Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia yang selalu diiringi dengan pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang kearah yang lebih baik. Tidak adakehidupan manusia yang tidak bergerak. Pada umumnya, semua kehidupan itu bermuara pada pendididkan, karena pendidikan adalah pencetak kehidupan manusia. Adanya peerkembangan kehidupan, pendidikan pun mengalami dinamika yang semakin lama semakin berkembang dan berusaha beradaptasi dengan gerak perkembangan yang dinamis tersebut. Itulah sebabnya, pendididkan yang diterapkan pada siswa khususnya siswa dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sekarang tidak sama dengan pendidikan yang di lakukan oleh orang tua kita dulu. Maka dari itu kita membutuhkan inovasi pembelajaran agar siswa menjadi bersemangat, mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk membuat sebuah inovasi pembelajaran di Indonesia khusnya inovasi pembelajaran PAUD, kita perlu mengetahui model-model pembelajaran untuk anak usia dini. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran dari Froebel. Dengan mengetahui salah satu model pembelajaran diatas diharapkan sebagai calon guru yang baik, pendidik dapat mempunyai bekal yang cukup untuk nantinya merancang model pembelajaran yang individual terutama untuk anak usia dini yang berkebutuhan khusus.

B. Rumusan Masalah 1. Siapa Friederich Wilhelm Froebel? 2. Bagaimana pandangan dasar Froebel tentang pendidikan? 3. Bagaimana implementasi pandangan Froebel pada pendidikan anak usia dini?

C. Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan profil Friederich Wilhelm Froebel. 2. Untuk mendeskripsikan pandangan dasar Froebel tentang pendidikan. 3. Untuk mendeskripsikan implementasi pandangan Froebel pada pendidikan anak usia dini.

BAB II PEMBAHASAN

A. Profil Friederich Wilhelm Froebel Friederich Wilhelm August Froebel dilahirkan pada tanggal 21 April 1782 di Oberweissbach, Jerman, sebagai anak bungsu dari enam bersaudara. Ayahnya, pendeta Johann Jakob Froebel melayani enam desa di daerah tersebut. Ibunya meninggal pada saat ia berumur sembilan bulan. Pada tahun 1792 Paman dari pihak ibunya yang bernama Johann Cristoph Hoffmann yang melayani di Stadtilm, mengambil Froebel muda yang baru berusia sepuluh tahun dan memeliharanya selama 5 tahun. Bersama pamannya Froebel muda merasakan kasih dan penghargaan sebagai seorang anak. Friedrich Wilhelm Froebel dikenal sebagai bapak taman kanak -kanak. Konsep Froebel Tentang anak dan pendidikan sebagian berdasar pada konsep kedewasaan, yang juga dikemukakan oleh Comenius dan Pestalozzi. Menurut pandangan ini, peran pendidik adalah mengamati proses kedewasaan alami anak dan memberikan kegiatan yang membuat mereka mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika mereka siap mempelajarinya. Pada musim panas tahun 1797, Froebel pindah ke Hirschberg dekat perbatasan ke Bavaria dan belajar tentang perhutanan, penilaian, land surveying serta geometri. Tahun 1800 Froebel belajar di Universitas Jena dan tepat pada tanggal 10 Februari 1802 Ayah Froebel, Pendeta Johann Jakob Froebel meninggal, pada saat itu Froebel muda bekerja sebagai rimbawan (forester). Froebel belajar arsitektur di Universitas Frankfurt tahun 1804. Tahun 1805 Froebel mulai mengajar di sekolah milik Anton Gruner di Frankfurt, tahun 1807 Ia menuliskan sebuah surat kepada kakaknya, ia menjelaskan tentang cita-citanya untuk membangun sebuah sekolah. Pada tahun 18081810 Froebel mengunjungi sekolah Pestalozzi di Yverdun dan menyerap halhal yang diamatinya di sana diantaranya : lingkungan sekolah yang lebih permisif, menekankan pada alam, obyek-obyek pelajaran.

Tahun 1813-1814 Froebel bergabung dengan pasukan sukarela bagi angkatan bersenjata Prusia di Ludzow dan bertemu dengan dua orang muda yang kemudian menjadi sahabat dan rekan yang mendukungnya dalam dunia pendidikan yaitu : Langenthal dan Middendorf. Dimulai pada tahun 1817 Ia dapat mendirikan sekolah di Keilhau, tahun 1826 Ia menerbitkan bukunya yang pertama yang berjudul The education of man dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1885. Ia juga menciptakan 500 kotak kubus kayu yang kemudian dipakainya dalam pendidikan taman kanak-kanak. Pada tahun 1831 Froebel diundang ke Switzerland untuk membuka sekolah dan ia tinggal di sana selama 5 tahun. Setelah tinggal sebentar di Berlin, Froebel pindah ke Blankenburg dan membuka pendidikan pra sekolah. Ia mebuat konsep tentang kotak kubus (gifts), permainan-permainan, lagu-lagu, cerita, kerajinan tangan, sebagai sarana belajar bagi anak-anak pra sekolah pada tahun 1837. Kemudian pada tanggal 28 Juni 1840 Froebel membuka sekolah taman kanak-kanak yang pertama ditandai dengan adanya sebidang tanah di lingkungan sekolah yang dipakai sebagai tempat anak-anak bercocok tanam dan memelihara tanaman. Tahun 1847 terdapat 7 sekolah taman kanak-kanak dibuka di Jerman, tahun 1848 mencapai 40 buah sekolah taman kanak-kanak dibuka di seluruh Jerman. Dan pada 1849 dimulai adanya pelatihan bagi guru taman kanak-kanak dan kemudian Froebel meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1852.

B. Pandangan Dasar Froebel Tentang Pendidikan Menurut Froebel, hakikat mendidik adalah membangkitkan manusia sebagai makhluk yang sadar, berpikir, dan mengerti sehingga dapat menterjemahkan hukum Tuhan di muka bumi. Pendidikan harus dimulai dari dalam diri anak dan tidak memaksakan dari luar ke dalam diri anak (Sofia Hartati, 2005: 42). Menurut Sujiono (2011: 109), terdapat 3 prinsip didaktik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu:

1. Otoaktivitas yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan anak sendiri dan bersifat individual, pengembangan otoaktivitas merupakan prinsip utama. Anak didik harus didorong untuk aktif sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan (pekerjaan) yang produktif 2. Kebebasan, yaitu perlu lingkungan terbuka. Otoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan kesempatan dalam suasana bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai potensinya masing-masing. Melalui suasana bebas atau merdeka, anak akan memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasi atau daya khayalnya, terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak. 3. Pengamatan, terhadap alam sekitar melalui eksplorasi dan keingintahuan. Kegiatan ini dimaksudkan terutama dalam mengembangkan seluruh indra anak. Prinsip ini selaras dengan apa yang telah dikemukakan Pestalozzi terdahulu. Agar pembelajaran tidak verbalistik maka anak harus diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan terhadap berbagai kondisi lingkungan alam di sekitar. Pada lingkungan alam yang jauh atau sulit untuk diamati maka dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip peragaan. Pendidik dapat meragakan hal-hal yang tidak mungkin diamati anak secara langsung, baik berupa lingkungan fisik, sosial maupun keagamaan. Froebel percaya bahwa situasi pembelajaran bagi anak usia dini haruslah mencerminkan 3F, yaitu (Sujiono, 2011: 109): 1. Fridge (perdamaian) dalam pergaulan anak, pendidik dan orang-orang di sekitar. 2. Frevde (kegembiraan) selama proses pembelajaran. 3. Frabeit (kemerdekaan) adanya kebebasan dalam situasi dan kondisi iklim pendidikan yang kondusif. Morrison (2012: 67) mengungkapkan bahwa Froebel meyakini bahwa perkembangan terjadi sebagian besar lewat kegiatan individual dan permainan. Konsep kedewasaan dan pembelajaran lewat permainan adalah

dua kontribusi terbesar Froebel dalam pendidikan anak usia dini. Mainan adalah objek untuk digunakan anak sesuai dengan instruksi guru sehingga mereka dapat belajar tentang bentuk, ukuran dan warna dan konsep yang ada dalam menghitung, mengukur dan membandingkan. Kegiatan adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan beragam keterampilan lewat kegiatankegiatan seperti menjahit dengan papan jahit, menggambar dengan mengikuti titik-titik, membuat bentuk dengan tanah liat, menggunting, memasang manik-manik, menenun, menggambar, menempelkan dan melipat kertas. Froebel juga berpendapat bahwa terdapat 3 prinsip yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini: 1) the gifts: adalah sejumlah benda yang dapat diraba dan dapat dimainkan oleh anak-anak dengan caracara tertentu. Menurut Froebel bola melambangkan keutuhan alam semesta, 2) the occupations adalah serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi artistik, 3) the mothers play, adalah lagu-lagu dan permainan atau games yang dirancang khusus untuk kegiatan sosial dan pengenalan anak terhadap alam sekitarnya. Froebel menulis, Semua adalah kesatuan, semua berada dalam kesatuan, segalanya berasal dari kesatuan, berusaha dan menuju kesatuan, dan akhirnya kembali ke kesatuan. Bagi Froebel, sumber dari semua kesatuan adalah kesatuan (keesaan) yang menyebar ke semua yakni Tuhan. Tujuan taman kanak-kanaknya adalah membawa anak pada kesatuan dengan Tuhannya masing-masing. Permainan dan kegiatan sendiri merupakan sarana yang mampu memacu perkembangan anak, dan lewat pengungkapan diri yang kreatif, perasaan indera dan kehidupan harmonis dengan orang lain, anak akan mencapai suatu kesatuan. Untuk meyakinkan bahwa anak-anak akan belajar lewat permainan dan kegiatan sendiri, Froebel merancang serangkaian keterampilan dan kesibukan. Alat-alat keterampilan yang terdiri dari bola yang dirajut, seperti bola kayu, silinder, kubus, potongan berbentuk bata, permukaan, garis, titik (buncis, lentils, biji, dan batu kerikil), tombak lembut atau bola lilin, dan batang atau jerami yang runcing. Alat kegiatan berupa zat yang padat (tanah liat plastic,

bahan kardus dan pahatan kayu), permukaan (melipat kertas, menggunting, mosaic dari kayu, dan mengecat), dan garis (merangkai biji, buncis, dan melubangi kertas). Selain itu ada nyanyian, mainan, permainan jari, gerak dan tari yang tergolong keterampilan dan kegiatan. Froebel juga menemukan dan mengembangkan suatu alat permainan yang disebut dengan Spielformen. Nama tersebut berasal dari kata spiel=permainan, die formen=bangunan, formen=membentuk. Secara

harafiah, Spielformen dapat diartikan sebagai bangunan permainan atau permainan membentuk. Alat permainan tersebut merupakan bahan-bahan belum jadi yang dapat disusun anak menjadi bangunan permainan yang dapat menumbuhkan otoaktivitas pada anak. Spielformen terbagi ke dalam beberapa jenis. Jenis spielformen yang paling menarik adalah spielgaben. Alat permainan ini dilakukan dengan cara bernyanyi sambil menanamkan berbagai pengertian pada anak tentang ke sini, ke sana, di sini, di sana, di atas, di bawah, menangkap, melempar, menggelinding, memantul, dan sebagainya. Jenis spielformen yang lain adalah gambar-gambar mozaik yang dapat disusun anak menjadi suatu gambar yang besar dan menarik. Ide pada alat permainan Froebel merupakan ide dasar yang sangat relevan dengan pengembangan konsep life skill (life skill curriculum) yang saat ini banyak menjadi pusat perhatian para ahli pendidikan anak modern. Alat permainan tersebut memungkinkan anak memberdayakan bahan-bahan mentah di lingkungan sekitar menjadi sesuatu hal yang produktif, inovatif, dan kreatif.

C. Implementasi Pandangan Froebel Pada Pendidikan Anak Usia Dini Froebel melaksanakan pandangan teorinya di sekolahnya yang bernama kindergarten. Pelaksanaan pandangan Froebel tersebut memiliki tujuan, di antaranya (Sofia Hartati, 2005: 45):

1. Memberikan pendidikan bagi anak yang berusia 3 sampai 7 tahun. Hal ini didasarkan bahwa pendidikan di rumah pada waktu itu sama sekali belum mencukupi. 2. Memberi bantuan kepada para ibu dalam mendidik anak. 3. Mendidik dan menyiapkan para calon ibu dalam teori dan praktek untuk menjadi pimpinan di Kindergarten dan dapat memenuhi tugasnya sebagai ibu dalam keluarga. Menurut Froebel, sebuah Taman Kanak-Kanak (TK) wajib memiliki halaman yang cukup luas untuk bermain dan berkebun. Froebel

mengembangkan dan menanamkan pada anak tentang kecintaan pada lingkungan sekitar seperti tumbuhan dan binatang. Kegiatan yang dilakukan adalah berkebun dan memelihara binatang ternak. Di TK, anak diberikan kebebasan bermain, bekerja, dan berinteraksi sesama teman. Interaksi antar anak dapat mengembangkan potensi sosial di antara anak. Di TK harus terdapat banyak permainan speilformen. Proses pembelajarannya dalam bentuk kegiatan bermain, bercerita, bercakap, menyanyi, melakukan keterampilan, berkebun, gerak badan, dan menggambar. Menurut Froebel (dalam Sujiono, 2011: 110) pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini dianggap baik apabila: 1. Pengalaman belajar anak hendaknya dirancang melalui suatu kegiatan yang berpusat pada anak dengan menyiapkan lingkungan yang dapat mendorong proses belajar melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan 2. Orang tua dan guru sebaiknya bekerja sama dalam hal mendukung anak memperoleh pengalaman 3. Anak diberi kesempatan untuk mendapat berbagai pengetahuan dan kegiatan yang lebih kompleks 4. Anak belajar menyukai buku dan mampu berbahasa dengan caranya sendiri melalui aktifitas bercerita 5. Anak harus belajar bahwa jawaban atas suatu persoalan tidak hanya saru jawaban yang benar

6. Kegiatan yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang bervariasi 7. Tahapan perkembangan membaca dan menulis harus diberikan melalui pengalaman nyata melalui suatu peristiwa kinestetik. Kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan metode Froebel, antara lain: bermain lilin, kayu kotak-kotak, menggunting kertas, menganyam, meronce, menggambar, menyulam, bahasa dan aritmatika. Sedangkan implementasi pandangan Froebel terhadap PAUD

berkebutuhan khusus yaitu: 1. Dalam pembelajaran, anak diajak untuk ke ruangan terbuka sehingga anak dapat mendapatkan pengalaman secara langsung. 2. Dalam pembelajaran menggunakan benda konkrit, sehingga anak tidak mengalami kesalahan persepsi mengenai konsep yang diajarkan. Hal ini dikarenakan sebagian besar ABK tidak dapat berpikir abstrak. 3. Pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan karakteristik ABK. 4. Materi pembelajaran yang diberikan bersifat fungsional. 5. Dalam pembelajaran, ABK diberikan kebebasan dan didorong untuk aktif agar dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki. 6. Pembelajaran lebih diarahkan pada kegiatan permainan. 7. Pembelajaran PAUD pada ABK diharapkan berlangsung juga di lingkungan keluarga, sehingga guru perlu bekerjasama dengan orang tua agar pembelajaran berjalan lebih maksimal 8. Guru mengajak anak untuk bercerita, bernyanyi dalam menyampaikan pembelajarn agar anak menyukai buku dengan cara yang menyenangkan.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 1. Friederich Wilhelm August Froebel dilahirkan pada tanggal 21 April 1782 di Oberweissbach, Jerman. Friedrich Wilhelm Froebel dikenal sebagai bapak taman kanak-kanak. Konsep Froebel Tentang anak dan pendidikan sebagian berdasar pada konsep kedewasaan, yang juga dikemukakan oleh Comenius dan Pestalozzi. Menurut pandangan ini, peran pendidik adalah mengamati proses kedewasaan alami anak dan memberikan kegiatan yang membuat mereka mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika mereka siap mempelajarinya. Froebel meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1852. 2. Terdapat 3 prinsip didaktik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu: otoaktivitas, kebebasan, dan pengamatan. Froebel percaya bahwa situasi pembelajaran bagi anak usia dini haruslah mencerminkan 3F, yaitu: Fridge (perdamaian) dalam pergaulan anak, pendidik dan orang-orang di sekitar, Frevde (kegembiraan) selama proses pembelajaran, dan Frabeit (kemerdekaan) atau adanya kebebasan dalam situasi dan kondisi iklim pendidikan yang kondusif. 3. Implikasi dari pandangan Froebel pada PAUD yaitu sebuah Taman KanakKanak (TK) wajib memiliki halaman yang cukup luas untuk bermain dan berkebun. Kegiatan yang dilakukan adalah berkebun dan memelihara binatang ternak. Di TK, anak diberikan kebebasan bermain, bekerja, dan berinteraksi sesame teman. Interaksi antar anak dapat mengembangkan potensi sosial di antara anak. Di TK harus terdapat banyak permainan speilformen. Proses pembelajarannya dalam bentuk kegiatan bermain, bercerita, bercakap, menyanyi, melakukan keterampilan, berkebun, gerak badan, dan menggambar.

10

DAFTAR PUSTAKA

Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Maryatun, Ika Budi & Nur Hayati. 2010. Pengembangan program pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kementrian Pendidikan Nasional diunduh pada tanggal 8 November 2013 dari alamat http://staff.uny.ac.id. Morrison, George S. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), terjemahan dari fundamentals of early childhood education, edisi kelima. Jakarta: PT. Indeks. Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

11

Anda mungkin juga menyukai