Anda di halaman 1dari 5

Khotbah Yunus 1:1-17

Tuhan Turun Tangan dalam Ketidaktaaatan Hamba-Nya


Saudara, ada seorang hamba Tuhan muda, yang telah tiga tahun melayani di sebuah gereja.
Suatu hari, datanglah Gembala Sidang gereja tersebut kepada hamba Tuhan muda ini. Dia
berkata, ”Engkau akan ditempatkan ke tempat lain, agar kamu dapat dipakai Tuhan lebih
lagi.” Mendengar hal itu, hamba Tuhan ini gembira. Terbayang di pikirannya, ia akan
melayani di kota yang lebih besar dari tempatnya sekarang. Tetapi, betapa terkejutnya
hamba Tuhan muda ini, setelah mengetahui bahwa dirinya ternyata ditempatkan di sebuah
desa yang kecil. Ia pun marah kepada Tuhan,”Tuhan, Mengapa Kau tempatkan aku di
desa?”
Di dalam kekecewaannya, hamba Tuhan muda ini berpikir untuk pindah pelayanan ke
gereja lain. Ia menghubungi beberapa temannya, siapa tahu mereka punya info pelayanan
yang lebih menarik, yang sesuai dengan harapannya. Di tengah-tengah usahanya tersebut,
Tuhan mengijinkan hamba Tuhan ini jatuh sakit dan harus diopname selama satu bulan di
rumah sakit. Ia merasa sedih, karena ia tidak dapat beraktivitas, tidak dapat melayani seperti
biasanya. Suatu malam, ia merenung dan Tuhan bicara dalam hatinya, “Anak-Ku, mengapa
engkau memilih-milih pelayanan? Bukankah jika Aku mau memakaimu, itu adalah
anugerah?” Hal itu membuat hamba Tuhan ini sadar bahwa ia adalah seorang hamba, yang
seharusnya taat kepada Tuannya. Melalui sakit, Tuhan membawa hamba Tuhan ini kembali
taat melakukan panggilan pelayanan yang Ia berikan.
Saudara, bukankah kerapkali, kita seperti hamba Tuhan muda ini? Kita berharap
mendapatkan tempat pelayanan yang sesuai dengan harapan kita, yang nyaman, aman, sesuai
dengan impian kita. Bahkan, kita sudah menetapkan rencana kita ke depan, akan melayani di
manakah kita. Mungkin kita tahu prinsip yang mengatakan, ”Jadi hamba Tuhan itu harus taat
pada kehendak Tuhan. Ke mana saja Tuhan pimpin, kita harus taat.” Tapi, bukankah pada
prakteknya susah? Seringkali ketika kita diperhadapkan pada pelayanan yang tidak sesuai
dengan harapan, kita sulit untuk taat pada Tuhan. Mungkin kita menerima pelayanan itu,
namun sambil mengomel, melayani dengan setengah hati, atau bahkan tidak sedikit dari kita
yang menolak pelayanan itu, mengabaikannya, seolah-olah pelayanan itu bukanlah kehendak
Tuhan. Saudara, sering kali kita menyangka bahwa kita dapat mengingkari panggilan
pelayanan Tuhan, namun ketahuilah bahwa Tuhan sanggup menggunakan berbagai
cara untuk membawa kita kembali taat melakukan panggilan pelayanan tersebut.
Itu artinya, ketidaktaatan kita tidak dapat menggagalkan rencana Tuhan.
Bukankah kita sering mendengar kesaksian dari para hamba Tuhan, atau teman kita yang
dulunya juga menolak panggilan Tuhan dalam pelayanan mereka? Namun pada akhirnya,
mereka tidak dapat lari dari panggilan Tuhan. Saudara, dalam perikop yang kita baca, Yunus
juga pernah menolak panggilan pelayanan dari Tuhan, namun ia mengalami tangan Tuhan
yang kuat, yang membawanya kembali melakukan panggilan pelayanan yang Tuhan berikan.
(Ya kadang kita juga seperti Yunus ya teman2 menolak panggilan Tuhan dlm pelayanan,
contohnya apa teman2, ya contohn kecilnya ketika kita di jadwalkan untuk mengambil
bagian dalam Ibadah entah itu sebagai Mc atau liturgi kadang kita menghindar atau tidak
dtg lagi ibadah dengan berbagai macam alasan )
Rekan2 yg terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Suatu kali datanglah firman Tuhan
kepada Yunus,kita bisa pada ayat yang ke....... ”Bangun, pergilah ke Niniwe, kota yang besar
itu, serukanlah berita pertobatan kepada mereka. ini menunjukkan komunikasi Tuhan kepada
orang pilihan-Nya. Tuhan menggerakkan orang pilihan-Nya untuk melakukan sesuatu. Dan
kali ini, Tuhan memerintahkan Yunus untuk pergi ke kota Niniwe.
Namun bagaikan disambar petir, Yunus sangat terkejut, ketika Allah menyuruhnya ke
Niniwe. Tidak hanya itu, hatinya mendidih, ketika mendengar nama Niniwe. Saya
bayangkan, Yunus bertanya-tanya dalam hatinya, ”Mengapa harus Niniwe, bangsa Asyur
yang terkenal sebagai bangsa yang kejam dan sadis, yang layak untuk dibinasakan? Aku
lebih senang jika Tuhan menghukum mereka.” Saudara, itulah harapan Yunus, harapan yang
wajar, sama halnya seperti kita berharap, agar pemerintah Indonesia menghukum para
penjahat dengan hukuman yang setimpal atas kejahatan mereka. Tentu kita tidak bisa terima
bukan, jika pemerintah tidak memberikan hukuman apapun pada penjahat?
Namun teman-teman, kita harus menyadari sebuah kebenaran, bahwa rencana Tuhan
bukanlah rencana manusia. Rancangan Tuhan pada Niniwe sungguh berbeda 180˚ dengan
harapan Yunus. Tuhan merancangkan, agar bangsa Niniwe yang jahat dan pantas untuk
dihukum itu, mendapat kasih karunia dan bertobat. Namun Yunus tidak ingin Tuhan
mengampuni mereka. Itulah sebabnya, Yunus memilih untuk tidak mau taat pada Tuhan. Ia
tahu bahwa Tuhan yang Pengasih itu pasti akan mengampuni bangsa Niniwe, dan ia sungguh
tidak rela. Dengan segera, Yunus melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan. Ia lari ke Tarsis,
kota yang letaknya jauh, di sebelah barat Israel. Yunus memilih untuk kabur sejauh-
jauhnya. Mungkin ia berpikir, ”Ah, lebih baik Tuhan pilih orang lain saja, lebih baik aku
melarikan diri, supaya aku bebas dari panggilan pelayanan yang menyiksaku ini.” Yunus
menyangka bahwa dengan melarikan diri jauh dari Tuhan, ia akan bebas dari tugas. Yunus
lupa bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat, yang sanggup melakukan segalanya.
Dan apa yang terjadi teman-teman? Ini kita bisa baca pada ayatnya yg ke.....Tuhan
menurunkan angin ribut, yang menyebabkan badai besar, yang membuat kapal yang
ditumpangi Yunus hampir tenggelam. Semua penumpang kapal dilanda rasa takut. Mereka
berdoa kepada allah mereka. Namun saudara, di manakah Yunus saat itu? Rupanya Yunus
sedang berbaring tidur dalam ruangan kapal yang paling bawah. Saudara, sungguh tindakan
Yunus ini sangat berbeda dengan tindakan para penumpang kapal yang bangun dan berseru
kepada allah mereka. Yunus malah merasa tenang, padahal dia sedang melarikan diri dari
Allah.
Namun saudaraku, apakah Yunus bisa melarikan diri dari Allah? Tentu tidak bukan.
Melalui undian, tak lama kemudian, seisi kapal tahu bahwa Yunuslah penyebab datangnya
badai yang besar itu. Yunus pun diinterogasi, ”Katakan pada kami, apa pekerjaanmu, dari
negeri mana kamu datang?” Lalu Yunus menjawab, ”Aku seorang Ibrani. Aku takut akan
Tuhan, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.” Mendengar
jawaban Yunus, seisi kapal jadi takut. Mereka tahu bahwa Allah Yunus adalah Allah yang
hidup dan hebat, lebih hebat dari allah-allah mereka. Sungguh ironi Saudara, di satu sisi,
Yunus bersaksi bahwa ia adalah seorang yang takut akan Tuhan, namun di sisi lain, Yunus
sedang tidak menaati Tuhan dan berusaha kabur dari Tuhan.
Yunus sebenarnya tahu bahwa dialah penyebab datangnya badai besar itu. Ia sadar
bahwa Tuhan sedang mengingatkan dan memanggilnya untuk kembali taat pada perintah
Tuhan. Namun, Yunus tetap mengingkari panggilan Tuhan. Ia malah meminta seisi kapal
untuk mencampakkan dia ke dalam laut, supaya laut jadi reda.” Ia lebih memilih untuk mati,
daripada taat pada perintah Tuhan. Awalnya, permintaan Yunus ditolak oleh para awak
kapal. Namun, badai makin besar, makin bergelora. Tidak ada jalan lain. Dalam ketakutan
yang besar, akhirnya Yunus dilemparkan ke dalam laut. Sungguh aneh, begitu Yunus masuk
ke dalam air, badai langsung berhenti seketika. Laut jadi tenang kembali.
Saudara, apa yang terjadi dengan Yunus? Apakah ia mati? Kita telah mengetahuinya,
bukan? Tuhan tidak tinggal diam, Ia bertindak. Tuhan kirim seekor ikan besar untuk
menelan Yunus. Saya percaya bahwa saat itu Tuhan sedang mengajar Yunus, hamba-Nya,
untuk taat pada perintah-Nya, melakukan tugas pelayanan yang Tuhan tetapkan. Tuhan
dapat menggunakan berbagai macam cara untuk mengajar setiap hamba-Nya.
Saudara-saudara, Tuhan juga pernah mengajar Musa untuk taat melakukan perintah-Nya.
Musa diminta untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, namum Musa menolaknya.
Tuhan meyakinkan Musa dengan tiga cara, melalui tongkat yang berubah menjadi ular,
melalui tangan Musa yang terkena kusta. Dan ketika Musa tetap menolak, Tuhan
menggunakan cara ketiga, yaitu menyuruh Harun untuk menemani Musa menjalankan
tugasnya itu. Ketika manusia pilihan-Nya tidak taat, Tuhan sanggup menggunakan berbagai
cara untuk mengajar dia taat. (Begitupun dengan kita teman2 jika kita tidak taat pada
kehendak Tuhan pasti Tuhan juga akan menegur dengan cara Tuhan sendiri).
Bahkan, Tuhan mengajar manusia untuk taat, dengan memberikan teladan yang sempurna
melalui Kristus. Di taman Getsemani, Tuhan Yesus berdoa, ”Ya Bapa, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Saudara, di tengah ketakutan dan kegentaran-
Nya untuk memikul salib, Kristus memilih untuk taat kepada kehendak Bapa. Jika Kristus
sedemikian taat, tidakkah seharusnya setiap orang yang menyebut dirinya hamba Tuhan juga
taat? Ingatlah, Tuhan sanggup gunakan berbagai cara, untuk membentuk hamba-Nya yang
tidak taat menjadi taat kembali, karena rencana Tuhan tidak dapat digagalkan oleh manusia.

Teman-teman yang terkasih dalam Tuhan, kita dapat belajar dari kisah Yunus bahwa
Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat penuh atas hidup kita. Ketidaktaatan kita tidaklah
dapat menggagalkan rencana-Nya dalam hidup kita. Tuhan akan membentuk kita yang
tidak taat menjadi taat. Ia akan membawa kita kembali melakukan tugas pelayanan yang
Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.
Teman-teman, kita semua adalah hamba-hamba Tuhan. Kita diciptakan untuk melayani dan
memuliakan Dia. Kita dipanggil untuk taat pada kehendak-Nya. Jika kita tidak mau taat,
Tuhan bisa saja memakai orang lain. Tuhan bisa `membuang` kita yang tidak taat. Karena
sesungguhnya, Tuhan tidak membutuhkan kita. Justru kitalah yang membutuhkan Tuhan.
Namun karena kita masih dipakai dan diberi kesempatan untuk melayani Tuhan,
Sungguh itu adalah sebuah anugerah. Bukankah sebenarnya kita adalah orang-orang yang
tidak layak untuk melayani Tuhan? Namun, suatu hari Allah memanggil dan melibatkan kita
dalam melakukan pekerjaan-Nya di dunia. Kita diberi kehormatan untuk menjadi kawan
sekerja Allah. Jika demikian, masih pantaskah kita mengatur Tuhan, memilih-milih
pelayanan mana yang kita suka, sementara Tuhan memiliki rencana-Nya yang khusus atas
hidup kita? Masih layakkah kita menggolong-golongkan pelayanan, ”Pelayanan di sini lebih
sulit, sedangkan lebih enakan pelayanan di sana.”
Saudaraku, sebagai hamba Tuhan, sudah sepatutnya kita taat sepenuhnya pada kehendak
Tuhan. Sadarilah, bahwa Tuhan berdaulat penuh atas hidup kita. Rencana Tuhan tidak dapat
digagalkan oleh ketidaktaatan kita. Oleh sebab itu, marilah kita belajar untuk selalu taat pada
panggilan pelayanan yang Tuhan berikan pada kita, apapun itu, entah sesuai harapan kita atau
tidak. Apapun usaha kita untuk mengingkari panggilan Tuhan atas hidup kita, tidak akan
menggagalkan rencana Tuhan. Bahkan, sekalipun kita menghindar dari panggilan Tuhan,
ketahuilah bahwa Ia sanggup membawa kita kembali melakukan panggilan-Nya, dengan
cara-Nya yang tidak kita mengerti. Oleh sebab itu saudaraku, sebagai hamba-Nya, taatlah
pada kehendak-Nya, pada panggilan pelayanan yang Tuhan berikan. Biarlah kita
berkomitmen menjadi hamba Tuhan yang taat di sepanjang umur hidup kita.
Memang itu tidak mudah. Namun percayalah, bila kita belajar taat kepada perintah
Tuhan, Ia akan memampukan kita melakukan kehendak-Nya, sesulit apapun itu. Dan
lihatlah, Tuhan akan mengerjakan pekerjaan yang luar biasa melalui hidup kita, yang
mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Saudaraku, maukah kita berkomitmen
untuk menjadi hamba Tuhan yang selalu taat pada panggilan pelayanan yang Ia berikan?
(Mari teman-teman kita jawab dalam hati kita masing2). Terpujilah Tuhan dan FirmanNya.
Amin.

Anda mungkin juga menyukai