Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN IPA

“TEKNIK PENILAIAN TES OBJEKTIF”

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Nama : Umi Nadila (4191151001)


Endah Rezeki Fadlilah (4191151011)
Nabila Amalia (4192451002)
Elvayana br Silitonga (4192451013)
Irene Monyca Br Sebayang (4193151010)
Nisa Mailani Lubis (4193351004)
Bomer Lumbantoruan (4193351018)
Kelas : Pendidikan IPA B 2019
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran IPA
Dosen Pengampu : Susilawati Amdayani, S.Si., M.Pd.

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan
tugas Makalah Teknik Penilaian Tes Objektif. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan
sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas makalah pada mata kuliah: Evaluasi Pembelajaran IPA.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Ibu Dosen Pengampu: Susilawati
Amdayani, S.Si., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran IPA,
karena telah memberikan bimbingannya kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini
hingga selesai.

Medan, September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Tes Objektif.........................................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Tes Objektif.........................................................................................................4
2.3 Penggunaan Tes Objektif.......................................................................................................7
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif...............................................................................8
2.5 Mengembangkan Tes Objektif (Pilihan Ganda, Benar-Salah, Isian Singkat, Menjodohkan,
Sebab Akibat)......................................................................................................................10
2.6 Cara Menskor Tes Objektif..................................................................................................23
BAB III...............................................................................................................................................26
PENUTUP..........................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa
berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Bentuk tes yang
digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif.

Soal tes objektif bentuk lain yang juga banyak dipakai para guru dalam evaluasi di
kelas adalah item tes objektif (jenis pilihan tes objektif) . Tes ini di namakan tes objek
pilihan, karena para siswa diharuskan memilih salah satu jawaban benar dari sejumlah
jawaban yang telah disediakan oleh evaluator. Item test objektif ini oleh sebagian ahli
berpendapat lebih efektif penggunaanya dalam mengukur beberapa hasil belajar peserta
didik. Karena dengan menggunakan tes objektif tipe pilihan dapat mengungkap materi
pembelajaran yang lebih luas.

Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan
jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau
respon telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban
atau respon peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.
Karena sifatnya yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia, tetapi
dapat dilakukan sengan mesin, misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor hasil tes
dapat dilakukan secara objektif.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa pengertian tes objektif?


2. Apa saja macam-macam dari tes objektif?

1
3. Kapan saja digunakannya tes objektif?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari tes objektif?
5. Mengembangkan Teks Objektif (pilihan ganda, Benar-Salah, Isian Singkat,
Menjodohkan, Sebab Akibat) dalam konsep IPA SMP
6. Bagaimana cara menskor tes objektif?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dari tes objektif.


2. Untuk mengetahui macam-macam dari tes objektif.
3. Untuk mengetahui dimana saja digunakannya tes objektif.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tes objektif.
5. Untuk mengetahui dan mengembang Teks Objektif (pilihan ganda, Benar -Salah,
Isian Singkat, Menjodohkan, Sebab Akibat) dalam konsep IPA SMP.
6. Untuk mengetahui cara menskor tes objektif

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tes Objektif


Tes objektif adalah tes yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga hasil tesnya
dapat dinilai secara objektif, yaitu dapat dinilai oleh siapapun dan akan mendapatkan hasil
yang sama. Karena sifatnya yang objektif ini maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia,
pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh mesin misalnya mesin scanner.
Tes objektif adalah suatu tes yang mempunyai jawaban pasti benar atau salahnya dan
diberi nilai yang sama pada setiap soalnya. Sedangkan tes non-objektif adalah suatu tes yang
bersifat subjektif, artinya keputusan jawaban benar atau salahnya berdasarkan dari pemberi
skor, dalam hal ini adalah tenaga pendidik atau guru.
Tes objektif (pilihan) merupakan alat tes yang umum dan dapat diterima untuk
mengevaluasi pelajar, khususnya yang berkaitan dengan 3 level terendah dari Taksonomi
Bloom. Guru biasanya menggunakan instrument (alat) untuk memastikan bahwa evaluasinya
tidak berat sebelah, waktunya singkat, dan adanya kemantapan dengan jumlah siswa yang
banyak. Tes objektif (pilihan) juga mempersilahkan untuk melakukan analisa data yang
berpengalaman, yang mana tidak hanya membantu menentukan pelaksanaan ujian, tapi
mungkin dapat juga membantu menilai metode pembelajaran. Meskipun tes objektif terbilang
sangat mudah, tapi mereka (pelajar) biasanya menghabiskan banyak waktu dan mencoba
membuat jawaban atas pertanyaan tersebut. Tes objektif merupakan alat yang sangat
membantu ketika tes objektif tersebut digabungkan dengan jenis tes subyektif (esai) yang
akan membantu mendapat level yang lebih tinggi pada kemampuan kognitif dan atau bidang
pembelajaran yang lain.
Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test)
tes ya-tidak (yes-no test) dan test model baru (new tipe test) adalah salah satu jenis tes hasil
belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat jawab oleh testee dengan jalan
memilih salah satu jawaban (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang dapat
dipasangkan pada masing-masing items atau dengan cara mengisikan (menuliskan) jawaban
berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan
untuk masing-masing butir items yang bersangkutan.
Staton (1978) menjelaskan bahwa objective test juga memiliki faedah yang penting,
yaitu dapat mengcover sasaran-sasaran dan benda-benda bergerak secara sempurna. Oleh

3
karena trainee dapat menjawab soal-soal secara obyektif dalam waktu sedikit yang diberikan
kepada mereka untuk menjawab pertanyaan essay, maka sejumlah besar (yang biasanya
setengah losin atau lebih) point bahan-bahan tersebut dapat di-cover jika sebuah essay test
dikerjakan.
Tes objektif memiliki manfaat seperti waktu yang digunakan untuk menjawab relatif
singkat, mempermudah peserta didik dalam menjawab soal karena peserta didik hanya
memilih jawaban benar dari beberapa pilihan jawaban yang telah tersedia.
Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan tes objektif adalah bentuk tes yang
semua informasi diperlukan peserta tes untuk memberikan respon atau jawaban yang telah
disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya.

2.2 Jenis-jenis Tes Objektif


Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion
test), pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah
(true false). Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1. Melengkapi (Completion test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan.
Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes objektif fill in. Letak
perbedaannya ialah pada tes objektif bentuk fill in bahan yang dites itu merupakan satu
kesatuan. Sedangkan pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian.
Faktor Test completion memiliki kelebihan yakni:
a. Test ini amat mudah dalam penyusunannya.
b. Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih menghemat
tempat (kertas).
c. Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam.
d. Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kom- petensi dan tidak
sekedar mengungkapkan taraf pengenalan atau hapalan saja.
Kekurangan tes completion yakni:
a. Pada umumnya tester cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkapkan
daya ingat atau aspek hapalan saja.
b. Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk disajikan.

4
c. Karena pembuatannya mudah, maka tester sering kurang hati- hati dalam membuat
soal-soal.
2. Test objektif bentuk multifle choice test (pilihan berganda)
Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing
tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut
yang benar atau yang paling benar. Penyusunan tes dalam bentuk multifle chois
a. Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban terdapat
kesesuaian.
b. Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan jelas.
c. Sebaiknya soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
d. Setiap butir pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah, meskipun
masalah itu agak kompleks.
3. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari
pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Test bentuk matching memiliki kelebihan
dan kekurangan.
Ciri-ciri tes ini adalah:
a. Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b. Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang telah bersedia
sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan
“jodoh” dari pertanyaan.
Kelebihan dari tes ini adalah:
a. Pembuatan mudah.
b. Dapat dinilai dengan mudah dan cepat dan objektif.
c. Apabilas tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor merubah praktis dapat
dihilangkan
d. Test ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal.
Kelemahan dari test matching yakni:
a. Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hapalan atau daya ingat.
b. Karena mudah disusun, maka tes jenis ini kurang baik acap kali dijadikan “pelarian”
bagi pengajaran, yaitu kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk
lain.

5
c. Karena jawaban yang pendek, maka tes ini kurang baik untuk mengevaluasi
pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.
Adapaun cara menyusunnya.
a. Hendaknya butir-butir dari soal yang dituangkan dalam bentuk meching test ini
jumlahnya tidak kurang dari 10 dat tidak lebih dari 15 soal
b. Daftar yang berada disebelah kiri hendaknya dibuat lebih panjang ketimbang daftar
yang disebelah kanan, agar jawaban dapat dengan cepat dicari dan ditemukan oleh
tester.
c. Sekalipun kadang-kadang sulit dilaksanakan, usahakanlah agar petunjuk tentang cara
mengerjakan soal dibuat seringkas dan setengah mungkin
4. Test objektif bentuk fill in (isian)
Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Test objektif
fill ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya ialah:
a. Dengan menggunakan tes objektif bentuk fill in maka masalah yang diwujudkan
tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.
b. Cara penyusunannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah:
a. Test objektif fill ini cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek pengetahuan atau
pengenalan saja.
b. Test ini juga sifatnya konfrensif, sebab hanya dapat mengungkapkan sebahagian saja
dari bahan yang seharusnya diteskan.
Cara penyusunan tes objektif bentuk fill in:
a. Agar tes ini dapat digunakan secara efisien sebaiknya jawaban yang harus diisikan
ditulis pada lembar jawaban atau pada tempat yang terpisah.
b. Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun seringkas mungkin
demi menghemat tempat atau kertas serta waktu penye- suaiannya.
c. Apabila jenis mata pelajaran yang akan disajikan itu memungkinkan pengajaran atau
pengujian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk gambar.
5. Test objektif bentuk True False (benar salah)
Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes objektif bentuk
true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang salah.

6
Kelebihannya ialah:
a. Pembuatan mudah dapat dipergunakan berulang kali.
b. Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas.
c. Tidak terlalu banyak memakan kertas.
d. Bagi tester cara mengerjakannya mudah.
Adapun kekurangannya adalah:
a. Test objektif bentuk true false membuka peluang bagi tester untuk berspekulasi dalam
memberikan jawaban.
b. Sifatnya awal terbatas dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkapkan
daya ingat dan pergerakan kembali saja.
c. Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif, jenis ini tidak dapat dijawab dengan
dua kemungkinan saja yakni benar atau salah.
Adapun cara penyusunan test true false adalah:
a. Seyogianya membuat petunjuk yang jelas, bagaimana mengerjakan soal tes, agar anak
tidak bingung.
b. Jangan membuat pernyataan yang masih dapat dipersoalkan antara benar dan
salahnya, pernyataan sudah benar atau salah.
c. Setiap soal supaya mengandung satu perngertian saja, jangan membuat soal yang
banyak mengandung pengertian.
d. Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya dengan kata
“Kadang” “Barang kali”. Sekarang ini bentuk true false tidak diperlukan lagi untuk
tes hasil belajar karena bentuk ini dianggap kurang tepat untuk mengukur tingkat
kemajuan belajar anak

2.3 Penggunaan Tes Objektif


Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar di antara
kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi
pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai
kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat,
mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip.
Tes hasil belajar bentuk objektif sebagai salah satu bentuk tes hasil belajar tepat
digunakan apabila tester berhadapan dengan kenyataan-kenyataan disebutkan berikut ini :

7
1. Peserta tes jumlahnya cukup banyak
2. Penyusun tes (tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman yang luas
dalam menyusun butir-butir tes obyektif.
3. Penyusunan tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan
penyusunan butir-butir soal test objektif.
4. Penyusun tes merencanakan, bahwa butir-butir tes soal objektif itu tidak hanya akan
dipergunakan dalam satu kali tes saja melainkan akan dipergunakan lagi dalam
kesempatan tes hasil belajar yang akan datang.
5. Penyusunan tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan butir-butir
soal tes objektif yang disusunnya itu akan dapat dianalisa dalam rangka mengetahui
kualitas butir-butir itemnya, misalnya dari segi derajat kesukaran, daya pembedanya
dan sebagainya.
6. Penyusunan tes objektif berkeyakinan bahwa dengan menggeluarkan butir-butir soal
tes objektif maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan
ketimbang menggunakan butir-butir soal tes subjektif.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Tes Objektif


Adapun kelebihan dan kekurangan dari teks objektif diantaranya sebagai berikut:
1. Keunggulan Tes Objektif
a. Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan
sedang (ingatan, pemahaman, dan penerapan).
b. Dengan menggunakan tes objektif, maka semua atau sebagian besar materi yang telah
diajarkan dapat ditanyakan saat diuji.
c. Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat
dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap
butir soal sudah jelas dan pasti. Kita juga dapat menggunakan fasilitas komputer
untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan kekonsistenannya
dapat lebih terjamin.
d. Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan
analisis butir soal.
e. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan.
f. Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Sehingga dapat mengetahui
kemampuan dan kelemahan siswa.
2. Kelemahan Tes Objektif
8
a. Butir soal yang diujikan kepada siswa atau mahasiswa kebanyakan hanya mengukur
proses berfikir rendah, walaupun tujuan pembelajaran yang akan diukur sebenarnya
lebih tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman.
b. Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat pertanyaan
tes uraian.
c. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan
menerka.
d. Anak tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya
sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh
penulis soal.
Upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes objektif antara lain sebagai
berikut:
a) Upaya untuk mengatasi agar butir soal yang ditulis tidak cenderung mengukur proses
berfikir rendah.
b) Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal.
c) Upaya untuk mengatasi agar kemampuan anak tidak terganggu oleh kemampuan
membaca dan menerka.
d) Dengan tes objektif anak tidak dapat mengemukakan idenya sendiri, tetapi harus
mengikuti ide prang lain.
Selain itu ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang kebaikan dan kelemahan dari teks
objektif di antaranya ialah: Menurut Suharsimi Arikunto (2001: 164-165) ada beberapa
kebaikan dan kelemahan tes objektif. Yaitu:
1. Kelebihan-kelebihannya:
a. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif
mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-
unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
d. Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
2. Kelemahan-kelemahannya:
a. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya
banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

9
b. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali
saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d. “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
Sedangkan menurut Suke Silverius (1991: 67-69) tes objektif juga memiliki keunggulan dan
kelemahan yaitu:
1. Keunggulannya:
a. Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berpikir dalam ranah
kognitif.
b. Memperkecil kemungkinan menebak benar kunci jawaban.
c. Dapat dibuat menjadi banyak ragam/variasi bentuk.
d. Jawabannya tidak harus mutlak benar, tetapi dapat berupa jawaban yang paling benar,
atau dapat pula mengandung beberapa jawaban yang semuanya benar.
e. Dapat digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas.
f. Dapat diskor dengan sangat objektif.
g. Dapat diskor dengan mudah dan cepat.
h. Ruang lingkup bahan yang ditanyakan sangat luas.
2. Kelemahannya:
a. Pokok soal tidak cukup jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih dari satu
jawaban yang benar.
b. Kadang-kadang jawaban soal dapat diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena
adanya petunjuk jawaban yang benar, atau karena butir soal itu mengukur sikap dan
bukan mengukur pengetahuan.
c. Sampai suatu tingkat tertentu, keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh
melalui tebakan.
d. Sulit membuat pengecoh (distractor) yang berfungsi, yakni yang mempunyai peluang
cukup besar untuk dipilih oleh siswa.
e. Membutuhkan waktu yang lama untuk menulis soal-soalnya.
f. Siswa cenderung mengembangkan cara belajar terpisah-pisah menurut bunyi tiap soal.

10
2.5 Mengembangkan Tes Objektif (Pilihan Ganda, Benar-Salah, Isian Singkat,
Menjodohkan, Sebab Akibat)
Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental
yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-
prinsip. Tes objektif terdiri atas bebarapa bentuk yaitu benar-salah (true-false), menjodohkan
(maching) pilihan-ganda (multiple-choice) dan lain-lain.
1. Bentuk Soal Benar Salah
a. Karakteristik
Bentuk soal benar-salah adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya
mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang
diminta dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi bentuk soal benar salah adalah
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat.
Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknya
homogen dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk mengukur
kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Soal benar
salah terdiri dari dua bagian yaitu bagiam pertama adalah alternatif jawaban benar salah(B –
S) yang harus dipilih (B), dan jika menurut peserta didik pernyataan itu salah maka siswa
akan memilih jawaban salah (S).
Jumlah alternatif jawaban (B–S) harus sama dengan jumlah pernyataan. Ciri khusus
bentuk benar salah adalah terbatas pada mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi
berdasarkan hubungan yang sederhana. Bentuk soar benar salah dapat juga menggunakan
gambar, tabel, dan diagram.
b. Kemampuan yang Diukur
Bentuk soal benar salah sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik yang
sangat sederhana, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi kebenaran fakta yang disajikan
dalam soak Jika fakta yang disajikan benar menurut peserta didik maka ia akan memilih
jawaban benar (B), sebaliknya jika fakta yang disajikan salah menurut peseta didik maka ia
akan memilih jawaban salah (S).
c. Kaidah penulisan
Agar dapat menghasilkan soal benar salah yang relatif baik maka ada beberapa kaidah
penulisan soal yang harus diikuti yaitu:

11
1. Hindari penyataan yang sangat umum, seperti penggunaan kata selalu, umumnya,
seringkali, kadang-kadang, tidak pernah, semua, dan tidak ada.
2. Hindari pernyataan yang berlebihan, seperti penulisan soal yang berliku-liku, panjang
lebar, atau soal cerita. Soal benar salah harus dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.
3. Hindari pernyataan negatif, sepeti bukan, tidak, kecuali, tak, dan lain sebagainya.
4. Soal hendaknya tidak menjurus kejawaban tertentu, seperti kadang-kadang, pasti, selalu,
dan tidak satupun.
5. Jumlah soal yang benar sama sama dengan jumlah soal yang salah.
6. Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran
7. Hindari pernyataan yang merupakan pendapat yang masih bisa diperdebatkan
kebenaranya
8. Hindari penggunaan pernyataan negatif ganda oleh peserta didik, dan bagian ke dua
adalah pernyataan yang harus direspon oleh peserta didik. Jika pernyataan benar menurut
peserta didik maka siswa akan memilih jawaban benar.
9. Hindari agar kalimat untuk setiap soal tidak terlalu panjang
10. Gunakan kalimat perintah yang jelas agar mudah dimengerti oleh siswa
d. Jenis-jenis soal benar salah
1. Jenis soal benar salah dengan memilih lambang, tanda (+) menunjukkan pernyataan benar
dan tanda (0) untuk menunjukkan bahwa pernyataan tersebut salah.
Contoh: Dari pernyataan dibawah ini, tentukan mana pernyataan yang benar dan mana
pernyataan yang salah. Jika benar beri tanda (+) dan jika salah beri tanda (0) di depan
nomor masing-masing pernyataan!
+ (1) Neuron sensorik yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari
reseptor ke saraf pusat
0 (2) Neuron sensorik bagian ujungnya berakhir dengan serabut halus yang bercabang-
cabang
0 (4) virus memiliki ekor yang berfungsi sebagai penginjeksi
+ (3) virus memilki kapsid yang tersusun atas asam lemak
2. Jenis soal benar salah dengan memilih jawaban BENAR dengan lambang (B) dan
SALAH dengan lambang (S). Dimana bentuk jawaban sudah disediakan peserta didik
tinggal memilih dengan memberi tanda silang (X)
Contoh: Dari pernyataan dibawah ini, tentukan mana pernyataan yang benar dan mana
pernyataan yang salah. Jika benar silang tanda (B) dan jika salah silang tanda (S) di depan
masing-masing pernyataan!
12
B–S : Virus merupakan makluk hidup peralihan antara benda mati ke benda hidup
B–S : Asam lemak jenuh dapat disintesa oleh tubuh
B–S : Aqueous Humor merupakan cairan yang mengisi rongga mata di antara lensa
mata dan retina (kornea dan lensa mata
3. Jenis soal benar salah dengan memilih jawaban YA menunjukkan pernyataan benar dan
TIDAK untuk menunjukkan bahwa pernyataan tersebut salah.
Contoh: Dari pernyataan dibawah ini, tentukan mana pernyataan yang benar dan mana
pernyataan yang salah. Dimana bentuk jawaban sudah disediakan peserta didik tinggal
memilih dengan memberi tanda silang (X)
Contoh: Dari pernyataan dibawah ini, tentukan mana pernyataan yang benar dan mana
pernyataan yang salah. Jika benar beri tanda silang pada (YA) dan jika salah beri tanda
silang pada (TIDAK) di depan masing-masing pernyataan!
Ya – Tidak : Vitamin A, D, E, dan K dapat larut dalam lemak
Ya – Tidak : Laktase berfungsi memecah laktosa menjadi maltosa (glukosa n galaktosa)
Ya – Tidak : Alveolus merupakan tempat terjadinya pertukaran O2 dan CO2
4. Jenis soal benar salah yang digunakan ntuk mengukur kemampuan tentang sebab akibat.
Biasanya mengandung dua hal benar dalam satu pernyataan ataupun pertanyaan dan
peserta didik diminta untuk memutuskan benar salahnya hubungan antara dua hal
tersebut.
Contoh: Dari pernyataan dibawah ini, tentukan mana pernyataan sebab akibat yang benar.
Jika benar silang tanda (B) dan jika salah silang tanda (S) di depan masing-masing
pernyataan!
B–S : Platyhelminthes merupakan hewan hermaprodit SEBAB hermaprodit
merupakan hewan yang memiliki alat reproduksi ganda

2. Menjodohkan (Matching)
a. Karakteristik
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri atas stem dan option,
kemudian peserta didik tinggal memilih satu option yang dianggap paling tepat, sedangkan
bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikimpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu pada kolom kiri merupakan kumpulan
persoalan dan kolom kanan merupakan kumpulan jawaban. Biasanya jumlah pilihan jawaban
dibuat lebih banyak dari jumlah soal.
13
Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi informasi yang diperoleh berdasarkan hubungan yang sederhana dan
kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal. Makin banyak
hubungan anatar premis dengan respon yang dibuat, maka makin baik pula soal yang
disajikan.
b. Kaidah penulisan
Untuk menyusun soal bentuk menjodohkan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a) Membuat petunjuk soal tes dengan jelas, singkat dan mudah dipahami
b) Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indicator
c) Kumpulan soal diletakkan disebelah kiri dan jawaban disebelah kanan
d) Jumlah alternative jawaban hendaknyalebih banyak daripada jumlah soal
e) Susunlah item-item dan alternative jawaban dengan sistematika tertentu
f) Seluruh kelompok soal dan awaban hanya terdapat dalam satu halaman
g) Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.
c. Contoh soal menjodohhkan
Contoh 1
Petunjuk: di bawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang
terdapat pada daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Carilah
pasangan-pasangan tersebut dan tuliskan nomor kata yang dipilih di depan pasangannya
masing-masing.
Daftar A Daftar B
........ Monosakarida 1. Protein
........ Asam amino 2. Vitamin
........ Fosfolipid 3. Karbohidrat
........ Kalsium 4. Lemak
5. Mineral
Contoh 2
Petunjuk: berikut ini terdapat du buah daftar nama. Sebelah kiri adalah pengertian sedangkan
sebelah kanan adalah istilah. Pilihlah pengertian tersebut sesuai dengan nama konsepnya
dengan menuliskan angka 1, 2, 3 dan seterusnya pada tempat yang disediakan.
Pengertian: Istilah:
.......... : Ilmu yang mempelajari seluk beluk jamur 1. Ekologi
.......... : Ilmu yang mempelajari penyakit dan 2. Botani
pengaruh pada organisme

14
.......... : Ilmu yang mempelajari struktur dalam 3. Mikologi
tubuh manusia
........ : Ilmu yang mempelajari hubungan timbal 4. Anatomi
balik antara mahluk hidup dan lingkungan
........: Ilmu yang mempelajari seluk beluk hewan 5. Organologi
6. Patologi
7. Zoologi
Contoh 3
Jodohkanlah pernyataan pada bagian A dengan jawaban yang tepat pada bagian B. Isikan
jawaban pada titik-titik yang telah disediakan.
Bagian A Bagian B
1. Ovarium ........ a. Sistem pencernaan
2. Jantung ........ b. Sistem ekskresi
3. Paru-paru ........ c. Sistem hormon
4. Kulit ........ d. Sistem pernapasan
5. Lambung ........ e. Sistem saraf
f. Sistem kardiovaskuler
g. Sistem reproduksi

3. Pilihan ganda (multiple-choice)


a. Karakteristik
Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan
pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyan dan
dapat pula dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan(statement)
yang belum sempurna yang sering di sebut stem, sedangkan pilihan jawaban itu mungkin
berbentuk perkataan, bilnagn, atau kalimat dan sering disebut option. Pilihan jawaban terdiri
atas jawabamn benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban salah yang
dinamakan pengecoh ( distractor atau decoy atau fails), tetapi memungkinkan seseorang
memilihnya apabila tidak menguasai materi yang ditanyakan dalam soal.
Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa
membuat 3, 4 atau 5 alternatif jawban. Semakin banyak semakin bagus, hal ini dimaksudkan
agar mengurangi faktor menebak ( chance of guessing), sehingga dapat meningkatkan

15
validitas dan reliabilitas soal. Menurut gronlund (1981) “ alternatif jawaban empat kurang
baik dibandingkan dengan yang lainnya. Semakin banyak alternatif jawaban semakin
mengurangi kesempatan peserta didik menerka.” Adapun kemampuan yang dapat diukur oleh
bentuk soal pilihan ganda, antara lain : mengenai istilah, fakta, prinsip, metode, prosedur;
mengidentifikasi pengguanaan fakta dan prinsip; menafsirakan hubungan sebab akibat dan
menilai metode dan prosedur.
b. Kaidah penulisan
Dalam melakukan proses pembuatan soal pilihan ganda ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Hal-hal tersebut meliputi beberapa kaidah, dari segi materi, konstruksi dan
bahasa. Selain itu soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi.
Untuk membuat soal berpenalaran yang tinggi dapat dilakukan dengan cara, sebelum
membuat soal indentifikasi materi yang dapat mengukur prilaku pemahaman, penerapan,
analisa, evaluasi dan mencipta ( taksonomi Bloom). Soal prilaku ingatan di perlukan sebagai
awalan sebelum memberi soal prilaku prilaku pemahaman, penerapan, analisa, evaluasi dan
mencipta. Sebelum memberi pertanyaan, sebaiknya sajikan pernyataan dasar (stimulus)
seperti gambar, tabel atau bentuk ilustrasi lainnya. Dan biasakan membuat soal yang
mengukur kemampuan berpikir kritis dan dan mengukur ketrampilan memecahkan masalah.
Dalam membuat soal pilihan ganda ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan
yaitu:
a) Segi Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator
2. Pilihan  jawaban  harus  homogen  dan logis  ditinjau  dari  segi  materi.
3. Setiap  soal  harus  mempunyai  satu  jawaban  yang  benar  atau  yang paling benar.
b) Segi Konstruksi
1. Rumusan  pokok  soal  dan  pilihan  jawaban  harus  merupakan pernyataan yang
diperlukan  saja.
2. Pokok  soal  jangan  memberi  petunjuk  ke arah  jawaban  benar.
3. Pokok  soal  jangan  mengandung  pernyataan  yang  bersifat  negatif  ganda. 
4. Butir  soal  jangan  bergantung  pada  jawaban  soal  sebelumnya.
5. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi.
c) Aspek kebahasaan
1. Setiap  soal  harus  menggunakan  bahasa  yang  sesuai  dengan  kaidah  Bahasa
Indonesai.
16
2. Jangan  menggunakan  bahasa  yang  berlaku  setempat, jika  soal  akan  digunakan
untuk  daerah  lain  atau  nasional.
3. Setiap  soal  harus  menggunakan  bahasa  yang  komunikatif.
4. Pilihan  jawaban  jangan  mengulang  kata  atau  frase  yang  bukan merupakan satu
kesatuan  pengertian.
5. Pokok  soal  harus  dirumuskan  secara  jelas  dan  tegas.
6. Pilihan  jawaban  jangan  memuat  pernyataan :
 ” Semua  pilihan jawaban  di atas  salah ”,  atau  :
 ” Semua  pilihan jawaban  di atas benar ”.
7. Pilihan  jawaban  berbentuk  angka  atau  waktu  harus  disusun  berdasarkan 
urutanbesar  kecilnya  nilai  angka  tersebut,  atau  kronologisnya.
8. Butir  soal  jangan  bergantung  pada  jawaban  soal  sebelumnya.
9. Panjang  rumusan  pilihan  jawabn  harus  relatif  sama.
Selain ketiga kaidah diatas ada beberapa petunjuk praktis lain dalam pembuatan soal bentuk
pilihan ganda, yaitu:
a. Berilah petunjuk mengerjakan dengan jelas
b. Pernyataan pada soal harus merumuskan persoalan yang jelas dan berarti
c. Pernyataan dan pilihan jawaban harus merupakan kesatuan kaliamat yang tidak terputus
d. Jika pertanyaan menggunakan kalimat negatif, sebaiknya diberikan penjelasan atau di
garis bawahi atau di miringkan.
e. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogen dan logis
f. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek dari pada soalnya
g. Usahakan antara pertanyaan dan pilihan tidak mudah di asosiasikan
h. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis
i. Hindari terciptanya hubungan antara soal sebelumya dengan soal selanjutnya atau
pastikan bahwa soal yang satu tidak dipengaruhi soal yang lainnya
j. penempatan jawaban yang benar harus di selang seling secara acak
k. Harus benar-benar hanya ada satu jawaban yang benar
c. Jenis-jenis soal pilihan ganda
Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan ganda, yaitu:
1. Distacters, yaitu setiap pertanyaan atau penyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban
yang salah, tetapi disediakan satu jawaban benar. Tugas peserta didik adalah memilih satu
jawaban yang benar tersebut.

17
Contoh:
Pada badan malphigi di ginjal terjadi proses.....
a. Pengeluaran protein
b. Reabsorbsi protein
c. Fitrasi cairan darah
d. Reabsorbsi air
e. Penyerapan kembali glukosa
2. Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yang dapat digunakan untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam menganalisi hubungan antara pernyataan dan alasan
( sebab-akibat).
Contoh:
Pada soal dibawah ini terdapat kalimat yang terdiri atas pernyataan ( statement) dan
alasan (reason).
Pilihan jawaban:
a. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan alasan merupakan sebab dari
pertanyaan.
b. Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi alasan bukan merupakan sebab dari
pernyataan.
c. Jika penyataan benar, tetapi alasan salah.
d. Jika pernyataan salah, tetapi alasan benar.
e. Jika pernyataan salah, dan alasan salah.
Soal:
Sistem saraf berfungsi mengatur peneriamaan rangsang dan pemberian tanggapan
terhadap rangsang, SEBAB ransangan ialah semua penyebab perubahan dalam tubuh
yang datang dari luar ( cahaya, tekanan dan sebagainya ) maupun dari dalam (nyeri,
haus, dan sebagainya).
Jawaban: jadi , jawaban yang betul adalah A.
3. Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan dan penyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang benar, tetapi di sediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas
peserta didik adalah memilih jawaban yang salah tersebut.
Contoh:
Pengeluaran keringat oleh tubuh kita dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut di
bawah ini, kecuali....
a. Suhu lingkungan
18
b. Goncangan emosi
c. Kegiatan tubuh
d. Rangsangan saraf simpatik
e. Umur dan jenis kelamin
4. Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya benar,
tetapi ada satu jawaban yang paling benar.
Contoh:
Yang termasuk jenis pengeluaran dalam tubuh adalah.....
a. Defekasi dan sekresi
b. Sekresi dan ekskresi
c. Ekskresi dan defekasi
d. Sekresi, defekasi dan sekresi
5. Variasi yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa
kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah mencari satu
kemungkinan jawaban yang benar dan melengkapinya.
Contoh:
Kulit terdiri dari lapisan epidermis dan dermis. Lapisan epidermis pada kulit terdiri
dari ....
a. 2 lapisan yaitu, ......
b. 3 lapisan yaitu, ......
c. 4 lapisan yaitu, .......
d. 5 lapisan, yatu, ......
Selain 5 jenis soal pilihan ganda diatas, menurut Mosier, Myers, Price (1996) (dalam
Arifin:2009), ada 14 tipe pertanyaan mengunakan bentuk pilihan ganda, yaitu;
1. Pertanyaan berkaitan dengan definisi.
Contoh:
Proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh disebut .....
a. Defekasi
b. Sel api
c. Sekresi
d. Eksresi
e. Fiksasi
2. Pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan
19
Contoh:
Fungsi minyak dikeluarkan kelenjar minyak pada tungging burung adalah untuk
a. Memudahkan kloaka mengeluarkan zat sisa
b. Memudahkan kulit mengeluarkan keringat
c. Melumasi bulu-bulunya
d. Memudahkan ginjal mengeluarkan urine
e. Mempercantik bulu-bulunya
3. Pertanyaan yang berkaitan dengan kasus
Contoh:
Apabila tes urine seseorang dengan reagen biuret diperoleh warna merah, maka
bagian ginjal yang diduga mengalami kelainan adalah pada ....
a. Glomerulus
b. Buluh malpigi
c. Lengkung henle
d. Vesikula urinaria
e. Tubulus kontortus
4. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh
Contoh:
Untuk memperoleh kekebalan yang aktif pada seorang bayi dilakukan vaksinasi.
Vaskin diberikan kepada orang yang ....
a. Sakit
b. Menunjukan gejala sakit
c. Sehat
d. Sedang menjalani pengobatan
e. Sembuh dari sakit
5. Pertanyaan yang berkaitan dengan asosiasi.
Contoh:
Jika urine yang terkumpul di piala ginjal merupakan urine sekunder, maka
komposisinya adalah....
a. Air – protein– garam
b. Air – protein – amoniak - garam
c. Air – glukosa – amoniak - garam
d. Air – glukosa – amoniak
e. Air –amoniak - garam
20
6. Pertanyaan yang berkaitan dengan recognition of error.
Contoh:
Tumbuhan tidak dapat melakukan fotosintesis ketika ;
a. Cahaya pada lingkungan tumbuhan tersebut terlalu terang
b. Tiupan angin sangat kencang di lingkungan sekitar tumbuhan tersebut
c. Suhu lingkungn yang terlalu dingin
d. Tidak tersedia gas karbondioksida yang cukup di lingkungan tersebut
e. Tidak tersedia gas oksigen yang cukup di lingkunagn sekitar tumbuhan
tersebut
7. Pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi kesalahan.
Contoh:
Seorang anak laki-laki mengalami hemofili. Penyakit tersebut terjadi karena adanya
kesalahan. Salah satu penyebab terjadinya kesalahan tersebut yaitu...
1. Kerusakan kromosom
2. Penyakit keturunan yang diturunkan dari ibu
3. Konsumsi zat-zat kimia
4. Penyakit keturunan yang diturunkan dari ayah
5. Terjadi kesalahan perkembangan dalam masa kehamilan
8. Pertanyaan yang berkaitan dengan evaluasi.
Contoh:
Dalam klasifikasi, jamur dikelompokan dalam kingdom tersendiri. Jamur tersebut
tidak dapat digolongkan ke dalam dunia tumbuhan sebab....
a. Bersifat autotrof
b. Mempunyai hifa yang tidak bersekat
c. Membentuk spora
d. Dinding selnya dari kitin atau selulosa
e. Tidak mempunyai klorofil
9. Pertanyaan yang berkaitan dengan membedakan.
Contoh:
Pada ginjal katak jantan dan katak betina terdapat perbedaan dalam hal ...
a. Ginjal jantan bersatu dengan sperma
b. Ginjal jantan bersatu dengan saluran sperma
c. Ginjal betina bersatu dengan saluran telur
d. Ginjal betina terpisah muaranya dengan saluran telur
21
e. Ginjal betina berdekatan dengan zat tanduk
10. Pertanyaan yang berkaitan dengan kesamaan.
Contoh:
Hormon LH dan hormon FSH, keduanya merupakan hormon yang berperan dalam
proses....
a. Kelahiran
b. Ovulasi
c. Menstruasi
d. kehamilan
e. Reproduksi
11. Pertanyaan yang berkaitan dengan susunan.
Contoh:
Urutan jalannya rangsang gerak refleks adalah ...
a. Reseptor - neuron sensorik – otak – neuron motorik – efektor
b. Reseptor – konektor - neuron sensorik – neuron motorik – efektor
c. Reseptor - neuron sensorik – konektor – neuron motorik – efektor
d. Reseptor - neuron sensorik –neuron motorik – konektor- efektor
e. Reseptor - neuron sensorik – konektor – neuron motorik – efektor
12. Pertanyaan yang berkaitan dengan susunan yang tidak lengkap.
Contoh:
Organ pernapasan pada burung dan aktifitasnya pada waktu terbang ...
1. Sayap diangkat
2. Pundi hawa korakoid
3. Pundi hawa di ketiak mengembang
4. Udara masuk
Pada saat inspirasi urutanya adalah....
a. 4, 3, 2, 1
b. 1, 3, 4, 2
c. 3, 4, 1, 2
d. 1, 2, 4, 3
13. Pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip umum.
Contoh:
Epidemis kulit terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan dari epidermis yang senantiasa
membentuk sel-sel kulit disebut....
22
a. Stratum korneum
b. Stratum granulosum
c. Stratum koeneum
d. Stratum germinativum
e. Stratum ludisum
14. Pertanyaan yang berkaitan dengan subjek kontroversial.
Contoh:
Walaupun tidak semua orang mendukung adanya kloning pada makhluk hidup, tetapi
sejauh ini masih ada pihak-pihak yang melakukan kloninng pada makhluk hidup,
karena....
i. Bisa mendapatkan organisme baru yang sesuai dengan apa yang
diharapkan
ii. Bisa dilakukan dengan biaya yang murah
iii. Bisa dilakukan tanpa melalui proses yang panjang
iv. Organisme baru yang dihasilkan berumur panjang
v. Organisme hasil kloning cenderung kebal terhadap penyakit

2.6 Cara Menskor Tes Objektif


Ada tiga teknik penskoran untuk mengoreksi response siswa, pada tiap teknik
penskoran memiliki aturan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi cara siswa menjawab
pertanyaan, berikut adalah tiga jenis teknik penskoran:
a. Skor Konvensional
Skor konvensional adalah jumlah butir yang dijawab benar. Perhitungan skor dengan
cara konvensional adalah menjumlahkan seluruh respons siswa pada satu tes. Nilai yang
diberikan pada tes pilihan ganda adalah 1 untuk setiap butir benar dan 0 untuk setiap butir
salah. Di dalam penjumlahan itu, setiap skor tunggal dapat saja diberi bobot berlainan.
Namun, bila tidak dinyatakan secara khusus maka bobot skor tunggal itu dianggap sama.
Maka, didapat rumus untuk skor konvensional untuk responden ke i pada butir 1 - m adalah:
M
Bi=∑ X gi
g=1

Keterangan:
Bi = skor siswa ke i

∑ Xb = jumlah jawaban benar

23
Sampai saat ini, model penskoran konvensional masih dijadikan perhitungan skor di
berbagai sekolah baik formal maupun informal. Ujian Akhir Nasional Pendidikan mulai dari
tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas dan sederajat masih
menggunakan perhitungan skor dengan cara konvensional.
Pada tes PG, tiap butir menyediakan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri dari
jawaban yang benar dan pengecoh. Dengan menebak ada kemungkinan siswa akan
menjawab benar sekalipun peluang untuk menjawab benar kecil, namun bila jawaban
dibiarkan kosong atau tidak dijawab maka peluang untuk benar menjadi 0. Teknik penskoran
konvensional membuat siswa yang tidak memiliki kemampuan dapat menebak tanpa ada
resiko apapun. Di balik kekurangan dari model penskoran konvensional, ada kelebihan yang
dimiliki oleh model penskoran ini yaitu kemudahan proses perhitungan skor.
b. Skor Penalti
Teknik penskoran penalti adalah penskoran yang mengurangi skor total jawaban
benar dangan jumlah jawaban salah. Penilaian penalti dilakukan karena pada tes pilihan
ganda memungkinkan siswa untuk menebak ketika memilih pilihan jawaban. Siswa yang
tidak mengetahui jawaban yang benar cenderung melakukan tebakan. Dengan menebak
pilihan jawaban yang disediakan maka siswa memiliki peluang cukup besar untuk dapat
menjawab butir soal dengan benar dibandingkan bila jawaban ditinggalkan kosong akan
membuat peluang siswa mendapatkan skor sama sekali tidak ada. Karena alasan itu, maka
pensekoran secara penalti di terapkan pada tes pilihan ganda. Pada pensekoran penalti, siswa
yang melakukan tebakan dikarenakan kurangnya kemampuan dalam menjawab pertanyaan
akan berkurang. Pengalaman dilapangan, penyebab siswa melakukan tebakan adalah karena
kemampuan siswa yang tidak dapat menemukan jawaban sehingga sampai waktu
mengerjakan tes hampir habis masih banyak jawaban yang belum diisi, maka siswa
cenderung akan mengisi dengan cara menebak agar seluruh jawaban dapat terisi.
c. Skor Kompensasi
Skor kompensasi adalah cara pensekoran yang memberi tambahan skor sesuai dengan
jumlah butir yang tidak dijawab dibagi jumlah pilihan jawaban. Hal ini dilakukan agar
kemungkinan skor yang didapat antara siswa yang menebak dengan siswa yang tidak
menebak dan membiarkan jawaban tidak diisi menjadi sama, sehingga siswa akan memilih
untuk tidak menebak.
Jika siswa menebak semua butir, maka peluang jawaban betul:
N
Bi=
n

24
Keterangan:
N = Banyak Butir
n = Banyak Pilihan Jawaban
Dari rumus di atas, diketahui bahwa responden yang tidak menerka, dengan jumlah
seluruh responden n tidak menjawab sebanyak N butir, diberi kompensasi skor menjadi sama.
Ini berarti butir yang tidak dijawab diberi kompensasi sebesar x, sehingga:
N 1
N x= sehingga X =
n n
Maka dapat rumus untuk skor kompensasi adalah:

Bi= ∑ X b +
∑ Xt
n−1
Keterangan:
Bi = Skor siswa ke i

∑ Xb = Jumlah jawaban benar


Xt = Jumlah soal yang tidak dijawab
n = Banyaknya pilihan jawaban

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa
berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Bentuk tes yang digunakan
di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi 2
yaitu tes objektif dan tes sukjektif. Macam-Macam Test Objektif adalah Terdapat beberapa
jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion test), pilihan ganda
(multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah (true false). Test
objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Test objektif fill ini
memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan tes objektif ialah sebagai berikut:
a. Dengan menggunakan tes objektif bentuk fill in maka masalah yang diwujudkan tertuang
secara keseluruhan dalam konteksnya.
b. Cara penyusunannya mudah.
Adapun kekurangan tes objektif adalah sebagai berikut:
a. Test objektif fill ini cenderung lebih banyak mengungkapkan aspek pengetahuan atau
pengenalan saja.
b. Test ini juga sifatnya konfrensif, sebab hanya dapat mengungkapkan sebahagian saja dari
bahan yang seharusnya diteskan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aini., K.N. 2006. Perbandingan Bentuk Tes Uraian Terbatas Dengan Bentuk Tes Objektif
Melengkapi Pilihan Dalam Mengukur Skor Hasil Belajar Siswa Di Ranah Kognitif
Pada Mata Pelajaran Kimia. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Kementrian Agama.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara..
Asrul, Rusydi, A., & Rosnita. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Ciptapustaka Media.
Smith. W. F. 2020. Keunggulan Dan Kelemahan Tes Hasil Belajar. Jurnal Ilmiah. BDK
Palembang Kementrian Agama RI. Tersedia pada:
https://bdkpalembang.kemenag.go.id/upload/files/Jurnal.%20Weldan%20FS.pdf
Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

27

Anda mungkin juga menyukai