Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS DISCOVERY LEARNING


Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pengembangan Strategi Dan Media Pembelajaran Pai
Dosen Pengampu: Dr. Mualimul Huda, M. Pd.I.

Di Susun Oleh:

Adika (2260500)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan yang berkualitas akan muncul dari sekolah yang memiliki


kualiatas yang baik. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar
yang baik, maka sekolah merupakan titik sentral bagi pendidikan yang maju dan
berkualitas. Dengan demikian,upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah adalah hal yang harus diupayakan tanpa mengenal lelah, kapanpun,
dimanapun dan dalam kondisi apapupun. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Sekolah harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan guru hanya sebagai fasilitator. Artinya selama
proses pembelajaran, guru berfungsi sebagai penyedia atau pembimbing untuk
mempermudah kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dengan begitu, materi PAI yang
dipelajari peserta didik bukan sesuatu yang dicekokkan, tetapi sesuatu yang dicari,
dipahami kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Ini tidak akan
terwujud tanpa adanya belajar yang sungguh-sungguh serta motivasi belajar yang
tinggi1.

model pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dan tidak


terpisahkan dari semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan, materi,
evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan Agama
diperlukan suatu pengetahuan tentang model pembelajaran yang sesuai dengan
Pendidikan Agama, dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh
pengertian dan kemampuan sebagai pendidik yang professional. Guru-guru
Pendidikan Agama Islam masih kurang memahami model pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran yang disampaikan. Kebanyakan guru tidak paham dengan
model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan guru-
1
N Norhidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Pai Smpn-4 Alalak Tahun Pelajaran 2021 …,” Prosiding Pendidikan
Profesi …, 2021, 901–11, https://e-proceedings.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/PPGAI/article/
view/293.
guru tersebut tidak menguasai atau enggan menggunakan metode, media dan model
pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran agama tidak menyentuh aspek-aspek
paedagogis dan psikologis.2

Discovery Learning adalah salah satu metode dalam pengajaran teori


kognitif dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang
melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. Metode pembelajaran discovery
(penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan
mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan dari indifidu yang bersangkutan. Penggunaan
metode discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif
dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.
Merubah modus Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan
dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi discovery learning?
2. Bagaimana karakteristik metode discovery learning?
3. Bagaimana tujuan penggunaan discovery learning dalam pembelajaran PAI?
4. Apa saja langkah-langkah metode discovery learning dalam pembelajaran
PAI?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi discovery learning.
2. Untuk mengetahui karakteristik metode discovery learning.
3. Untuk mengetahui tujuan penggunaan discovery learning dalam pembelajaran
PAI.

2
N U R Hasanah, “Dalam Pembelajaran Pai Pada Materi Bahaya Miras Dan Judi Melalui
Strategi Pembelajaran Discovery Learning Pada Siswa Kelas Viii Smpn 5 Bayat Tahun Pelajaran 2018 /
2019,” 2019, 34–42.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah metode discovery learning dalam
pembelajaran PAI.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Discovery Learning
1. Definisi

Menurut Sund dalam Roestiyah, discovery learning adalah proses mental di


mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip yang dimaksudkan
dengan proses mental tersebut antara lain: Mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjejelaskan, mengukur, membuat
kesinmpulan, dan sebagainya3.

. Para ahli mendefinisikan discovery learning berbeda-beda, sesuai dengan


sudut pandanganya masing-masing:

1. Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa


didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman serta melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

2. Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari
prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman dan yang menjadi dasar ide J.
Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa
yang disebutnya discovery learning, yaitu di mana murid mengorganisasikan bahan
yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
3
ST Karamah, “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI PADA PESERTA St . Karamah Guru SMA Negeri 1 Ogan Komering
Ulu PENDAHULUAN Pendidikan Agama Islam Adalah Usaha Yang Dilakukan Secara Sistematis Dalam
Membimbing Anak Yang,” Jurnal Edukasi 5, no. 2 (2019): 2.
3. Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagian hasil
dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi
sedemikian sehingga ide menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa
dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan
kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan
observasi dan membuat ekstrapolasi.

Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan
hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri4.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan
belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan
sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat

2. Karakteristik Discovery Learning

Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan


masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2)
berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah ada. Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat
ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu :

1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar


2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada
hasil.
5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
4
Karamah.
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
10. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.
11. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
15. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
16. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme tersebut di atas, maka


dalam penerapannya di dalam kelas sebagai berikut:

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar


2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespon.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa
lainnya.
5. Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang terjadinya
diskusi.
6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi
interaktif5.

5
Imam Mahdi et al., “Metode Discovery Learning Dalam,” Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam 8, no. 1 (2019): 154–55.
B. Implementasi model discovery learning dalam pembelajaran PAI

Dalam persiapan pengimplementasian model discovery learning, ada


langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik dan efektif. Diantara langkah-langkah tersebut yaitu:

1. Menentukan tujuan pembelajaran.


2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar dan lain sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari. Menentukan topik-topik
yang harus dipelajari siswa secara induktif.
4. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan lain sebagainya untuk dipelajari siswa6.
5. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke yang komplek.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Adapun dalam pelaksanaan strategi discovery learning di kelas terdapat


beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh pendidik agar dalam
mengimplentasikan strategi tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuan, diantara
prosedur-prosedur tersebut yaitu:

a. Stimulation (Pemberian Rangsangan)

Tahap ini siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang membingungkan,


agar timbul keinginan siswa untuk menyelidiki. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

b. Problem Statement (Identifikasi Masalah)

Pada tahap ini guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran kemudian menentuakan hipotesis dan menganalisisnya pembelajaran
6
Mahdi et al.
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku dan aktivitas belajar lainnya
yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

c. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara
aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Pada tahap ini informasi yang telah didapat siswa baik melalui wawancara,
observasi dan sebagainya kemudian ditafsirkan pada tingkatan tertentu. Data
processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara

logis.

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk


membuktikan benar atau tidaknya hipotesis tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan data hasil proses. Sehingga setelah mencapai tujuan tersebut
atau berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan
atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak

f. Generalitation (Penarikan Kesimpulan)


Pada tahap ini siswa menarik sebuah kesimpulan yang dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Sehingga setelah mencapai tujuan tersebut atau
berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak7

C. Tujuan Pengunaan Discovery Learning Dalam Pembelajaran PAI

Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di


sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan
karena metode ini:

(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;
(2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil
yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3)
pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai
dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan
strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat
dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan
problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

Bell dalam Ratumanan (2002) mengemukakan beberapa tujuan spesifik


dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif


dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.

7
S I Pd, “Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Upaya Pendidikan Agama Islam
Dalam Materi Beriman Kepada Hari Akhir Di Kelas Vi Sdn 1 Sidorejo” 8, no. 1 (2021).
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate)
informasi tambahan yang diberikan

c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.

d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja


bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan
ide-ide orang lain.

e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-


keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan
lebih bermakna.

f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam


beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam
situasi belajar yang baru.

Adapun peran guru dalam penggunaan discovery learning ini antara lain :

a) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat


pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

b) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para


siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat
mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya
dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.

c) Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan
simbolik.

d) Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,


guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya
jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari,
tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru
sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat8.

D. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Penggunaan teknik discovery ini adalah guru berusaha meningkatkan


aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Roestiyah (1998,20). Maka teknik ini
memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak


kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam psroses kognitif/pengenalan
siswa.
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4. Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat.
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7. Strategi itu berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja,membantu bila diperlukan.

Roestiyah (1998,20)

kelemahan yg perlu diperhatikan ialah:

8
Nih Luh Rismayani, “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa,” Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan 1, no. 2
(2013): 1–11.
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar penguunaan teknik ini akan kurang berhasil.
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sempat kecewa bila diganti dengan teknik ini.
4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini trelalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
5. Tidak memberikan kesempatan berpikir secara kreatif9.

9
Rusli Rusli, “Efektifitas Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Pai Di Sekolah Menengah Pertama,” SEUNEUBOK LADA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Sosial,
Budaya Dan Kependidikan 7, no. 1 (2020): 107–17, https://doi.org/10.33059/jsnbl.v7i1.2252.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran discovery learning adalah suatu metode untuk


mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak
akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan
ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Tujuan penggunaan discovery learning ini adalah: (1) merupakan suatu


cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan
menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan
lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan
sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau
ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar
menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa
belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

Daftar Pustaka

Hasanah, N U R. “Dalam Pembelajaran Pai Pada Materi Bahaya Miras Dan Judi
Melalui Strategi Pembelajaran Discovery Learning Pada Siswa Kelas Viii Smpn
5 Bayat Tahun Pelajaran 2018 / 2019,” 2019, 34–42.

Karamah, ST. “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI PADA
PESERTA St . Karamah Guru SMA Negeri 1 Ogan Komering Ulu
PENDAHULUAN Pendidikan Agama Islam Adalah Usaha Yang Dilakukan
Secara Sistematis Dalam Membimbing Anak Yang.” Jurnal Edukasi 5, no. 2
(2019): 2.

Mahdi, Imam, Ibnu Hidayani, Mulyawan, and Hasna Rizky Ramadhan. “Metode
Discovery Learning Dalam.” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1
(2019): 154–55.

Norhidayah, N. “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam


Meningkatkan Prestasi Belajar Pai Smpn-4 Alalak Tahun Pelajaran 2021 ….”
Prosiding Pendidikan Profesi …, 2021, 901–11. https://e-proceedings.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/PPGAI/article/view/293.

Pd, S I. “Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Upaya Pendidikan Agama


Islam Dalam Materi Beriman Kepada Hari Akhir Di Kelas Vi Sdn 1 Sidorejo” 8,
no. 1 (2021).

Rismayani, Nih Luh. “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa.” Jurnal Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan 1, no. 2 (2013): 1–11.

Rusli, Rusli. “Efektifitas Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Pai Di Sekolah Menengah Pertama.” SEUNEUBOK
LADA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Sosial, Budaya Dan Kependidikan 7, no. 1
(2020): 107–17. https://doi.org/10.33059/jsnbl.v7i1.2252.

Anda mungkin juga menyukai