa
3.3 molekul raksasa, sedangkan
Menemukan CH4 berupa molekul
konsep gaya sederhana
tarik menarik d. Molekul SiH4 mempunyai
antarmolekul dipol permanen, sedangkan
yang CH4 tidak
mempunyai e. Massa molekul relatif SiH4
perbedaan lebih besar daripada CH4
keelektronegat
ifan Jawaban: E
ix
Titik didih gas nitrogen lebih tinggi
dibandingkan gas hidrogen, sebab
…
Jawaban: C
x
disebabkan HF mempunyai ikatan
….
a. Ion
b. Hidrogen
c. Kovalen
d. Van der Waals
e. Kovalen – Ion
Jawaban: B
xi
bersama-sama yang
mengakibatkan terjadinya
dislokalisasi elektron
e. Inti atom dari atom-atom
yang berikatan dikelilingi
oleh elektron dari semua
atom yang berikatan
Jawaban: A
5.Siswa dapat memahami
struktur senyawa yang berikatan
kovalen
Soal :
Di antara pasangan senyawa di
bawah ini, yang berikatan kovalen
adalah ….
a.HCl
b.KCl 12
c.MgF
d.K2O
e. MgO
Jawaban: A
xii
Di antara kelompok senuawa
berikut ini, yang hanya berikatan
kovalen adalah …. 13
xiii
E. S dan R
Jawaban: C
3.3 B. Na dengan F
Menemukan C. Na dengan Li
konsep gaya
tarik menarik D. Na dengan Ne
xiv
antarmolekul E. Be dengan Ne
yang Jawaban: B
mempunyai
perbedaan 9.Siswa dapat memahami
keelektronegat struktur senyawa yang berikatan
ifan kovalen
16.
Soal :
Ikatan kovalen dalam molekul
H2SO4, berjumlah...
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E.5
Jawaban: D
xv
Diantara pasangan unsur berikut
yang dapat membentuk senyawa
ion adalah ….
C (Z = 6) dan Cl (Z = 17)
N (Z = 7) dan H (Z = 1)
C (Z = 6) dan O (Z = 8)
Mg (Z = 12) dan Cl (Z = 17)
P (Z = 15) dan O (Z = 8)
Jawaban: D
xvi
d. Molekul SiH4 mempunyai dipol
permanen, sedangkan CH4 tidak
Jawaban: E 19
Jawaban: C
xvii
Disajikan soal agar Siswa dapat
mengoreksi kebenaran dari sifat 20
periodik suatu unsur
Soal:
Berdasarkan sifat periodik unsur-
unsur halogen, HF diharapkan
mempunyai titik didih paling
rendah dibandingkan dengan HI,
HCl dan HBr. Namun, pada
kenyataannya HF mempunyai titik
didih paling tinggi.
a. Ion
b. Hidrogen
c. Kovalen
e. Kovalen – Ion
Jawaban: B
xviii
xix