(DISCOVERY LEARNING)
IAIN PALOPO
DOSEN PENGAMPU:
Hasriadi S.Pd., M.Pd.
3
. Iyan Hayan. 2019. Motode Pembelajaran Abad 21 Tanggerang: RUMAH BELAJAR
MATEMATIKA INDONESIA. Hal. 46. Diakses 5 April 2021.
B. Konsep Belajar Discovery Learning
Dalam konsep belajar, strategi discovery learning merupakan
pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep yang dapat memungkinkan
terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang tapak
dalam discovery, bahwa discovery adalah pembentukan kategori-kategori atau
lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan
sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi
(similaritas&difference) yang terjadi di antara objek-objek dan kejadian-kejadian.
Bruner menjelaskan dalam pembentukkan konsep merupakan dua kegiatan
mengkatagori yang berbeda yang menurut proses berpikir yang berbeda pula.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus
berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkatan
perkembangan kognitif peserta didik. Menipulasi bahan pelajaran memiliki tujuan
untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berpikir sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu
enactive, iconic dan symbolic. Pada tahap enactive, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya
dalam memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motoric
seperti melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya. Kemudian pada tahap
iconic, seseorang memahami onjek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. Dan pada tahap symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Pada akhirnya Bruner menjelaskan yang menjadi tujuan dalam strategi
discovery learning adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin dan
ahli mathematic. Melalui kegiatan tersebut peserta didik akan menguasainya,
menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.4
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi, asumsi
pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
Berlawanan dengan para penganut teori perilaku, Bruner yakin bahwa orang
belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya
terjadi di lingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah
orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang
masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model
alam.5
Kemudian Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi
memiliki lima unsur dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila
memahami semua unsur dari konsep itu. Konsep tersebut meliputi sebagai berikut.
1. Nama
2. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negative
3. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
4. Rentangan karakteristik
5. Kaidah (Budiningsi, 2003:43)6
Kemudian Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir yang
berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan
menempatkan contoh atau peristiwa ke dalam kelas dengan menggunakan dasar
kriteria tertentu.
4
M. Hosnan Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pemebelajaran Abad 21 (Bogor: Ghalia
Indonesia) 2014, hlm. 282-283.
5
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011) hlm. 75.
6
Awaluddin Sitorus & Hafni Andriani Harahap. 2019. GERAKAN INOVASI MENDIDIK
BERKARAKTER. Lampung: Swalova Publishing. Hal. 58-59. Diakses 9 April 2021.
Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip
yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaan pembelajaran inquiri dan discovery adalah bahwa pada
discovery masalah yang dihadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang
direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inquiri masalahnya bukan hasil rekayasa,
sehingga peserta didik harus mengarahkan seluruh pikiran dan keterampilannya
untuk mendapatkan temuan-temuan didalam masalah itu melalui proses
penelitian.
Model Discovery Learning ini memiliki pola strategi dasar yang dapat
diklasifikasikan kedalam empat strategi belajar, yaitu penentuan problem,
perumusan hipotesis, pengumpulan dan pengelolaan data, dan merumuskan
masalah.7
Adapun ciri utama belajar menemukan, yaitu : (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan
menggeneralisasikan pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Ada
sejumlah ciri-ciri proses pemebelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
kontrukvisme, yaitu sebagai berikut:
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar peserta didik.
3. Memandang peserta didik sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang
ingin dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan
menekankan pada hasil.
5. Mendorong peserta didik untuk mampu melakukan penyelidikan.
6. Menghargai peranan pengalaman krisis peserta didik.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
8. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
7
. Hari Wibowo. 2020. Model dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia . Depok: PURI
CIPTA MEDIA. Hal. 14. Diakses 5 April 2021.
9. Banyak menggunakan terminology kognitif untuk menjelaskan
pembelajaran (prediksi, inferensi, kreasi dan analisis).
10. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
11. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Memperlihatkan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
15. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pengalaman nyata.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut,
penerapannya di dalam kelas, yakni sebagai berikut:
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespons.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
4. Siswa secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa
lainnya.
5. Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menonton dan
menantang terjadinya diskusi.
6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-
materi interaktif.8
Dari uraian teori belajar kognitif serta ciri dan penerapan teori
konstrukvisme tersebut diatas dapat melahirkan model discovery learning.
Melalui model ini diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat
sehingga nantinya siswa memiliki keterampilan dan kecakapan dalam hidup.
8
M. Hosnan Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pemebelajaran Abad 21 (Bogor: Ghalia
Indonesia) 2014, hlm. 184.
D. Tujuan Model Discovery Learning
. H. Sadijan. 2019. Dwija Utama: Forum Komunikasi Pengembangan Profesi Pendidik Kota
11
12
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm.200
6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.13
13
Afria Susana. 2019. Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Multimedia Interaktif
Bandung: TATA AKBAR. Hal. 9-10. Diakses 5 April 2021.
DAFTAR PUSTAKA