Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI TEOLOGI PAK OLEH FRIEDRICK W.A.

FROEBEL DALAM
DUNIA PENDIDIKAN
Rido Pangestu Dumaria Hutasoit1

IAKN Tarutung

Email: dumariahutasoit98@gmail.com

Abstract

This research is a research on the implementation of PAK theology by Friedrick W.A. Froebel
in the World of Education. This research was conducted in TK Beringin Permai. This
research was conducted on August 20, 2021, using direct observation and interviews with
one of the teachers at the school. The results of the interview prove that the teachers base
their learning on the principle of fearing God so that students in their lives always involve
God in every behavior, starting from the basics, that is, since they are children until they
become adults. With the help of parents and teachers, it is hoped that students can develop
and excel in every stage of their development. The findings are also evidence of the
application of PAK theology by Friedrick W.A. Froebel in the world of education is the
discovery of the vision and mission of TK Beringin Permai.

Keywords:Implementation,Christian Religious Education Theology Froebel

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tentang implementasi teologi PAK oleh Friedrick W.A.
Froebel dalam Dunia Pendidikan. Penelitian ini dilakukan di TK Beringin Permai. Penelitian
ini dilakukan pada 20 Agustus 2021, menggunakan metode observasi langsung dan
wawancara kepada salah satu guru di sekolah. Hasil wawancara membuktikan bahwa para
guru mendasarkan pembelajaran dengan prinsip takut akan Tuhan sehingga siswa dalam
hidupnya senantiasa melibatkan Allah dalam setiap lakunya, dimulai dari dasar, yaitu sejak
mereka kanak-kanak sampai mereka dewasa nantinya. Dengan pertolongan orang tua dan
guru, maka diharapkan para siswa dapat berkembang semakin berprestasi dalam setiap tahap
perkembangannya. Hasil temuan yang sekaligus menjadi bukti penerapan teologi PAK oleh
Friedrick W.A. Froebel dalam dunia pendidikan adalah dengan ditemukannya visi misi di TK
Beringin Permai.

Kata Kunci: Implementasi, Teologi PAK Froebel

1
Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri Tarutung (IAKN Tarutung), 2021.
I. Pendahuluan

Friedrich W.A. Foebel lahir pada tanggal 21 April 1782 di Oberweiszbech (Jerman).
Ia adalah anak bungsu yang memiliki empat orang kakak laki-laki, yakni: Christoph,
Christian, August, dan Traugott.2 Frobel adalah tokoh pendidikan anak yang sangat andil
dalam perkembangan anak usia dini.3

Ayah Froebel merupakan seorang pendeta yang tinggal di desa Berweisbach (Jerman).
Karena kesibukannya sebagai pendeta, ia cenderung melalaikan kebutuhan Froebel. 4 Pada
masa kanak-kanaknya kehidupan Froebel tidaklah bahagia. Ketika berumur sembilan bulan,
ibunya meninggal. Dan keadaan semakin memburuk ketika ayahnya menikah lagi, sehingga
ayahnya dan ibu tirinya tidak mengasihinya dengan tulus. Di rumah ayahnya kehidupan
Froebel menjadi sangat terkekang. Ia tidak mendapat kebebasan untuk berkembang sesuai
tahapan usianya sehingga seringkali ia menjadi anak yang nakal.5

Setelah ia beranjak memasuki usia sepuluh tahun dia tinggal dengan pamanya yang
bernama Hoffman. Pamannya tersebut berasal dari pihak ibunya. Ia adalah seorang pendeta
yang melayani jemaat di Stadt-Ilm. Istri dan anaknya neninggal dunia beberapa tahun
sebelumnya. Dan karena rasa kasihnya terhadap keponakannya yang sama sekali tidak
mendapat rasa sayang dari orang tuanya, sehingga ia meminta persetujuan ayah Froebel
untuk mengadopsinya. Ayah Froebel setuju. Lima tahun setelah ia diadopsi, kehidupan
Froebel menjadi lebih bahagia. Ia mendapat kasih sayang yang sangat berlimpah di rumah
pamannya itu. Ia juga bebas mengekspresikan perkembangannya. Dan selama di rumah
pamannya itulah Froebel mengenal Yesus dan bersumpah untuk mengikut Yesus. Ia di sidi
oleh sang paman. Ia menjadi warga gereja seumur hidupnya, meskipun ia tidak selalu aktif
dalam urusan jemaat.6

Di usianya yang ke tujuh belas tahun Froebel memulai studinya di Universitas Jena,
dengan biaya yang didapatkannya dari warisan yang disediakan baginya dari pihak ibu. Ia
mengambil jurusan ilmu kimia, mineralogi, dan tumbuh-tumbuhan. Ia hanya kuliah di
Universitas Jena selama dua tahun, karena ia mengalami kesulitan ekonomi. Kesulitannya itu

2
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 134.
3
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 5.
4
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 135.
5
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 135.
6
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 136.
disebabkan karena ia terlalu baik hati. Ia meminjamkan uangnya kepada Traugott yang
berjanji akan mengembalikan uangnya tersebut, tetapi saudaranya itu justru tidak
membayarnya kembali. Akibatnya, Froebel semakin berhutang sampai ia dipenjarakan di
penjara kepunyaan universitas selama sembilan minggu. Tetapi Froebel dibebaskan oleh
ayahnya dengan syarat pembatalan segala hak untuk menerima warisan yang sewajarnya ia
terima setelah ayahnya meninggal dunia. Sekalipun demikian semangatnya untuk tidak
pernah padam. Ia mulai mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku yang akan
menolongnya untuk memulai kehidupan baru.7

Tiga tahun kemudian pamannya meninggal dunia. Wafatnya paman yang ia kasihi itu
memberi kesempatan baru karena dengan warisan yang diterima Froebel dapat meneruskan
studinya. Froebel pergi ke Frankfurt dan ia bertemu dengan Dr. Anton Gruner yang menjabat
sebagai kepada sekolah Teladan di Frankfurt. Froebel ditawari untuk mengajar di sekolah
tersebut, sehingga Froebel pada akhirnya mengajar di sana. Froebel menjadi guru di Sekolah
Teladan selama dua tahun.8

Warisan dari pamanya sebenarnya membuatnya mampu untuk melanjutkan studi di


perguruan tinggi yang sempat terputus. Namun Froebel lebih memilih untuk menjadi guru.
Dan hal itu membuatnya bahagia. Dua tahun setelahnya ia melanjutkan kembali studinya di
Universitas Berlin, dan pada tahap itu, pertumbuhan intelektualnya semakin tinggi. Tetapi
pelajaranya terputus karena perang. Ia masuk tantara dan berkenalan dengan Wilhelm
Midendorf dan Heinrich Langethal. Melalui persahabatan inilah pikiran Frobel terbuka untuk
melakukan pembaharuan Pendidikan.9

Pada tahun 1818 Froebel menikah dengan Henrietta Wilhelmine Hoffmeister. HW


Hoffmeister adalah seorang janda yang usianya tiga tahun lebih tua dari pada Froebel. Ia
adalah puteri dari seorang petugas Departemen Pertahanan dalam pemerintahan Prusia.10

Pada tahun 1826 Froebel memaparkan pikiranya tentang Pendidikan dalam buku yang
berjudul, Pendidikan bagi Umat Manusia. Tetapi buku tersebut tidak banyak pembacanya,
karena dua alasan pokok, yaitu tidak ada jaringan perdagangan seperti yang lazim tersedia

7
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan,Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta, BPK
Gunung Mulia, 2003), hlm 280.
8
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 138.
9
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan,Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta, BPK
Gunung Mulia, 2003), hlm 277.
10
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 139.
karena ia sendiri yang membayar biaya penerbitannya. Alasan kedua adalah karena gaya
penyampaian pikirannya agak kaku.

Pada tanggal 12 Agustus 1831, ia sudah mendapatkan izin untuk membuka sekolah
Wartensee dari Menteri pendidikan dan kebudayaan Swis. Tidak lama sesudah pembukaan
sekolah itu sebuah artikel tentang sekolah Froebel diterbitkan dalam surat kabar. Pada tahun
1837 Froebel membuka lembaga yang dinamakan “Sekolah Latihan Psikologi Bagi Anak-
anak melalui Permainan dan Kegiatan”, meskipun ia tidak puas dengan nama tersebut,
alasannya karena dengan kata “sekolah” justru akan menggambarkan suatu unsur organisasi
yang teratur dan ketat. Padahal Froebel mendirikan sekolah tersebut tidaklah dalam maksud
demikian. Maksudnya ialah supaya anak-anak dapat bertumbuh lebih bebas sampai pada ia
mencapai tahap kedewasaannya. Kebebasan yang dimaksud lebih cenderung kepada
menikmati hidup dengan pengawasan yang penuh kasih. 11 Ia merealisasikan cita-citanya
dengan meresmikan sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Kindergarten. Nama
inilah, sebagai awal dari nama taman kanak-kanak. Walaupun banyak tantangan (sampai
ditutupnya lembaga pendidikan ini) tidak membuat Froebel patah semangat sehingga ia
berniat untuk mengembangkan cita-citanya di Amerika.12 Tetapi ditengah prestasi Froebel
yang sedang menanjak, pada tanggal 13 Mei 1839 istri Froebel, Hoffmeister meninggal dunia
karena sakit keras.13

Pada tahun 1849 Froebel pindah ke Liebenstein. Kehidupan Froebel di Liebenstein


diperkaya oleh kedatangan wanita yang bernama Nn. Luise Levin. Luise Levin bekerja
sebagai pembantu rumah di komleks persekolahan di Keilhau dulu. Walaupun secara resmi ia
tidak lebih daripada pembantu saja, namun ia berhasrat menjadi guru Taman Kanak-kanak.
Pada tanggal 9 Juni 1851 Froebel dan Nn Luise Levin menikah. Pada saat itu usia Froebel
enam puluh sembilan tahun dan ia lebih tua tiga puluh tiga tahun daripada Lauise Levin.
Pernikahan mereka hanya berlangsung satu tahun karena tanggal 21 Juni 1852 Froebel yang
merupakan pendiri Taman Kanak-kanak itu meninggal dunia.14

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam
berkenaan dengan implementasi dari teologi PAK menurut Froebel dalam kehidupan sehari-
hari terkhusus di tengah-tengah dunia pendidikan.
11
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan,Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta, BPK
Gunung Mulia, 2003), hlm 293.
12
Anita Yus, Model Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm 5.
13
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 145.
14
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 146.
II. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Observasi. Metode
observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan, dengan
disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Metode
observasi dapat dimaksudkan suatu cara pengambilan data melalui pengamatan langsung
terhadap situasi atau peristiwa yang ada dilapangan.15

III. Pembahasan

Menurut Froebel, Pendidikan Agama Kristen adalah pelayanan yang mengantar


manusia sedemikian rupa supaya hukum batin dari Kesatuan Ilahi dapat dihayati dan
diamalkan secara murni, tidak bercacat dan bebas. Melalui rumusan itu Froebel sangat
menjunjung tinggi martabat manusia. Oleh karena itu, pendidikan sebagai proses yang
membimbing dan memperlengkapi seseorang harus bersifat rohani dan tidak hanya bersifat
intelektual saja. Dalam pemikiran dan praktik PAK Froebel, rumah tangga merupakan
konteks Pendidikan Agama Kristen yang pertama. Orangtua harus lebih peka terhadap sifat
perkembangan anak agar ia dapat berkembang sepenuh-penuhnya. Orangtua harus
membimbing anak bertumbuh sekaligus menolongnya mencapai prestasi yang sepatutnya.
Menurut Froebel tujuan orang tua bagi pemeliharaan anak dalam lingkungan rumah tangga
adalah untuk membangun, mengembangkan dan menghidupkan semua kekuatan serta
pembawaan anak, baik secara jasmani maupun rohani sehingga anak semakin sadar akan
kesatuannya dengan Allah.

Sekolah merupakan konteks pendidikan Agama Kristen yang kedua. Sekolah wajib
memberi bimbingan agama kristen. Agar pendidikan agama kristen itu ampuh dalam
kehidupan anak didik maka Pendidikan Agama Kristen itu diperlukan dukungan oleh gaya
hidup orang dewasa sekitarnya, khususnya para guru dan orangtua. Ada empat pengalaman
yang tergolong dalam pendidikan agama kristen, yaitu: 1) Nyanyian rohani dan doa, 2)
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus, 3) Tabiat Allah yang diejawantahkan ke dalam
segala ciptaan-Nya, 4) Bimbingan yang menolong anak didik menang atas kesulitan.16

Menurut Froebel Teologi adalah dasar pertama dalam pikirannya. Keyakinan Froebel
akan Allah menjadi dasar yang tampak dalam segala ciptaan. Dan kesatuan ilahi itu bersifat

15
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususna Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
hlm 104.
16
Daniel Stefanus, Sejarah PAK, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm 149-150.
Tritunggal, dalam arti sebagi Pencipta, melalui anak-Nya Yesus dan melalui Roh Kudus.
Menurut teologi Froebel, percaya berarti mengikut Yesus. Bagi Froebel manusia tidak bekerja
hanya untuk memperoleh rejeki secara jasmani, juga bekerja untuk mewujudkan
perkembangan diri secara rohani. Lebih tepat lagi, pekerjaan bersifat rohani dan mirip dengan
kegiatan kreatif dari Allah sendiri. Dan pendidikan termasuk di dalam pekerjaan rohani.

Dasar Pendidikan kedua adalah Ilmu Jiwa atau yang disebut dengan gaya bertindak
anak. Hakikat tinjauan itu dapat diringkas dalam dua dalil pokok, yaitu:

1. Anak berhak diperlakukan sebagai seorang anak sewajarnya, dan tidak dianggap
sebagai orang dewasa yang dalam arti fisik pendek dan kecil.
2. Orang tua atau guru wajib memberi bimbingan kepada anak.
Semua keinginan untuk belajar hanya akan dipuaskan ketika anak sadar akan
hubungannya dengan Allah, satu-satunya kehausan yang akan menolongnya mengetahui
siapa ia sebenarnya.
Froebel menjelaskan bahwa ada dua konsep pendidikan yang terkenal:17
a. Pendidikan harus berbasis pada aktivitas diri.
b. Pendidikan harus berlangsung dengan memperhatikan harga diri siswa dan dengan
memberikan contoh mengenai nilai-nilai luhur yang perlu dijunjung.

Terdapat empat asas-asas utama Pendidikan, yaitu:

1. Pendidikan adalah pengalaman rohani yang mengantar anak didik bertindak sesuai
dengan jati dirinya sebagai mahluk yang belum lengkap sebelum ia mengakui
kesatuannya dengan Allah.
2. Asas perkembangan terdiri atas empat pola:
a. Benih yang kelak menghasilkan kedewasaan sudah ada dalam diri anak.
b. Guru memperlihatkan anak sebagai pribadi yang unik tetapi yang perlu
memperoleh tempat yang sehat dalam kelompok.
c. Menolong anak untuk berpengalaman dan mampu menyampaikan apa yang
dirasakannya.
d. Menolong anak untuk hidup dinamis.

Sunda Ariana, Manajemen Pendidikan: Peran Pendidikan dalam Menanamkan Budaya Inovatif dan
17

Kompetitif, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2017), hlm 22.


3. Belajar dengan bahasa lambang berupa obyek seperti bola, kubus, tulisan, lagu,
gambar.
4. Belajar dengan berbuat. Ada lima bentuk tugas belajar anak:
a. Bermain.
b. Menyanyi
c. Menggambar
d. Memelihara tanaman atau binatang kecil
e. Berkesinambungan.

Frobel memberi perhatian khusus terhadap Praktek Pendidikan :

1. Tujuan umum
Mencakup Pendidikan yang melibatkan anak dalam pengalaman belajarnya supaya ia
memecahkan masalah secara cerdas, bermoral dan adil terhadap dirinya sendiri, dan
sesamanya manusia. Tujuan agama Kristen melibatkan anak dalam pengalaman belajar yang
berporoskan kasih, pengetahuan, pengertian dan keterampilan yang diperoleh melalui
bimbingan dari guru akan menolong anak menemukan jati dirinya dan menyadari
kesatuannya dengan Allah.
2. Kurikulum Khusus
Untuk anak dari golongan usia pra sekolah, anak dari masa taman kanak-kanak, anak
kecil dan anak tanggung. Froebel mempersiapkan “pemberian” yang melatih anak melihat
hubungan-hubungan dan “kerajinan tangan” yang mengiatkan anak untuk mengubah bahan
dan menguntingnya, mencat, melem dan sebagainya. Pendidikan agama Kristen untuk anak
dari semua golongan umur berporos pada agama sebagai pengalaman yang berlangsung
secara wajar dalam kegiatan sehari-hari dan bukan sebagai sejumlah bahan alkitabiah dan
dogmatis yang perlu dihafalkan.
3. Metodologi
Dua belas macam metode dibicarakan, yakni: berdoa, percakapan, menghafalkan,
mengucapkan jawaban secara Bersama, bermain, swakaji, meninjau dan memeriksa,
pelaporan, bertanya, mengajar berdasarkan pola-pola, bercerita, serta latihan dan ulangan.
4. Peranan Guru
Guru memainkan peranan penting bukan sebagai seorang yang memberi jawaban,
melainkan sebagai penolong yang membimbing anak untuk memupuk kemampuannya. Oleh
karena itu, seorang bakal guru yang berbakat perlu memperoleh persiapan bagi pelayanan itu.
Sesudah guru-guru terlatih ada, masyarakat wajib menyediakan fasilitas dan gaji yang sesuai
dengan kepentingan dari pelayanan bagi angkatan muda itu.
5. Peranan Keluarga

Apabila masyarakat dan guru tidak memperhatikan pengalaman belajar sebelum anak masuk
kelas, maka mereka membuat kekeliruan, karena mutu dasar Pendidikan di dalam rumah
tangga sedikit banyak dilalaikan, bahkan diajar secara salah. Alhasil, guru dibebani oleh tugas
mengatasi kekurangan yang tampak dalam diri anak. Oleh karena itu, Froebel ingin
melibatkan keluarga dalam pelayanan Pendidikan melalui seri pengalaman dasariah yang
berlangsung dalam suasana kasih, demikianlah keluarga dapat memenuhi peranan mencolok
dalam Pendidikan anak sebelum ia masuk taman kanak-kanak dan kelas satu sekolah dasar
nanti.

Hasil Temuan

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di TK Beringin Permai yang


beralamatkan di jalan Protokol Perumnas Pagar Beringin dan wawancara yang dilakukan
kepada salah satu guru di sekolah tersebut yaitu ibu ES. Maka hasil yang diperoleh dari
wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

TK Beringin Permai, salah satu sekolah tingkat dasar yang terbilang sangat strategis
di jangkau, sebab lokasi sekolah ini adalah ditengah perumahan yang secara fisik berada tepat
dipinggir jalan. Jumlah siswa di TK Beringin Permai adalah 23 orang. Di masa pandemi
covid 19 ini para guru dengan rendah hati dan penuh kesabaran mendatangi anak-anak di
rumahnya dengan protokol kesehatan yang lengkap. Kebijakan sekolah menerapkan sistem
belajar yang demikian didasari karena pada pimpinan sekolah dan guru tergerak untuk
mencerdaskan para peserta didik. Pandemi yang berkepanjangan membuat anak-anak usia
dini banyak tertinggal materi dan menjadi banyak tidak tahu tentang calistung (Baca Tulis
Hitung). Fenomena tersebut dibuktikan ketika para siswa masuk ke tingkat SD guru di tingkat
SD mengeluhkan siswa/i yang belum bisa menulis, membaca dan menghitung dengan baik.
Kelemahan para siswa membuat pada guru memiliki kerinduan untuk melayani siswa melalui
mengunjungi siswa ke rumah-rumah dan dengan sabar mengajarinya. Dengan sabar para guru
mengunjungi para siswa satu persatu ke rumah masing-masing dan kegiatan tersebut

Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan,Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta, BPK
Gunung Mulia, 2003), hlm 300-330.
dilakukan secara bergilir selama beberapa waktu sampai semua siswa sudah dikunjungi dan
kegiatan tersebut diulangi untuk beberapa kali sampai habis semester.

Ketika penulis mewawancara ES tentang apa tujuan tetap dilaksanakannya


pembelajaran dengan rela mendatangi para siswa ke rumah? Maka ES selaku guru menjawab
bahwa para guru terbeban moral supaya siswa dapat belajar dengan baik serta dapat
berkembang sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Dengan pertolongan orang tua dan
guru, maka diharapkan para siswa dapat berkembang semakin berprestasi dalam setiap tahap
perkembangannya. Dengan meletakkan takut akan Tuhan menjadi dasar utama dalam
pembelajaran dan pertumbuhan iman spiritual siswa, maka diharapkan para siswa dapat
menyerahkan senantiasa melibatkan Allah dalam setiap lakunya, dimulai dari dasar, yaitu
sejak mereka kanak-kanak sampai mereka dewasa nantinya. Maka dalam proses
pembelajaran yang diterapkan dirumah-rumah, para guru tetap membebaskan siswa untuk
memperoleh hak dan keingintahuannya diusianya yang masih cukup dini. Membiarkan anak
tetap berkembang tetap dalam pantauan guru dan orang tua di rumah. Dengan demikian maka
pada usia dini, pengalaman belajar anak akan lebih menyenangkan dan berarti.

Sub-bagian Hasil Temuan

Berikut ini adalah lampiran visi misi dari TK Beringin Permai yang juga turut
menunjang terlaksananya suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga dapat
menolong siswa untuk mencapai prestasi dalam setiap tahap perkembangannya.

a. Visi
1. Sekolah yang memiliki lingkungan belajar yang religius, aman, nyaman,
menyenangkan, dan diminati masyarakat.
b. Misi
1. Menciptakan suasana kelas yang religius
2. Menjangkau anak usia dini agar mengenal huruf dan angka
3. Melatih anak agar lebih mandiri dan percaya diri
4. Menciptakan lingkungan fisik sekolah yang aman, rapi, bersih, nyaman.
IV. Kesimpulan

Teologi PAK menurut Friedrich W.A. Froebel mengingatkan kepada setiap keluarga
dan pendidik bahwa Percaya akan keberadaan Allah merupakan dasar utama dalam
pendidikan. Artinya Teologi adalah dasar pertama, Froebel menjelaskan bahwa percaya
berarti mengikut Yesus dalam usaha-Nya melaksanakan kehendak Allah serta senantiasa
melibatkan Allah dalam setiap laku ditengah-tengah kehidupan. Dasar pendidikan yang kedua
adalah ilmu jiwa atau tinjauannya terhadap gaya bertindak anak. Yang artinya, biarlah anak
tetap memperoleh haknya sebagai anak, menikmati masa kanak-kanaknya untuk belajar
hingga si anak sadar akan hubungannya dengan Allah, satu-satunya kehausan yang akan
menolongnya mengetahui siapa ia sebenarnya. Dan dalam proses itu, orang tua dan guru atau
pengajar sebagai konteks PAK, wajib memberi bimbingan kepada anak untuk menolongnya
mencapai prestasi dalam setiap tahap perkembangannya.

V. Referensi

Ariana, Sunda. 2017. Manajemen Pendidikan: Peran Pendidikan dalam Menanamkan


Budaya Inovatif dan Kompetitif. (Yogyakarta: Penerbit ANDI).

Stefanus, Daniel. 2009. Sejarah PAK. (Bandung: Bina Media Informasi).

Boehlke, R Robert. 2003. Sejarah Perkembangan,Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama


Kristen, (Jakarta, BPK Gunung Mulia).

Yus, Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana).

Anda mungkin juga menyukai