Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yeremia Ofen Tamba

Nim : 16.102

Mata Kuliah : PAK Anak

Dosen : Pdt. Joksan Simanjuntak, M.Th

1. YOHANNES AMOS COMENIUS (KOMINSKY)


BAPAK PENDIDIKAN MODERN

Teologi adalah dasar pertama yang menyoroti teori dan praktek pendidikan. Dengan
memanfaatkan dasar ini Comenius lebih dekat dengan Loyola ketimbang Luther dan Calvin,
karena ia tidak menjelaskan iman Kristen secara sistematisia. Manusia adalah ajaran Teologi
kedua yang menyoroti pandangan Comenius tentang pendidikan. Ia mulai pembahasan tentang
manusia dengan mengutip dari kejadian 1:26 di dalamnya tersirat tiga pokok tentang jati diri
manusia.

a) Manusia adalah makhluk rasional, yang berarti bahwa Tuhan telah memberikan tugas
khusus kepadanya untuk menamai segala sesuatu(Kej.2:19).
b) Manusia adalah tuan atas segala makhluk lain dan oleh karena itu ia wajib memanfaatkan
segalanya sesuai denganpanggilan ilahi yang berkaitan dengan setiap jenis ciptaan.
c) Manusia wajib mencerminkan semua sifat asli dari gambar Allah didalam dirinya.

Kemahatahuan adalah gambar asli lain dari Allah, yang dicerminkan dalam manusia dan amat
relevan bagi dasar Teologi Pendidikan. Manusia dapat dididik secara benar, karena memang
itulah maksud Allah baginyakata “Benar” ini berarti bahwa manusia dapat diajar tentang
Allah,sesamanya dan benda-benda. Dalam manusia yang diciptakan segambar dengan Allah
terdapat kebutuhan untuk:

a) Berada yaitu untuk hidup. Oleh karena itu ,orang harus diajar untuk
menghargai/mengasihi kehidupan kekinian ini agar ia berharap hidup selama-lamanya.
b) Manusia mempunyai kebutuhan untuk mengangap dirinya makhluk yang berharga.
c) Terdapat kebutuhan untuk mengetahui dunia sekitarnya.
d) Manusia harus memahami hal-hal yang ia ketahui.
e) Manusia mempunyai kebutuhan untuk hidup merdeka
f) Manusia membutuhkan kesempatan untuk hidup secara aktif agar memanfaatkan segala
bakat dan tenaga.
g) Terdapat kebutuhan untuk memiliki harta benda yang cukup supaya setiap orang
memperoleh rezeki yang halal dna tidak menginginkan kepunyaan orang lain.
h) Setiapa orang mempunyai kebutuhan untuk hidup aman juga.
i) Manusia mempunyai kebutuhan yang dasariah untuk dihargai dan dihormati.
j) Setiap orang membutuhkan kemampuan menyampaikan gagasannya secara fasih dan
jelas kepada sesamanya.
k) Setiap orang ingin disukai orang lain
l) Kebutuhan menikmati berkat Allah,kebahagiaan hati dan kesenangan mendalam yang
berkaitan dengan keyakinan bahwa kehidupan berporos pada Allah.

Dalam pemikiran dan praktek Comenius, kehidupan manusia yang dibagi atas tujuh tahap itu
menjadi lingkungan luas bagi pendidikan, karena pendidikan berarti pembentukan tubuh, akal
jiwa dan manusia. Sama seperti pemikir lain di bidang pendidikan agam Kristen, Comenius pun
mengangap bahwa Allah adalah pengajar utama. Comenius menggakui bahwa misteri
pertumbuhan intelektual dan rohani adalah berkaitan dengan misteri pertumbuhan intelektual dan
rohani adalah berkaitan dengan misteri yang lebih agung lagi, yaitu pemilihan ( predestinasi)
ilahi. Gagasan Comenius lah yang mencakup orang tua secara langsung dalam sistem
persekolahan dan hanya dialah yang pernah mengarang sebuah buku khusus untuk bimbingan
mereka , yaitu Sekolah Bayi. Singkatnya apabila semua anak dididik, maka semuanya akan
diperlengkapi dengan segala sesuatu yang perlu untuk berpikir, memilih mengikuti serta berbuat
hal-hal yang baik.

2. JEAN-JACQUEES ROUSSEAU
PELOPOR ILMU JIWA PENDIDIKAN

Dalam bukunya Emile pada judul “Pengakuan Iman seorang imam savoi”, Rousseau tentang
agama bahwa seharusnya teori pendidikan adalah sebagai pedoman kepada anak didiknya ialah
sifat, minat dan kebutuhan. Menurutnya bahwa manusia seharusnya mengikuti apa yang jadi
kehendak oleh Yesus kepada orang Kristen, karena Yesus adalah guru yang mengajarkan serta
mengamalkan moralitas yang tidak terbatas. Ruang lingkup studi dalam anak menurut Rousseau
ada 4 golongan atau tingkat dalam umur, yaitu;

a) pertama 0 sampai dengan 4 tahun (balita): menurutnya anak bayi atau balita mempunyai
kebebasan untuk bergerak atau menggerakkan anggota badannya, berhak disusui oleh
ibunya, anak balita berhak mendapatkan atau menerima sokongan bendawi namun juga
tidak lepas peran dari seorang ayah dan anak balita berhak memberikan pendidikan
terlebih dari seorang ayah.
b) kedua, masa kanak-kanak (umur 5 sampai dengan 11 tahun): pada masa ini anak sering
disamakan denagn irama alam, mereka sedang menikmati waktu peka tertawa, bermain,
memeriksa dunia sekitarnya. Mereka juga menguji kekuatan dan kemampuan yang
semakin bertambah dalam dirinya dan hidup bebas dari hambatan atau banyaknya
hambatan yang didirikan secara salah oleh orang dewasa.
c) ketiga umur 12 samapi dengan 14 tahun dan masa ini ini disebut masa pra-puber. Pada
masa ini anak sangat focus dengan kegiatan yang menggunakan akal. Dalam pengajaran
pada golongan ini adalah banyak pengalaman yang menambah rasa penasarannya akan
sesuatu dan menjadikan pengalaman sebagai pelajaran baginya.
d) keempat, ini adalah masa puber atau umur 15 samapi dengan 20 tahun. Tingkat
pendidikan anak dalam masa ini semakin dewasa atau lebih sejati. Golongan ini lebih
menekankan rasa keingintahuan dalam golongan pra-puber menjadi semakin kuat dengan
pengalaman yang lebih tentang pendidikan dengan perasaan yang positif. Pada masa ini
pendidikan agama dan seks lebih meluas.

Secara umum menurut Rousseau ialah perlunya pendidikan, karena ia setuju dengan dalil
Comenius bahwa manusia tidak dicapai atau diperoleh sebagai hasil kelahiran saja melainkan
juga oleh pendidikan yang berdasar pada alam, manusia dan benda-benda.

Tujuan umum dalam pendidikannya adalah mengembangkan semua bakat naradidik agar mereka
diperlengkapi hidup yang merdeka atau bebas dari prakarsa orang lain. Guru yang berperan
dalam pendidikan bagi naradidik menurut Rousseau yakni, alam namun dengan peran serta guru
dan orangtua dan pelajarnya ialah anak laki-laki dan perempuan dan bahkan ia lebih
memfokuskan pendidikan pada perempuan karena akan menjadi seorang istri dan ibu. Kurikulum
yang digunakan Rousseau yaitu, bersifat kontekstual sesuai dengan golongan yang ada. Asas-
asas dari pendidikan khusus Rousseau adalah berporos pada teologi dan ilmu jiwa.

3. JOHAN HEINDRICH PESTALOZZI


PENDIRIN SEKOLAH DASAR MODERN

Ia memakai pengertian Iman Kristen untuk meyakinkan para pembaca bahwa pendidikan sesuai
dengan Iman mereka. Semua orang adalah anak Allah, karena dialah yang mengaruniakan hidup
kepada mereka. Pestalozzi ingin mengutamakan pentingnya percaya akan Allah Bapa, karena
hubungan ini berbeda dengan hubungan antar orang, hanya hubungan dengan Allah Bapalah
yang bersifat abadi.

1) Alam sebagai pedoman

Alam perlu diketahui dan dihargai karena Allah sendiri menikamati ciptaanNYA. Pestalozzi
bermaksud mengetahui sifat anak dan cara berkembang.

2) Yesus, Juruselamat Dunia

Dalam karya Pestalozzi jumlah nama Allah disebut. Tampak dalam cara hidupnya yang
dipengaruhi oleh contoh Yesus sendiri.

3) Manusia, Jatidirinya

Dibahas dalam tiga pokok, yakni: manusia sebagai makhluk alam, manusia sebagai makhluk
sosial, dan manusia sebagai makhluk moral. Disamping ketiga jati diri itu, terdapat dua macam
yang mendasari semua pikirannya, yaitu manusia sebagai oknum yang percaya dan manusia
yang bernasib ilahi.

4) Pengalaman beriman secara pribadi.

Menurut Pestalozzi, pikiran teologisnya tidak sebanding dengan kedalaman teologis yang kita
kenal hal itu dibenarkan khususnya oleh pembahasan dalam bagian manusia.

Pestalozzi mendahului perkembangan dengan jalan menarik kesimpulan tentang kelakuan anak
berdasarkan percobaan sederhana di ruang kelas. Pendidikan merupakan, suatu ilmu yang harus
mendasarkan pengetahuanyang paling dalam tentang tabiat manusia. Pendidikan perlu
dilaksanakan dari dua segi, yakni segi praktek dan segi teori. Pendidikan akan mengubah mutu
kehidupan. Tujuan umum dari pendidikan ialah menghasilkan seorang yang bijaksana dan bijak
dalam kehidupannya, manusiawi dalam semua hubungan dengan sesamanya manusia dan
seorang yang hidup beriman sebagai makhluk yang bergantung pada Allah. Pestalozzi memberi
perhatian pada tujuan kurikuler dan instruksional, yaitu memperoleh pengetahuan yang berporos
pada jumlah, bentuk, dan bahasa.

4. FRIEDRICH W.A FROEBEL


PENDIRI TAMAN KANAK-KANAK

Masa kanak-kanak Froebel tidak bahagia, tatkala umur Sembilan tahun ibunya meninggal. Ayah
dan ibu tirinya tidak memperdulikan dia lagi. Namun, hasrat untuk memperbaiki keadaannya
tetap ada. Ia mulai membaca buku-buku yang bermutu tinggi. Diluar dugaannya pengalaman itu
memepersiapkannya untuk memasuki tahap baru dalam kehidupannya. Warisan dari pamannya
memampukannya untuk melanjutkan study nya pada perguruan tinggi. Tetapi semuanya tidak
terpenuhi karena ia merasa diri ditantang oleh Tuhan untuk menjadi seorang guru. Ia
menjawabnya dengan positif. Setelah dia mulai mengajar, ia bergembira karena ia berbakat
mengajar. Minatnya terhadap pendidikan yang dimulai Frankfurt dan dipertinggi dibawah
pengalamannya dengan Pestalozzi di Yverdun tidak kunjung padam, sesungguh pun ia belum
siap untuk menjadikannya sebagai panggilan hidup.

Pada tanggal 16 November 1816 Froebel membuka sekolah di Griesheim, tempat tinggal
iparnya, Janda Christoph. Teologi adalah dasar pertama dalam pikiran Froebel. Keyakinan
Froebel akan Allah sebagai kesatuan asli yang tampak dalam segala ciptaan. Tetapi kesatuan
Ilahi itu bersifat tritunggal, dalam arti Dia mengejawantahkan Diri sebagai pencipta, melalui
seorang laki-laki yang menyerap keseluruh keberadaan Allah dalam dirinya, yaitu Anaknya dan
melalui roh segala sesuatu, bahkan Allah menyingkapkan diri sebagai Hidup yang Tunggal,
yakni Roh-Nya. Sifat tritunggal itu tampak pula dalam segala sesuatu dalam arti setiap jenis
ciptaan, yang menyatu dalam dirinya dan sekaligus pula menjadi bagian dari kesatuan yang lain.

Froebel menjadi juru bicara tentang pentingnya bermain dalam perkembangan anak. Dengan
bermain, anak belajar menyesuaikan diri dengan orang lain. Dengan pengetahuan dan
kemampuan yang sangat kuat, anak ingin memperoleh peluang untuk menggarap sebidang tanah
khusus untuk maksudnya. Dengan memelihara tanaman, ia belajar merasa lebih sayang terhadap
semua makhluk hidup. semua keinginan untuk belajar hanya akan dipuaskan ketika anak sadar
akan hubungannya dengan Allah, satu-satunya kehausan yang akan menolongnya mengetahui
siapa ia sebenarnya.

5. ROBERT RAIKES DAN PERKEMBAGAN SEKOLAH MINGGU

Raikes adalah seorang yang memprakarsai suatu rencana untuk mendidik anak miskin pada hari
minggu, yang ia ejawantahkan dalam lembaga Sekolah Minggu. Raikes mengambil keputusan
untuk melakukan percobaan dengan sekolah sederhana bagi anak miskin. Raikes meminta
bantuan kepada seorang ibu agar mendidik beberapa anak di rumahnya, dengan gaji yang
dibayarkan oleh Raikes. Sayangnya, setelah beberapa bulan, ibu tersebut tidak mau menerima
anak didik dari Raikes, karena banyaknya kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak tersebut.
Pendidik kemudian digantikan oleh Ibu Critchley. Chritchley menjadwalkan kegiatan anak
didiknya dengan teratur, bahkan anak-anak tersebut berkesempatan beribadah minggu serta
sempat untuk menghafalkan katekismus. Pendirian sekolah minggu pertama, ternyata
tidak terlepas dari bantuan pihak lainnya.Thomas Stock misalnya, seorang pendeta jemaat yang
merangkap jabatan kepala sekolah katedral di Gloucester, menjelaskan bahwa gagasan dan
pedirian Sekolah Minggu pertama itu terjadi di dalam jemaatnya sendiri sebagai usaha kerja
sama antara ia dan Raikes. Halini sempat menjadi dilema bagi para pakar sejarah perkembangan
pendidikan mengenai siapayang mengagaskan ide Sekolah Minggu. Boehlke menuliskan, yang
jelas adalah bahwa melalui surat kabar Raikes-lah gagasan tersebut disampaikan kepada
masyarakat pembaca yang jauh diluar daerah Gloucester.Para sejarawan setuju untuk memilih
Raikes sebagai pendiri Sekolah Minggu, ditengah banyaknya nama yang memungkinkan untuk
dipertimbangkan, termasuk Stock. Terdapat alasanyang tepat untuk memilih Raikes sebagai
pendiri Sekolah Minggu, yaitu tanpa publisitas yangdilakukan oleh Raikes melalui surat
kabarnya, penyebarluasan gagasan Sekolah Minggu tidak dapat terjadi, dan akibatnya banyak
orang lain tidak akan mendirikan Sekolah Minggu di tempatmereka masing-masing.

Raikes tidak menjadikan teologi sebagai dasar praktek pendidikan. Dalam kehidupannya sebagai
pendidik, Raikes tidak pernah mengkhususkan suatu golongan tertentu dalam pendidikan.
Baginya setiap golongan manusia sudah memiliki bagiannya masing-masing. Misalnya bagi
kaum miskin, Raikes tidak pernah menuntut pendidikan bagi mereka walaupun ia berfikiran
bahwa kualitas hidup kaum bawah perludiperbaki. Untuk itu Raikes hanya mengajarkan hal-hal
sederhana kepada anak-anak yangsebenarnya sudah memberikan dampak yang besar bagi
mereka. Seperti mengajar membaca danmenulis, dengan begitu mereka dapat membaca Alkitab.
Pemikiran tersebutlah yang memicu Raikes untuk membentuk sekolah minggu.Tujuannya agar ia
dapat menolong angkatan muda agar hidup lebih tenang dalam masyarakatindustri yang sedang
dibangun. Namun ternyata Raikes tidak berfikiran bahwa sekolah minggu akan memberikan
dampak besar bagi negara itu. Hal tersebut malah dirasakan oleh pengusaha Inggris yang
berfikiran bahwa ketika anak-anak dapat membaca dan menulis mereka akan sadar bahwa
sebenarnya anak-anak itu dapat memperbaiki keadaan mereka. Pengusaha dan beberapa pihak
gereja menjadi sekutu yang berusaha untuk menentang pendirian sekolah minggu.Beberapa
tuduhan mengatakan bahwa Raikes bukanlah orang yang saleh karena ia sudahmelanggar
kekudusan hari sabat. Hal tersebut karena Raikes memiliki pekerjaan sebagai seorang pencatat
berita. Ia mencatat beritanya pada hari minggu dan menerbitkannya pada hari senin.Beberapa
kecaman juga ia terima dari pihak gereja. Gereja pada masa itu berfikir bahwa mendidik anak
pada hari sabat berarti tidak menjaga kesucian hari sabat itu sendiri. Namunalasan sebenarnya
kenapa mereka mengecam adalah karena gereja takut kekuasaan mereka akan diganggu dengan
ajaran-ajaran yang tidak diawasi pendeta. Di dalam menanggapi kecaman-kecaman tersebut
Raikes memang tidak memiliki kutipan-kutipan khusus mengapa ia membentuk sekolah minggu.
Terlihat bahwa ia rela dikecamdan ditolak oleh banyak orang asalkan anak-anak ini dapat dididik
sehingga mereka memilikikelakuan yang jauh lebih baik. Raikes hanyalah orang awam dengan
hati nurani yang dibentuk oleh hubungannya dengan iman.

Bahan Diskusi

Apakah dengan adanya pengajaran anak dapar memberikan reaksi negatif kepada orang tua?
Dengan adanya pengajaran anak, apakah pengajaran anak dari orang tua masih diperlukan
sepenuhnya?

Anda mungkin juga menyukai