Anda di halaman 1dari 13

Friedrich Fröbel

Friederich Wilhelm August Fröbel (atau Froebel; lahir di Oberweißbach, Saalfeld-


Rudolstadt, Thüringen, Jerman, 21 April 1782 – meninggal di Schweina,
Wartburgkreis, Thüringen, Jerman, 21 Juni 1852 pada umur 70 tahun) yaitu salah
satu tokoh pendidikan yang karya dan pemikirannya sedang dijadikan acuan untuk
alam pendidikan modern sampai saat ini.[1] Froebel yaitu seorang tokoh pendidik
raksasa yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh sejumlah pemikir Jerman yang
ternama dan berpengaruh pada yang belakang sekali zaman 18 dan awal zaman 19,
ditengahnya Johann Friederich Herbart (1776-1831).[1][2]

Daftar pokok
 1 Riwayat Hidup
 2 Dasar Ilmu Jiwa
 2.1 Tahap Bayi (masa ketergantungan)
 2.2 Masa kanak-kanak (masa permulaan pendidikan)
 2.3 Masa anak tanggung (masa untuk belajar)
 3 Asas-asas Pendidikan
 3.1 Dasar Teologi
 3.1.1 Ajaran tentang Allah (Allah yaitu kesatuan asli)
 3.1.2 Ajaran tentang Allah (Kesatuan Allah dan
implikasinya untuk pendidikan)
 3.2 Allah yaitu kesatuan yang tritunggal
 3.2.1 Pengertian tentang Yesus
 3.2.2 Pengertian Teologis tentang Manusia
 3.2.3 Tabiat Manusia
 3.2.4 Tugas Manusia
 3.2.4.1 Pendidikan sbg pengalaman rohani
 3.2.4.2 Asas Perkembangan
 3.2.4.3 Penyampaian Guna melewati bahasa
simbol (simbol)
 3.2.4.4 Berupaya bisa dengan Berbuat
 4 Praktek Pendidikan
 4.1 Tujuan umum
 4.2 Kurikulum
 4.3 Metodologi
 4.4 Peranan Guru
 4.5 Peranan Keluarga
 5 Kesimpulan
 6 Rujukan
 7 Bacaan Lanjutan
 8 Tautan Luar
Riwayat Hidup

 21 April 1782 — Friederich Wilhelm August Froebel dilahirkan di


Oberweissbach, Jerman, sbg anak bungsu dari enam bersaudara.
[1]
 Ayahnya, pendeta Johann Jakob Froebel melayani enam desa di daerah
tersebut. Ibunya meninggal pada saat beliau berumur sembilan bulan.
 1792 — Paman dari pihak ibunya yang bernama Johann Cristoph Hoffmann
yang melayani di Stadt-Ilm, mengambil Froebel muda yang baru berusia
sepuluh tahun dan memeliharanya selama 5 tahun. Bersama pamannya
Froebel muda merasakan kasih dan penghargaan sbg seorang anak.
 1797 — Pada musim panas tahun 1797, Froebel pindah ke Hirschberg dekat
perbatasan ke Bavaria dan berupaya bisa tentang perhutanan, penilaian,
land surveying serta geometri.
 1800 — Froebel berupaya bisa di Universitas Jena
 10 Februari 1802 — Ayah Froebel, Pendeta Johann Jakob Froebel
meninggal, pada saat itu Froebel muda bekerja sbg rimbawan (forester).
 1804 — Froebel berupaya bisa arsitektur di Universitas Frankfurt.
 1805 — Froebel mulai mengajar di sekolah milik Anton Gruner di Frankfurt
 1807 — Beliau menuliskan sebuah surat kepada kakaknya, beliau
menjelaskan tentang cita-citanya untuk membangun sebuah sekolah: "Not to
be announced with trumpet tongue to the world, but to win for itself in a small
circle, perhaps only among the parents whose children should be entrusted
to his care, the name of a happy family institution"
 1808—1810 — Froebel mengunjungi sekolah Pestalozzi di Yverdun dan
menyerap hal-hal yang ditelitinya di sana diantaranya : lingkungan sekolah
yang semakin permisif, menekankan pada lingkungan kehidupan, obyek-
obyek pelajaran.
 1813—1814 — Froebel bergabung dengan pasukan sukarela untuk angkatan
bersenjata Prusia di Ludzow dan bertemu dengan dua orang muda yang
kemudia menjadi sahabat dan rekan yang mendukungnya dalam alam
pendidikan yaitu : Langenthal dan Middendorf.
 1817 — Beliau membangun sekolah di Keilhau
 1826 — Beliau menerbitkan bukunya yang pertama yang berjudul “The
education of man” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1885.
Beliau juga membikin 500 kotak kubus kayu yang belakang dipakainya
dalam pendidikan taman kanak-kanak.
 1831 — Froebel diundang ke Switzerland untuk buka sekolah dan beliau
tinggal di sana selama 5 tahun.
 1837 — Setelah tinggal sebentar di Berlin, Froebel pindah ke Blankenburg
dan buka pendidikan pra sekolah. Beliau mebuat konsep tentang kotak
kubus (gifts), permainan-permainan, lagu-lagu, kisah, kerajinan tangan, sbg
sarana berupaya bisa untuk anak-anak pra sekolah.
 28 Juni 1840 — Froebel buka sekolah taman kanak-kanak yang pertama –
ditandai dengan telah tersedianya sebidang tanah di lingkungan sekolah
yang dipakai sbg tempat anak-anak bercocok tanam dan memelihara
tanaman.
 1847 — 7 sekolah taman kanak-kanak dibentangkan di Jerman
 1848 — 40 buah sekolah taman kanak-kanak dibentangkan di seluruh
Jerman
 1849 — Dimulai telah tersedianya pelatihan untuk guru taman kanak-kanak
 21 Juni 1852 — Froebel berpulang.
Dasar Ilmu Jiwa

Dalam dasar ilmu jiwa ini Froebel tidak memberikan batas-batas umur tertentu. Dia
hanya memakai tiga tahap yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, dan pada masa
tanggung. Selain itu, hal itu dituturkan Froebel karena perkembangan menurut
Froebel terjadi bukan karena umur tetapi apabila seorang anak sudah bisa
memenuhi kebutuhannya berpihak kepada yang benar itu sbg anak maupun sbg
orang dewasa. Argumen berlainan Froebel tidak memakai batas-batas umur tertentu
yaitu setiap tahap yang diberikan Froebel memiliki ciri khas tertentu.

Tahap Bayi (masa ketergantungan)

Pada ronde ini Froebel menamakannya sbg tahap “pendahuluan” ronde “dasar
pendidikan. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk aktif dan orangtua mesti
memperhatikan bayi sebelum bayi menunjukkan sikap yang dibuat atau gerakan
seperti menangis. Hal itu perlu diterapkan untuk sang bayi agar terjadi kesatuan
baru yaitu pertumbuhan batin dimana sang bayi akan menghormati orang yang telah
tersedia disekitarnya. Pada tahap perkembangan ini bayi juga dinamakan Saugling
yaitu menghisap, maksudnya pada tahap ini bayi menangkap keanekaragaman dari
sekitarnya. Oleh karenanya, orang di sekitar bayi tersebut bisa mengembangkan
lingkungan yang sehat, terlindung, menarik, dan murni. Selain itu, Froebel juga
sangat menekankan bahwa setiap gerakan bayi haruslah diteliti mulai dari bayi
tersebut tersenyum, sedang diam, dan juga saat bayi tersebut telah tersedia dalam
pangkuan ibu.

Masa kanak-kanak (masa permulaan pendidikan)

Froebel mengatakan bahwa tahap ini yaitu masa permulaan pendidikan karena pada
tahap ini anak sudah mulai bisa mengucapkan kata benda. Namun, kata yang
pertama yang dikatakan anak tersebut biasanya sedikit salah dan
yaitu kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk menjadikan semakin baik
perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang dituturkan anak tersebut
dengan ada. Selain pengucapan, Froebel juga menekankan mengenai jadi pemain
dan menarik hubungan sela jadi pemain dengan pengalaman pendidikan. Menurut
Froebel, jadi pemain yaitu babak dimana perkembangan kepribadian sedang
terjadi. Oleh karenanya, ruang gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila cara
seorang anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya karena beliau
tidak tidak terikat untuk menjelajahi lingkungannya. Masa kanak-kanak ini habis
apabila seorang anak sudah memiliki pengalaman lahiriah dan menjadikannya sbg
pengalaman batiniah.

Masa anak tanggung (masa untuk belajar)

Dalam ronde ini, anak sudah mulai mendapat pendidikan secara formal
dan sistematis berpihak kepada yang benar itu di bawah bimbingan guru maupun di
bawah bimbingan orang tua. Titik beratnya ialah usaha untuk memperoleh ilmu
tentang hal-hal yang lahirial, khas, dan khusus. Dalam tahap ini, Froebel juga
menekankan bahwa anak memiliki kecenderungan untuk mengerjakan sesuatu dan
dalam mengerjakan sesuatu alangkah berpihak kepada yang benarnya bila orangtua
memperhatika apa yang dikerjakan anak dan memberikan dukungan dan apabila
pekerjaan tersebut selesai maka orang tua selayaknya memuji perkerjaan anak
tersebut. Dalam tahap ini juga anak sudah mulai bertalian dengan orang-orang di
sekitarnya sbg contoh orang-orang di sekitarnya menyadari bahwa anak ini memiliki
sifat yang buruk. Namun, menurut Froebel sifat buruk yang muncul dari anak ini
disebabkan oleh lingkungannya. Menurut Froebel, seorang anak menjadi nakal
karena di lingkungannya beliau tidak diperlakukan dengan berpihak kepada yang
benar.

Asas-asas Pendidikan

Melewati pengalamannya sbg guru sekolah dasar selama bertahun-tahun, Fröbel


mengemukakan beberapa asas yang dianggap bermakna untuk pelbagai tahap
pendidikan.

Fröbel mendasarkan pandangannya tentang pendidikan atas dua dasar,


dasar teologi dan dasar psikologi. Beliau beranggapan bahwa manusia terdiri dari
dua unsur tersebut.[1] Fröbel mengatakan bahwa apabila pendidikan terlalu
menekankan salah satu sisi berpihak kepada yang benar itu sisi rohani maupun sisi
kecerdasan maka akan timpang atau berat sebelah.[1] Oleh karenanya, Fröbel
berpendapat bahwa pendidikan itu haruslah menekankan kedua sisi tersebut.

Dasar Teologi

Dasar teologi Fröbel sangat berbeda dengan para teolog seperti Martin


Luther atau Yohanes Calvin yang mendasarkan pandangannya atas Alkitab.
[1]
 Mungkin karenanya juga Fröbel tidak bisa sepenuhnya dinamakan teolog.[1]

Beliau mendasarkan pandangan teologinya pada lingkungan kehidupan. Fröbel


menekankan hubungan sela kutub kecerdasan dan kutub lingkungan kehidupan.
Menurut dia, lingkungan kehidupan senantiasa berupaya atau berganti untuk sampai
kecerdasannya atau lingkungan kehidupan terus menerus mengalami perubahan
atau perkembangan untuk menuju ke bangun-bangun sempurna. Selain itu, Fröbel
juga mengatakan bahwa lingkungan kehidupan itu menggambarkan Allah atau bisa
dituturkan bahwa roh Allah diserap oleh setiap ciptaan-Nya.

Ajaran tentang Allah (Allah yaitu kesatuan asli)

Dalam ronde ini, Fröbel menjelaskan mengenai sebuah hukum yang bersifat hidup


dan berkuasa. Hukum ini pastilah yaitu hukum yang bersifat universal dan hukum
yang bersifat universal ini pasti memiliki dasar yang yaitu kesatuan yang ada
dimana-mana. Kesatuan tersebut yaitu Allah. Segala sesuatu yang datang dari
kesatuan itu ataupun yang memiliki asal dari dalam itu yaitu Allah. Oleh karenanya,
segala sesuatu itu mesti menyatakan Allah, berpihak kepada yang benar
melewati inti lahiriahnya maupun yang tidak abadi, karena berbuat demikian yaitu
maksud utama maupun panggilan hidup.

Ajaran tentang Allah (Kesatuan Allah dan implikasinya untuk pendidikan)


Dalam ronde ini Fröbel membagi dimensi pendidikan dalam tiga ronde yang tersirat
dalam tulisannya yaitu guna pendidikan, ilmu ilmu, ilmu pendidikan, teori pendidikan,
dan praktik pendidikan. Menurut Fröbel, pendidikan terdiri dari pelayanan yang
mengantar manusia (yakni seorang yang tajam muslihat, yang berpikir dan yang
semakin sadar akan dirinya) sedemikian rupa agar hukum batin dari kesatuan ilahi
itu bisa dihayati dan diamalkan secara murni, tidak bercacat dan tidak terikat.
Pendidikan yang dimaksudkan itu akan memperlengkapi manusia dengan seluruh
alat dan sarana yang beliau perlukan untuk sampai tujuan mulia tersebut.

Melewati ciri utama tersebut maka Fröbel menyimpulkan bahwa pendidikan yaitu
babak yang membimbing dan memperlengkapi seseorang mesti bersifat rohani dan
tidak hanya bersifat intelektual saja. Segala ilmu yang didapat oleh manusia juga
inginnya membantu manusia tersebut untuk memahami dirinya sbg jati diri dari
pengejawantahan Allah dan ilmu tersebut inginnya diiringi dengan penelitian yang
membantu diri dari orang tersebut. Ketika seseorang sudah mulai berpikir
bagaimana beliau mendapatkan ilmu ilmu maka beliau sudah mulai terlibat dalam
ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan juga mencakup orang berefleksi atas guna
kehidupannya dan untuk membantu orang tersebut untuk mencari kenal caranya
atau petunjuk-petunjuk yang berasal dari ilmu ilmu tersebut itulah teori pendidikan.

Berdasarkan pokok setiap ruang lingkup ini terdapat tiga keuntungan yaitu Fröbel
mempelopori penggunaan istilah yang memperkaya kemampuan orang untuk
memikirkan dan membicarakan pendidikan secara terperinci, pokok teologi atau
iman pribadi yang dianut para pemikir yang sudah kita pelajari tentu saja
memengaruhi pandangan terhadap pendidikan, tetapi hanya Fröbel sajalah yang
dengan sengaja memberikan gambaran pedagogsis yang tersirat dalam pandangan
teologisnya, dan yang terakhir Fröbel yakin bahwa karena jati diri ilahinya, maka
setiap orang berhak dan wajib melibatkan diri dalam pemikiran yang berpotensi
menghasilkan kehidupan yang paling hadir nilai, yaitu kehidupan yang
mencerminkan Kesatuan Ilahi dalam dirinya.

Dalam ronde ini, Fröbel juga memberikan tanggapan mengenai agama. Menurut
Fröbel, agama yaitu usaha insani untuk menyadarkan diri akan perasaan bahwa
pada asalnya manusia bersatu dengan Allah sbg dasar atau pendorong untuk
mengamalkan kesatuan itu dalam seluruh kondisi dan hubungannya. Fröbel
mengatakan bahwa agama akan terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Hal ini dituturkannya berdasarkan pengalamannya ketika berupaya bisa mengenai
lingkungan kehidupan dan juga ketika beliau melihat tumbuhan. Selain itu, Fröbel
juga mengatakan bahwa pendidikan agama itu diperlukan untuk memperlancar
perasaan seseorang mengenai kesatuannya akan Allah dan bahwa beliau berasal
dari Allah. Namun, pendidikan agama ini tidak akan berjalan lancar apabila anak
tersebut tidak memiliki agama. Oleh karenanya, orangtua seharusnya dari kecil
memberikan ilmu kepada anak mengenai agama agar anak tersebut bisa memenuhi
jati diri sbg makhluk ilahi yang mencari kesatuan dengan Allah.

Allah yaitu kesatuan yang tritunggal

Dalam ronde ini, Fröbel menekankan mengenai Tritunggal. Beliau mencoba


menghubungkan pola tritunggal dengan hubungan seseorang yang ingin
memperolah ilmu yang sebenarnya tentang setiap benda atau obyek di alam ini
termasuk juga sesamanya manusia. Dalam pola itu terdapat tiga unsur, yaitu:
kesatuan, kekhasan, dan keanekaragaman yang memperkaya.

Pengertian tentang Yesus

Menurut Fröbel, Yesus yaitu contoh yang sempurna tentang apa gunanya seorang
yang mengejawantahkan kesatuannya dengan Allah. Menurut Fröbel, Yesus tidak
yaitu anak Allah dan di dalamnya tidak tersirat tabiat ilahi bahkan dalam teologi
Fröbel, tidak telah tersedia pembicaraan mengenai Yesus sebagi juruslamat. Selain
itu, dalam teologi Fröbel juga tidak telah tersedia Golgota atau kubur yang terbuka,
argumennya yaitu manusia gagal dalam kehidupannya bukan karena tabiatnya yang
berdosa, melainkan karena kurang pendidikan yang hadir nilai. Menurut Fröbel,
percaya pada Yesus itu berfaedah mengikut Yesus. Menjadi percaya kepada Yesus
berfaedah melibatkan orang pada pengalaman yang semakin lapang daripada yang
hanya berkaitan dengan penggunaan kata-kata tertentu saja. Muslihat Fröbel juga
menantang umat Kristen untuk mengakui bahwa keinginan hidup selaras dengan
gaya hidup Yesus mencakup sebagian dari guna menjadi percaya kepada-Nya.

Pengertian Teologis tentang Manusia

Menurut Fröbel, manusia yaitu pengejawantahan dari Roh Allah dan setiap orang
layaknya diperlakukan sebagaimana orang tersebut yaitu pengejawantahan dari
Allah. Menurut Fröbel, pengejawantahan ini bertalian dengan seluruh ciptaan
berlainan karena Roh Allah itu meresap dalam seluruh ciptaannya. Fröbel juga
mengatakan bahwa tujuan yang belakang sekali dari manusia sbg anak Allah dan
lingkungan kehidupan ialah untuk mengejawantahkan Roh Allah secara harmonis
dan menyatu.

Tabiat Manusia

Fröbel menolak pandangan dari ajaran ortodoks yang mengatakan bahwa manusia
itu pada dasarnya jahat. Fröbel mengatakan bahwa apabila kita mengatakan bahwa
manusia itu pada dasarnya jahat maka dengan kata berlainan kita sudah menghina
Allah. Oleh karenanya, Fröbel menolak dosa asal. Menurut Fröbel, manusia itu
memiliki sifat yang berpihak kepada yang benar hanya saja sifat tersebut sedang
tertanam dalam diri manusia tersebut dan untuk mengeluarkan sifat berpihak kepada
yang benar tersebut kita berpihak kepada yang benar sbg pembimbing mesti dengan
sabar mencari dan menemukan sifat berpihak kepada yang benar tersebut. Hal ini
juga dikaitkan dengan kondisi sosial dalam warga, Fröbel mengatakan bahwa
pendidikan yaitu sarana untuk menjadikan semakin baik kondisi warga.

Tugas Manusia

Menurut Fröbel, tugas utama manusia bukanlah membongkar apa yang sudah telah
tersedia tetapi membangun apa yang sudah telah tersedia, karena hal itu menuntut
pemikiran yang kreatif begitu pula dengan anak. Fröbel mengatakan bahwa anak
haruslah dilatih untuk menyusun sesuatu karena dengan menyusun maka cara
berpikir dari seorang anak sedang mengembang dan di dalam cara berpikir itu
muncul kreatifitas.
Untuk Fröbel, titik berat pendidikan untuk anak ada pada umur bersekolah di bawah
kelas Sekolah Menengah Pertama.

Pendidikan sbg pengalaman rohani

Pendidikan yaitu pengalaman rohani yang mengantar anak didik berperan


berdasarkan dengan jati dirinya sbg makhluk yang belum lengkap, sebelum beliau
mengakui kesatuannya dengan Allah. Fröbel memeriksa alam lingkungan kehidupan
dengan seksama sebagaimana diwakili oleh sebuah kristal, beliau melihat tanda
tentang perubahan dan perkembangan. Di dalamnya tampaklah kesatuan, kekhasan
dan keanekaragaman. Pendidikan terdiri dari pelayanan yang mengantar manusia
(yakni seorang makhluk yang tajam muslihat, yang berpikir dan semakin sadar akan
dirinya) sedemikian rupa sehingga hukum batin dari Kesatuan Ilahi bisa dihayati dan
diamalkan secara murni, tidak bercacat dan tidak terikat. Pendidikan yang
dimaksudkan itu akan memperlengkapi manusia dengan seluruh alat dan sarana
yang beliau perlukan untuk sampai tujuan mulia tersebut. Asas pokok berlainan
bertitik-tolak dari asas mutlak ini.

Asas Perkembangan

Berbeda dengan teori evolusi Darwin, Fröbel hanya bermaksud menunjuk pada


perubahan dalam seluruh makhluk sbg hasil daya batin yang mendorong setiap
makhluk itu untuk sampai probabilitas rohani yang terdapat di dalamnya. Fröbel
menulis satu hukum yang menentukan bagaimana setiap makhluk akan
mengembang dan menjadi sempurna, dan yang tetap berjalan secara mutlak di
mana saja sbg hubungan yang wajar sela ciptaan dan pencipta, serta beliau bisa
memainkannya di ronde pendidikan. Satu hal penting yang dituturkan Fröbel yaitu
perkembangan menyempurnakan apa yang sudah telah tersedia dalam diri pelajar
daripada menambahkan sesuatu yang tidak telah tersedia.

Telah tersedia empat pola perkembangan yang tampak dalam pendidikan:

 Benih yang kelak menghasilkan kedewasaan yang sudah telah tersedia


dalam diri anak. Jadi pendidik perlu mengembangkan bakat yang
tersembunyi dalam gen setiap anak. Tidak telah tersedia apa-apa yan
dibawa masuk dari luar, seluruh usaha pedagogis diarahkan menuju
penyemppurnaan kemampuan yang sudah telah tersedia dalam bangun-
bangun potensi. Gagasan ini serupa dengan mazhab ilmu hayat yang
dipimpin oleh Oken, yang mengatakan bahwa setiap bibit mengandung
seluruh tanaman dalam bangun-bangun kecil, termasuk akar, tangkai,
dan daun. Begitu pula dalam embrio sudah telah tersedia seluruh binatang.
 Hubungan dari ronde dengan keutuhan (Gliedganzes), dalam guna guru
memperhatikan anak sbg pribadi yang unik namun perlu memperoleh tempat
yang sehat dalam kumpulan. Hal ini dituturkan Fröbel sebab beliau melihat
dalam alam lingkungan kehidupan setiap satuan bertalian dengan sesuatu
yang semakin utuh lagi, tidak telah tersedia apa-apa yang sama sekali
terpisah dari sesuatu yang berlainan. Babak pertumbuhan itu mencakup
cara menghubungkan perseorangan (Glied) dengan kumpulan (Ganze),
dan setiap kumpulan bertalian dengan sauna yang semakin lapang lagi.
Beliau menganjurkan bagaimana pendidikan bisa ikut memasyarakatkan
anak, misalnya: dengan mencat garis lingkaran pada lantai ruang kelas, hal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan dalam setiap anak.
Walaupun Fröbel menekankan pertumbuhan anak dalam kumpulan, beliau
juga menghendaki setiap ronde (individu) ikut memprakarsai sesuatu yang
khas juga. Sumbangan khas dari tiap ronde akan memperkaya kehidupan
ronde yang utuh (kelompok) juga.
 Yang batiniah didorong menjadi lahiriah, dalam guna mendidik itu mencakup
usaha untuk menolong anak menyampaikan muslihat, perasaan, daya
jasmani dan imannya yang sudah telah tersedia secara batin, agar menjadi
kelihatan (lahiriah) berupa buah nalar yaitu muslihat, perasaan dalam
bangun-bangun seni, daya jasmani melewati pelbagai ketrampilan,
dan iman melewati sikap yang dibuat bermoral dan pelayanan terhadap
sesama manusia.
 Asas perlawanan, tampak dalam lingkungan kehidupan dan menyoroti gaya
hidup dinamis dan tidak statis. Hukum Frobel yaitu asas dinamis yang
mencakup tiga pokok, yakni tingkah laku yang dibuat, reaksi, dan
seimbangan. Oleh karenanya, pelaksanaannya semakin lapang daripada
babak yang mencakup tesis, antitesis, dan sintesis. Menurut Fröbel,
lingkungan kehidupan alam bukanlah muslihat atau gagasan murni,
sebagaimana yang diajarkan Hegel dan juga bukanlah daya jasmani,
sebagaimana diajarkan oleh kaum materalis.[1] Lingkungan kehidupan alam
yaitu organism rohani yang mewujudnyatakan diri, berpihak kepada yang
benar dalam daya yang tampak dalam alam jasmani, maupun dalam
muslihat alam nalar.
Penyampaian Guna melewati bahasa simbol (simbol)

Fröbel meninjau bagaimana anak memanfaatkan benda tertentu, berupa obyek


seperti bola, kubus, tulisan, lagu, gambar, karena simbol tersebut mencerminkan
intisari ilahi dari alam ini termasuk manusia. Satu hal yang ingin ditekankan Fröbel
yaitu memanfaatkan simbolisme dalam teori dan praktik pendidikan. Alat peraga dan
tugas berupaya bisa yang dikembangkan oleh Fröbel berporos pada simbol, karena
beliau yakin bahwa dalam nalar anak sudah telah tersedia permulan gagasan
tentang hal tertentu, walaupun beliau belum sadar akan gagasan itu, sebab sudah
telah tersedia hubungan dasariah dalam nalar anak tentang simbol dan kenyataan
yang dilambangkan. Di bawah bimbingan berupaya bisa, sang anak akan ditolong
untuk menentukan simbol yang paling berdasarkan dengan perasaan atau gagasan
yang hanya bisa disampaikan melewati simbol tertentu. Hal ini berdasarkan dengan
praduganya bahwa segala sesuatu di dalam lingkungan kehidupan
mengejawantahkan daya yang universal dengan intinya yang rohani.

Berupaya bisa dengan Berbuat

Hal ini bisa diterapkan dengan membangun tugas berupaya bisa swakaji (aktivitas)
berfaedah bahwa anak didik bukanlah bejana pasif yang menerima apa saja dari
susu, melainkan beliau yaitu seorang yang langsung naikkan ronde dalam
pendidikannya berdasarkan dengan asas yang dituturkan oleh John Amos
Comenius. Semboyan “belajar dengan bermain” memuat pesan bahwa anak perlu
berefleksi atas cara tersebut dalam terang perasaannya.

Telah tersedia lima bangun-bangun swakaji:


 Jadi pemain, mencakup pemberian (gift) dan kerajinan tangan di samping
tugas berupaya bisa yang dipilih, karena anak menikmatinya. Melewati jadi
pemain Fröbel, melatih daya dan ketrampilan jasmani yang dinikmati anak.
Latihan melewati gerak badan cenderung berporos pada pengungkapan
gagasan dan perasaan anak secara tidak terikat. Pendidikan ini yang
menjadi dasar pendidikan taman kanak-kanak.
 Menyanyi, yaitu cara pokok untuk berupaya bisa.
 Menggambar, melewati menggambar anak sedang mengungkapkan
gagasannya secara kelihatan dan lisan.
 Memelihara tanaman atau binatang kecil dan ber anjangsana.
 Kesinambungan, dalam guna guru mengembangkan tugas berupaya bisa
baru yang berdasarkan dengan pengalaman berupaya bisa sebelumnya.
Praktek Pendidikan

Di atas sudah diterangkan beberapa hal penting yang menurut Froebel mesti diteliti
dalam ronde pendidikan. Pada ronde ini akan dijabarkan mengenai Tujuan umum
pendidikan, kurikulum yang beliau untuk menjadi tiga, yaitu kurikulum untuk ibu,
kurikulum untuk taman kanak-kanak dan kurikulum untuk sekolah dasar, lalu
diterangkan pula mengenai metodologi, peranan guru dan hubungan sekolah dan
keluarga.

Tujuan umum

Froebel merumuskan tujuan umum pendidikan adalah : membimbing anak didik


untuk semakin sadar akan jati diri sbg anak Allah dan anak lingkungan kehidupan,
bertumbuh dalam ilmu dan pengertian, juga menghargai perasaannya sbg cara
mengetahui yang berjalan, agar beliau bisa memecahkan masalah-masalah secara
tangkas, bermoral dan tidak sewenang-wenang terhadap diri sendiri, sesamanya
dan alam lingkungan kehidupan, serta memenuhi panggilannya dalam warga.
Seluruh itu dilaksanakan berdasarkan kehormatan terhadap bakat setiap pelajar dan
keinginannya untuk memprakarsai pelajarannya.

Dengan kata berlainan, tujuan pendidikan menurut Froebel yaitu untuk mendorong
dan membimbing manusia sbg sadar, berpikir dan memahami menjadi sedemikian
rupa sehingga beliau menjadi representasi murni dan sempurna itu hukum batin ilahi
melewati pilihan pribadinya sendiri; pendidikan mesti menunjukkan kepadanya cara
dan makna sampai tujuan tersebut. [3]

Beberapa hal penting yang dicacat disini :

 Tujuan pendidikan Froebel relevan dengan tujuan Pendidikan Kristiani


 Froebel tidak menyarankan untuk mendorong anak-anak berupaya bisa
menghafalkan simbol iman (katekismus, pengakuan iman dll) karena telah
tersedia bahayanya dikemudian hari apabila tidak disertai dengan teladan
dalam praktik kehidupan sehari-hari.
 Intisari agama Kristen perlu meresap (infuse) secara wajar ke dalam seluruh
pengalaman berupaya bisa, seperti : membaca, menulis dan menghitung. -
>tidak telah tersedia usaha untuk mendorong anak mengucapkan apa saja
gagasan dan perasaan “rohani” yang bukan miliknya.
Kurikulum

Froebel membagi tahapan kurikulumnya untuk empat golongan / kumpulan umur,


yakni anak pra sekolah, taman kanak-kanak, anak kecil dan anak tanggung.

a. Pra sekolah Telah tersedia banyak petunjuk yang didapat yang mengatakan
bahwa karya-karya tulis Foebel tentang kurikulum bisa dimanfaatkan oleh para ibu
untuk mendidik anak pra sekolah. Tetapi disini telah tersedia 4 pelajaran yang akan
kita coba bahas dalam bukunya : Mottoes and Commenteries of Frobel’s Mother
play. Dalam buku tersebut, setiap bab terdiri dari selembar lukisan dari ukiran kayu,
sajak pendek dan penafsiran atas lukisan tersebut. Lukisannya berupa seorang anak
pra sekolah yang terlibat dalam beragam cara berdasarkan asas swakaji, seperti :

 Dalam sajak berjudul “Si anak Laki-laki dan Bulan Purnama”. Sajak ini
mendorong para ibu agar jangan memberikan jawaban yang salah atas
pertanyaan dan keingintahuan anak, tetapi memberikan jawaban yang bijak,
jujur dan memiliki bibit muslihat yang bisa mengembang menjadi
pemahaman ilmiah dikemudian hari.
 Dalam bab yang berjudul “Kerugian”. Melewati penggambaran kondisi yang
sedemikian rupa Froebel menolong para ibu untuk menjelaskan kepada
anak pra sekolah mengenai berperan hati-hati, waspada dan tidak gampang
tergoda.
 Pelajaran berjudul “Si Kecil sbg Tukang Kebun”. Melewati cara yang telah
tersedia gunanya seperti berkebun, anak bisa dilatih untuk berperan secara
bertanggung jawab. Disini Froebel menekankan pada melibatkan anak pada
suatu babak pembelajaran melewati cara dan pengalaman.
 Pelajaran mengenai “Beribadah di Gereja”. Melewati permainan, anak
memasuki diperkenalkan kepada hal-hal / konsep rohani tetapi bukan
dengan penjelasan definitif dan sulit untuk pemikiran anak pra sekolah
melainkan melewati ungkapan perasaan dan gerak tubuh (ekspresi) iman
sang ibu yang terlihat oleh anak.

Melewati buku dan karyanya, Froebel menolong para ibu untuk ‘mendidik’ anak
umur pra sekolah dengan memakai lukisan/gambar, sajak, kisah atau gerak tubuh
sehingga anak memperoleh suasana berupaya bisa yang menyenangkan sambil
menyiapkan untuk pengalaman berupaya bisa yang semakin teratur dikemudian
hari.

b. Masa Kanak-kanak (Taman Kanak-kanak)

Kurikulumnya pertama yaitu pelbagai peristiwa dan pekerjaan sehari-hari yang


terjadi dalam keluarga. Tetapi untuk anak kecil, Froebel merencanakan kurikulum
yang paling teratur, yang terdiri dari pemberian dan ketrampilan (kerajinan tangan),
permainan yang berporos pada nyanyian yang diiringi dengan gerak badan
berdasarkan dengan syair dan lagunya, pemeliharaan tanaman dan anjangsana.

 Pemberian (Gifts) terdiri dari 6 pemberian berupa sebuah kotak kayu yang
didalamnya terdapat berjenis-jenis barang yang akan menolong anak untuk
secara bertahap berupaya bisa, mulai dari hal-hal yang sederhana sampai
kepada yang makin konpleks.
a. Gift 1 – kotak kayu telah tersedia isinya 6 bola dari benang wol berwrna, merah,
kuning, biru, jingga, hijau dan ungu, enam buah jarum, sepotong belebas kayu
pendek yang sudah dilubangi -> anak berupaya bisa tentang konsep warna (dasar
dan sekunder) dan berupaya bisa ‘melakukan sesuatu” dengan benda-benda
tersebut.

b. Gift 2 – Sama dengan gift sebelumnya tetapi benang wol ditukar dengan benda-
benda yang bangun-bangunnya berbeda-beda, telah tersedia silinder, kubus dan
bola. -> anak berupaya bisa sifat khas setiap benda dan cara memanfaatkannya
secara kreatif melewati jadi pemain yang terpimpin bersama guru.

c. Gift 3 – terdiri dari 8 kotak kubus yang sama akbarnya yang membentuk sebuah
kotak kubus yang akbar. -> anak berupaya bisa menghitung, berupaya bisa tentang
hubungan sela ronde dan keseluruhan.

d. Gift 4 – Sebuah kotak yang terbangun dari 4 balok persegi panjang, 2 kubus yang
sama akbar, empat balok persegi empat -> anak berupaya bisa walaupun benda-
benda tersebut tidak sama bangun-bangun dan ukurannya tetapi bisa membentuk
satu kesatuan yaitu kubus yang akbar.

e. Gift 5 – Bangun-bangun kubus sedang telah tersedia tetapi kali ini bangun-
bangunnya semakin majemuk, terdiri dari kubus, kubus yang dipotong menjadi dua
agar membentuk dua buah segitiga, kubus berlainan yang dipotong membentuk 4
segitiga -> anak berupaya bisa tentang hubungan-hubungan yang semakin sulit dan
kompleks.

f. Gift 6 – Kotak hadir bangun-bangun kubus tetapi bagian-bagiannya tidak lagi


kubus atau bagian-bagain yang bisa dijadikan kubus -> menuntut pemahaman dan
ketrampilan anak.

 Kerajinan Tangan – pengalaman berupaya bisa yang berporos pada


penggunaan bahan yang bisa digunting, dilipat, dicat -> seluruh bahan yang
bisa diproduksi kembali menurut keinginan anak dan dididik oleh guru.
Tujuannya menyiapkan anak untuk tugas dikemudian hari, memakai dan
memanfaatkan alat serta perkakas yang telah tersedia. Disini sebenarnya
Froebel juga sudah menaruh perhatian pada pendidikan kejuruan.
 Nyanyian yang diiringi gerak badan – secara bersama melewati permainan,
nyanyian dan gerakan badan anak memperoleh pengalaman yang
menyenangkan secara pribadi tetapi juga berupaya bisa memiliki sikap
sosial yang selaras dan bagaimana bekerja sama dalam kumpulan.
 Pemeliharaan Tanaman (atau bianatang kecil) dan Anjangsana. – anak diajar
untuk mengamati, memperdalam ilmunya, memelihara dan bertanggung
jawab melewati pengalamannya.

c. Masa Anak Tanggung (Sekolah Dasar)

Kurikulumnya terdiri dari empat pelajaran utama : agama, ilmu ilmu lingkungan
kehidupan dan matematika, bahasa dan seni, serta karya seni.
Agama – menurut Froebel, pengalaman agama terlampau penting untuk untuk
dihafalakan saja, oleh karenanya beliau tidak mau mengajarkan pokok katekismus
tetapi beliau memaberikan empat pengalaman yang tergolong dalam vak pendidikan
agama : nyanyian rohani dan doa perbendaharaan gereja, peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan Yesus, tabiat Allah yang dituturkan dalam segala ciptaanNya, serta
bimbingan yang menolong anak didik menang atas kesulitan.

Di sini Froebel buka muslihat kita bahwa pendidikan agama bukan hanya sekedar
ilmu tentang agama kita sendiri tetapi sebuah pemahaman yang bertumbuh sejalan
dengan babak kehidupan. Bahkan melewatinya anak diajar untuk merasakan
kehadiran Allah dan melibatkanNya dalam pengalaman wajar yang wajib beliau
atasi.

Selain menekankan kembali bahwa lingkungan kehidupan sbg pengejawantahan


Allah dan sifat rohani dari seluruhnya, Froebel juga tidak memakai buku sbg sumber
ilmu untuk anak didik melainkan segala hal yang telah tersedia di lingkungan
kehidupan itu sendiri yang dipakai untuk menggali dan memperoleh ilmu. Dengan
bimbingan guru, anak didik didorong untuk mencari dan mendapatkan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dalam hal matematika, Froebel menekankan
pada ilmu hitung.

Bahasa filosofi nya yaitu melewati bahasa seorang anak berupaya bisa bagaimana


menyatakan sifat dan makna kehidupan.Berupaya bisa membaca, menulis,
menambah perbendaharaan kata, mengarang kisah yang berasal dari pengalaman
anak (menyampaikan gagasan). Yaitu bentuk-bentuk pendidikan bahasa untuk anak
sekolah dasar.

Seni dan karya seni-> melewati menggambar, mengecat dan membikin benda-


benda dari tanah liat, anak diajar untuk mengungkapkan perasaannya. Ronde ini
sama bobotnya dengan ronde pelajaran yang berlainan karena melewati
pengalaman berupaya bisa seni ini anak bisa mengekspresikan pemahaman dan
ilmunya.

Metodologi

Telah tersedia beberapa jenis cara yang dipakai Froebel untuk mengembangkan
seseorang berdasarkan tabiatnya, yaitu : berdoa, diskusi, menghafalkan (walaupun
hanya tahap sekunder), mengucapkan jawaban secara bersama-sama (secara
berirama), jadi pemain, swakaji (guru tidak berceramah), meninjau dan memeriksa,
pelaporan (lisan maupun tertulis), berwawancara, mengajarkan berdasarkan pola-
pola (khusunya dalam vak bahasa), menuturkan kisah, latihan dan ulangan.

Peranan Guru

Di sini Froebel menekankan pada pentingnya peranan guru untuk menyiapkan


pengalaman berupaya bisa, merencanakan pengalaman berupaya bisa selengkap
mungkin tetapi bersedia terus mengevaluasi rencana itu
demi pengalaman berupaya bisa yang semakin dalam untuk si anak didik.
Oleh karena tugas dan peranan guru yang tidak sesederhana itu, Froebel menitik
beratkan pada panggilan hidup seorang guru ketimbang hanya pada bakatnya saja.

Peranan Keluarga

Di sini Froebel kembali mengangkat peranan ayah yang sama pentingnya dengan
pernan Ibu dalam babak perkembangan dan pendidikan anak. Keluarga mesti
menjadi wadah yang bisa mengembangkan seluruh probabilitas yang tersirat dalam
tabiat anak sbg mahluk yang diciptakan segambar dengan Allah.

Froebel melihat orang tua / keluarga yaitu kunci untuk memperbaharui pendidikan,
hal ini terwujud dalam bangun-bangun buku pegangan untuk kaum ibu.

Kesimpulan

Froebel bisa dituturkan sbg “rasul hak anak untuk mengembangkan kekayaan yang
terdapat dalam masa kanak-kanak”. Bagaimana beliau menaruh dasar-dasar yang
terinci menyiapkan anak pra sekolah (di bawah 6 tahun sekarang) memasuki alam
pendidikan yang sesungguhnya.[4].

Banyak sekali pemikiran dan cara –metode pendidikan anak pra sekolah yang
ditawarkan Froebel, sedang dipakai sampai saat ini, misalnya seperti urutan
pemakaian kotak-kotak pemberian (gifts), bernyanyi dengan menggerakkan bagian
badan, kerajinan tangan dan lain-lain. Walaupun sudah tidak sama persis tetapi
urutan cara berpikir dan konsepnya sedang sama.

Rujukan
1. ^ a b c d e f g h Boehlke, Robert. R; "Friedrich W.A. Froebel, Pendiri Taman
Kanak-kanak", dalam Sejarah Perkembangan Muslihat dan Praktek
Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
2. ^ Fröbel, F. (1826) Pada Pendidikan Manusia (Die Nenschenerziehung),
Keilhau / Leipzig: Wienbrach.
3. ^ Friedrich Froebel 1826 Die Nenschenerziehung, hal. 2
4. ^ “Friedrich W.A. Froebel, Pendiri Taman Kanak-kanak”, dalam Boehlke,
Robert. R; Sejarah Perkembangan Muslihat dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997). Hal. 272-367

Anda mungkin juga menyukai