Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tentang

“Strategi Pembelajaran Berbasis Penemuan”

Dosen Pembimbing : Siti Munawarah, M.Pd

DI SUSUN OLEH KELOMPOK : 7


AFRIYANTI
ANITA
NOFITA SARI

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BENGKALIS
2019 M / 1441 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil
diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah ini adalah”Strategi
Pembelajaran Berbasis Penemuan”
Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan.
Sehingga dapat dijadikan bahan Referensi. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata
saya ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk ke depan.

Bengkalis, 26 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
BABA II PEMBAHASAN ..................................................................................
A. Model pembelajaran penemuan ..............................................................
B. Tujuan Model Pembelajaran Penemuan .................................................
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan .................
D. Pembelajaran Penemuan Terbimbing .......................................................
E. Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing .....................................
F. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing ...............................
BAB III PENUTUP .............................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mempelajari strategi pembelajaran, maka tidak akan lepas dari model
pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu rancanan yang di dalamnya
menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru
dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Model
pembelajaran mempunyai banyak jenis, salah satu nya yaitu model pembelajaran
penemuan.
Model pembelajaran penemuan merupakan model pembelajaran yang
mengacu pada keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk melanjutkan
pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Di Indonesia Model
pembelajaran penemuan sering diterapkan karena mempunyai banyak
keuntungan, diantaranya yaitu siswa akan belajar bagaimana belajar (learning
how to learning)
Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah makalah yang berjudul “Model
Pembelajaran Penemuan ” dengan harapan agar makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca secara lebih rinci mengenai konsep dasar
model pembelajaran penemuan itu sendiri secara lebih rinci .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hakikat, kelebihan dan jenis dari kelebihan model
pembelajaran penemuan?
2. Bagaimanakah penerapan dari model pembelajaran penemuan khususnya
pembelajaran penemuan terbimbing ?

1
C. Tujuan
Sebagaiman rumusan masalah di atas maka tujuan serta manfaat yang dapat
diambil yaitu:
1. Mengetahui hakikat, kelebihan dan jenis dari kelebihan model
pembelajaran penemuan.
2. Mengetahui penerapan dari model pembelajaran penemuan khususnya
pembelajaran penemuan terbimbing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan

Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan


siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa
untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang
menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner
memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana
murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai
hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan
informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar
penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu
hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau
proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang
digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran
penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya

3
ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi
sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa
yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Melalui pembelajaran penemuan, diharapkan siswa terlibat dalam
penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk
menemukan hukum atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut.
Pembelajaran penemuan disusun dengan asumsi bahwa observasi yang teliti dan
dilakukan dengan hati-hati serta mencari bentuk atau pola dari temuannya (dengan
cara induktif) akan mengarahkan siswa kepada penemuan hukum-hukum atau
prinsip-prinsip.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam
kehidupan bermasyarakat.
B. Tujuan Model Pembelajaran Penemuan
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi
siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan
pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.

4
4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta
mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna.
6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan
1. Kelebihan Model Pembelajaran Penemuan
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-
temukan).
c. meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
(problem solving).
d. Dapat meningkatkan motivasi siswa.
e. Menimbulakan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong
ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
f. Melatih siswa belajar mandiri
g. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan
guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
h. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi
dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses
menemukanya.
i. Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
j. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
k. Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan
dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

5
2,. Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.


b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di
lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan
model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

D. Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru


membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk
berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4)
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran
penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-
petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing
adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat
”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk
dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery
learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap
perencanaan menurut Bruner, yaitu:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi).

6
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati &
Prasetya Irawan dalam Budiningsih, 2005:50).
Carin (1993) memberikan petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan
pembelajaran penemuan terbimbing sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa.


2. Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan.
3. Menentukan lembar pengamatan untuk siswa.
4. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.
5. Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu
atau secara kelompok yang terdiri dari 2,3 atau 4 siswa.
6. Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa
untuk mengetahui kesulitan yang mungkin timbul atau kemungkinan
untuk modifikasi.

Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993a) menyarankan hal-hal sebagai


berikut:

1. Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan dan prosedur


kegiatan yang dilakukan.
2. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur
kegiatan yang dilakukan.
3. Sebelum kegiatan dilakukan menjelaskan pada siswa tentang cara
bekerja yang aman.
4. Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan.
5. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan
alat dan bahan yang digunakan.
6. Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.

7
E. Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Tahap-Tahap Kegiatan Guru


Menjelaskan Menyampaikan tujuan pembelajaran
Tujuan/mempersiapkan Memotivasi siswa dengan mendorong siswa
siswa terlibat dalam kegiatan
Orientasi siswa pada Memberikan masalah sederhana yang
masalah berkenaan dengan materi pembelajaran
Merumuskan hipotesis Membing siswa dalam merumusknan
hipotesis sesuai dengan masalah yang ada
Melakukan kegiatan Membimbing siswa melakukan kegiatan
penemuan penemuan dengan mengarahkan siswa untuk
memperoleh informasi yang diperlukan
Mempresentasikan hasil Membimbing siswa dalam menyajikan hasil
kegiatan penemuan kegiatan, merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
Mengevaluasi kegiatan Mengevaluasi langkah-langkah kegitan yang
penemuan telah dilakukan
Pembelajaran penemuan terbimbing pada dasarnya berusaha untuk
memadukan metode teknik pengajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered) dengan teknik pengajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Penemuan terbimbing membantu siswa belajar untuk mempelajari dan
mendapatkan pengetahuan dan membangun konsep yang secara unik mereka
miliki karena mereka menemukan sendiri. Penemuan terbimbing adalah
bagaimana (maha)siswa mampu menyususn kembali data, agar mereka mampu
berkembang melampaui fakta sebelumnya dan menyusun konsep baru. Penemuan
terbimbing melibatkan siswa menemukan pengertian-pengertian mereka sendiri,
dalam hal pengorganisasian (Carin, 1993).

8
F. Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery
Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan,
1990:198). Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau
menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat
permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong
eksplorasi.
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
3. Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya
(Djamarah, 2002:22).

9
4. Data processing (pengolahan data).
Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan
pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan
baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis.
5. Verification (pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya
dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
(Junimar Affan, 1990:198).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu
model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan
konstruktivisme. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk
terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai
pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri
mereka sendiri. Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan.
Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa,
memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban.
Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan untuk
berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara
mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi
informasi. Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa
kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan
membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat melakukan
penemuan.
2. Aplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur
yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum adalah: Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Problem
statement (pernyataan/ identifikasi masalah), Data collection
(pengumpulan data), Data processing (pengolahan data), Verification
(pentahkikan/pembuktian), menarik kesimpulan (generalisasi).

11
B. Saran
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk
materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan
agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat
diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya
melibatkan beberapa siswa saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan
keaktifan seluruh siswa. Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll)
haruslah diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode
ini, tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung..

12
DAFTAR PUSTAKA

Ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/peningkatan-hasil-belajar-matematika

Elvira-yunita-utami.Penerapan Metode Dicsovery Learningpada Pembelajaran


Matematika dalam Usaha Peningkatan Motivasi Pembelajaran Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Neg 2 Pengasih Kabupatan.Kulon Progo

http-3A-2Findex-of-ppt.com-2FMetode-2Pembelajaran-2FDiscovery-2FLearning-
2F

13

Anda mungkin juga menyukai