Anda di halaman 1dari 64

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bertumbuh atau tidaknya organisasi, perusahaan, atau gereja tidak lepas dari

pengaruh gaya kepemimpinan seorang pemimpin. Disinilah peran seorang pemimpin

sangat besar dalam menentukan maju mundurnya lembaga-lembaga tersebut. Setiap

pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya sendiri. Telah terbukti bahwa seorang

pemimpin sangat penting dan dibutuhkan untuk menata mekanisme kehidupan bersama

di dalam kelompok tersebut.

Salah satu pemimpin di Alkitab yang dapat kita pelajari dan diteladani adalah Yosua.

Yosua adalah abdi Musa. (Yosua 1:11). Ia dipanggil oleh Allah untuk menggantikan

Musa, untuk memimpin Bangsa Israel menuju tanah kanaan. Ketika Yosua dipilih oleh

Allah, Tuhan memberi perintah kepada Yosua untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan.

Di dalam kitab Yosua 1:8 “jangan engkau lupa memperkatakan kitab taurat ini, tetapi

renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan

segala yang tertulis didalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan beruntung”.

Gereja dalam perkembangannya juga tidak terlepas dari peran aktif seorang pemimpin. 1

Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan memberi semangat atau

motivasi serta menyatuhkan seluruh anggota kelompoknya menuju tujuan tertentu. Kalau anggota

kelompok dapt memahami dengan jelas visi dan misi yang akan di capai bersama serta mengaitkannya

dengan visi dan misi pribadi masing-masing, mereka mereka akan termotivasi dan dapat penuh

semangat bersatu padu bekerja sama untuk mencapai tujuan.2

1
Pemimpin menggerakkan atau mempengaruhi,( jurnal Tidak terbit)
2
Jhon C. Maxwell, (Mengembangkan Kepemimpinan dalam diri Anda), Hal 2
2

Berbicara soal pengaruh, semakin berkualitas seorang pemimpin semakin besar juga

pengaruhnya. Keberhasilan seorang pemimpin dapat terlihat dari cara ia mempengaruhi

orang lain. Pengaruh dari seorang pemimpin tidak muncul begitu saja, tetapi melalui

tahapan-tahapan atau suatu usaha, misalnya membangun hubungan yang baik dengan

orang lain. Sanders pernah mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh,

kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain 3


. Sama seperti, ketika

kepemimpinan Yosua. Yosua diperintahkan oleh Tuhan untuk memilih imam-imam

supaya mengelilingi kota Yerikho sebanyak tujuh kali. Kemudian Yosua memanggil

tujuh imam dan memerintahkan mereka untuk mengelingi kota Yerikho. Kemudian

mereka melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Yosua (Yosua 6:6). Dari kisah

tersebut dapat diartikan bahwa Yosua mengajarkan kepada pemimpin agar mengerti

bahwa pemimpin disegani, dihormati dan di hargai bukan karena jabatan atau

kekuasaannya, tetapi karena ia memberikan pengaruh yang besar atau baik kepada orang

lain. Pemimpin kecil atau besar, di pusat atau di daerah, kegiatan kompleks atau

sederhana, formal atau nonformal, dan bahkan pemimpin Kristen atau non-kristen sama

sekali tidak berbeda, jadi keberhasilan seorang pemimpin terlihat dari bagaimana cara dia

mempengaruhi orang lain.4

Demikian juga saat ini gereja membutuhkan sosok gaya kepemimpinan Kristen

yang memiliki pengaruh kepada orang lain, dimana gereja juga membutuhkan seorang

pemimpin seperti Yosua, supaya gereja mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan jemaat

sangatlah penting. Diperlukan pengetahuan yang baik tentang kepemimpinan, yang

terdiri dari pengetahuan kognitif maupun skill/keterampilan. Dalam situasi tertentu, tidak

3
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Kristen, (London: Yayasan Kalam Hidup 2006)hal, 117
4
J. Oswal . Sanders, Kepemimpinan Rohani (Kalam Hidup, Bandung 1979), hal 20-26.
3

jarang seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang tepat dalam menyelesaikan

masalah. Seseorang perlu dibekali dengan pengetahuan yang baik tentang bagaimana

memimpin dengan cara yang lebih efektif ketika ia menjalankan fungsinya sebagai

pemimpin. Sebagai seorang pemimpin Kristen, harus berbeda dengan peminpin

perusahaan atau jabatan Negara. Kepemimpinan Kristen yang baik adalah yang takut

akan Tuhan, sehingga dalam memimpin ia sudah memiliki pedoman yang kuat dalam

menjalan kepemimpinannya. Ini menjadikan sebagai paket lengkap dalam pengembalaan.

Di sinilah sisi yang membedakan Pengaruh Kepemimpinan Kristen Gembala Tuhan

dengan pemimpin biasa.

Banyak orang beranggapan bahwa pemimpin itu bawaan dari lahir dan tidak di

pelajari. Mereka berpendirian bahwa kepemimpinan tidak dipelajari dan ini adalah

sebuah bakat yang istimewa dan tidak dibutuhkan ataupun di perlukan teori dan ilmu

kepemimpinan. Kepemimpinan itu sukses disebabkan oleh keberuntungan seorang

pemimpin yang memiliki bakat alami, itulah sebabnya ia memiliki kharisma dan

kewibawaan untuk memimpin orang-orang yang disekitarnya. Ini adalah sebuah

pernyataan yang keliru, dan kalaupun itu benar hanya sedikit sekali. Contoh lainnya

kepemimpinan Kristen, yaitu Yesus Kristus, Ia belajar Taurat sejak usia 13 tahun sampai

umur 30 tahun, membutuhkan waktu untuk seseorang menjadi seorang pemimpin. Lebih

tegas lagi mereka berfikir bahwa kepemimpinan tidak membutuhkan teori, tanpa

menjalankan pelatihan atau pendidikan seolah dengan sendirinya terbentuk secara alami.

Jangan sampai terjebak dalam hal seperti ini, perlu sebuah perubahan berfikir

yang terus membawa kita ke hal yang lebih baik lagi, perlu pembelajaran, kerja keras

untuk mencapai. Kita tidak boleh beranggapan bahwa kepemimpinan diperoleh dari
4

bakat alami karena ia menguasai seni memimpin. Semakin berkembangnya jaman, secara

ilmiah kepemimpinan akan terus berkembang dan akan mengalami pertumbuhan. Tidak

lagi berdasarkan dari bakat alami tapi dipelajari. Di butuhkan persiapan yang matang,

secara berencana agar dapat melatih calon-calon pemimpin Kristen.

Sebagai pemimpin Kristen, kita harus sadar bahwa sumber kekuasaan tertinggi

adalah Tuhan, dan Tuhan mampu mengubah dan mempengaruhi hati manusia. Jadi peran

Tuhan sangat dibutuhkan ketika kita tidak bisa melakukan apa-apa, termasuk untuk

menjadi pemimpin yang bias mempengaruhi orang lain.

Kalau kita melihat secara seksama di dalam Alkitab, secara keseluruhan

keberhasilan para tokoh-tokoh hebat dalam Alkitab misalnya: Yosua, ia merupakan salah

satu tokoh atau pemimpin yang dipanggil Allah secara langsung menggantikan musa,

untuk memimpin bangsa Israel menuju tanah perjanjian (Yosua 1:11). Yosua berhasil

membawa bangsa Israel menuju tanah perjanjian, bukan tidak mungkin keberhasilan

Yosua selalu mengandalkan Tuhan Allah.

Tentu saja tidak ada pemimpin yang sempurna, pasti ada kekurangan,

keterbatasan, karena pada dasarnya setiap manusia tidak ada yang sempurna. Namun

apabila setiap pemimpin Kristen menyadari akan hal ini dan mau membenahi dirinya

kepada hal yang bersifat membangun untuk mengembangkan kepemimpinannya. Pelan

tapi pasti ia akan mampu menjadi seorang pemimpin yang diperlukan setiap pengikutnya.

Menyikapi kejadian diatas dalam banyak faktor yang mempengaruhi gereja hal ini

disebabkan oleh karena kurangnya pemahaman akan kesadaran dari kepemimpinan

Kristen itu sendiri ataupun disebabkan oleh kesombongan dan merasa lebih dari yang lain
5

dan yang dipimpinnya bahkan merasa mampu dalam memimpin. 5 Fakta yang terjadi saat

ini masih banyak pemimpin yang mengalami banyak masalah dalam menjadi seorang

pemimpin. Suka dan duka pun menjadi bagian dalam menjalani tugas tersebut. Jangan

sampai gereja akan mengalami krisis kemimpinan. Oleh sebab itu, penulis megangkat

judul ini sebagai bahan evaluasi gereja yang menginginkan pertumbuhan jemaatnya.

Dengan adanya evaluasi di dalam gereja akan berdampak positif akan pertumbuhan

jemaat baik segi jumlah maupun segi rohani jemaat itu sendiri.

1.2. Perumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud gaya Kepemimpinan Kristen?

2) Bagaimana seorang Gembala Sidang menyikapi jika dirinya menyadari terjadi

krisis dalam kepemimpinan di gereja?

3) Sejauh mana pengaruh gaya kepemimpinan Gembala Sidang dapat

mempengaruhi pertumbuhan Gereja Lokal sesuai Kitab Kisah Para Rasul 2:42-

47?

1.3. Pertanyaan Penelitian

1) Apakah Gembala Sidang telah mengetahui kriteria kepemimpinan yang baik?

2) Bagaimana cara Gembala Sidang melakukan gaya kepemimpinan yang sesuai

Firman Tuhan Kisah Rasul 2: 42-47?

3) Sejauh mana Gembala Sidang mengetahui gambaran yang jelas tentang

pertumbuhan gereja berpengaruh dari gaya kepemimpinannya?

5
7 Ferry Pigai, “Analisis Ciri Kepemimpinan Hamba Serta Relevansinya Pada Masa Kini Berdasarkan
Injil Mati 20:26-28,” Jurnal Jaffray 11, no 1 (April2013), diakses 22 Februari
2017,http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/jjv71/article/view/76
6

1.4. Tujuan Penelitian

1) Mendapatkan gambaran tentang krisis kepemimpinan Kristen

2) Mendapatkan pengaruh gaya kepemimpinan Kristen Gembala Tuhan

3) Mendapatkan gambaran pertumbuhan Gereja

1.5. Kegunaan Penelitian

1) Manfaat Akademik

Penelitian ini dapat memberikan data secara secara kualitatif tentang

mengembangkan potensi kempemimpinan Kristen sebagai gembala yang ingin

jemaatnya berrtumbuh. Bukan saja hanya sebatas segi jumlah tetapi pertumbuhan

secara Rohani juga harus diterapkan

2) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan untuk kemajuan

pertumbuhan jemaat di dalam gereja yang sedang di dirintis atau pun sedang di

kembangkan saat ini. Supaya relavan dimanapun kita memposisikan diri.

1.6. Hipotesis

Penulis berharap setelah Gembala Sidang atau pemimpin Gerejawi membaca

karya tulis ini maka gereja dapat bertumbuh sesuai harapan yang bercermin dari Kitab

Kisah Para Rasul 2:42-47

1.7. Definisi Istilah

 Pengaruh
7

Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau yang timbul dari sesuatu, seperti orang,

benda yang turut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.6 Pengaruh ini

hanya bersifat membawa orang untuk bertumbuh secara positif dimana ia melayani.

Pengaruh tidak muncul begitu saja dalam diri seorang pemimpin, melainkan berkembang

secara bertahap. Menurut Sanders, Kepemimpinan adalah pengaruh, kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain7. Pengaruh ada kaitannya dengan Gereja yakni

bahwa seorang pemimpin mampu memberi pengaruh positif sehingga bisa menjadi daya

tarik tersendiri bagi jemaat.

Seorang pemimpin bisa berpengaruhi ketika dia bisa memberikan teladan, teladan

bukanlah satu-satunya cara untuk mempengaruhi orang lain tetapi salah satu cara agar

dapat mempengaruh orang lain. 8

 Gaya Kepemimpinan

Dalam usaha mempengaruhi orang lain tentu setiap pemimpin memiliki gaya

gaya kepemimpinannya tersendiri. Ada yang gaya kepemimpinannya otoriter, merasa diri

sangat di perlukan, demokrasi, bebas, birokrasi (serba membolehkan), partisipatif ialah

melibatkan orang dalam proses pengambilan keputusan untuk menciptakan rasa memiliki

sasaran dan tujuan bersama. Birokratis terikat dengan aturan-aturan organisasi. Permisif,

keinginan untuk membuat orang puas, disisi lain mengesampingkan koordinasi.

Keberhasilan seorang pemimpin bergantung pada kecakapannya menerapkan gaya


6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1996, h. 747
7
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Kristen, (London: Yayasan Kalam Hidup 2006)hal, 20

8
Jhon C. Maxwell, Mengembangkan kepemimpinan di sekeliling Anda, (By Injoy, 1995), hal. 20.
8

kepemimpinannya pada saat yang tepat9. Banyak Gereja yang menganggap bahwa gaya

kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi sudah sesuai dengan harapan dari

jemaatnya. Tetapi pada kenyataannya sistem yang sudah diterapkan tersebut tidak sesuai

dengan harapan jemaatnya. 

 Pertumbuhan Gereja

Di dalam kitab Para Rasul, segi kualitas dan pertumbuhan gereja mula-mula

terlihat jelas. Gereja mula-mula yang awalnya terdiri dari hanya 120 orang (Kisah Para

Rasul 1:15) bertambah jumlahnya menjadi 3000 orang (Kisah Para Rasul 2:41) lalu tiap-

tiap hari menambah jumlah mereka (Kisah Para Rasul 2:47), sehingga menjadi 5000

orang (Kisah Para Rasul 4:4), bukankah jumlah inbi terus meningkat di mana dituliskan

peningkatan itu dengan “banyak orang, semua orang, hamper seluruh kota, banyak murid,

bertambah besar jumlahnya (Kisah Para Rasul 13:43-44, 48;14:21;16:5;17:4,12). Ini

berarti gereja tidak dapat disebut gereja itu tidak menampakkan pertambahan dalam

jumlah anggota, sekalipun gereja terssebut memiliki gedung besar, banyak uang, beragam

kegiatan dan pelayanannya. Pertumbuhan jemaat yang penulis ingin sampaikan disini

ialah pertumbuhan jemaat secara kuantitas atau jumlah.

9
Sudomo, ciri utama kepemimpinan sejati (Yogyakarta, Andi offset, 2005), hal.47.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah pengaruh atau upaya mempengaruhi orang lain utuk

mendapatkan pengikut.10 Lebih jelas lagi seperti yang dikatakan oleh James C. Georges

10
Jhon C. Maxwell , “Mengembangkan Kepemimpinan Dalam Diri Anda”, (Tangerang, Binapura aksara,
2010), hal. 1.
10

dalam buku Maxwel, ia menjelaskan definisi kepemimpinan, kemampuan memperoleh

pengikut. Tentu saja saja berbeda dalam memmipin, baik itu cara dalam berpenampilan

berkomunikasi, ataupun sistem norma yang mereka lakukan. Hitler, otoriter, Jhon F.

Kenedi berwibawa, Tuhan Yesus lebih dikenali lagi sebagai seorang pemimpin yang

memiliki pengikut sampai saat ini. Tentu saja tidak bisa disamakan cara Yesus

memimpin dengan cara pemimpin yang lainnya seperti di sampaikan di atas. Maxwell,

menegaskan lagi, Orang tidak peduli seberapa banyak yang anda ketahui sampai mereka

tahu seberapa besar anda peduli. Kepemimpinan dimulai dengan hati, bukan dengan

kepala. Kemimpinan tumbuh subur dengan hubungan yang berarti, bukan peraturan lebih

banyak. Tidak satu orang yang suka diatur, mereka ingin menjadi diri sendiri apa adanya.

Tentu saja perlu bimbingan supaya tidak menyalahgunakan kebebasan yang mereka

miliki. Maksudnya adalah, mereka bekerja tanpa suatu tekanan, ketika bekerja tidak asal-

asalan.

Proses analisis kepemimpinan adalah serangkaian pendapat /pandangan ahli

ataupun yang menguasai cara mereka memimpin untuk mempengaruhi orang lain sampai

mendapatkan pengikut. Sifatnya adalah menuntun seorang untuk mengembangkan

kepeminannya dalam hal apapun tentu saja berlandaskan takut akan Tuhan. Apalagi

sebagai seorang hamba /gembala Tuhan dalam pelayanannya.

 Kepemimpinan Kristen

Secara garis besar kepemimpinan Kristen menjelaskan tentang prinsip

Kepemimpinan Kristen yang terus mau belajar. Menjadi seorang pemimpi adalah

sesuatu yang mulia. 1 Timotius 3:1, cita-cita yang mulia orang yang menghendaki

jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.


11

 Teologia Kepemimpinan Kristen, Teokrasi di Tenga Sekularisasi Gereja Masa

Kini

Buku ini secara umum menjelaskan tentang kepemimpinan dengan

kepemimpinan yang lain, tentu saja yang berkaitan dengan kepemimpinan sebagai

seorang hamba/gembala Tuhan yaitu kepemimnan yang memberitakan Firman

Tuhan.

 The 21 Indispens Able Qualities Of A Leder (21 Kepemimpinan Sejati)

 Kepemimpinan Kristen

Secara garis besar kepemimpinan menjelaskan tentang prinsip

Kepemimpinan Kristen yang terus mau belajar. Menjadi seorang pemimpin

adalah sesuatu yang mulia. Kitab 1 Timotius 3:1cita-cita yang mulia orang yang

menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.

 Teologia Kepemimpinan Kristen, Teokrasi di Tengah Sekularisasi Gereja Masa

Kini.

2.2. Krisis Kepemimpinan

Berbicara tentang kepemimpan, ada baiknya perlu juga belajar mengenai

masalah krisis kepemimpinan. Hal ini perlu, karena kita akan belajar mengapa krisis

kepeminan itu terjadi, terlebih khusus lagi tentang Krisis kepaminnan Kristen. Kalau

belajar dari salah satu buku Stevri L. Mintang, yang berjudul Theologi Kepemimpinan

Kristen, menarik sekali bahwa kita berada pada posisi dimana kekristenan mengalami

sebuah Krisis kepemimpinan. Tuhan tidak lagi menjadi tolak ukur sebagai pemimpin.
12

Manusia sekarang justru ingin menjadi seperti Allah, sama seperti Lucifer yang ingin

seperti Allah. Namun Karena dosa, manusia tidak mau menjadi alat kepemimpinan Allah,

melainkan ingin menjadi pemimpin, yaitu menjadi seperti Allah. (Kej. 3:1-5). Belajar

dari kisah ini, maka di temukan sebuah masalah sekaligus sebagai sebuah pembelajaran

jangan sampai gereja berada pada posisi kenyamanan. Gereja tidak boleh menerapkan

kepemimpinan Kristen seperti kepemimpinan pemerintahan, perusahaan atau lembaga

politik. Supaya geraja tidak mengalami perpecahan dan menemukan pemimpin yang

benar-benar menjadikan Tuhan sebagai pemimpin yang berkuasa. Tuhanlah yang

berkuasa atas setiap manusia, manusia harus taat dan menjalankan perintah. Disinilah

pentingnya manusia yang taat dan takut akan Tuhan. Ia tidak melampau Allah, ia harus

merendahkan hati supaya dapat memimpin orang ataupun bawahannya

2.3. Masalah Dunia dan Gereja adalah Masalah Kepemimpinan.

Peran seorang pemimpin adalah sesuatu yang sangat penting, apalagi ini

berkaitan dengan kepemimpinan Kristen, baik sebagai gembala Tuhan, hamba Tuhan

ataupun sebagai pelayan Tuhan. Kepemimpin Kristen harus berbeda dengan pemimpin-

pemipin yang berada di lingkaran politik. Pemimpin-pemimpin tersebut menjadi menjadi

buruk dan tidak berperikemanusiaan lagi dimana mereka menjadi penindas orang lemah

dan kecil. Nafsu dunia mereka yang membutakan mata mereka untuk melihat kebawa.

Sedikit sekali pemimpin yang baik, yang ingin membagun negaranya maju dan baik.

Betapa ironisnya jika pemimpin Gereja menjadi pelaku kerusakan (krisis kepemimpinan)

tersebut. Kalaupun banyak orang mengatakan bahwa dunia mengalami krisis

kemimpinan, tetapi Tuhan tetap memakai beberapa orang menjadi pemimpin yang

beritegristas sama seperti halnya Musa, Yeremia dan kedua belas murid Tuhan Yesus.
13

Allah menghendaki mereka sebagi pemimpin dan banyak orang diselamatkan dan

disejahterakan, dan itu di genapi-Nya. Sejarah kepemimpinan Tuhan terus berlanjut, dan

kepemimpinan Tuhan terus menjadi benang merah kepemimpinan gereja dan benang

merah kepemimpinan-Nya dalam dunia.11

Peminpin Kristen jaman sekarang sudah lari dari panggilan Tuhan yang

sesungguhnya. Tidak lagi menjadi pemimpin Kristen yang mau melayani, tetapi lebih

kepada kepentingna pribadi. Bukankah seorang pemimpin kristen adalah pelayan Tuhan?

Kita harus kembali pada inti sesungguhnya yaitu Pemimpin Kristen adalah pelayan

Tuhan. Kepemimpin Kristen adalah salah satu perpanjangan tangan Tuhan, lewat

masalah ini kita bisa membawa orang-orang untuk mengenal Tuhan. Lumintang

menjelaskan tanpa pemimpin, penduduk dunia terlantar! Tanpa peminpin gereja, warga

gereja terlantar! 12
Sejalan dengan Firman Tuhan dalam Matius 9:36, mereka lelah dan

terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Disini pentingnya pemimpin Kristen

Gebala Tuhan yang mau membagun atau memajukan jemaatnya. Ini adalah sebuah

kebenaran yang sesungguhnya pentingnya peran pemimpin dalam mengembalakan

jemaat dan menentukan kehidupan kedepan jemaat atau komunitas. Pemimpin Kristen

yang sesungguhnya ingin melayani Tuhan tidak mau melihat gereja atau jemaat tercerai

berai. Ia aka berusaha untuk membina dan mau melaksanakan tugas yang dipercayakan.

2.4. Seorang Pemimpin Rohani Harus Berani Mengambil Resiko

Di dalam kepemimpinan Kristen seseorang harus siap apa yang telah

dipercayakan kepadanya. Memang tidak gampang menjadi seorang pemimpin rohani oleh

11

12
Stevri Indra Lumintang (Theologi kepemimpinan Kristen) hal, 4-5
14

karena tugas yang mulia ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan sebagai

otoritas yang Tuhan telah percayakan. Orang yang dipilih dan dipanggil Tuhan untuk

menjadi alat kepemimpinan-Nya di dunia atau dalam Gereja, menerima otoritas dari

Firman Tuhan dan di perlengkapi dengan karunia Roh Kudus sehingga di mampukan

untuk melaksanakan tugasnya yakni menuntut umat Tuhan kepada Tuhan melalui

pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan demi terlaksanannya kehendak Tuhan di

antara umat-Nya yang berdampak luas kepada lingkungan social terdekat sampai

terjauh.” 13

 Krisis Integritas Kepemimpinan Kristen

Krisis Integritas di dalam kepeminan Kristen dewasa ini menjadi masalah

besar dalam kehidupan manusia. Sangat sulit mencari orang yang benar, jujur, setia, tulus

hati dan bertanggung jawab. Demikian juga sangat sulit mencari orang yang benar-benar

punya komitmen. Hal ini semakin menjadi-menjadi, jika orang yang hedak di cari adalah

pemimpin yang punya integritas dan komitmen. Di tengah sulitnya mencari orang

berintegritas sekaligus berkomitmen, bukan berarti dua hal tersebut tidak di butuhkan

lagi. Justru semakin sulit untuk dicari namun integritas dan komitmen dibutuhkan.

 Pemimpin Kristen Memiliki Kekuatan Karakter Kristus

Ketika seorang menghendaki menjadi seorang pemimpin yang baik atau

efektif, ia harus bertumbuh secara karakter. Sebagai seorang pemin Kristen harus

memiliki kararter yang baik dalam kepemimpinan Kristen. Tanpa karakter yang baik

maka akan menjadi masalah besar dalam kepemimpinannya. Disinilah di perlukan

13
Ibid. hal. 5
15

peminpin yang menjadi teladan. Setidaknya dalam membagun sebuah karakter yang

baik ada baiknya seorang pemimpin Kristen harus tahu apa yang ingin dilakukan

dalam kemimpinannya. Kekuatan karakter seorang pemimpin harus menjamin diri

seorang pemimpin tersebut bahwa dirinya sudah melandaskan kepada karaktek

Kristus. Seorang pemimpin Kristen menerima kehidapan kristus dengan iman dan

menerepkannya dalam komitmen, disiplin dan perilaku atau perbuatan, di mana

kehidupannya setiap waktu mengungkapkan Kristus yang hidup didalamnya sebagai

kesaksian kepada dunia. Dalam penerapan kepemimpinan Kristen yang harus

menjadikan kasih sebagi mesin utama dalam pelayanan. Pemimpin Kristen harus

melandaskan karakter kristus yang Alkitabiah, artinya bahwa kepemimpinan Kristen

sejati yang menerapkan prinsip yang ada dalam Alkitab.

Para pemimpin Kristen yang haus memberikan suatu perubahan serta

menjadikan orang biasa mampu mengerjakan hal-hal luar yang biasa dan tidak

seorangpun yang memberikan contoh kepemimpinan yang lebih ketimbang Yesus ketika

Ia menjadi seorang manusia selama masa pelayananNya. Selama masa pelayanan Tuhan

Yesus, Ia mengajarkan muridnya secara penuh. Menggambarkan sebuah kepemimpinan

yang penuh dengan kemulian dan kepenuhanNya. Tidak satu orangpun bisa menyamai

Yesus kristus tetapi setidaknya seorang pemimpin Kristen mengikuti teladan-Nya.

Alkitab menunjukkan bahwa para muridNya belajar banyak dari Tuhan Yesus dan

mereka menerapkannya dalam kepemimpinan-Nya. Menjadi pemimpin Kristen yang baik

bukan bagaimana bersikap berdasarkan teori atau konsep kepemimpinan, tetapi jiwa

kepemimpinan yang dikembangkan dari hari ke hari, sehingga menjadi pribadi atau

karakter seorang pemimpin Kristen. Karakter bukan hanya sebuah karakter, juga harus
16

melibatkan Roh Kudus supaya dapat menjadi landasan dalam kepemimpinannya. Roh

kudus akan berbicara lewat batin seorang pemimpin, bukan hanya sebatas perintah-

perintah yang ada dalam pikirannya sendiri.

Alkitab banyak membicarakan tentang karakter para pemimpin. Perjanjiaan

lama memberikan banyak sekali kisah mengenai keberhasilan dan kegagalan pemimpin,

yang menunjukan bahwa sedikit saja pemimpin yang gagal karena tidak melayani dengan

baik, tetapi kebanyakan pemimpin gagal karena karakter mereka lemah. Perjanjian baru

memberikan wawasan mengenai karakter pemimpin-pemimpin yang dinginkan melalui

ajaran Yesus, teladan-Nya mnengenai karakter yang tepat bagi seorang pemimpin, dan

tulisan-tilisan Paulus kepada para pemimpin yang sedang dibinannya.

Menurut Henry dan Richard Blackaby, ada tiga ciri-ciri karakter pemimpin

Kristen, yaitu :Integritas, melayani seperti Kristus, dan mengambil keputusan melalui

Roh Kudus. Integrigtas, pemimpin Kristen yang berintegritas adalah menunjukan apa arti

menjadi gambar Allah. Integritas menyiratkan sifat benar, jujur, dan membuat orang-

orang mempercayai perkataan. Pemimpin Kristen dalam menjalakan integritas yang tidak

dapat terpisahkan dari spritulitasnya. Kualitas integritas dari seorang pemimpin Kristen

biarlah menjadi buah-buah yang nyata dari kehidupannya yang dekat dengan Tuhan

Yesus; Karena yang di ucapkan mulutnya, meluap dari hatinya (Bdk. Lukas 4:43-45).

Menurut Mack Arthur, seorang pemimpin Kristen harus bekerja sesuai

dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Alkitab. Karena Itu dalam menjalankan

kepemimpinan Kristen dalam menjalankan sebuah bisnis, harus berlandaskan pada

Alkitab, karena kemimpinan Kristen berfokus kepada kepada kemimpanan yang di


17

motivasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani. Maka dari itu, perlu

mengetahui karakter pemimpin bisnis Kristen dan ciri-ciri pemimpin Kristen agar

mengetahui motivasi serta dampak bagi orang-orang di sekitar . Seorang pemimpin yang

sejati selalu menjadi sumber inspirasi bagi pengikutnya. Seseorangyang tidak memilik

pengikut sangat tidak pantas untuk disebut sebagai pemimpin.

Melayani seperti Kristus, pemimpin tidak dapat benar-benar melayani orang-

orang yang tidak mereka kasihi. Mereka mungkin tidak menjalankan tindakan pelayanan

tetapi para pengikutnya akan dapat melihat bahwa tindakan mereka tidak tulus dan hanya

pura-pura kecuali jika tindak itu di lakukan karena kasih yang sebenarnya. Pemimpin

Kristen harus melayani orang-orang mereka dengan kesabaran yang tiada batas. Tetapi

tindakan pelayanan yang dilakukan oleh pemimpin Kristen harus di motivasi dan di

arahkan oleh Roh Kudus.

Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan harus melalui Roh Kudus,

karena Roh Kudus dapat membimbing seorang pemimpin rohani melalui doa. Doa

adalah penghubung pemimpin dengan Dia yang menjajikan. Doa harus menjadi cara

pertama yang ditempuh seorang pemimpin Kristen. Pemimpin Kristen harus mengadakan

waktu berdoa setiap hari, meminta Tuhan untuk membimbing mereka dalam setiap

keputusan yang akan mereka ambil. Doa akan menuntun pemimpin Kristen mencapai

jalan keluar yang memuliakan Allah sambil mempertahan integritas mereka di tempat

kerja. Kabar baiknya adalah pemimpin Kristen telah di peringatkan sebelumnya dan

sudah di persenjatai. Mereka juga diperlengkapi Roh Kudus untuk membuat keputusan

bijak dan tak bercela.


18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian:

Tempat yang dipakai dalam penulisan Skripsi ini adalah di

perpustakaan STT Sunergeo Banten dan perpustakaan di rumah. Waktu

penulisan karya tulis ini sekitar awal September 2021.


19

3.2. Ruang Lingkup Penelitian:

Ruang Lingkup penulisan Skripsi ini berbicara sekitar Pengaruh

Gaya Kepemimpinan Kristen Gembala Sidang Dalam Pertumbuhan

Gereja “( Menurut Kitab Kisah Para Rasul 2: 42-27)

3.3. Teknik Pengumpulan Data:

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan oleh penulis adalah

sebagai berikut:

1. Melalui Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia

2. Melalui Literatur Kristiani

3. Melalui Literatur Umum

4. Melalui media digital yakni internet

3.4. Teknik Analisis Data:

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan metodologi

penelitian induktif kualitatif , yaitu melakukan penelitian melalui

literatur yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan dalam judul

karya tulis dan tujuan penulisan terutama dalam penguraian latar

belakang dan terminologi penelitian secara induktif telah bersifat

informasi yang akurat melalui buku-buku referensi atau Literatur

rohani.
20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN:

 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kristen


21

Krisis dunia adalah krisis kepemimpinan14. Benar kata Sanders Pemimpin

itu pengaruh. Pengaruh tidak muncul begitu saja dalam diri setiap pemimpin.

Tetapi melalui tahap-tahap. Untuk menjadi orang yang berpengaruh

sebenarnya tidak harus menjadi orang yang memiliki profesi atau kedudukan

yang strategis, yang terpenting ialah seorang pemimpin mampu membina

hubungan yang baik dengan orang lain. Memang semua orang memiliki

pengaruh, yang membedakannya adalah seberapa besar pengaruh yang di

milikinya. Semakin besar pengaruh orang semakin banyak orang-orang yang

mau dipimpin. Karena itu bagi seorang pemimpin, sudah selazimnya terus

menerus mengembangkan kemampuannya dalam berbagai bidang,

memperlengkapi diri dengan pengetahuan melalui pendidikan informal

maupun formal agar seorang pemimpin dapat meningkatkan kapasitas

pengaruhnya.

Sosok pemimpin sangatlah dibutuhkan di dalam setiap organisasi,

perusahaan, gereja, sekolah, pemerintahan, baik kelompok besar maupun kecil.

Itulah sebabnya, di jaman sekarang banyak materi, teori maupun seminar

tentang kepemimpinan dengan harapan supaya ada banyak orang dapat

memimpin dengan baik. Semakin berkembangnya jaman, orang-orang mulai

memberikan gagasan terhadap kepemimpinan. Ada banyak tokoh yang

memberikan gagasan terhadap pengertian kepemimpinan, berikut pengertian

tentang kepemimpinan menurut para ahli, yaitu:

14
Stefri Indra Lumintang ”Theologi Kepemimpinan Kristen” (Jakarta :ganeva Insani Indonesia, 2015), hal
xxii
22

 Menurut Sanders, kepemimpinan adalah pengaruh, yaitu kemampuan seseoramg,

yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruh orang lain. Orang hanya dapat

memimpin orang lain sejauh ia dapat mempengaruhi orang mereka15. Penekanan

Sanders dalam hal ini ialah pengaruh. Pemimpin dapat diikuti sejauh ia memberi

pengaruh kepada bawahannya.

 Kepemimpinan adalah kemampuan atau kekuasaan yang digunakan oleh

pemimpin untuk mencapai visi atau tujuan organisasi. Selanjutnya, untuk

menggerakkan pengikut dapat menggunakan pendekatan dengan cara memotivasi

pengikut, menjadi teladan, menerapkan reward, memaksa dengan hukuman, dan

public speaking 16.

Seperti yang diuraikan diatas, bahwa tingkatan pengaruh setiap pemimpin

berlainan. Ada yang yang memiliki pengaruh yang kuat, tetapi ada juga yang lemah,

hal ini tergantung besar kecilnya pengaruh yang dimiliki. Pengembangan pengaruh

dapat dilihat dari 4 (empat) tingkatan, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Contoh.

Orang lain akan terpengaruh apa yang dilihatnya. Tidak peduli nasihat atau

apapun yang pemimpin katakana pada orang yang dipimpinnya, karena pada

akhirnya para anggota hanyalah akan melakukan dan meniru apa yang dilihat,

baik tingkah laku dan perbuatan. Semakin tinggi tingkat kepercayaan anggota

kepada pemimpinnya maka otomatis semakin besar pengaruh pemimpin. Jadi

pengaruh itu semakin besar tergantung dari seberapa besar kepercayaan anggota
15
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Kristen, (London: Yayasan Kalam Hidup 2006)hal, 20

16
Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan Teori dan Perkembangan, (Yogyakarta:CV andi Offset)hal.
15
23

terhadap pemimpin. Sudah bisa menjadi contoh bagi banyak orang memang

merupakan langka awal yang baik, bagi para pemimpin. Pengaruh dapat di

kembangkan dengan proses pencitraan, karena pencitraan yang kian lama kian

besar sampai kepada level terkenal. Padahal imajinasi yang tertanam atas

kekaguman mereka pada sosok pemimpin tertentu belum tentu sama dengan

gambaran yang sesungguhnya.

2. Motivasi

Seorang pemimpin pada tingkat ini sudah mampu dan memotivasi orang lain.

Artinya terjadi hubungan timbalik antara pemimpin dan anggotanya, sehingga

terjadi hubungan yang akrab. Hal ini akan meningkatkan dan menumbuhkan rasa

percayadi hargai dan di perhatikan. Maka semakin dekat dengan hubungan yang

terjalin, maka semakin meningkat juga pengaruh seorang pemimpin.

3. Bimbingan

Pemimpin sudah mampu memberikan pandangan dan gaya hidup pada para

angotanya. Pada tahap ini pemimpin sudah bisa menumbuhkan tingkat

kepercayaan diri para anggotanya sehingga mampu menghadapi masalah, maka

akan lahir pribadi-pribadi yang tangguh dan memiliki kepribadian yang baik, hal

ini akan menjadi sumbangsih yang berarti bagi kehidupan para anggota/bawahan.

4. Penyebaran

Pengaruh terbesar dan berada di tingkatan yang tertinggi adalah penyebaran.

Kalau seorang pemimpin sudah sampai pada level penyebaran, berarti dia sudah

mampu mempengaruhi orang lain. Artinya orang-orang sudah berada didalam

pengaruh seorang pemimpin sudah bisa menyebarkan apa yang mereka sudah
24

dapatkan kepada orang lain. Karena itu bagi seorang pemimpin harus bisa

membuang ego dan pelit, melainkan harus memiliki tekad mantap, agar tetap ada

pada posisi ini yaitu penyebaran17 .

 Fungsi Kepemimpinan

Peminpin yang berhasil ialah pemimpin yang mampu mempengaruhi orang

lain dengan cara menjalani fungsi dengan baik. Hal ini yang di tulis oleh Nawani dan

Hadari, mengatakan kepemimpinan yang berhasil hanya terwujud apabila dijalankan

sesuai dengan fungsinya. Adapun fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi 18
,

yaitu:

1. Dimensi yang berkenan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam

tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-

orang yang dipimpinnya.

2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan

orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas pokok kelompok

atau organisasi yang di jabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-

keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin.

 Gaya Kepemimpinan

Berbicara tentang kepemimpinan, berbicara juga tentang gaya

kepemimpinan. Menurut Ismair, gaya kepemimpinan ialah cara seorang pemimpin

bersikap, berkomunikasi dan berinterkasi dengan orang lain dalm mempengaruh

17
Jhon C. Maxwell, Menjadi Seorang Yang Berpengaruh, (USA: Nework TwentyOne 1997) hal 22
18
Nawawi dan Hadari Martini, Kepemimpinan Yang Efektif, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press
2006)hal , 74
25

seseorang untuk melakukan sesuatu 19


. Tetapi juga, setiap pemimpin memiliki gaya

kepemimpinannya sendiri untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini juga yang

diungkapkan Getol bahwa seorang pemimpin dalam memberikan pengaruh tentunya

memiliki gaya tersendiri dalam mengarahkan anak buah atau kelompoknya 20


. Selaras

juga yang di kemukakan Wawan, gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dalam

mempengaruhi sikap dan perilaku para pengikutnya.21

Setiap pemimpin pasti memiliki cara atau gaya masing-masing dalam

memimpin sebuah lembaga atau organisasi, baik sekuler maupun rohani, besar maupun

kecil. Penulis akan mebagi dalam 7 (tujuh) kategori mengenai gaya kepemimpinan. 22

1. Kepemimpinan otoriter

Gaya kemimpinan otoriter cenderung menganggap organisasi sebagai

miliknya. Cenderung pemimpin bertindak dictator dan menganggap orangb

lain (kelompok anggota) sebagi anggota saja. Dengan demikian ia memimpin

dengan tangan besi ia hanya memberi kesempatan anggota kelompok untuk

menyampaikan aspirasi dan pendapatnya. Gaya kepemimpinan yang demikian

menggunakan kekuasaan untuk menguasai orang lain untuk kepentingan

pribadi, bukan untuk kepentingan bersama.

Dampak yang dialami oleh bawahan ialah timbulnya rasa takut dan

khawatir di dalam mengerjakan tugas dan tanggungjawab. Berbeda dengan

19
Hetty Ismainar, Managemen Unit Kerja: Untuk perekam Medis dan Informatika Kesehatan, Ilmu
Kesehatan Masyarakat Keperawatan dan Kebidanan, (Yogyakarta: Deepublish2015)hal,17
20
Gunadi Getol, Management Miracle Series/Good leadership vs Leadership, (Jakarta: elex Media
Komputindo 2010) hal 117
21
Wirawan,
22
Sudomo, Ciri Kepemimpinan Sejati, (Yogyakarta, Andi offdet, 2005), hal 43-49.
26

gaya kepemimpinan Kristen di mana seorang pemimpin menjadi pelayan,

bukan menjadi bos.

2. Kepemimpinan paternalistik

Gaya kemimpinan ini lebih kebapaan/keibuan. Tipe pemimpin ini

cenderung menganggap anggota kelompok sebagai “anak-anak” yang belum

dewasa dan masih memerlukan bantuan serta perlindungan. Kepemimpinan

yang demikiaan jarang memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk

mengambil keputusan dan bertindak dan berinteraktif sendiri.23

3. Kepemimpinan Demokrasi

Pemimpin bergaya demokrasi lebih bersifat kerakyatan dan

mengutamakan persaudaraan. Ia memberi kesempatan kepada anggota

kelompok memberikan pendapat dan gagasannya. Ia juga memberi

kepercayaan kepada anggota kelompok untuk mengambil keputusan dan

bertindak serta berinteraktif secara bersama sebagai suatu tim. Pemimpin

cukup memberikan arahan-arahan. Dengan demikian, setiap oramg yang

dipimpin tidak merasa takut atau khawatir dalam memberikan pendapat,

inspirasi, kreativitasnya dan kemauan untuk mewujudkan dan

mengembangkan organisasi karena seluruh anggota kelompok dapat saling

menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya.

23
Ibid, 44
27

4. Kepemimpinan Bebas

Kepemimpinan bergaya ini memberikan kebebasan yang seluas-luasnya

kepada anggota kelompok untuk mengambil keputusan, tindakan dan inisiatif

sendiri. Pemimpin hanya bertugas memfasilitasi. Dalam gaya kepemimpinan

ini, pengarahan, bimbingan, dan pengendalian tidak ada atau sangat kurang.

Pemimpin kendali besar cenderung mengandalkan bawahannya, sedangkan

pemimimpin hanya mengawasi kinerja bawahan.

5. Kepemimpinan Birokrasi

Kepemimpinan birokrasi dintandai dengan rujukan rujukan-rujukan yang

terus menerus terhadap aturan organisasi. Pemimpin meyakini bahwa segala

sesuatu akan berjalan lancer apabila semua orang patuh kepada peraturan.

Pengambilan keputusan oleh pemimpin diambil alih menurut prosedur rapat

atau persidangan. Artinya, segala tugas dan tanggung jawab bawahan harus di

laksanakan sesuai dengan aturan yang ada. Contoh perusahan menerapkan

peraturan waktu kerja tidak boleh menggunakan handphone atau HP,

tujuamnya supaya pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

6. Kepemimpinan Permisif (Serbah Membolehkan)

Pemimpin bergaya permisif selalu menjaga agar semua orang (anggota

kelompok) merasa puas dan gembira. Ia meyakini bila orang merasa baik dan

tidak bermasalah dengan dirinya, organisasi akan dengan sendirinya

berfungsi. 24
24
Ibid, 45
28

7. Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan gaya ini meyakini bahwa salah satu cara untuk memotivasi

orang lain (anggota kelompok) adalah dengan melibatkan mereka dalam

proses pengambilan keputusan, dengan demikian anggota kelompok akan

merasa turut memiliki dan bertanggung jawab terhadap tujuan organisasi.25 .

 Cara Memimpin

Gaya kepemimpinan berkaitan dengan cara atau metoda yang akan di pakai

ketika pemimpin tersebut memimpin. Hal ini juga yang diungkapkan oleh Sokarso

dan putong (2015:35) yang mengatakan bahwa :

“Gaya kepeminan bersikap dan gaya bertindak akan Nampak dari cara-cara pemimpin pada

saat melakukan pekerjaan, antara lain : Cara memberi perintah, memberikan tugas,

berkomunikasi,memecahkan masalah, membuat keputusan, dan sebagainya. Apabila

pemimpin melakukan kegiatan tersebut dengan cara-cara:tegas, keras, sepihak,

mengutamakan penyelesaian tugas, melakukan pengarahan, dan pengawasan ketat, maka

gaya kepemimpinan seperti itu cenderung disebut gaya kepemimpinan berorientasi pada

tugas. Sebaliknya apabila pemimpin melakukan kegiatan tersebut dengan cara-cara,

menghargai pendapat, memperhatikan perasaan, membina hubungan serasi, maka gaya

kepemimpinan ini cenderung kepemimpinan yang berorientasi pada orang”.

25
Sudomo, Ciri Utama Kepemimpinan Yang sejati, (Yogyakarta: Andi Offset 2005) hal, 43-46
29

Di dalam hal ini, untuk mengetahui gaya kepemimpinan seseorang, terlebih

dahulu harus tahu cara-cara memimpin. Menurut Tambunan bahwa ada enam cara

seorang pemimpin di dalam mempengaruh orang lain, 26 yaitu:

1. Memimpin dengan ketakutan, menghasilkan rasa takut (pemaksaan). Artinya ialah

pemimpin tidak menunjukkan fungsinya sebagaimana semestinya. Seperti yang

sudah kita ketahui bahwa pemimpin yang sukses ialah pemimpin yang seharusnya

membimbing, memberikan kepercayaan pada bawahan, mengarahkan dan lain

sebagainya, bukan memimpin dengan cara ketakutan.

2. Memimpin dengan motivasi dan kesepakatan maka akan menghasilkan

ketergantungan ( pertukaran dan kesepakatan )sebagai pemimpin, seharusnya

mengarahkan pengikut agar dapat bekerja sama, bukan dengan bujukan dan

kesepakatan, tetapi hendaknya pemimpin menggunakan kekuasaaannya dengan

cara memberikan pengaruh yang baik terhadap bawahan, sehingga mereka

mengikuti bukan karena paksaan melainakan dengan inisiatif mereka sendiri.

3. Mempin dengan persuasi pribadi, menghasilkan sikap yang menawan (mengakar

dalam charisma).

4. Memimpin dengan integeritas modeling, menghasilkan keteladanan (wajar dan

adil).

5. Memimpin dengan menjadi pelayan, menghasilkan kasih dan keteladanan (takut

Tuhan).

6. Memimpin dengan sikap yang bijaksana, menghasilkan pertumbuhan yang benar.

Hal ini hanya dapat di temukan didalam kepemimpinan Kristen.

26
Aripin Tambunan, Diktat Kuliah Kepemimpinan Kristen(Bandung: INTI 2013)Hal, 15
30

Cara kepemimpinan yang dianjurkan ialah pemimpin yang menjadi pelayan

hamba dan pemimpin yang mampu memberikan perubahan yang benar. Hal ini dapat

ditemukan didalam kempemimpinan Kristen.

 Nilai-Nilai Dasar Kepemimpinan

Ada dua segi penting dari dasar kempemimpinan. Nilai dasar kepemimpinan

ini dapt di uraikan sebagai berikut:

a. Nilai dasar Teologis

Nilai dasar teologis adalah antara lain, tujuan utama, nilai-nilai hidup rohani,

dasar etika, dasr moralitas yang dimiliki oleh seorang pemimpin, individu

pemimpin dan para bawahan.

b. Nilai dasar filosofis

Nilai dasar filosofis meliputi motifasi/efisiensi/efektifitas, nilai-nilai hidup

social, etika hidup social, etika hidp dan kesehatan organisasi yang sangat di

perlukan sebagai landasan hidup sentra kerja suatu organisasi.

 Kualitas Kepemimpinan

Sesudah memahami arti pemimpin, berikut ini ada baiknya meninjau lebih

lanjut lagi yaitu mengenai kualitas seorang pemimpin.27

a. Seorang Pemimpin Mempunyai Visi.

27
Ayu Hermawan, Leadership Quotient, (Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), hal 20-23.
31

Kepemimpinan adalah Proses pemimpin menciptkan visi dan melakukan

interaksi saling mempengaruhi dengan para pengikutnya untuk merealisasikan

visi 28 visi untuk menjadi pemimpin, sesorang harus mempunyai visi mengenai

sistem sosial yang dipimpinnya. Yaitu apa yang diimpikan, apa yang dicapai

dimasa depan.

Seorang pemimpin tidak bertindak secara random dan spekulatif. Ia

mendasarkan tindakannya pada suatu visi atau pandangan jahu kedepan. Dia

sadar benar atas apa yang sedang di laksanakannya. Seorang pemimpin tanpa

visi akan kehilangan posisinya, menjadi tak berbeda dengan orang yang

dipimpinnya.29

b. Seorang Pemimpin Mempunyai Disiplin yang Kuat

Tanpa disiplin maka seorang pemimpin akan kehilangan kredibilitasnya

bahkan tak akan punya nyawa lagi, karena apa yang ia kemukakan hanya

sekedar omong kosong sementara ia sendiri tidak melaksanakannya. Ia tidak

menjadi suri teladan, dan hanya akn menghasilkan pengikut dengan organisasi

yang tidak disiplin, dengan demikian visi yang yang telah di sampaikan tidak

akan dapat terwujud.30

c. Seorang Pemimpin Ialah Seorang Yang Bijaksana

28
Wirawan, Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Prilaku organisasi, Aplikasi dan Penelitian, (Jakarta: Rajawali
Pers 2014) hal. 7.
29
Ibid,20
30
Ibid,21
32

Ia harus menguasai keadaan, kondisi kehidupan kini dan masa depan

dengan baik. ia menyadari keharusan untuk mengambil posisi yang tepat dan

bijaksana. Karena ia berhasrat besar untuk menguasai ilmu pengetahuan yang

dapat memperkaya wawasan dan dapat memberikan kontribusi untuk

menjadikan bijaksana. Jadi pemimpin yang bijaksana akan terus menerus

belajar menguasai perubahan jaman, bersentuhan dengan ilmu pengetahuan

dan kemajuan teknologi informasi dunia. Dengan itu semua, ia akan

membawa organisasinya menjadi suatu organisasi pembelajar yang tidak akan

tertinggal zaman.31

d. Seorang Pemimpin mmpunyai Keberanian

Ia pemberani dalam mewujudkan visi dan tujuannya. Ia berani membela

kepentingan para pengikutnya. Dengan demikian, rasa kepercayaan kepada

pemimpin semakin lama semakin kuat, hal ini akan menjadi perekat bagi team

work dari organisasi yang dipimpinnya.

e. Seorang Pemimpin haruslah memiliki Sikap kebersahajaan.

Seorang pemimpin yang angkuh, bersihkan feodal karena pemimpin yang

seperti ini bukanlah pemimpin sejati karena pemimpin yang demikian tidak

memiliki komitmen terhadap kepentingan organisasi yang dipimpinnya karena

ia mendasarkan kepemimpinannya kepada kekuasaan, termasuk kemewahan.

Ia mengambil jarak yang begitu jahu dengan yang dipimpinnya sehingga

31
Ibid,22
33

tumbuh semu dan rapuh tanpa rasa dan semagat kebersamaan. Lama kelamaan

seorang pemimpin akan terisolasi dan berjuang sendiri tanpa soport dari yang

dipimpin.32

f. Seorang Pemimpin berani dan mampu membuat atau mengambil

keputusan.

Pemimpin yang ragu-ragu menunjukan bahwa ia tidak memiliki visi.

Organisasi yang dipimpin pun akan bergerak liar tanpa arah, pada giliranya

hal tersebut akan menurunkan motivasi dan prestasi kerja anggota. Mutlak

bagi pemimpin untuk berani mengambil keputusan secara tepat dan tepat,

dengan sikap tersebut ia akan mampu memeliharaikatan para anggota

organisasinya. Pemimpin demikian juga cermat dan strategis dalam

mengambil keputusan dan ia akan mempertimbangkan keputusan berdasarkan

pertimbangan ilmu pengetahuan.

g. Seorang Pemimpin Harus dapat Mengembangkan Rasa Persahabatan

Dasar relasi antara pemimpin dan yang dipimpin ialah komunikasi.

Pemimpin yang tidak dapat berkomunikasi adalh pemimpin yang tidak

menyadari pentingnya persahabatan, alih-alih mewujudkannya. Suatu

organisasi akan eksis apabila berdasarkan rasa kepercayaan dan persahabatan.

h. Seorang Pemimpin Yang Efektif Akan Terus menerus Melatih dan

Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya Manusia Organisasinya.

32
Ibid,22
34

Melatih orang lain khususnya para anggota organisasi, akan meningkatkan

performance organisasi itu sendiri. Pemimpin sejati tak akan khawatir bahwa

tindakannya bahwa dirinya akan tersaingi. Sebaliknya, ia akan terus

memberdayakan anggotanya, sebab ia percaya hal tersebut akan memberikan

manfaat bagi produktifitas organisasinya.

i. Seorang pemimpin harus terus menerus Mengembangkan Kemampuan

Eksekutifnya.

Sebagaimana dunia yang tidak pernah berhenti dan senantiasa

berubah, demikian pemula seorang pemimpin, ia bergerak dinamis sesuai

dengan perubahan tersebut. Eksekutif dan pemimpin masa depan adalah

sosok modern yang terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, ia

juga menyadari perlunya menjadi seorang pembelajar. Maka ia akan selalu

siap menghadapi dan mengatasi perubahan-perubahan yang berlangsung

begitu cepat di dunia modern ini.

j. Seorang Pemimpin Bukanlah Seorang Yang Hidup Di Alam Rutinitas.

Pemimpin harus dapat terus menerus membangkitkan motivasi para

pengikutnya, ia haru8s memiliki kekuatan inspiratif sehingga dapat menjadi

inspirasi bagi para anggotanya. Dengan demikian, perubahan dan ide-ide baru

akan muncul setiap waktu, kemudian di kembangkan oleh para pengikut yang

kreatif.33

 Kepemimpinan Kristen
33
Ibid, hal 23
35

Di dalam organisasi, khususnya gereja tentunya membutuhkan pemimpin

yang dapat mengembangkan dan memberikan pertumbuhan baik itu secara jasmani

maupun rohani terhadap jemaat. Tentu hal ini hanya ditemukan dalam kepemimpinan

Kristen.

 Pengertian Kepemimpinan Kristen

Di dalam kekristenan juga membutuhkan seorang pemimpin. Hal ini juga

yang dikatakan Mensah, umat Kristen dimanapun di dunia sedang mengalami

kebutuhanb yang amat mendesak akan pemimpin-pemimpin yang terlatih. Sebabnya

mungkin akibat pesatnya perkembangan jemaat Kristen. Tetapi, pemimpin-pemimpin

macam apa yang di perlukan? Apabila ditanya pemimpin macam apa yang di

perlukan, model-model adalah, misalnya model seorang kepala pemasaran yang

berhasil, terampil dalam menajemen, dalam mengaplikasikan program-program kerja

guna mencapai sasaran yang telah di tetapkan atau model seorang pendeta serba bisa,

yang dipuja oleh semua anggota jemaat yang kemauannya mereka turuti. Padahal,

model kepemimpinan yang dalam Allkitab selalu dianjurkan kepda umat Allah model

dari seorang pemimpin pelayan.34

Karena pemimpin Kristen merupakan rencana dan didalamnya ternyata

campur tang Allah, maka sejatinya Tuhanlah yang berdaulat memilih pemimpin Kristen.

Tuhanlah yang memilih bagi kemuliaannya seorang pemimpin dan memperlengkapinya

(melalui proses pembentukan kepemimpinan) dengan segenap kapasitas untuk

memimpin. Pemimpin Kristen juga disebut sebagai kepemimpinan hamba.

34
Gofried Oseo Mensah, Dicari Pemimpin Yang menjadi Pelayan, (Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina
Kasih /OMF 2006) hal, 78
36

Kepemimpinan hamba diartikan, pelayan yang lebih mengutamakan orang lain daripada

dirinya sendiri.

Jacob Tomatala mengatakan kepemimpinan Kristen ialah proses rencana

Allah didalam kehidupan seseorng pemimpin.35

Kepemimpinan Kristen ialah suatu proses terencana yang dinamis dalam

konteks pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat dan situasi

khusus) yang didalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diriNya

seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk meminpin umat-Nya (dalamn

pengelompokan diri sebagai suatu institusi atau organisasi) guna mencapai tujuan

Allah (yang membawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup)

melalui umat-Nya untuk kejayaan kerajaan-Nya.”

Dari beberapa definisi diatas diketahui, bahwa kepemimpinan Kristen ialah

pemimpin yang menjadi pelayan. Pemimpin yang tidak mementingkan dirinya

sendiri atau kelompoknya, pemimpin yang tidak menggunakan kekuasaan atau

jabatannya untuk menguasai orang lain, melayinkan pemimpin yang melayani atau

hamba.

 Dasar Etika Kepemimpinan Kristen

Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika moral yang Alkitabiah. Konsep

interaksi dalam kepemimpinan Kristen dibangun diatas dasar Alkitabiah, yang

berkenan dengan interaksi Yesus. Memiliki kisi kebenaran sebagai berikut:

35
Yakob Tomatala, kepemimpinan Yang Dinamis, (Jakarta, Gandum Mas, 1997), hal 45.
37

1. Dasar prilaku etika moral kepemimpinan Kristen adalah Yesus Kristus,

kehidupan, karya, ajaran dan perilakuNya. Hal ini merupakan dasar

Teologis, filosofis kepemimpinan Kristen, dimana seluruh kerangka

kepemimpinan Kristen di bangun diatas dasar ini.

2. Orientasi dan pendekatan etika moral kepemimpinan Kristen bersifat

partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen dalam

segala bidang kehidupan. Pemimpin Kristen bertanggung jawab untuk

berpartisipasi penuh dengan mentaati firman Allah serta memuliakan Dia

dalam segala bidang hidup kehidupan manusia.

3. Dinamika etika moral kepemimpinan Kristen di tandai oleh adanya

transformasi hidup (individu/kelompok) yang di buktikan dengan adanya

pertobatan, pembaharuan, pemulihan hidup dan semangat kerja.

Transformasi hidup ini akan mewarnai seluruh kerangka dan praktek

kepemimpinan Kristen, sehingga membawa dampak positif, dinamis

dalam kepemimpinan.36

 Pemimpin Melayani/Hamba

Dalam pekerjaan sehari-sehari seorang pemimpin yang melayani

mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang jadi terinspirasi, terdorong, belajar,

dan mengambil alih teladannya. Pendekatan bukanlah pendekatan kuasa tapi

pendekatan hubungan atau rasional.37

36
Yakob Tomatala, kepemimpinan Yang Dinamis, (Jakarta, Gandum Mas, 1997), hal 49.
37
https://leadershipsecret2016.wordpress.com/2015/01/22/kepemimpinan-hamba-mengubah-dan-
menggerakkan-dengan-melayani-lebih-dulu, hal 22: Jakarta.
38

 Berikut merupakan penjelasan mengenai pemimpin yang melayani sebagai

berikut:

1. Pemimpin yang melayani memberikan teladan-teladan untuk perilaku dan sikap

yang ingin hadi dan dan menjadi bagian utama dari hidup pengikutnya. Jadi ia

tidak memaksa orang untuk mengambil alih suatu perilaku atau memaksa dengan

berbagai aturan hal-hal yang ia inginkan. Ia memberikan ilham melalui

demonstrasi model, pemberian teladan dan penentuan batas-batas perilaku dengan

melaksanakan sendiri.

2. Pemimpin yang melayani sering bekerja dalam kerangka berfikir dalam waktu

yang panjang. Ia tidak mengharapkan hasil spektakuler terlalu cepat karena ia di

perlukan waktu yang panjang dan proses yang sinambung.

3. Pemimpin yang melayani melakukan komunikasi yang bersifat dua arah

4. Pemimpin yang melayani juga dapat hidup di tengah kepelbagaian pendapat,

bahkan ia merarasa tidak nyaman bila pendapat, paradigma, dan gaya kerja

hanyalah sejenis

5. Pemimpin yang melayani memberikan kepercayaan dan wewenang pada

pengikutnya. Ia memilik gambaran positif dan optimis tentang mereka. Ia

memberdayakan mereka melalui sharing pengetahuan, skil dan perspektif.

6. Pemimpin yang melayani menggunakan persuasi dan logika untuk mempengaruhi

orang selain teladaanan.

7. Pemimpin yang melayani tidak berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan

dan melahirkan pahlawan-pahlawan.


39

8. Pemimpin yang melayani mengerjakan banyak hal dan juga menghindar dari

berbagai hal yang orang lain dapat lakukan.

Hal yang perlu di catat disini adalah bahwa pemimpin yang melayani tidak berarti

akan menghindar dari masalah atau konflik. Ia tidak juga menjdi sosok yang

dikendalikan oleh berbagai kelompok yang kuat. Tidak juga ia harus tampil manis

dan ramah.

 Hubungan kepemimpinan dengan Pertumbuhan Gereja

Keberhasilan gereja dalam mengemban tugas dari Tuhan yesus dapat dilihat

dari bertambahnya jumlah orang yang menjadi percaya sebagai hasil pelayananan dari

gereja yang bersangkutan dan mendapat pengembalaan dari gereja tersebut. Amanat

Agung dengan jelas dipaparkan dalam Matius 28:19-20.

Vergil Gerber mengatakan “sekalipun hal tersebut bukanlah satu-satunya

ukuran bagi gereja yang berhasil, tetapi kesuksesan gereja dalam mengemban tugas

sebagian besar dapat dilihat dari kuantiitas yang yang bertambah”. Gereja mula-mula

pun menampakkan kedua aspek pertumbuhan ini, dimana “gereja mula-mula bukan

hanya bertumbuh secara jumlah tetapi juga dalam mutu iman anggota-anggota jemaat

seperti yang dicatat oleh Lukas; dan mereka disukai oleh semua orang. Dan tiap-tiap

hari, tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang di selamatkan” ( Kisah Para

Rasul 2:47 ).38 Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang memusatkan tujuan

utamanya terhadap penginjilan. Tugas pengijilan adalah tugas semua orang percaya

tanpa terkecuali dipertajam oleh rasul Paulus dalam 1 Korintus 9:16 “Bahwa
38
https://www.researchgate.net/publikation/282854559_PRINSIP-PRINSIP_PERTUMBUHAN
_GEREJA_BERDASARKAN_KITAB_KISAH_PARA_RASUL
40

pemberitaan injil adalah sebuah keharusan bukan pilihan” . Secara kualitas,

pertumbuhan gereja dapat dilihat dari peningkatan kerohanian anggota jemaat gereja.

Sedangkan secara kuantitas, pertumbuhan gereja dapat dilihat dari pertambahan

jumlah keanggotan gereja. Gereja yang sehat itu diawali dari pertumbuhan secara

kualitas yang menuju kepada pertumbuhan secara kualitas.

Setiap gereja pasti menginginkan gerejanya dapat mengalami pertumbuhan.

Namun pada kenyataanya banyak gereja saat ini yang mengalami kemunduran baik

dalam kerohanian ataupun dalam jumlah anggota. Beberapa gereja hanya

menekankankegiata-kegiatan dalam geraja saja, yang berupa penguatan, persekutuan,

dan pendewasaan iman jemaat saja. Iman jemaat sehingga beberapa gereja

mengalami stagnasi dalam pertumbuhan secara kualitsa atau penambahan jumlah

jemaat. Ada juga gereja yang mengalami pertumbuhan secara kuantitas (pertambahan

secara jumlah) tetapi mengabaikan kerohanian atau iman. Hal ini dapat di lihat dari

beberapa gereja yang banyak membuka tempat pelayanan baru, tetapi jemaat tidak

terpelihara dengan baik. gereja yang bertumbuh seharusnya mengutamakan

pertumbuhan baik secara kualitas maupun kuantitas. Gereja tidak akan pernah

bertumbuh bila geraja tidak memiliki tujuan.tujuan adalah hal yang sangat penting

untuk mendorong gereja dapat bertumbuh. 39 Gereja akan melangkah sesuai dengan

tujuan yang sudah di tetapkan. Dengan adanya tujuan itu maka gereja dapat

bertumbuh. Tetapi pada saat ini banyak gereja yang tidak memiliki tujuan. Gereja

hanya puas dengan keadaan jemaat yang ada.

 Definisi Pertumbuhan Gereja

39
Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Malang: Gandum Mas, 2008), hal 81.
41

Rick Waren dalam Bukunya “The purpose Driven Church” mengatakan

bahwa: wajar bagi organisme-organisme yang hidup untuk bertumbuh apabila ia

sehat. Pertumbahan itu alamiah bagi setiap organisme. Demikian juga halnya dengan

gereja, karena gereja adalah organisme yang hidup, sudah sewajarnya gereja akan

bertumbuh jika gereja itu sehat.

Gereja yang efektif adalah gereja yang sehat; gereja yang sehat adalah

gereja tumbuh; mereka menghasilkan murid-murid yang lebih banyak dan lebih

baik.40 Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil dan pemberitaan Injil bertujuan

untuk menghasilkan jemaat (gereja). Dalam Injil Matius 16:8, istilah ekklesia

pertama kali diterapkan bagi orang beragama Kristen oleh Yesus aendiri dalam

perkataanNya terhadap Petrus di Kaisarea Filipi, Aku akan mendirikan jemaatku

Ekklesia (dalam bahasa Yunani) berarti gereja, Ekklesiatikos berarti perserikatan atau

kumpulan, qahal (bahasa Ibrani) berarti perkumpulan, ekkaleo (kata kerja) berti di

panggil keluar. Maksudnya pangilan untuk memberitakan injil. “karena itu pergilah

jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak

dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah

Kuperintakan kepadamu” Matius 28-20. Amanat agung Tuhan Yesus yang harus

dilaksanankan oleh murid-murid-Nya, yaitu setiap orang percaya. Untuk memdirikan

sebuah jemaat orang percaya pergi memberitakan Injil dan memuridkan.

Menurut G. W. Schweer, Gereja adalah sekumpulan orang percaya yang

sudah dibabtiskan dan diikat menjadi satu iman dan persekutuan dalam Kristus;

gereja mentaati perintah Kristus, dihukum-hukum-Nya; gereja memakai karunia-

40
Robert E. Logan. Beyond Church Growth
42

karunia Allah, gereja memakai kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil.

Gereja perjanjian baru adalah sebuah jemaat,sebuah persekutuan orang-orang yang

telah di tebus, sebuah komunitas rohani. Gereja bukanlah bangunan ataupun hierarki

melainkan ekklesia, perkumpulan orang-orang yang di panggil keluar oleh Allah

kedalam suatu komunitas baru. Kristus adalah kepalanya. Meskipun gereja memiliki

orang-orang yang menjadi pemimpin, kehidupan dan kepemimpinan sejatinya dari

atas. Dari penjelasan di atas maka gereja diartikan sebagai suatu persekutuan orang-

orang yang percaya kepada Kristus adalah gereja itu sendiri atau gereja secara rohani

yang mapunyai tugas membawa orang lain menjadi murid Kristus.

 Gereja Harus Punya Visi

Gereja akan tumbuh dengan baik jika gereja Itu memiliki Visi. Visi tersebut

didapat peminpin Gereja dari pada Tuhan untuk mebawa gereja bertumbuh. Visi

yang diterima pemimpin gereja dari pada Allah tersebut di kerjakan hanya untuk

kemuliaan Allah.41 Kita tidak diasuh hanya untuk mementikan diri sendiri, tetapi

dengan tujuan bertumbuh bersama. Gereja yang mengekspresikan kasih Kristus, baik

kepada anggota gereja maupun anggota di luar gerejaNya. Dalam “Perintah Agung”

Ia menyuruh kita mengasihi, dalam Amanat Agung Ia menyuruh kita untuk

menjadikan murid. Tujuan yang tidak dapat dikesampingkan dari Gereja adalah di

kumpulkan untuk melayani tubuh Kristus dan tersebar untuk melayani dunia. Tujuan

Pertama, gereja di kumpulkan sebagai satu tubuh Kristus untuk saling melayani orang

percaya, tetapi gereja juga harus melayani orang yang belum percaya di dunia dengan

Injil. Agar gereja menjadi dewasa, gereja perlu melakukan pengajaran, persekutuan,

41
Sanjaya, Pemimpin Kristen (Yogyakarta: Kairos Books, 2004), hal 110
43

dan ibadah. Tujuan kedua , gereja tersebar di tengah duniaadalah untuk menjadikan

murid Kristus, membabtis mereka, dan membawa mereka ke dalam persekutuan

orang percaya.

 Pertumbuhan Gereja Merupakan Pekerjaan Allah

Pertumbuhan geraja adalah kehendak Allah, karena gereja sendirilah yang

menghendaki agar gerejanya bertumbuh. Hal ini dengan jelas diungkapkan dalam

fiman Tuhan berikut ini. “orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri

di babtis dan pada hari itu jumlah mereka kira-kira tiga ribu jiwa” (Kisah Para Rasul

2:41). “Dan tiap-tiap hari tuhan menambah jumlah mereka dengan-dengan orang

yang di selamatkan” (Kisah Para Rasul 2:47).42

C.Peter Wagner mengungkapkan, “Allah menghendaki agar semua orang di

selamatkan dari dosa dan kematian kekal. Allah adalah kasih dan menginginkan agar

tiap-tiap orang diperdamaikan kepadaNya. Karena alasan itulah ia mengustus

anakNya yang tunggal, Yesus Kristus.” Kehendak Allah itu sudah jelas, “Ia

menghendaki supaya jangan ada yang binasa, “Ia menghedaki supaya jangan ada

yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” 2 Petrus 3:9). Ia

menghendaki semua laki-laki dan perempuan dimanapun juga datang kepadaNya dan

ke dalam gereja-Nya Yesus Kristus. Dengan kata lain merupakan kehendak Allah

gereja untuk bertumbuh. Yesus berkata, “dan aku pun berkata kepadamu: Engkau

adalah Petrus dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam

maut tidak akan munguasainya” (Matius 16:18). Disini jelas yang membangun gereja

adalah Yesus. Pembangunan Gereja adalah pekerjaan Allah dan kehendak Allah dan
42
Alkitab Terjemahan Baru.
44

oleh Allah. Kitab Kisah Para Rasul menyatakan dengan tegas bahwa tiap-tiap hari

“Tuhan” menambah jumlah mereka dengan orang-orang yang di selamatkan (Kisah

Para Rasul 2:47). Demikian juga rasul Paulus menyatakan bahwa “pemberi

Tumbuhan” bukan Apolos, bukan juga Paulus tetapi Allah (1 Korintus 3:6-7). Maka

jelas bahwa kehendak Allah merupakan prinsip mutlak dari pertumbuhan gereja yang

pesat. Jadi menolak pertumbuhan gereja berarti menolak kehendak Allah.43

 Melibatkan Roh Kudus

Setiap pasal dalam Kisah Para Rasul merupakan catatan tentang perubahan

dramatis yang terjadi atas para rasul oleh karena persekutuan mereka dengan Roh

Kudus. Ketika anda menyambut Roh Kudus, hal yang sama bisa terjadi kepada Anda.

Hal ini di bahas lebih mendalam oleh Beni Hinn dalam bukunya selamat datang Roh

Kudus tentang peranan penting Roh Kudus dalam keseluruhan pasal dalam Kitab

Kisah Para Rasul. Sebagai contoh Roh Kudus akan mengubah cara Anda mendengar.

Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia berpesan kepada murid untuk tidak

meninggalkan Yerusalem, tetapi menantikan janji Bapa bagi siapa yang mendengar

perekataanNya (Kisah Para Rasul 1:4). Ia berkata, “sebab Yohanes membaptis

dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibabtis dengan Roh Kudus” (Kisah Para

Rasul 1:5). Mereka tidak hanya mendengar dengan telinga, mereka mendengar

dengan hati. Seratus dua puluh orang berkumpul di Ruang Atas dan mulai berdoa.

Dalam Kisah Para Rasul, Roh Kudus sebagi dinamika pertumbuhan gereja tampak

dalam hal-hal berikut ini:

43
Sanjaya, Pemimpin Kristen (Yogyakarta: Kairos Books, 2004), hal 110
45

Pertama Roh Kudus memberi kuasa kepada murid-murid untuk bersaksi mulai dari

Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8).

Kedua, Roh Kudus memenuhi rasul-rasul untuk memberitakan nama Tuhan Yesus

dengan berani hati kepada orang banyak dan menggerak orang banyak dan

menggerak orang-orang untuk bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus (Kisah Para

Rasul 2-4)

Ketiga Roh Kudus menambahkan jumlah orang-orang percaya dengan orang-orang

yang diselamatkan (Kisah Para Rasul 2:47).

Keempat Roh Kudus memenuhi orang-orang percaya sehingga mereka dapat

memberitakan Firman Allah dengan berani hati (Kisah Para Rasul 3:31).44

Kelima Roh Kudus memenuhi orang-orang percaya sehingga mereka hidup dalam

ketakutan akan Allah (Kisah Para Rasul 5).

Keenam Roh Kudus mengkhususkan para pembemberita injil, yaitu Bernabas dan

Paulus dan mengutus mereka ke luar untuk memberitakan injil ke berbagai pelosok

dunia sehingga banyak orang percaya dan berdirilah gereja-gereja local (Kisah Para

Rasul 13).

Roh Kudus di utus oleh Allah Baba dan Anak (Yohanes 14:16,

26;15:26;16:7, Kisah Para Rasul 2:33, 5:31-32). Ia menyaksikan dan memuliakan

Yesus Kristus (Yohanes 15:26). Roh Kudus di curahkan pada hari Pentakosta (Kisah

Para Rasul 2). Dapat di katakan bahwa sekarang adalah zaman dari Roh Kudus.

44
Ibid. 111
46

Allah hadir dan diam dalam gereja yang adalah bait Allah melalui RohNya (Efesus

2:21-22). Allah bekerja memlalui Roh Kudus untuk membagun GerejaNya. Tanpa

Roh Kudus sereja tidak dapat lahir pada hari penta kosta. Roh Kudus memberi kuasa

pada murid-murid, kepada gereja untuk menjadi saksi atu untuk bertumbuh (Kisah

Para Rasul 1:8) Roh Kudus dengan membuat jamaat demgan berani berbicara di

depan mahkama agama.

Dalam Kitab Kisah Para Rasul 4:12 menjelaskan bahwa Roh Kudus

memimpin Petrus (Kisah Para Rasul 10:19-20). Roh Kudus memberi petunjuk kepada

jamaat di Antiokia (Kisah Para Rasul 13:2). Semua ini menunjukan bahwa Roh Kudus

menyebabkan pertumbuhan jemaat. Roh Kudus yang memberikan kelahiran baru,

menghidupkan orang percaya. Tanpa Roh Kudus tidak akan ada pertumbuhan Geereja

dan penginjilan. Dalam perjanjian baru Roh Kudus adalah dinamika rohani yang

menghasilkan kualitas dan kuantitas dalam pertumbuhan gereja. Dengan melihat dua

cara yang Khusus di mana roh kudus bekerja berkenaan dengan gereja, maka kita akan

dengan jelas memahami siapa yang bertanggung jawab atas pertumbuhan sebuah

gereja. 45

Roh Kudus mendirikan gereja artinya tidak ada gereja tanpa pekerjaan Roh

Kudus. Roh Kudus membawa orang-orang kedalam gereja. Kolose 1:4 memperjelas

bahwa kita telah dipindahkan dari kerajaan lama ke dalam kerejaan baru. Perubahan

ini terjadi karena karya roh kudus. Ia mewujudkan perubahan ini melalui sebuah

proses tiga langkah yaitu: pertama, Roh Kudus akan menginsafkan orang akan dosa-

dosanya ketika ia mendirikan gereja (Yohanes 16:8-11;6:44). Langka kedua, dalam

45
Ibid.111
47

pekerjaan Roh Kudus adalah pertobatan. Pertobatan adalah buah dari kesadaran. Ia

menyebabkan perubhan itu terjadi. Titus 3:5 menggambarkan proses tersebut “oleh

permandian kelahiran baru dan pembaruan yang di kerjakan oleh Roh Kudus” pokok

yang sangat penting adalah bahwa kita sebagai orang-orang berdosa, tidak berperan

apa-apa dengan pertobatan kita. Demikian pula para penginjil tidak berperan apa-apa

dalam masalah bertobatnya seseorang, selain daripada menyampaikan berita injil.

Ketiga, karya Roh Kudus adalah pengakuan. Dalam 1 korintus 12:13 kita baca, “tidak

dapat seorang pun dapat mengaku, ‘Yesus adalah Tuhan’ selain oleh Roh Kudus.”

Cara kedua, Roh Kudus memperlengkapi gereja. Melengkapi berarti tahap demi tahap

berkembang menjadi seperti Kristus. Galatia 5:22 menggambarkan sembilan kualitas

tingkah laku dan sifat seperti Kristus. Roh Kudus memperlengkapi gereja melalui

pemakain Firman Allah. Ibrani 4:12 menggambarkan firman Allah itu hidup. Kuat

dan tajam. Maka dengan demikian pekerjaan Roh kudus merupakan prinsip

pertumbuhan jemaat dalam kitab Kisah Para Rasul.46

 Perkembangan Gereja

C. Peter Wagner, perkembangan gereja dapt di klasifikasikan sebagai

berikut:

1. Perkembangan Internal: Peningkatan kualitas suatu gereja. Anggota gereja atau

jemat akan dapat bertumbuh dalam penyembahan, pemahaman akan Firman

Allah, kasih terhadap satu sama lain dan buah Roh.

46
Ibid.112
48

2. Pengembangan Ekspansi : Gereja memperluas jangkaun pelayanan keluar,

membawa orang dari luar untuk masuk kedalam persekutuan dengan gereja.

Melahirkan petobat-petobat baru atau jiwa-jiwa baru.

3. Perkembangan ekstensi: Melalui tim-tim penginjil yang di utus gereja ke

berbagai tempat sampai ke berbagai pelosok daerah, maka akn terbuka pos-pos

baru yang nantinya akan di lanjutkan dengan pembinaan rohani oleh gembala

lokal

4. Perkembangan antara budaya : Mengacu kepada pembukaan gereja baru, tetapi

dalam hal ini gereja-gereja yang berada dalam budaya yang berbeda.47

4.2. EKSPOSISI KISAH PARA RASUL 2:42-47

 Cikal Bakal Jemaat Mula-Mula.

Pandangannya tentang pertumbuhan agama Kristen mengungkapkan pola

kehidupan gereja: kekuasaannya, sasarannya, metodenya, susunan organisasi dan

tatatertib utamanya, serta pernyebarluasan misinya, Kisah Para Rasul bukanlah sekadar

sejarah dari sepenggal periode dalam kehidupan gereja, tetapi merupakan buku pegangan

umat Kristen. Ia menggambarkan prosedur serta keberhasilan suatu gereja yang di

bangun berdasarkan pokok-pokok yang dikaruniakan oleh Roh kudus.48 Cikal bakal

jemaat mula-mula di Yerusalem terbentuknya gereja pasca khotbah Petrus yang

mempertobatkan ribuan orang percaya baru. Pertambahan gereja ini adalah sebuah

terobosan di mana banyak jiwa dimenangkan. Petrus lewat tuntunan Roh Kudus terjadi

kebangkitan rohani yang besar. Tidak dapat dibayangkan, kehidupan rohani di Yerusalem

47
C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang, Gandum Mas, 1996) hal 100
48
Ibid, hal 292.
49

memperlihatkan persaingan ketat antara dua komunitas. Di sana terdapat komunitas dua

kepercayaan, para penganut agama Yahudi, yang bertahan dan memperlihatkan sikap

ketahanan bahkan permusuhan terhadap orang-orang percaya tersebut. Di pihak lain,

muncul komunitas pengikut Kristus sebagai hasil ajaran Yesus dari Nazaret yang

dihukum mati secara kontroversial tetapi bangkit dari kematian setelah tiga hari dan naik

ke surga. Murid-murid Yesus meneruskan ajaran itu dengan dahsyat sehingga seluruh

Yerusalem terguncang. Pada waktu itu, Yerusalem justru sedang dipenuhi oleh orang dan

penganut Yahudi yang datang dari berbagai wilayah Kekaisaran Romawi. Kelompok

baru ini hadir menjadi sebuah kegerakan yang terus meluas yang semakin diminati orang

banyak. Jumlah mereka bertambah tiap tiap hari dan menjadi cikal bakal gereja di

Yerusalem. Demikian gambaran yang dilukiskan Lukas sebagai penulis Kitab Kisah Para

Rasul, melanjutkan suratnya terdahulu yang dikenal sebagai Injil Lukas. Carson dan

Douglas menyimpulkan bahwa kitab yang ditulis Lukas tersebut penuh dengan banyak

peristiwa yang menandai lahirnya gereja sebagai hasil dari perbuatan Roh Kudus melalui

pelayanan para Rasul di dalam menaati perintah memberitakan Injil dimulai dari

Yerusalem, kemudian Yudea dan Samaria, hingga ke ujung bumi.49 Hadirnya narasi

tentang kehidupan jemaat mula-mula di bagian awal Kisah Para Rasul menjadi pengantar

dari seluruh makna dan isi kitab itu sendiri. Penjelasan Lukas diawali dengan turunnya

Roh Kudus50 dan mulai aktifnya kuasa di dalam pelayanan para Rasul. Lukas bermaksud

menjelaskan bahwa gereja lahir sebagai dampak khotbah Petrus yang dimaknai sebagai

penginjilan mula-mula dan realitas kehadiran kuasa Roh Kudus di hari pentakosta. 51

49
Bruce Wilkinson and Kenneth Boa, Talk Thru the Bible, (Malang: Gandum Mas, 2017), hal 435.
50
D.A Carson and Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament, (Malang: Gandum Mas, 2016),
hal 323.
51
Harls Evan R. Siahaan, ―Karakteristik Pentakostalisme Menurut Kisah Para Rasul,‖ DUNAMIS: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 1 (2017): 12–28, www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/dunamis
50

Sejak itu, gereja mengalami pertumbuhan yang luar biasa hingga berita Injil sampai ke

wilayah-wilayah (bangsa-bangsa) non Yahudi yang didiami oleh orang-orang asing.

Mereka ikut diselamatkan oleh kehadiran Paulus, yang bertobat dari seorang penganiaya

pengikut Kristus dan sosok penghancur gereja, diubah menjadi pelaku utama lahirnya

gereja dan perintisannya di luar Yerusalem, di Antiokhia dan melebar di seluruh kota-

kota Asia Kecil.52 Cikal bakal dari semua itu adalah cara hidup jemaat mula-mula sebagai

komunitas orang Kristen pertama di Yerusalem. Apalagi di kemudian hari, Yerusalem

menjadi pusat keputusan organisasi dan acuan ajaran gereja setelah kekristenan

berkembang sedemikian rupa di wilayah-wilayah yang telah di injili oleh Paulus.

Alkitab mencatat, “Gereja adalah tubuh Kristus,” (bdk. Efesus 1:23;, 4:4:12-16 dan

Kolose 1:24). Tiap-tiap hari menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan

(bdk. Kisah Para Rasul 2:47). Jelaslah ayat-ayat ini menerangkan bahwa orang yang di

selamatakan baik secara kualitas (pertumbuhan rohani) maupun secara kuantitas

(pertambahan jumlah). Ini adalah makna pertumbuhan gereja.53Tercatat pertumbuhan

jumlah serta peningkatan mutu kehidupan rohani umat Kristen, yang menunjukan bahwa

Kisah Para Rasul menaruh perhatian pada perkembangan yang progresif dari agama

Kristen54

 Penulis Kitab Kisah Para Rasul

52
Yushak Soesilo, ―Pentakostalisme Dan Aksi Sosial: Analisis Struktural Kisah Para Rasul 2:41- 47,‖
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 2 (April 23, 2018): 136, accessed November 1,
2018, http://sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis/article/view/172. DOI: 10.30648/dun.v2i2.172
53
Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini, (Malang: Departemen Literatur SAAT, 1999), hal, 96-
97)

54
Merrill C.Tenney,Survei Perjanjian Baru,(Malang:Gandum Mas 2013), hal. 285
51

Beberapa ahli menjelaskan bahwa penulis kitab Kisah Para Rasul adalah

Lukas (bdk. Lukas 1.), sekalipun nama pengarangnya tidak di tuliskan atau terangkan di

dalama kitab tersebut. Dalam kitab kolose merujuk ke Lukas (bdk. Kolose 4:1-4).

Mungkin kitab ini ditulis di Roma (bdk. Filemon 24; 2Timotius 4:11). Yang mendorong

Lukas untuk menulis kitab ini adalah Roh Kudus, yang ditujukan kepada seorang

Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen. Bahkan kitab Kisah Para

Rasul disbut sebagai kita sejarah yang menceritakan tentang perkembanggan Gereja

mula-mula, dimana kembakitan rohani yang begitu hebatnya. Kitab ini juga mencritakan

beberapa toko-toko penting seperti, Setefanus dimana ia mengalami penganiyayaan dari

orang Yahudi temarsuk di dalamnya Saulus. Saulus yang kemudian berubah nama

menjadi Paulus setelah dia mengalami pertobatan, Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya

ketika Saulus melakukan perjalanan ke Damaskus (Bdk. Kisah Para Rasul 9:1-31).

Pertobatan ini menjadikan dia istimewa dibuktikan dengan tulisan-tulisan beberapa kitab

di Perjanjian Baru. Petrus yang menjadi toko pembuka awal terjadinya kebangkitan

Rohani yang pertama. Yang pada akhirnya melakukan pengajaran pertama kali di

Antiokia. Mereka adalah tokoh atau pemimpin pertumbuhan jemaat pertama yang terus

menyebar ke seluruh Asia pada saman itu. Gereja Antiokhia berkemabang menjadi pusat

pengajaran, dan dari sana misi kepada bangsa-bangsa lainnya mulai berkembang55

 Teks Kisah Para Rasul 2:42-27

(42) . Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan

mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Pewartaaan berita ini

55
Ibid, hal 292.
52

diikuti oleh pengajaran, hingga ketika orang-orang yang percaya makin bertambah

banyak, mereka dipersatukan oleh satu pengetahuan dan satu perbuatan.

(43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak

mujizat dan tanda.

(44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan

mereka adalah kepunyaan bersama,

(45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagibagikannya

kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.

(46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait

Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan

bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,

(47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan

menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan

 Eksposisi

Dalam ayat-ayat ini kita mendapati Firman Allah sebagai sarana untuk

memulai dan melanjutkan pekerjaan anugerah Tuhan bagi hati banyak orang yang mau

memberi diri dibabtis, sebab Roh Kudus yang bekerja dengan baik . Tetap menjaga

dengan baik ketetapan-ketetapan yang kudus, dan memberikan segala contoh kesalehan

dan ibadah secara berlimpah, sebab Kekristenan memenangkan jiwa, jika kuasanya

diakui akan mencondongkan jiwa untuk bersekutu dengan Allah dalam segala cara yang

sudah ditunjuk-Nya bagi kita untuk menemui-Nya dan yang didalamnya ia berjanji untuk
53

menemui kita. Tekun dan setia mengikuti pemberitaan Firman Tuhan. Bertekun dalam

pengajaran rasul-rasul dan tidak pernah mengingkari atau meninggalkannya. Bertekun

dalam ajaran atau perintah rasul-rasul dengan babtisan mereka memuridkan untuk diajar,

orang-orang yang sudah menyerahkan nama mereka kepada Kristus harus dengan

kesadaran hati nurani.

 Kisah Para Rasul 2:41

Jika dibaca dari ayat per ayat tidak terlepas dari pasal sebelumnya dan

selanjutnya. Ayat empat puluh satu(41), memberi diri dibabtis. Ini artinya ada sebuah

tindakan, keluesan hati, pikirasan seseorang untuk dilayani diperbaharui kearah

pertobatan. Tanpa adanya pemberian diri maka orang hanya sebatas mendengarkan atau

hanya sebatas menerima perkataan yang diberikan pemberi pesan. Tanpa adanya adanya

tindakan memberian diri maka sia-sia. Yang pasti adanya tuntunan Roh Kudus dari hati

orang yang memberi diri dibabtis tersebut. Roh bekerja bersama Firman, dan

mengerjakan keajaiban dengannya. Mereka menjadi saksi dan keajabain yang mereka

rasakan dan Roh Kudus bekerja bersama mereka. Ini menunjukan bahwa orang-orang

yang dibabtis di sini bukanlah laki-laki semuanya, melainkan kepala keluarga yang

sedemikian banyak, beserta anak-anak dan hamba-hamba mereka yang ikut dibaptis,

yang mungkin julahnya ribuan jiwa. Orang-orang yang menggabungkan diri bersama

Kristus berarti di tambahkan ke dalam murid-murid Kristus, dan bergabung bersama-

sama dengan mereka. Apabila kita mengangkat Allah sebagai Allah kita, kita harus

mengangkat umatNya menjadi umat kita.

 Kisah Para Rasul 2:42


54

Disini kalau di perhatikan bahwa adanya perubahan dalam diri mereka untuk

bertekun dalam doa. Dijelaskan lagi bahwa mereka slealu berkumpul untuk memeckan

roti. Adanya sebuah kebersamaan dalam menerima pengajaran. Pewartaan berita ini

diikuti oleh pengajaran, hingga ketika orang-orang yang percaya makin bertambah

banyak, mereka dipersatukan oleh pengetahuan dan ssatu perbuatan.56 Mereka dengan

sungguh menempakat diri dalam pengajaran sekaligus menaklukan diri mereka dari

pengaruh diluar Kristus. Ini akan menjadi dokritin Kekristenan dalam diri mereka.

 Kisah Para Rasul 2:43

“Ketakutalah Mereka semua” inilah adalah impervect passive (deponent) kita

memperoleh istilah “fobia” dari istilah “kagum” atau “takut” ini. 57 Kekagum terhadap

Tuhan ketika rasul-rasal tersebut yang membeuat mereka merasakan hal ynag berbeda

sebelumnya.

 Kisah Para Rasul 2:44-47

Kalau ayat ini di baca secara lurus atau literal, maka kita akan terjebak

menjual harta milik mereka. Ini di jual berdasarkan kebutuhan orang-orang yang

bekekurangan. Mereka measa harus ada sebuah kebersamaan dalam persekutuan yang

bereka lakukan.

Terjemahan yang dilakukan oleh LAI (TB) pada kalimat itu sebagai berikut, ―Dengan

bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka

memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama

56
Merrill C. Tenney, Suver Perjanjian Baru) (Malang: Gandum Mas 2013) hal. 295.
57
Wikepadia Alkitab, Kisah Para Rasul 2:43
55

dengan gembira dan dengan tulus hati,‖ sementara KJV (King James Vartion)

menerjemahkannya ―And they, continuing daily with one accord in the temple, and

breaking bread from house to house,Disitu ada penegasan tentang konsistensi tindakan

melalui kata προσκαρτεροῦντες (proskarterountes) yang muncul pertama kali di ayat 42

dan menjelaskan soal ketekunan. Kalau pada ayat 42 kata ‗proskaterountes‘ digunakan

untuk menjelaskan ketekunan di dalam pengajaran rasul-rasul, maka kata ini di dalam

ayat 46 digunakan untuk menjelaskan ketekunan di dalam beribadah di Bait Allah dan di

dalam memecahkan roti bersama-sama. Pada masa itu, ibadah orang Yahudi untuk

berdoa dan melakukan ritual keagamaan, hanya dilakukan di dalam Bait Allah. Dan

kebiasaan memecahkan roti juga menjadi tradisi masyarakat Timur Tengah masa itu yang

menggambarkan kegiatan makan bersama. Di sini terlihat bahwa selain mengadakan

kegiatan rohani (ibadah atau mendengar pengajaran) di Bait Allah, orang orang Kristen

mula-mula juga melakukan pertemuan dari rumah ke rumah dan memecahkan roti di

dalam setiap pertemuan tersebut. Semua kegiatan itu dilakukan dengan sukacita dan tulus

hati tanpa tendensi apapun. Lukas sangat bagus menggambarkan suasana hati jemaat

mula-mula tersebut melalui kalimat, setiap mereka dilakukan dengan gembira dan hati

yang murni (dalam Bahasa Yunani). Sebuah kemurni hati mereka dalam memberi artinya

tidak ada paksaan apapun dalam tindakan yang mereka lakukan, justru mereka melihat ini

adalah sebuah kebersamaan/persatuan jemaat.


56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN :

Pentingnya Pengaruh gaya kepemimpinan dalam Gereja adalah bagian

dalam kehidupan kekristenan yang tidak bisa dipisahkan dalam pertumbuhan Gereja.

Tidak lain adalah pengaruh dari seorang pemimpin akan menentukan pertumbuhan dari

gereja tersebut yang walaupun kita tahu bahwa Roh Kudus lah yang mengubah hati

setiap orang. Partumbuhan gereja salah satu yang diamanatkan olehTuhan sendiri (bdk.

Matius 28:19). Termasuk bagaimana seorang pemimpim gereja dapat memimpin


57

gerejanya bertumbuh. Dengan demikian, kepemimpinan Itu bukanlah sekadar berbicara

tentang jabatan, kekuasaan, dan wewenang, tetapi, kepemimpinan adalah pengaruh.

Pengaruh begitu penting bagi kehidupan kemajuan hidup seseorang, kelompok dan

lingkungan sekitarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jemaat mula-mula di

Yerusalem, sebagai cikal bakal gereja, dapat menjadi model (role) bagi pola gereja masa

sekarang, baik secara organisasi terlebih dalam hubungan antar-sesama. Seorang

pemimpin gembala yang berpengaruh secara positif akan membawa gerejanya bertumbuh

Cara hidup jemaat mula-mula seharusnya terlihat di seluruh gereja Tuhan di dunia.

Bukan sebaliknya, gereja justru menciptakan polanya sendiri yang cirinya seperti dunia.

Keserupaan dengan dunia adalah bahaya laten yang akan mengikis eksistensi gereja dan

misinya di muka bumi. Gereja sudah seharusnya memperlihatkan kehidupan jemaat yang

berakar kuat di dalam Firman, hidup di dalam persekutuan, memiliki gaya hidup doa dan

peduli terhadap sesama, sebagaimana diperlihatkan oleh komunitas orang percaya

pertama di Yerusalem. Tidak terlepas dari peran para pemimpin mula-mula yaitu Petrus,

Yohanes, Stefanus dan pada akhirnya yang banyak meneruskan adalah Paulus itu sendri.

Kuasa Roh Kudus yang menaungi hati mereka sehingga sampai sekarang kita masih

merasakan kepemimpinan tersebut dan terus belajar dari mereka yang menjadi teladan.

Begitu besar pengaruh ynag mereka yang bisa kita teladani baik sebagai pemimpin, calon

pemimpin gereja masa depan.

5.1. SARAN-SARAN :

Karena terdapat pengaruh gaya kepemimpinan gembala gembala dalam

pertumbuhan gereja sesuai Kisah Para Rasul 2:42-47.


58

1. Penulis mengharapkan agar pemimpin Gereja, terus belajar dari tokoh-tokoh

Alkitab yang menjadi teladan dalam kehidupan bergereja.

2. Diharapkan agar pemimpin gereja membesarkan kapasitas pengaruh dalam

dirinya, sehingga semakin banyak lagi orang yang percaya atau petobat baru

yang bisa di di pengaruhi menjadi percaya kepada Kristus.

3. Pemimpin tidak boleh puas diri kalau sudah memiliki pencapaian dalam

pelayanan. Pemipin harus terus belajar!

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa menjadi seorang pemimpin yang

ideal itu sulit, tetapi paling tidak untuk menjadi pemimpin yang berpengaruh

itu bisa dicapai, asalkan mau terus belajar dan meningkatkan kualitas

kepemimpinan hingga berdampak pula pada pertumbuhan jemaat.

DAFTAR PUSTAKA

1 Clinton, J. Robert: “Pembentukan Prinsip Pemimpin Sejati”, Penerbit


Metanoia Jakarta 2004
2 Goodell Gary: “Cara Yesus Memimpin” ; Penerbit: Yayasan Andi
Yogyakarta, 2012
3 Gibbs Eddie: “Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang”, Penerbit: BPK
Gunung Mulia Jakarta, 2012
4 Lumintang, Stevri Indra:”Theologi Kepemimpinan Kristen Theokrasi di
Tengah Sekularitas Gereja Masa Kini, Jakarta: Geneva Insani Indonesia,
Jakarta,2015
5 Maxwel, Jhon C.:”Mengembangkan Kepemimpinan Anda”, By
Injoy.,1995
59

6 Tomatala, Yacob: “Hati Seorang Pemimpin” :Penerbit: Pionir


Jaya,Bandung, 2013
7 Tomatala, Yacob: “Kepemimpinan Yang Dinamis”, Penerbit: Gandum
Mas Malang, 2005
8 Sander, J Oswal: “Kepemimpinan Yang Handal”, Penerbit: YT
Leadership Foundation, Jakarta, 1996
9 Satori, Djam’an dan Aan Komariah: “Ciri Utama Kepemimpinan Kristen
yang sejati”, Penerbit : Andi offset. Yogyakarta,1994
10 Getol, Gunadi: “Metodologi Penelitian Kualitatif “, Penerbit: Penerbit
Alfabeta Bandung, 2014
11 Nawawi dan Martini, Hadari: “Management Miracle Series (Good
Leadership vs Bad Leadership)”, Penerbit: Elex Media Komputindo, 2010
12 Tambunan, Aripin: “ Kepemimpinan Yang Efektif” Penerbit: Gadjah
Mada Universitas Press, Yogyakarta, 2006
13 Oseo-Mensah, Gottfried: “ Diktat Kuliah Kepemimpinan Kristen”
Penerbit: INTI,Bandung, 2013
14 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF: “Dicari Pemimpin Yang Menjadi
Pelayan”, Jakarta, 2006

15 Harls Evan R. Siahaan, ―Karakteristik Pentakostalisme Menurut Kisah


Para Rasul,‖ DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 1
(2017): 12–28, www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/dunamis
16 Yushak Soesilo, ―Pentakostalisme Dan Aksi Sosial: Analisis Struktural
Kisah Para Rasul 2:41- 47,‖ DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan
Kristiani 2, no. 2 (April 23, 2018): 136, accessed November 1, 2018,
http://sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis/article/view/172. DOI:
10.30648/dun.v2i2.172

17 Bruce Wilkinson and Kenneth Boa, Talk Thru the Bible, 1st ed. (Malang:
Gandum Mas, 2017
18 D.A Carson and Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament,
1st ed. (Malang: Gandum Mas, 2016)
60

19 C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang, Gandum Mas,


1996)
20 Alkitab Terjemahan Baru.
21 Sanjaya, Pemimpin Kristen (Yogyakarta: Kairos Books, 2004)
22 Rick Warren, The Purpose Driven Church ( Malang: Gandum Mas, 2008)
23 Robert E. Logan. Beyond Church Growth
24 https://www.researchgate.net/publikation/282854559_PRINSIP-
PRINSIP_PERTUMBUHANGEREJA_BERDASARKAN_KITAB_KIS
AH_PARA_RASUL
25 Bruce Wilkinson and Kenneth Boa, Talk Thru the Bible, 1st ed. (Malang:
Gandum Mas, 2017)
26 D.A Carson and Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament,
1st ed. (Malang: Gandum Mas, 2020
27 https://leadershipsecret2016.wordpress.com/2015/01/22/kepemimpinan-
hamba-mengubah-dan-menggerakkan-dengan-melayani-lebih-dulu
28 Yakob Tomatala, kepemimpinan Yang Dinamis, (Jakarta, Gandum Mas,
1997)

VITA

Penulis dilahirkan di salah satu tempat yang bernama Patunu Rowe; 05 Desember
1995; kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat dari orang tua: ayah
bernama: Soleman Toda Sairo dan Ibu bernama: Margaretha Ina Kii. Penulis adalah
anak pertama dari lima bersaudara. Penulis pernah bersekolah di SMA Katolik Adaluri,
Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

Adapun penulis pernah bekerja di salah satu perusahaan tetapi karena panggilan
untuk melayani Tuhan maka sekarang penulis mengikuti kuliah di STT Sunergeo dengan
harapan setelah selesai dapat melayani Tuhan secara full time di tempat kelahiran
yakni Sumba. Penulis juga pernah pelayanan antara lain:

1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di bawah naungan Gereja Kristen


Sumba selama enam bulan
61

2. Pelayanan Pemuda Gereja Perjanjian Baru Lembang selama satu tahun

Demikian lembar Riwayat hidup penulis, Tuhan Yesus memberkati.

Penulis

LEMBAR ABSENSI KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Orland Saero


Tempat / Tgl. Lahir : Patunu Rowe; 05 Desember 1995
Judul Skripsi : ” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kristen Gembala Sidang Dalam
Pertumbuhan Gereja “ ( Menurut Kitab Kisah Para Rasul 2: 42-
47 )”
Strata / Nim : Teologia – S1 Teologia

Paraf
No. Tanggal Materi Karya Ilmiah Petunjuk / Saran
Pembimbing
I/II
1. 15 / 11 Judul Skripsi Harus ditambah
batasan judulnya
62

2. 23/11 Proposal Diperhatikan daftar


Pustaka
3. 27/11 Bab IV-Daftar Pustaka -

Pamulang, November 2021


Ketua/Rektor STT Sunergeo Pamulang – Banten

(Dr. Albert Loho, M.A., M.Pd.K, M.Th., Ph.D.)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa STT “Sunergeo” Banten

Nama : Orland Sairo

NIM : 02-180033

Prodi : Teologia – S1

Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan STT “Sunergeo” Banten karya ilmiah saya yang berjudul: “ Pengaruh

Gaya Kepemimpinan Kristen Gembala Sidang Dalam Pertumbuhan Gereja ( Menurut

Kitab Kisah Para Rasul 2: 42-47 ).

Beserta lampiran dan perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian
63

saya memberikan kepada Perpustakaan STT “Sunergeo” Banten, hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di dalam pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya melalui jaringan internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Bandung

Pada tanggal: 20 November 2021

Yang menyatakan,

( Orland Sairo )

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Orland Sairo

NIM : 02-180033

Program : Teologia

Prodi : Teologia-S1

Adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “Sunergeo” Banten, menyatakan bahwa karya

tulis ilmiah dengan judul:” Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kristen Gembala Sidang

Dalam Pertumbuhan Gereja “ ( Menurut Kitab Kisah Para Rasul 2: 42-47 ). Adalah
64

benar-benar karya saya sendiri. Karya Tulis ilmiah ini bukan hasil dari penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan.

Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya siap menanggung resiko/ sanksi

apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim

dari pihak lain terhadap keaslian karya ilmiah ini.

Pamulang, 20 November 2021

Penulis

Anda mungkin juga menyukai