Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SD


“Model Pembelajaran Discovery Learning”

Disusun Oleh:

Andi Nisa Afadilla Lukman


1947141020
C19C

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KAMPUS V PAREPARE
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan materi “Model
Pembelajaran Discovery Learning” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia SD.
Makalah ini disajikan secara sistematis dan dengan pemikiran-pemikiran
yang relevan, sehingga mempermudah pembaca untuk memahaminya. Dalam
makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai materi
yang disajikan.
Akhirnya besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan semua orang yang membaca pada umumnya.

Parepare, 30 Mei 2021

Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan Indonesia baru-baru ini mengganti koridor acuan
pelaksanaan pendidikannya atau menggati kurikulumnya dari kurikulum KTSP
(Kurikulum 2006) ke kurikulum baru yang kita kenal dengan istilah Kurikulum
2013 (K-13). Sangat berdampak besar pada pelaksaan pendidikan pada masing-
masing satuan pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
menengah atas bahkan sampai jenjang perguruan tinggi. Hasil dari perubahan
kurikulum tersebut belum dapat langsung kita lihat hasilnya karena merupakan
penggatian sesuatu yang krusial dan bersifat sistematis. Karenanya perlu waktu
lebih untuk dapat menikmati hasil dari penerapan kurikulum tersebut. Jika dilihat
dari visi dan strukturnya, Kurikulum 2013 (K-13) lebih menekankan pada
pendidikan moral dalam hal ini pendidikan spiritual.              
Demi keefektivitasan penerapannya dilapangan, kurikulum 2013
menganjurkan beberapa model pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru-guru
sebagai tenaga pendidik disekolah. Tepatnya terdapat empat anjuran model
pembelajaran, yaitu model pendekatan scientific, model pembelajaran berbasis
masalah (Based Problem Learning), model pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) dan model pembelajaran berbasis proyek ( Based Project Learning ).
Dari keempat model pembelajaran tersebut , model pendekatan scientific yang
paling dianjurkan , hanya saja tidak di semua sekolah dan tingkat satuan
pendidikan model ini cocok untuk diterapkan karena karakteristik peserta didik
yang berbeda-beda serta pengaruh dari faktor luar lainnya seperti lingkungan dan
budaya setempat. Sebagai alternative kita bisa menggunakan model pembelajaran
yang lain yang sesuai, seperti model pembelajaran penemuan (Discovery
Learning). Pengetahuan akan keempat model pembelajaran ini merupakan sesuatu
yang mutlak bagi seorang tenaga pendidikan dalam hal ini guru yang merupakan
pelaksana utama di tingkta satuan pendidikan. Terkhusus pada model
pembelajaran penemuan dan model pembelajaran berbasis masalah , dua dari
empat model pembelajaran yang dianjurkan ini masih kurang dieksplor , dikenal
dan dipahami oleh guru pada umumnya karena kebanyakan menerapkan model
pendekatan scientific. Padahal kedua model ini juga merupakan model
pembelejaran yang berpotensi sangat efektif jika diterapkan secara utuh , terarah
dan terstruktur.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Discovery Learning?
2. Bagaimana Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning?
3. Apa saja kelebihan serta kelemahan dari model pembelajaran Discovery
Learning?
4. Model pembelajaran Discovery Learning baiknya digunakan pada materi
pembelajaran apa?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran Discovery Learning.
2. Mengetahui Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning.
3. Mengetahui kelebihan serta kelemahan dari model pembelajaran
Discovery Learning.
4. Mengetahui materi serta pembelajaran apa yang sesuai dengan model
pembelajaran Discovery Learning,
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini
menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap
suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses
pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan
penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-
prinsip untuk diri mereka sendiri.
Model discovery-inquiry atau discovery learning menurut
Suryosubroto (2002) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain,
sebelum sampai kepada generalisasi. Discovery adalah proses mental yang
membuat siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses
mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan
yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di
kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya
discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi
sebagia hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan
mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan
informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan
(conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran
dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan
observasi dan membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran
yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada
pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru
mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan
eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip
atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri.
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai
dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan
bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan
oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir
analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.
II. Langkah-langkah Discovery Learning
Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning :
1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah
sebagai berikut: ·
 Menentukan tujuan pembelajaran ·
 Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya) ·
 Memilih materi pelajaran. ·
 Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi) ·
 Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa ·
 Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik · Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah).
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik
diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi
yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai
hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasari generalisasi
III. Kelebihan dan Kelemahan Discovery Learning
 Kelebihan discovery learning
1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

(problem solving)

2. Dapat meningkatkan motivasi

3. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa

4. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berpikir dan

menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

5. Menimbulakan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong

ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat

6. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.

7. Melatih siswa belajar mandiri

 Kekurangan discovery learning

1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah fahaman

antara guru dengan siswa

2. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar

yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator,

motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru

ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu

yang banyak. Dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak

banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.

3. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan

ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dab proses
penemuannya adalah dengan bimbingan guru (Hamalik, 1986: 122).

4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi

secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan

6. Tidak dapat digunakan dengan jumlah siswa yang banyak.

7. Tidak berlaku untuk semua topik .

IV. Materi yang Sesuai dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Seperti yang kita ketahui Bersama bahwa model pembelajaran Discovery

Learning atau Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan

pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,

melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.

Bahasa adalah alat komunikasi yang utama. Keterampilan berbahasa dibagi

menjadi empat yaitu menyimak, berbicara mambaca, menulis. Dalam

pembelajaran bahasa Indonesia terdapat beberapa keterampilan berbahasa yang

perlu dikuasai oleh peserta didik salah satunya ialah keterampilan

menulis.Menurut Tarigan (2008, hlm. 3) menulis merupakan suatu jenis

keterampilan berbahasa yang dipergunakan oleh seseorang sebagai alat untuk

berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan menulis,

seseorang dapat menuangkan ide dan gagasannya di dalam tulisan.

Model pembelajaran Discovery Learning ini sangatlah baik digunakan dalam


pembelajaran Bahasa Indonesia dimana dalam beberapa materi yang ada dalam

pelejaran Bahasa Indonesia yang diajarkan banyak yang menekankan siswa untuk

melakukan sebuah penemuan. Jadi, model pembelajaran ini sangat cocok pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia yang lebih banyak focus ke bagaimana siswa

dapat memahami pembelajaran berdasarkan apa yang telah mereka telusuri atau

penemuan yang dimana mampu membuat siswa lebih aktif lagi dalam

pembelajaran.

Sebagai contoh dalam materi Menyusun teks laporan hasil observasi. Pada

materi ini siswa diharapkan melakukan sebuah kegiatan penelitian yang

menghasilkan sebuah penemuan. Guru dapat menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning ini misalnya dengan menggunakan media puzzle sebagai

salah satu alternatif pembelajaran Menyusun teks laporan hasil observasi yang

dimana diharapkan mampu memudahkan siswa dalam menyusun teks laporan

hasil observasi secara tertulis serta siswa juga dapat lebih aktif dalam

pembelajaran.

Selain pada materi Menyusun teks laporan hasil observaasi, model

pembelajaran Discovery Learning ini juga dapat digunakan dalam materi teks

anekdot. Penerapan metode discovery learning dalam pembelajaran menulis teks

anekdot dapat dilakukan dengan cara siswa belajar aktif, berorientasi pada proses

pembelajaran, untuk mencari pengetahuan sendiri, mengarahkan sendiri dan

reflektif. Dengan menerapkan metode discovery learning dalam penelitian ini,

diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks anekdot pada siswa.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model

pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada

pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui

keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong

siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan

memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri

mereka sendiri.

Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran

penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus

bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan

mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir

kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi

informasi.

Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di

antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak

semua siswa dapat melakukan penemuan.

B. SARAN

Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk


materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan

agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat

diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya

melibatkan beberapa siswa saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan

keaktifan seluruh siswa.

Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah diusahakan

oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk

memberikan siswa pengalaman langsung.


DAFTAR PUSTAKA

Diknas, P. (2020, January 29). Mengenal Model Pembelajaran Discovery Learning.


Retrieved from Pgdiknas Kemendikbud: http://pgdikdas.kemdikbud.go.id/read-
news/mengenal-model-pembelajaran-discovery-learning
Neni Triyani, S. R. (2018). PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING PADA
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT. Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra, 713-715.
Physics, Z. (n.d.). makalah model discovery learning. Retrieved from Blogspot:
https://zoetrianiphysics.blogspot.com/2015/06/makalah-model-discovery-
learning.html
Susanto, H. (2016, January 8). Model Pembelajaran Discovery Learning. Retrieved from
Bagawanabiyasa: https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/01/08/model-
pembelajaran-discovery-learning/

Anda mungkin juga menyukai