Anda di halaman 1dari 14

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TEMA

UDARA BERSIH BAGI KESEHATAN SISWA KELAS V MIN 1


PUTRAJAYA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY

PROPOSAL PTK

Proposal disusun untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu : Zuri Pamuji M. Pd. I

Oleh :
Nama : Fahrian Dwi Rizki
NIM : 2017405007
Kelas : 5 PGMI A

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PROFESOR KIAI HAJI SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2022
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TEMA UDARA
BERSIH BAGI KESEHATAN SISWA KELAS V MIN 1 PUTRAJAYA
MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, strategi dan penerapan metode masih belum


teraplikasikan dengan baik. Oleh karena itu, dasar-dasar dalam pembelajaran belum
tertanam dengan baik di dalam pengetahuan peserta didik dari sejak menginjak pendidikan
dasar yaitu SD/MI/Sederajat. Jika disampaikan secara menarik dan menyenangkan, suatu
pembelajaran bukanlah pembelajaran yang membosankan dan menyulitkan bagi peserta
didik. Hanya saja sudut pandang peserta didik telah salah mengartikannya, yang
diakibatkan dari penanaman pondasi awal dalam memperkenalkan pembelajaran di tingkat
dasar.
Kondisi yang ada saat sekarang ini tidak seperti yang diharapkan, peserta didik
berasumsi bahwa pembelajaran adalah pembelajaran yang membosankan dan menyulitkan
bagi mereka. Sebenarnya anggapan tersebut yang harus diperbaiki oleh pendidik untuk
menciptakan rasa senang peserta didik dalam belajar. Adapun yang dapat memperbaiki
asumsi siswa seperti itu adalah mengubah pola belajar yang dianggap menjenuhkan dan
membosankan tersebut. Mengubahnya dengan cara membuat pembelajaran menjadi lebih
menarik.
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab hasil belajar siswa rendah,
diantaranya kurang perhatiannya siswa pada saat pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa
merasa pembelajaran di kelas membosankan, kurang menantang, sehingga siswa kurang
berminat menyimak pelajaran. Selama ini pembelajaran banyak dilakukan dengan
pendekatan pembelajaran ekspositori, yaitu pembelajaran berupa pemberian informasi
verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru. Siswa hanya memperoleh informasi
melalui aktifitas mendengarkan, membaca dan mencatat1.
Pendekatan pembelajaran ekspositori menjadikan kegiatan belajar mengajar
terpusat pada guru (teacher centered), guru sebagai figur sentral belum maksimal
memerankan fungsinya di kelas, baik sebagai organisator, fasilitator, dinamisator maupun

1
Yudik Setiyawan, ‘No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構
造分析 Title’, 2017, 1–14.

2
sebagai pelayan bagi peserta didik. Akibatnya suasana pembelajaran cenderung monoton,
siswa merasa jenuh, cepat bosan dan kurang aktif. Sehingga strategi ekspositori dirasa
kurang memadai jika diterapkan untuk pembelajaran dalam kondisi sekarang ini,
meskipun harus diakui bahwa strategi ekspositori masih relevan diterapkan pada materi-
materi tertentu.
Dengan pendekatan pembelajaran ekspositori siswa kurang diaktifkan perannya,
sehingga dalam proses pembelajaran, sangat jarang dijumpai siswa bertanya kepada guru,
juga jarang menjawab yang ditanyakan oleh guru, siswa lebih cenderung mencatat dan
asyik menulis materi yang ada di papan tulis, sehingga kurang memperhatikan penjelasan
guru. Bahkan sering dijumpai siswa membuat gaduh di kelas dan mengganggu siswa
lainnya. Mestinya pendekatan pembelajaran dilakukan dengan melibatkan siswa dalam
proses penemuan terhadap gejala alam yang dijumpai di alam sekitarnya, sehingga siswa
merasakan memecahkan masalahnya sendiri. Pendekatan pembelajaran yang paling sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan membangkitkan minat belajar siswa adalah pendekatan
penemuan atau discovery karena siswa akan bertindak aktif dan medapatkan pengalaman
menemukan konsep sendiri melalui kegiatan percobaan.
Pada hakikatnya seharusnya guru mendorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik. Khususnya pada mata pelajaran yang dianggap sebagai beban
dalam dunia pendidikan. Pengaruh ketakutan dan rendahnya motivasi belajar anak didik
terhadap mata pelajaran ini harusnya segera ditangani oleh guru. Beberapa guru juga
malas dalam mengaplikasikan media serta kurang mengembangkan daya kreativitas
mereka dalam pembelajaran tersebut. Ditambah lagi kebanyakan guru di sekolah-sekolah
itu adalah guru yang tegas dan disiplin, sehingga dianggap kejam dan ditakuti oleh peserta
didik. Sehingga menyebabkan ketakutan dalam belajar. Gaya mengajar dan pembawaan
dalam mengajar ini juga sangat dibutuhkan dan diperhatikan peserta didikuntuk
memancing mereka agar menyukai mata pelajaran tersebut. Dengan menunjukkan
keramahan dalam mengajarkan dengan kondisi yang nyaman dan menyenangkan maka
peserta didik akan merasa senang mempelajari pelajaran tersebut.2
Dengan strategi discovery, siswa sadar akan manfaat konsep pembelajaran bagi
kehidupan sehingga mereka tak segan menerapkannya untuk menjaga, memelihara, dan
melestarikan alam di sekitarnya. Namun demikian proses pembelajaran yang terjadi di
MIN 1 Putrajaya kelas V belum menyentuh rona discovery dan kerja team yang dapat

2
Setiyawan.

3
membangun daya pikir optimal siswa, sehingga mereka masih mengalami kesulitan dalam
memahami dan menguasai materi apalagi menerapkan hakikat konsep pembelajaran
dalam kehidupam sehari - hari, siswa merasa jenuh saat mengikuti proses pembelajaran di
dalam kelas, hasil evaluasinya pun tidak maksimal.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa strategi pembelajaran yang tepat digunakan
dalam pembelajaran adalah bersifat penemuan atau dikenal istilah Discovery, yakni
sebuah strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkan sensifitas pola pikir siswa secara
aktif, kritis, dan inovatif. Oleh karena itu pembelajaran yang ideal bagi tingkatan siswa
SD/MI yaitu perlunya menekankan pengalaman secara langsung. Hal ini bertujuan agar
dapat merangsang (stimulasi) sensitif daya pikir siswa terhadap gejala alam yang timbul,
menumbuhkan motivasi pola pikir aktif siswa untuk mengkritisi dan memecahkan
masalah yang ada secara berkelompok tentang fenomena alam yang timbul. Dengan
demikian siswa dapat memahami dan menguasai materi dengan mudah karena mengalami
secara langsung dan bekerjasama. Diharapkan dengan menggunakan strategi discovery ini
dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa ditandai dengan meningkanya hasil belajar
siswa. Maka Proposal ini kami beri judul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Ipa Tema
Udara Bersih Bagi Kesehatan Siswa Kelas V Min 1 Putrajaya Menggunakan Metode
Discovery”.
B. Identifikasi Masalah
1. Mengantuk selama KBM yang menyebabkan siswa kurang memahami terhadap materi
yang disampaikan.
2. Berbicara dengan teman yang dapat menghilangkan fokus siswa terhadap
pembelajaran
3. Pembelajaran kurang menarik yang menyebabkan siswa kurang memahami materi
yang diajarkan
4. Materi yang sulit dipahami yang menyebabkan siswa kurang minat untuk belajar
5. Tugas dari guru yang sulit dikerjan sehingga siswa malas untuk mengerjakan dan
memungkinkan siswa untuk menyontek temannya mengakibatkan siswa kurang
terhadap tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya sendiri.

C. Rumusan Masalah

4
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran Discovery dapat meningkatkan hasil belajar di kelas V
MIN 1 Putrajaya pada pembelajaran IPA?
2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembelajaran
Discovery di kelas V MIN 1 Putrajaya?

D. Definisi Operasional
1. Prestasi belajar
Hamalik berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan
tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. 3 Benyamin
S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi tiga
ranah kognitif terdiri atas: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.4
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan
dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
3. Model pembelajaran Discovery
Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental tersebut
adalah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan,
mengukur, menjelaskan,membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya:
segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud dengan prinsip
antara lain logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam tekhnik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.5

4. MIN 1 Putrajaya

3
Hamalik Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
4
Nurman, 2006: 36
5
Roestiyah, (2012, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 20

5
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Putrajaya terletak di kota Kecamatan Margajaya.
Fasilitas yang tersedia di Madrasah Ibtidaiyah ini cukup lengkap dengan beragam
peralatan yang ada, antaralain yakni adanya laboratorium Komputer, laboratorium
IPA, laboratoriumBahasa, laboratorium Agama, Masjid, dan setiap ruang kelas telah
tersedia LCD/Proyektor untuk proses pembelejaran. Disamping itu di Madrasah
Ibtidaiyah ini disediakan akses wifi gratis untuk menunjang proses pembelajaran.6

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan
Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
IPA di kelas V MIN Putrajaya melalui penerapan metode discovery.
2. Manfaat
a. Siswa
1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa dalam bidang
studi IPA.
2) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar IPA.
b. Guru
1) Memberi wawasan bagi guru pentingnya penerapan strategi Discovery learning
dalam proses pembelajaran IPA.
2) Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang
studi IPA.
c. Sekolah
Menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan
metode Discovery.

F. Kajian Pustaka
1. Faktor faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

6
Metode Diskusi, ‘Kelas / Semester Tema Sub Tema Mata Pelajaran Tahun Pelajaran : V / 1 : Udara Bersih Bagi
Kesehatan : Pentingnya Udara Bersih Bagi Pernapasan : Tematik Terpadu’, 2023.

6
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut munadi dalam hamzah


meliputi faktor internal dan eksternal yaitu:
a. Faktor Internal
1. Faktor Fisiologis
Secara umum, kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam
menerima materi pelajaran.
2. Faktor Psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi
fsikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya. Beberapa faktor psikologis, meliputi intelegensi (IQ), perhatian
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social lingkungan
alam misalnya suhu, dan kelembaban.
2. Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-
tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktorfaktor instrumental ini berupa
kurikulum, sarana, dan guru.7

2. Prinsip-prinsip pembelajaran penemuan discovery learning :


1) Berorientasi pada pengembangkan intelektual. Pembelajaran ini selain berorientasi pada
hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

7
Hamzah dan Nurdin Mohammad, (2004), Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 130-
131.

7
2) Prinsip interaksi, proses pembelajaran pada dasarnya ialah proses interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan interaksi siswa dengan lingkungan.
3) Prinsip bertanya, peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4) Prinsip belajar berpikir, belajar bukan hanya mengingat jumlah fakta, melainkan belajar
adalah proses berpikir (learning how to think), yakni “proses mengembangkan potensi
seluruh otak.” Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5) prinsip keterbukaan, pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan.

3. Pembelajaran IPA di MI
Pembelajaran IPA merupakan interaksi antara komponen-komponen
pembelajaran seperti pendidik, peserta didik, alat atau media belajar dalam bentuk
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan serta kompetensi yang telah
ditetapkan. Samatowa Usman (2010:26). Oleh karena struktur kognitif anak-anak
tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, perlu adanya modifikasi
sesuai dengan tahap perkembangan kognitif mereka mengenai ketrampilan-
ketrampilan proses IPA (Samatowa Usman 2010:5).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah
suatu proses interaksi dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar, guru harus mengetahui kegunaan yang diperoleh dari pelajaran IPA.
Perlu adanya modifikasi pembelajaran sehingga siswa pun merasa senang dalam
pembelajaran dan tidak merasa pembelajaran itumonoton ataupun membosankan.
Tujuan Pembelajaran IPA yaitu :
1. IPA merupakan dasar teknologi sebagai dasar yang cukup luas
2. IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih atau mengembangkan
kemampuan berpikir kritis
3. IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan melalui percobaan-percobaan yang
dilakukan oleh anak

8
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa Usman, 2010:6).

Seperti yang telah diuraikan bahwa IPA mengembangkan kemampuan berpikir


kritis seperti yang dijabarkan di atas, maka dalam pembelajaran IPA memerlukan
model pembelajaran. Ada beberapa pakar yang mendefinisikan mengenai model
pembelajaran, beberapa diantaranya adalah :
E Mulyasa (2003) menjelaskan ada lima model pembelajaran yaitu: (1)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning): (2) Bermain Peran (Role
Playing): (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning): (4)
Belajar Tuntas (Mastery Learning): dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction).
Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011: 133) menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga
model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancang
kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa.
Peneliti berpendapat model yang cocok diterapkan untuk pembelajaran IPA adalah
model pembelajaran Discovery Learning. Model tersebut cocok diterapkan dalam
pembelajaran IPA dikarenakan dalam model tersebut melatih siswa untuk dapat
menemukan, memecahkan masalah dan berinteraksi dengan orang lain8.

G. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
Jika model pembelajaran discovery/ penemuan diterapkan, dapat meningkatkan hasil
belajar/ motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V MIN 1 Putrajaya
Sidoarjo Jawa Timur.

8
B A B Ii, ‘T1_292013236_Bab Ii’, 2010, 6–18.

9
H. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian (Model John Elliott)
Desain penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan desain John Elliott,
model John Elliott juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Lewin.
Elliott mencoba menggambarkan secara lebih rinci langkah demi langkah yang harus
dilakukan peneliti. Ide dasarnya sama, dimulai dari penemuan masalah kemudian
dirancang tindakan tertentu yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut,
kemudian diimplementasikan, dimonitor, dan selanjutnya dilakukan tindakan
berikutnya jika dianggap perlu. Berikut ini adalah bagan model PTK versi John
Elliott.

2. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas V MIN 1 Putrajaya.
Madrasah Ibtidaiyah ini beralamat di Jl. Jend. Sudirman No 69 B Sidoarjo Jawa
Timur. Adapun penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2022.
3. Subyek Penelitian

10
Penelitian Tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas V MIN 1 Putrajaya
dengan jumlah siswa sebanyak 30 yang terdiri dari 15 siswa laki-laki, dan 15 siswa
perempuan.
4. Data yang di perlukan
Nilai hasil ulangan/ evaluasi pembelajaran
5. Instrumenan
Lembar Kerja Siswa(LKS) / instrument penelitian untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi siswa
6. Teknis Analisis Data
Dalam menganalisis data peneliti akan melakukannya secara kualitatif. Setelah
data dikumpulkan melalui hasil wawancara dan dokumentasi, peneliti akan
melakukan perubahan bahasa lisan ketulisan agar dapat mudah dipahami dan
menjelaskan hasil penelitian tersebut.Analis Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran dianalisis
dengan menggunakan persentase. Adapun rumus persentase menurut Sudijono
adalah:
F
P= × 100 %
N
Ket:
P = Angka Persentase
F = Frekuensi Aktivitas Siswa
N = Jumlah Aktivitas Keseluruhan

7. Rencana Pelaksanaan Tindakan


Kegiatan pembelajaran pada tahap pelaksanaan yaitu:
1) Tahap Pendahuluan
a) Guru membuka dengan salam, menanyakan kabar, dan
b) mengecek kehadiran siswa.
c) Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan kebersihan kelas.
d) Guru memberikan apersepsi
e) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
2) Tahap Inti
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

11
b) Guru menyajikan materi sebagai pengantar, mengenai topik
pembahasan untuk mencari permasalahan
c) Guru menjelaskan materi struktur udara bersih dan fungsinya.
d) Guru mejelaskan media yang ada di depan papan tulis
e) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi
yang belum dipahami
f) Guru mengkondusifkan kelas, agar proses pembelajaran menyenangkan
sehingga termotivasi untuk mengikuti materi pembelajaran.
g) Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengingat kembali materi
yang telah yang telah di sampaikan tadi tanpa melihat buku catatan.
h) Siswa menjelaskan ke depan papan tulis guna memperoleh informasi
yang sudah mereka temukan.
3) Tahap Penutup
a) Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar selama sehari
b) Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui
hasil ketercapaian materi)
c) Guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat
tentang pembelajaran yang telah diikuti.
d) Melakukan penilaian hasil belajar.
e) Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-
masing (untuk mengakhiri kegiatan).
4) Tahap Evaluasi
Guru memberikan soal tes siklus untuk dikerjakan oleh siswa.

DAFTAR ISI LAPORAN PENELITIAN

12
Cover

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Definisi Operasional
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian

BAB II Kerangka Teori

F. Faktor faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


G. Prinsip-prinsip pembelajaran penemuan discovery learning
H. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di MI

BAB III Metode Penelitian

A. Desain Penelitian
B. Tempat dan waktu
C. Subyek Penelitian
D. Metode Analisa Data

Sistematika Laporan Penelitian

13
DAFTAR PUSTAKA

Diskusi, Metode, ‘Kelas / Semester Tema Sub Tema Mata Pelajaran Tahun Pelajaran : V / 1 :
Udara Bersih Bagi Kesehatan : Pentingnya Udara Bersih Bagi Pernapasan : Tematik
Terpadu’, 2023

Ii, B A B, ‘T1_292013236_Bab Ii’, 2010, 6–18

Setiyawan, Yudik, ‘No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に


関する共分散構造分析 Title’, 2017, 1–14

Hamalik Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Nurman, 2006: 36

Roestiyah, (2012, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 20

Metode Diskusi, ‘Kelas / Semester Tema Sub Tema Mata Pelajaran Tahun Pelajaran : V / 1 :
Udara Bersih Bagi Kesehatan : Pentingnya Udara Bersih Bagi Pernapasan : Tematik
Terpadu’, 2023.

Hamzah dan Nurdin Mohammad, (2004), Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,

Jakarta: Bumi Aksara, hal. 130-131.

B A B Ii, ‘T1_292013236_Bab Ii’, 2010, 6–18.

14

Anda mungkin juga menyukai