Anda di halaman 1dari 18

BAB 5

Studi Kritik Modern Tentang Alkitab

Bacaan Kejadian 10-11

Sumber Injil dan Hipotesis Dokumenter

Dengan bangkitnya rasionalisme dalam periode modern, negara-negara tradisional dari


penulis devine dan Mosaic dari Pentateuk dipertanyakan. Studi kritis modern tentang Alkitab
sering dikatakan telah dimulai dengan filsuf abad ke tujuh belas Baruch Spinoza, yang pertama-
tama menyarankan agar Alkitab dipelajari dan diperiksa seperti buku lainnya, tanpa anggapan
untuk tujuan atau kerahiman ilahi. untuk klaim dogmatis lainnya. Namun pendeta Katolik,
Richard Simon yang pertama kali berpendapat bahwa Musa tidak menulis Taurat dan
mengandung banyak anakronisme dan kesalahan..
Pada pertengahan abad kedelapan belas, Jean Astruc pertama kali memperhatikan bahwa
beberapa bagian Alkitab menggunakan nama Yahweh untuk merujuk pada keilahian sementara
yang lain menggunakan Elohim. Pada dasarnya dia mengidentifikasi apa yang kemudian dikenal
sebagai sumber J (Yahwist) dan E (Elohist). Dia kebetulan mempertahankan gagasan tentang
kepengarangan Mosaik namun berargumen bahwa Musa menarik dokumen panjang dan berbeda
yang menggunakan nama yang berbeda untuk dewa (Tuhan). Pada abad berikutnya, karyanya
diperluas oleh orang-orang Jerman yang mengidentifikasi sumber-sumber lain yang membentuk
Pentateukh. Pada tahun 1878, pernyataan klasik teori sumber alkitabiah diterbitkan oleh Julius
Wellhausen. Pernyataan klasik teori sumber alkitabiah diterbitkan oleh Julius Wellhausen.
Dalam History of Israel (Sejarah Israel), Wellhausen mempresentasikan apa yang dikenal
sebagai Hipotesis Dokumenter. Menurut hipotesis ini, bagian naratif historis dari Alkitab -
Kejadian sampai 2 Raja - terdiri dari empat dokumen sumber yang dapat diidentifikasi.
Wellhausen berpendapat bahwa dokumen-dokumen ini sesuai dengan periode sejarah yang
berbeda dan mencerminkan kepentingan dan keprihatinan yang berbeda. Keempat dokumen
terdahulu ini dijalin bersama oleh seseorang atau sekelompok orang untuk membentuk inti
naratif Alkitab, Wellhausen berpendapat bahwa sumber-sumber ini tidak memberi tahu kita
banyak tentang waktu atau situasi yang mereka maksudkan, namun tentang kepercayaan dan
kebiasaan orang Israel pada periode mereka di mana ditulis. Jadi, walaupun sumbernya berbicara
tentang kejadian dari penciptaan ke depan, mereka benar-benar mencerminkan kepercayaan dan
agama Israel dari abad kesepuluh dan kemudian, masa penulisannya. Karya Wellhausen
menciptakan sensasi karena ini menggerogoti klaim tradisional tentang penulis Alkitab Mosaik
yang diilhami secara ilahi. Hal ini masih diperdebatkan oleh kelompok konservatif dan otoritas
Katolik Roma meskipun tidak oleh cendekiawan Katolik Roma. Empat sumber yang
diidentifikasi dalam hipotesis Wellhausen adalah: J (sumber Yahwist karena fonem y diwakili
dalam bahasa Jerman oleh huruf J), E (sumber Elohist) P, (sumber Priest), D (sebagian besar
Ulangan).
Dua sumber pertama diidentifikasi dengan nama dewa yang mereka gunakan. Menurut J,
pengetahuan tentang nama yang benar atau pribadi dari Allah Israel - Yahweh - dimulai pada
masa Adam ("Dan juga untuk Seth, lahirlah seorang anak laki-laki, dan dia memanggil namanya
Enosh, lalu orang-orang mulai memanggil nama itu dari Yahweh "-Kejadian 4:26). Namun,
menurut P dan E, nama Yahweh tidak diketahui sampai dia mengungkapkannya kepada Musa
pada saat Keluaran. Dalam Kel 6: 2-3, yang ditugaskan ke sumber P, Tuhan tampak kepada
Musa dan mengatakan kepadanya bahwa namanya adalah Yahweh. Dia kemudian berkata, "Aku
menampakkan diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai El Shaddai, namun Aku tidak
membuat diri Ku mengenal mereka dengan nama Ku Yahwe (Demikian pula, Keluaran 3:13-16
yang ditugaskan ke E, menempatkan revisinya nama Yahweh pada saat Keluaran.) Begitu
sumber J dan E terlepas dari nama dewa, dapat dianalisis untuk mengidentifikasi gaya dan
terminologi khas mereka.
Karakteristik utama dari sumber J, yang dimulai dengan kisah penciptaan Kej 2: 4b,
diidentifikasi oleh para ilmuwan sebagai berikut: Selain menggunakan nama pribadi Yahweh
(diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai "TUHAN"), sumber J memiliki gaya penulisan
yang hidup dan konkret. Yahwe digambarkan antropomorfis. Sejauh ini, contohnya, di sumber J
Yahweh menutup pintu tabut di belakang Nuh (Kej 7:16), dia mencium bau korban yang
ditawarkan Nuh setelah banjir (Kej 8:21), dia tawar menawar dengan Abraham (Kej 18: 22- 32),
dan dia bertemu dengan Musa dan mencoba untuk membunuhnya (Kel 4:24). Perihal mengacu
pada tempat di mana Musa dan orang Israel mengakhiri pertemuan mereka dengan Yahweh
selama di Gunung Sinai. Adapun asal usul, kritikus sumber (istilah untuk ilmuwan yang
menganalisis rincian sastra teks alkitabiah untuk mengidentifikasi sumber datanya) merasa
bahwa petunjuk untuk penanggalan dapat ditemukan dalam uraian J tentang tanah yang diajukan
ke Israel. Dalam materi J. Janji Yahweh tentang tanah meluas dari sungai Mesir sampai ke Efrat.
Inilah perbatasan Israel pada masa raja-raja, Daud dan Salomo di abad kesepuluh. Penulis J
berusaha untuk membenarkan kepemilikan Israel atas kerajaannya dengan menghadirkannya
sebagai penggenapan janji Yahweh kepada nenek moyangnya di zaman kuno. Selain itu, J
tampaknya mencerminkan kepentingan kerajaan selatan Yehuda (mengenai pembagian Israel ke
utara dan kerajaan selatan setelah kematian Salomon di tahun 922, lihat Bab 14), dan oleh karena
itu disimpulkan bahwa sumber J adalah mungkin tersusun di abad kesepuluh, di kerajaan selatan.
Sumber E, yang tampaknya terjadi pertama kali di Kejadian 15, adalah sumber yang
paling fragmentaris dan sulit untuk diisolasi, namun kritikus sumber juga telah mengidentifikasi
karakteristik utamanya: Sumber E menggunakan istilah Elohim untuk menyebut dewa Israel.
Kata Elohim adalah jamak dalam bentuk (dan karena itu berarti "kekuatan ilahi" atau "dewa"),
namun selalu digunakan dengan kata kerja tunggal bila mengacu pada Allah Israel dan biasanya
diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai "Tuhan". Sumber E lebih abstrak dan kurang indah dari
J. Ini memiliki pandangan yang kurang antropomorfis tentang keilahian Israel, yang
digambarkan lebih jauh daripada dirinya di J. Di E, tidak ada pengungkapan secara langsung-
hanya komunikasi tidak langsung dari meramalkan dengan cara utusan dan mimpi. Juga, E
menekankan peran para nabi dan menggambarkan baik Musa maupun Miriam sebagai nabi.
Sumber E menunjuk pada tempat di mana Musa dan orang-orang Israel mengakhiri pertemuan
mereka dengan Tuhan mereka selama di Gunung Horeb. Adapun asal usulnya, karena sumber E
terutama terkait dengan suku-suku Utara, teori sumber klasik berhipotesis bahwa hal itu disusun
di kerajaan Utara pada abad kesembilan Seb.Masehi
Menurut dokumen hipotesis J dan E digabungkan sekitar pada abad ke 8, dalam JE,
pembentukan cerita dari keliman kitab dari Pentateuk. Cerita ini termasuk kreasi dan sejarah
sebelumnya dari kemanusiaan dan leluhur Israel (kepala keluarga dan pemimpin suku dalam
kejadian cerita dari Musa dan bangsanya keluar dari Mesir dalam kitab Keluaran dan
penggenalan akan kehidupan bahasa Israel di hutan belantara di Bilangan. Tidak disebutkan
penulis atau pemeriksa yang digabungkan sumbernya tidak dihapus materi kontradiksi secara
berlebihan, seperti yang kita sudah lihat.
Dokumen hipotesis dari Julius Wellhausen mengusulkan ada dua sumber tambahan yaitu
D dan P. D adalah sebutan untuk kitab Ulangan yang mana ada tiga hukum yang dikirimkan oleh
Musa untuk membawa bangsa Israel ke tanah perjanjian. Dalam kitab Ulangan secara jelas
menggambarkan ketertarikan dari orang-orang yang ada pada masa kehidupan Musa. Ciri
utama dari D membantu serjana muda dalam memperbaiki perjanjian atas desakan bahwa
hanya satu setengah abad yang bisa diterima oleh TUHAN menurut D Tuhannya Isarel tidak
bisa di sembah untuk mengorbankan korban bakaran di baitNya. Sekarang pemusatan pada cara
memuja sebagai suatu bagian dari pembaharuan agama dari Raja Yosua dalam 622 Seb. Masehi.
Alasan dalam mengkritik bentuk sumber perjanjian D pada akhir abad ke 7. Bagaimanapun D
juga menggambarkan tradisi Utara. Sejak kerajaan Israel dimusnahkan pada tahun 722 sumber
kritik menyimpulkan bahwa D secara asli diubah di Utara pada abad ke 8. Dengan kejatuhan
kerajaan Israel dibawah ke Yerusalem dan ditempatkan di Istana dimana tidak ditemukan
kebebasan pada akhir abad ke 7.
P menyebutkan sumber P yang mana ditemukan sebagian besar Imamat dan Bilangan.
Ciri-ciri mayor dari P tergabung dalam lembaga agama. Sistem pengorbanan pada hari sabat dan
hari-hari libur, penyunatan, perayaan paskah, (Kashrut), dan sistem upacara kesucian dan
kenajisan, etis dan pemujaan (kekudusan). Di P Tuhan (Dewa) lebih utama daripada di J, wujud
terselubung di kavodnya adalah sebuah istilah yang diterjemahkan dengan sebuah pujian tetapi
merujuk kepada orang yang berpikiran suci dalam perjalanannya dengan bangsa Israel. Sumber P
juga penting dalam perjanjian, sensus dan silsila. Itu mengandung banyak petunjuk teks upacara
dan teks sah, tapi juga mengandung cerita-cerita seperti cerita dalam kejadian 1 dan cerita air
bah. Karena sumber P sering nampak dalam pengantar dan pernyataan akhiran. Banyak sumber
kritik percaya bahwa Priest bertanggungjawab untuk pengeditan terakhir dari kelima buku
(Pentateukh). Menurut Wellhausen P berlaku pada abad ke 6 setelah pembuangan ke Babel.
Dokumen hipotesis memegang P, J dan E menyambung secara sejajar suatu peristiwa
penciptaan dunia sampai ke kematian Musa. Setiap corak keberagaman, pembendaharaan kata,
pengaturan tema, dan kerangka secara berurutan.

Abad kesepuluh J

Abad kesembilan E

Abad kedelapan JE

Abad ketujuh D

Abad keenam P

Menurut Wellhausen pelajar pendeta (Alkitab) menggambarkan semua materi lama


secara bersamaan, menambahkan beberapa materi yang diedit untuk mengubah beberapa cerita,
dan tercantum dokumen-dokumen dari Imamat dalam banyak kali. Jadi Taurat merupakan hasil
dari 5 abad penerjemaah agama. Perbedaan apa dari tradisi yang menyatakan tentang
kepengarangan dari kelima buku itu oleh seseorang- Musa- sebelum akhir abad ke 14. Ada
beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengajaran kritikan modern dari Alkitab
pada akhir abad ke 19. Itu disebut kritikan literasi karena itu merupakan hasil dari arti analisis
tertutup dari ciri-ciri literasi(sastra )sebuah teks peristilahan, gaya, motif, dan sebagainya.
Sejauh ini tujuan dari analisis sastra ini adalah untuk mengidentifikasi dan memisahkan sumber-
sumber yang disebut kritik sumber. Sejak istilah literasi kritik memiliki perbedaan yang sedikit
konotasi, istilah kritik sumber menjadi
Lebih disukai. Lebih lanjut karena tujuan untuk mengidentifikasi sumber dalam teks alkitabiah
memastikan sejauh mungkin relative dan memungkinkan sejarah pembangunan kembali terhadap
hasil (terutama sejarah agama dari bangsa Israel dan situasi penulis dari berbagai macam
sumber). Jenis pelajaran ini disebut kritikan sejarah.
Singkatnya dokumen hipotesis adalah sebuah usaha untuk menjelaskan pertentangan hal
yang sama dan sifat literasinya dalam Alkitab dari berbagai sumber dokumen hipotesis. Teori itu
mengusulkan sumber-sumber, tradisi dan dokumen-dokumen untuk menjelaskan bentuk dari
Taurat. Seperti langkah selanjutnya sumber-sumber menggambarkan sesuatu yang relatif dan
tetap dan kemudian menganalisis untuk menetapkan per bedaan langkah-langkah dari sejarah
agama Israel. kritik Sumber diketahui sebagai kritik sejarah karena merupakan sebuah alat
untuk mengakses sejarah teks dan akhir sejarah dari agama bangsa Israel.
Dokumen hipetisi Wellhausen menjadi gemilang tetapi itu menggambarkan secara pasti
menyimpang dari ilmu pengatahuan Jerman. Secara spesifik dalam keunggulan dari agama
Kristen Yahudi dan keunggulan agama Kristen Protestan Katolik. Wellhausen menggolongkan
agama Yahudi pada akhir masa Alkitabiah seperti pohon yang mati, terbelit dan menyesatkan
dan ia mengelabui fakta-fakta kebencian untuk para imam, cara memuja dan upacara.
Penyimpanan itu secara jelas dalam penanggalannnya dari sember-sumber dari langkah-langkah
evolusioner dari agama orang Israel. Contohnya penggetahuan sebelum Wellhauen lebih dulu P.
sumber menjadi bukti terhadap praktek upacara dahulu yang ditemukan sejajar dalam praktek
upacara peduduk orang Israel di Timur Tengah, tetapi Wellhausen mengatakan bahwa P menjadi
sumber yang terakhir (akhir abad ke 5 awal abad ke 6 Sebelum Masehi) karena itu menggangu
cara memuja dan mewakili upacara yang merosot karena obsesi dengan cara memuja, upacara
kemerosotan dan kesalahan penyerahan dari agama bangsa Israel. Kesimpulan dari Wellhausen
menggerakan tidak sedikitnya ukuran oleh pandangannya dari pembuangan agama yahudi
sebagai bentuk perendahan atau peralihan agama tanpa melihat dari isi keagamaan yang
sesungguhnya dan pandangannya mengenai upacara para imam yang pasti dan cara memuja yang
sama. Demikian sumber imam sudah di tiadakan oleh waktu dari orang yahudi dan semakin
hilang-masa pembuangan terakhir. Penanggalan ini adalah salah satu dari sebagian besar
perdebatan terhadap sudut pandang dari teori Wellhausen. Kami akan melihat kembali
perdebatan ini dan mempertimbangkan apa yang terdapat dalam penanggalan dari P dalam bab
yang berhubungan dengan Imamat dan Numbers. Menjadi peringatan, bahwa metode kritik
sejarah dan hipotesis dokumen itu dalam fakta-faktanya tidak terpisahkan dari teori
penyimpangan-Teoriteoti tersebut cukup analitik bahwa bisa di terapkan dengan baik terhadap
teks itu. Sekalipun beberapa sumber kritik memiliki ideology yang
Hipotesis dokumentasi kemudian di sebut hipotesis. Tidak sama sekali satu sumber pun
mengusulkan terhadap pelajar kritik. Sudah menemukan kebebasannya dan kemudian
membangun kembali sumner kritik yang berlanjut terus menerus dan memperbaiki sebgaai
sebuah informasi yang bermakna contohnya beberapa kriteria yang melibatkan sumber
sebelumnya untuk memisahkan dari sumber-sumber yang lama menunjukan dasar kebaikan dari
kebiasaan jaman dahulu: mengulangi fungsi retorik ynag terdapat bermacam-macam istilah
literasi dan pilihan estetika. Jadi tidak semuanya diulangi perbedaan keseluruhan tanda dari
sumber-sumber tersebut.
Namun hipotesis dokumen bekerja dengan baik dalam menjelaskan hitungan secara
sejajar dan digabungkan secara berpasangan. Sering penulis memisahkan sumber-sumber itu
menjadi alat kering dan tugas yang merusak kekuatan cerita Alkitab. Sementara itu dianggap
sebagai sesuatu yang penting dan berguna untuk menganalisis bagian sumber Alkitab dan
memeriksa secara khusus. Dalam menerianya, penting untuk diingat bahwa maksud dari
beberapa sumber itu dengan kemampuan yang hebat oleh penyunting menawarkan kepada
pembaca. Dalam posisi pembaca kita ditempatkan sebagai pembaca Alkitab yang analitik dan
sintetik, kesadaran akan sumber-sumber yang asli secara sensitif terhadap komposisi urutan
terakhir.
Sementara beberapa pelajar Alkitab menerima versi dari teori Welhausen tetapi mereka
masih ragu-ragu dengan isi dari teori itu. Keraguan terhadap sumber E, tetapi yang lain
membela sumber P, dan yang lainnya memperdebatkan keseluruhan kelima kitab (Pentateukh)
itu. Banyak Scandinevion (5) Tuhan melihat hebatnya kejahatan manusia di bumi dan setiap
rencana yang direncanakan oleh pikiran mereka tentang kejahatan setiap saat. (6) Dan Tuhan
menyesali dan sedih atas perbuatanNya di bumi. (7) dan Tuhan berkata Aku akan membawa
keluar manusia itu dari bumi yang Aku ciptakan bersama-sama dengan binatang-binatang,
burung-burung yang ada dilangit, bahwa Aku menyesal telah menjadikan mereka. (8) tetapi
Tuhan menemukan Nuh yang tidak bersalah. (9) Ini adalah keturunan Nuh. Nuh tak bersalah
sepanjang umurnya; Nuh berjalan bersama Tuhan. (10) Nuh mendapatkan tiga orang anak : Sem
Ham dan Yafet.(11) Bumi semakin jahat sebelum Tuhan datang. (12) Ketika Tuhan melihat
kejahatan dibumi semua daging sudah di rusakan di bumi. (13) Tuhan berkata kepada Nuh Aku
sudah memutuskan untuk mengakhiri semua perbuatan jahat dibumi ini karena pelanggaran
hukum oleh mereka. Aku mau menghancurkan mereka dengan bumi itu. (14) Buatlah kamu
sebuah bahtera dari kayu Gofir. Buatlah bahtera itu dengan kamar terpisah dan tutuplah
dalamnya dari luar bahtera itu. (15) Cara engkau membuatnya: 300 hasta panjangnya, 50 hasta
lebarnya dan 30 hasta tingginya. (16) Buatlah pintu pada bahtera itu dan atasnya tertutup.
Letakkan tangga masuk pada pintu bahtera di bagiannya, dibagian paling bahwa, dek 2, dan dek
3. Aku akan mengirimkan air bah memenuhi bumi untuk menghancurkan kejahatan dibawah
langit dan tidak ada kehidupan lagi. Semua yang ada di bumi harus dimusnahkan. (18) Tetapi
Aku akan membuat perjanjian dengan engkau dan kamu harus masuk kebahtera itu dengan anak,
istri dan anak-anak menatumu. (19) Dan semua kehidupan, kejahatan dan kamu harus
menggambil dua dari setiap binatang masuk kedalam bahtera itu untuk hidup dengan engkau,
mereka harus jantan dan betina, (20) Dari setiap jenis burung, jenis binatang ternak, jenis
binatang jalar dibumi dua dari mereka harus datang kepadamu untuk hidup dengan mu. (21)
Untuk engkau ambil segala yang dimakan untuk dihidangkan sebagai makanan bagi kamu dan
baik mereka. (22) Nuh melakukan itu karena Tuhan yang memerintahkan jadi ia melakukannya.
7. TUHAN berfirman kepada Nuh, "Pergilah ke dalam bahtera, dengan segenap rumah
tanggamu, karena kamu sendiri telah menemukan orang benar di hadapan-Ku di generasi
ini. (2) Dari setiap binatang purba, kamu harus mengambil tujuh pasang, jantan dan
teman mereka, dan setiap binatang yang tidak murni, dua, jantan dan jantannya; (3)
burung-burung di langit juga tujuh pasang, laki-laki dan perempuan, untuk menjaga
benih tetap hidup di seluruh bumi. (4) Sebab dalam tujuh hari Aku akan membuat hujan
di atas bumi, empat puluh hari empat puluh malam, dan Aku akan menghapuskan dari
bumi segala sesuatu yang telah Ku ciptakan. "(5) dan Nuh melakukan seperti yang
diperintahkan TUHAN kepadanya. (6) Nuh berumur enam ratus tahun ketika Air Bah datang,
air di atas bumi. (7) Nuh, beserta anak-anaknya, istri dan isteri anak-anaknya, pergi ke
bahtera itu karena air bah. (8) Binatang yang murni, binatang yang tidak murni, burung, dan
segala sesuatu yang merayap di tanah, (9) masing - masing dua laki laki dan perempuan datang
ke Nuh ke dalam bahtera, seperti yang difirmankan Allah. perintah Nuh. (10) Dan pada hari
malang air bah datang ke atas bumi. (11) di tahun keenam ratus Nuh, pada bulan kedua, pada
hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itu.
Semua air mancur yang besar meledak dalam,
Dan pintu air di langit terbuka.
(12) Hujan turun di bumi empat puluh hari empat puluh malam. (13) Pada hari yang sama Nuh
dan anak-anak Nuh, Sem, Ham dan Yafet, masuk ke dalam bahtera, dengan istri Nuh dan ketiga
istri istrinya anak laki-(14) mereka dan semua binatang dari segala jenis, semua ternak dalam
segala jenis, semua makhluk dari segala jenis yang merayap di bumi, dan semua burung dari
segala jenis, setiap burung, setiap makhluk bersayap. (15) Mereka semua mendatangi Nuh ke
dalam bahtera, masing - masing dari setiap daging yang ada nafas hidup. (16) Dengan demikian
mereka yang masuk terdiri dari laki-laki dan perempuan dari semua daging, seperti yang
diperintahkan Allah kepadanya. Dan Tuhan menutup dia masuk.
(17) Air bah terus empat puluh hari di bumi, dan air meningkat dan mengangkat bahtera
itu sehingga naik di atas bumi. (18) Air membengkak dan meningkat di atas bumi, dan
bahtera itu melayang ke atas air. (19) ketika air telah membengkak lebih jauh di atas
tanah, semua gunung tertinggi di mana-mana di bawah langit ditutupi. (20) lima belas
hasta lebih tinggi airnya membengkak, karena gunung-gunung ditutupi. (21) Dan semua
daging yang tumbuh di atas bumi binasa - burung, ternak, binatang dan segala sesuatu yang
mengerumuni bumi dan seluruh umat manusia. (22) Semua yang hidungnya adalah nafas
kehidupan yang paling merdu, semua yang ada di tanah kering, mati. (23) Semua
keberadaan di bumi dihapuskan - manusia, ternak, makhluk merayap, dan burung-
burung di langit; mereka dihapuskan dari bumi. Hanya Nuh yang tersisa, dan orang-orang
yang bersamanya di dalam bahtera. (24) Apabila air itu membengkak sampai seratus lima
puluh hari.
J P Redaksi JE lainnya
Analisis sumber berdasarkan Michael Coogan,Testamen Lama: Sebuah Sastra Sejarah Pengantar Kitab Suci Ibrani.
New York: Oxford University Press, 2006, hal.24.

umumnya cendekiawan tidak antusias dengan kritik sumber dan lebih memilih untuk
memandang Alkitab sebagai yang terdiri dari narasi lisan dasar yang tunduk pada suplementasi
dan pertambahan dari waktu ke waktu. Dalam beberapa dekade terakhir, kritik sumber dalam
pengertian konvensional tentang analisis sumber dokumenter yang membentuk Alkitab telah
memberi jalan bagi metodologi baru dan menarik lainnya dalam mempelajari Alkitab.
Seperti yang akan kita lihat. Namun, sejauh metodologi alternatif ini sering mengandaikan empat
sumber yang dihipotesiskan, jelas bahwa mereka berutang banyak pada Hipotesis Dokumenter.

KEJADIAN 10-11: Menara Babel

Kembali ke teks alkitabiah, kisah Nuh dan banjir diikuti oleh sebuah tabel silsilah
bangsa-bangsa (Kejadian 10) di mana orang-orang dari berbagai negeri digambarkan sebagai
keturunan nenek moyang yang sama - Nuh - melalui anak-anak pohonnya, Yafet, Ham dan Sem.
S (h) emiten dikatakan turun dari anak Nuh Shem. Cerita yang berikut dalam Kejadian. 11 Ia
merupakan kisah etiologi yang menjelaskan diversifikasi bahasa dan penyebaran kelompok etnis-
linguistik yang berbeda ke seluruh penjuru bumi. Dengan demikian, ceritanya bertindak sebagai
jembatan yang membawa kita dari fokus universal dari sepuluh bab pertama Kejadian ke fokus
khusus - fokus pada satu kelompok dan satu tanah - yang akan dimulai di Kej 12. Kaufman
berpendapat bahwa akankah menara cerita Babel, narator biblikal mengungkapkan
pandangannya tentang penyembahan berhala (221,294-295). Sampai saat ini, Alkitab berasumsi
bahwa pengetahuan tentang satu-satunya keilahian adalah karakter bawaan manusia. Hanya
dengan bangkitnya berbagai bangsa, bahasa, dan imperialisme doormhe menyembah orang lain
"diproduksi" dewa muncul.

Babel (diucapkan "Bavel") adalah nama "Babel". Menara dalam cerita ini diidentifikasi
oleh para ilmuwan sebagai menara terkenal atau ziggurat dari Marduk di Babel. Permusuhan
Alkitab terhadap Babel dan imperialismenya jelas dalam kisah satir ini. Meskipun kata itu berarti
"gerbang tuhan," itu menciptakan balal, yang berarti "kebingungan." Dengan demikian, menara
perkasa ini, yang merupakan kebanggaan Babel, diwakili oleh penulis alkitabiah sebagai
kesempatan untuk kebingungan bahasa manusia.

Mengapa pembangunan ziggurat Maduk mewakili tidak menyenangkan Yahweh?


Menurut beberapa penafsir, pembangun menara berusaha untuk mengangkat diri mereka sendiri,
dan mungkin berdiri di atas langit, dengan membangun menara dengan puncaknya di langit. Tapi
Sarna (Kejadian, 67, 72) melihat pembangun menara sebagai menentang keinginan eksplisit sang
dewa bahwa manusia berbuah dan bertambah banyak dan memenuhi seluruh bumi. Tujuan
mereka adalah untuk berkumpul di satu tempat, jadi Yahweh membuat rencana mereka untuk
monumentalisasi diri dan mencerai-beraikan mereka di atas permukaan bumi. Dia membuat lebih
sulit bagi mereka untuk bergabung bersama lagi dengan membingungkan bahasa lidah
mereka.Bagi penafsir lainnya, ceritanya merupakan penolakan terhadap peradaban, arsitektur
monumental, dan bangunan kerajaan. Perumpamaan semacam itu dipandang negatif sebagai
penyebab penyegaran diri manusia, kemandirian sombong, dan melupakan tuhan. Manusia
menyembah karya tangan mereka sendiri - yang merupakan giliran menuju penyembahan
berhala.
Saran berpendapat bahwa kisah Menara Babel menyajikan pandangan penulis
alkitabiah bahwa penyembahan berhala bukanlah keadaan asli; Itu adalah hasil dari melupakan
keilahian, obsesi dengan pemujaan dan kekuatan sendiri (Kejadian, 77). Jika demikian, maka
penyembahan berhala di sini diwakili bertepatan dengan urbanisasi dan sebagai konsekuensinya
justru karena dosa, karena dosa adalah pemberontakan melawan, atau berpaling dari, tuhan Israel
(Kejadian, 77).

Sebelas bab pertama dari Kejadian memberikan setting kosmik dan universal untuk
sejarah Israel. Bab-bab ini mencakup 2.500 tahun. Selebihnya dari Kejadian (pasal 12-50)
mencakup hanya empat generasi, generasi bapa leluhur dan keturunan: Abraham dan Sarah,
Ishak dan Ribka, Yakub dan Rahel dan Lea, dan kedua belas putra dan putri mereka. Fokus
narasi telah bergeser secara dramatis. Mengapa?

Pada akhir sejarah universal Kejadian 1-11, segala sesuatunya tidak berjalan dengan
baik. Meskipun Yahweh menciptakan bumi sebagai surga dan manusia yang benar-benar indah
dalam citra ilahi, manusia-manusia itu telah menempatkan perjuangan moral mereka antara
kekuatan kosmis yang baik dan yang jahat, mitos-mitos bab pembuka dari Alkitab menceritakan
perjuangan antara kehendak sang pencipta. dan manusia pemberontak (Kaufmann, 65, 295).
Dalam cerita tentang pasangan manusia pertama, Kain, generasi dari banjir, dan akhirnya
pembangun Menara Babel, dewa tersebut berulang kali ditolak. Dengan demikian panggung
ditetapkan bagi Yahweh untuk menunjukkan keanggunan satu kelompok kecil. Dan Gen 12 yang
memulai tahap kedua dari narasi sejarah Alkitab, membuka dengan panggilan Yahweh kepada
Abram, anak Terah, untuk meninggalkan tanah leluhurnya dan pergi ke negeri yang akan dia
tunjukkan kepadanya.

Kejadian 12-50: Narasi Patriarkal dan Methologi

Kisah-kisah sejarah yang terkandung dalam Kejadian 12-50 berbeda dari cerita di
sebelas bab sebelumnya. Cerita-cerita ini tidak memiliki unsur-unsur yang aneh dan melebih-
lebihkan karakteristik genre mitos (tidak ada ular yang berbicara, tidak ada pohon kehidupan,
tidak ada banjir di seluruh dunia) dan bermaksud mencatat kejadian dalam kehidupan nenek
moyang orang-orang Israel dari bangsa Israel - para leluhur dan matriark. Para ilmuwan modern
bertanya: sejauh mana dibenarkan untuk melihat materi ini sebagai "historis" atau menggunakan
alat analisis historis saat mempelajari teks-teks ini?
Bagian pertama dari bab ini mengulas prinsip utama kritik sumber dan Hipotesis
Dokumenter. Metode kritis sumber berfokus pada periode hipotetis penyusunan empat sumber
yang merupakan Taurat. Tapi ilmu penetahuan berikutnya mulai menyelidiki pertanyaan
prasejarah dari empat sumber tersebut. Apa sumber sumbernya, dan apakah sumber-sumber yang
lebih tua ini memberi kita informasi sejarah yang lebih tua?
Pertanyaan itu penting dan kontroversial. Kritikus sumber menyebutkan bahwa sumber J,
E, P dan D ditulis pada abad kesepuluh sampai abad kelima dan bahwa terlepas dari kenyataan
bahwa sumber ini bermaksud untuk menggambarkan kejadian dari periode sebelumnya (cerita
patriarki dan Keluaran orang Israel dari Mesir dikatakan terjadi pada milenium kedua SM E),
mereka tidak dapat diandalkan untuk periode tersebut dan mewakili retrojections di
kemudian hari. Dengan demikian kita tidak dapat mengetahui apapun tentang sejarah dan
agama Israel sebelum abad tenda.
Ini adalah kesimpulan yang agak tidak memuaskan bagi banyak orang. Setelah semua
penulis J, E, P dan D mungkin tidak duduk dan menciptakan dokumen mereka - narasi, tradisi
hukum, praktik kultus dan peramal - dari keseluruhan kisah seperti novelis modern. Jauh lebih
mungkin mereka menarik tradisi, cerita, kebiasaan, undang-undang, dan praktik ritual yang lebih
tua yang telah berkembang dan telah dipancarkan selama berabad-abad. Para ilmuwan segera
tertarik pada pertanyaan berikut: bahan apa yang kompiler atau kompiler J dan E, misalnya,
menarik komposisi Komposisi J dan E? apakah mereka menggunakan bahan kuno? Apakah
bahan kuno itu mengandung tradisi yang bisa diandalkan? Jika demikian, maka mungkin kita
memiliki akses terhadap informasi mengenai sejarah dan agama orang-orang Israel kuno di
zaman yang lebih awal, suatu waktu sebelum komposisi J, E, P, dan D.
Gagasan bahwa empat sumber Alkitab menarik sumber yang lebih tua lagi menemukan
dukungan di dalam Alkitab itu sendiri. Pada berbagai waktu, penulis alkitabiah menamai
beberapa sumber sebelumnya, secara eksplisit, sumber yang sayangnya tidak memiliki salinan.
Misalnya, Bil 21:14 berisi singkat Kutipan puitis tentang batas antara Moab dan orang Amori.
Kutipan tersebut dikaitkan dengan Kitab Perang Yahweh, yang disebut-sebut seolah-olah itu
adalah sumber yang familiar bagi pembaca. Yosua 10:13 berisi sebuah potongan puitis yang
dikaitkan dengan Yashar, buku yang sama yang diacu dalam 2 Sam 1:18, ketika Daud
menyesalkan kematian Saul dan Yonatan dengan membaca sebuah puisi epik tentang pahlawan
Israel kuno. Tampaknya sepenuhnya masuk akal mengingat praktik orang lain dan kutipan
eksplisit dari sumber-sumber sebelumnya dalam beberapa contoh di dalam Alkitab sendiri untuk
menduga bahwa empat dokumen sastra utama yang dihipotesiskan oleh para kritikus sumber itu
sendiri merupakan kompilasi dari bahan sumber yang lebih tua dari periode sebelumnya.
Beberapa sumber awal ini mungkin telah ditransmisikan dalam bentuk lisan dan
bukannya tertulis. Salah satu ilmuwan terkemuka yang mengabdikan dirinya untuk pertanyaan
ini adalah Hermann Gunkel. Pengetahuan besar Gunkel tentang literatur lisan bangsa-bangsa
membawa dia untuk bertanya apakah orang bisa menganalisis lebih lanjut keempat dokumen
sumber sastra Alkitab sehingga mengungkap tahap preleksari perkembangan mereka, yaitu
tahap-tahap transmisi lisan mereka. Gunkel berfokus pada unit-unit kecil yang ditemukan di
dalam empat dokumen sumber utama dan mampu mengidentifikasi jenis sastra atau bentuk
tertentu (gattungen). Nama yang diberikan untuk pendekatan ini adalah kritik bentuk. Gunkel
yakin bahwa dia telah mengidentifikasi bentuk-bentuk preleksari yang lebih tua yang telah
diambil dan digabungkan dalam sumber sastra J, E, P dan D yang membentuk teks Alkitab.
Contoh gattungen, atau bentuk, yang diidentifikasi oleh Gunkel adalah himne, undang-undang,
ritual, peribahasa, cerita rakyat, puisi, legenda, lagu, dan fragmen mitologi. Contoh yang terakhir
dapat ditemukan di Kej 6: 1-4:
Ketika manusia mulai meningkat di bumi dan anak perempuan lahir bagi mereka,
makhluk ilahi melihat betapa indahnya anak perempuan manusia dan membawa istri dari
antara mereka yang menyenangkan hati mereka. Yahweh berkata, "Nafasku tidak akan
tinggal di dalam manusia selamanya, karena dia juga daging; Biarkan hari
mengizinkannya berumur seratus dua puluh tahun. "Saat itulah, dan kemudian juga,
bahwa Nefilim muncul di bumi - ketika tuhan ilahi berkumpul bersama anak-anak
perempuan manusia, yang melahirkan anak-anak mereka. Mereka adalah pahlawan tua,
orang-orang yang terkenal.

Bentuk lain yang biasa ditemukan dalam Alkitab adalah cerita etiologi (sebuah legenda
yang menjelaskan asal usul nama, ritual, institusi, atau sejenisnya). Gunkel menggambarkan
berbagai jenis cerita etiologis: legenda etnologi menjelaskan asal usul manusia; legenda
etimologis menjelaskan asal nama; legenda seremonial menjelaskan asal usul sebuah ritual.
Berbagai bentuk ini mungkin merupakan tradisi lisan yang lebih tua yang diadopsi oleh
para penulis alkitabiah. Mereka mungkin menyimpan kenangan sejarah, namun Gunkel
berpendapat bahwa yang lebih penting daripada kejadian aktual yang mungkin ada di balik
bentuk tertentu adalah fungsi dari bentuk tertentu -setting dalam kehidupan (atau sitz-im-leben) -
dan apa yang mungkin memberi tahu kita tentang sejarah dan budaya kuno Israel. Jika, misalnya,
dapat ditentukan bahwa gaya tertentu berfungsi dalam konteks liturgis atau konteks peradilan,
kita dapat belajar darinya sesuatu tentang agama atau hukum alkitabiah. Jadi, dari kritik tidak
puas hanya dengan mengidentifikasi berbagai gaya unit dasar yang merupakan teks alkitabiah.
Sebaliknya, hal itu menyangkut paragraf sebuah jendela menuju sejarah dan budaya Israel kuno.
Tumbuh dari kritik dalam metode kritis modern lainnya untuk menganalisis teks
alkitabiah: kritik tradisi (atau kritik historis tradisi). Kritik tradisi berfokus pada sejarah transmisi
tradisi kuno (melalui tahap lisan dan sastra) sampai mereka mencapai bentuk akhir atau
sekarang. Teks Pentateukh saat ini tidak diragukan lagi terletak pada sejarah panjang pembacaan
dan penularan lisan, sama seperti puisi epik Homer The Odyssey dan Iliad. Kritik tradisional
meneliti cara orang menerima materi tradisional dan mengolahnya secara kreatif sebelum
mentransmisikannya, menyesuaikannya dengan tujuan dan konteks masing-masing. Proses ini
kadang tercermin dalam Alkitab sendiri. Tradisi di satu bagian Alkitab diambil dan dimodifikasi
di bagian Alkitab selanjutnya. Kitab Ulangan, misalnya, menceritakan kejadian di dalam kitab
Keluaran, tetapi mengubahnya atau menambahkan penekanan yang berbeda dalam prosesnya.
Tawarikh Pertama dan Kedua mengolah ulang tradisi yang tercatat dalam narasi historis
Kejadian-2 Raja-Raja. Materi hukum di satu bagian Pentateukh tunduk pada reinterpretasi,
perluasan, dan modifikasi di bagian lain Pentateukh. Kritik tradisi bertujuan untuk mengungkap
bentuk awal sebuah tradisi dan berbagai tahap dalam transmisi dan transformasi tradisi itu -
sebuah proses yang penting bagi proyek rekonstruksi historis.
Sekolah-sekolah dari kritik menekankan latar belakang kehidupan nyata dan sejarah dari bahan-
bahan yang membentuk sumber-sumber alkitabiah dan hubungannya dengan budaya yang lebih
luas - sesuatu yang hampir sama sekali kurang dengan kritik sumber sebelumnya. Semua cara
analisis untuk memeriksa Alkitab ini, yang dikembangkan terutama oleh ilmuwan Jerman, dapat
dikontraskan dengan tradisi ilmu pengetahuan Amerika Utara yang menekankan korelasi data
biblika dan arkeologi. W.F. Albright adalah seorang ilmuwan terkemuka dari studi biblika
Amerika ini. Dia adalah seorang ahli di bidang arkeologi dan Asyurologi Palestina dan berfokus
untuk menggambarkan Alkitab dengan sumber-sumber Timur Dekat kuno yang baru saja
terungkap dan dengan temuan arkeologi non-sastra. Dia berpendapat bahwa arkeologi
mendukung historisitas dasar dari tradisi alkitabiah.
Tapi bagaimana sejarah adalah teks alkitabiah? Untuk mulai dengan, ada masalah pasti
dengan kronologi dalam banyak materi alkitabiah. Seringkali sulit untuk menentukan tanggal
pasti untuk banyak peristiwa yang disebutkan; Terkadang lebih dari satu tanggal diberikan dalam
teks. Alkitab cenderung menggunakan bilangan ideal (misalnya kelipatan 5 atau kelipatan 5
ditambah 7), yang menyebabkan keraguan pada penanggalan kejadiannya. Misalnya, sepuluh
generasi berlalu dari Adam sampai Nuh dan sepuluh lagi dari Nuh ke Abram. Terlebih lagi, ada
pengulangan motif tertentu yang mencurigakan untuk dua atau lebih leluhur. Sebagai contoh, dua
kali Abraham memasuki wilayah asing untuk melindungi dirinya dari istrinya sebagai saudara
perempuannya; Ishak juga melakukan ini sekali ini. Apakah ketiga versi tradisi dasar ini, atau
apakah mereka "merekam" tiga insiden terpisah? Apa kemungkinan tiga insiden semacam itu
terjadi - apakah masuk akal jika diperkirakan akan terjadi?
Untuk alasan ini dan lainnya, kita mungkin setuju dengan Sarna, yang menyimpulkan bahwa
kronologi biblikal periode patriarkal bukanlah catatan sejarah yang akurat (Kejadian, 84).
Namun, di kalangan ilmuwan abad ke dua puluh di sekolah Albright berpendapat bahwa banyak
tradisi kitab Kejadian, yang dimulai dengan narasi patriarkal, berisi, refleksi otentik dari
milenium kedua SM. dan bukan hanya rekayasa yang berkembang di kemudian hari. Sarna juga
termasuk di antara para ilmuwan yang menunjuk pada bukti alkitabiah internal untuk keaslian
dan keantikan dari cerita patriarki. Dia mengemukakan argumen berikut: Pertama, mewakili
Abraham, Ishak, dan Yakub saat orang asing dan orang asing di Kanaan bukanlah tradisi yang
nyaman bagi orang-orang yang ingin membuat klaim ke Kanaan sebagai tanah airnya (Kejadian
86). Jika mitos asal mula ini adalah pembuatan penulis kemudian, pastilah penulis itu akan
memberi bangsa ini hubungan yang tidak terlalu lemah ke tanah. Kedua, catatan Sarna
(Kejadian, 87) bahwa cerita-cerita patriarkal mengandung banyak rincian yang pasti
menyinggung perasaan selanjutnya dan bertentangan secara langsung dengan hukum orang Israel
(seperti pernikahan Yakub dengan dua saudara perempuan secara bersamaan, sebuah
pelanggaran terhadap Im 18:18 , pembentukan pilar kultus di berbagai titik di seluruh tanah yang
melanggar prinsip pemusatan pemujaan selanjutnya di satu tempat perlindungan). Tentunya
penulis kemudian akan membersihkan catatan leluhur untuk menyetujui tradisi dan hukum Israel
selanjutnya. Akhirnya, Sarna mencatat bahwa representasi hubungan interetnis bertentangan
dengan realitas periode selanjutnya. Misalnya, orang Aram digambarkan sebagai keluarga dekat
dalam kisah-kisah patriarki, namun pada masa monarki ketika cerita-cerita ini diduga ditulis,
orang-orang Aram adalah musuh bebuyutan orang Israel. Mengapa seorang penulis alkitabiah
menggambarkan orang Aram yang dibenci itu sebagai keluarga dekat kecuali jika dia memiliki
tradisi lama dan mapan yang mencerminkan fakta itu (Kejadian, 89)? Menurut para ilmuwan
seperti Sarna, inkonsistensi ini dan lebih menyarankan bahwa tradisi patriarkhi tidak seluruhnya
merupakan rekayasa dan retrosi dari periode berikutnya, periode monarki. Dia berpendapat
bahwa cerita tersebut berisi kenangan otentik tentang situasi historis sebelumnya yang
digabungkan oleh komposer kemudian dari teks alkitabiah.Di sisi lain, karya-karya dari tahun
1970-an oleh penulis seperti Thomas Thompson dan John Van Seters mengambil posisi bahwa
kronologi bingung dan banyak anakronisme dalam cerita patriarki adalah peraturan dan bukan
pengecualian dan menunjukkan tanggal komposisi yang sangat terlambat. Mereka memandang
seluruh Pentateukh sebagai sebuah rekayasa yang bersifat postexilic.
Kedua ekstrem ini tercermin dalam perkembangan disiplin ilmu arkeologi. Pada tahap
awal, arkeologi daerah cenderung menuju kepercayaan, yang dibuktikan oleh fakta bahwa
disiplin tersebut disebut sebagai "arkeologi biblika." Dengan kata lain, arkeolog yang percaya
temuan arkeologi sering memberikan bukti eksternal penting untuk sejarah dan keaslian cerita
patriarkal. Mempertahankan pandangan ini terkadang mengharuskan antara bukti biblika dan
arkeologi dijelaskan jauh. Meski begitu, beberapa temuan arkeologi tampak cukup luar biasa.
Cendekiawan dari sekolah Albright mengenakan teks dan tablet tanah liat yang ditemukan di
milenium kedua Nuzi dan Mari di Mesopotamia (dekat daerah yang diidentifikasi dalam Alkitab
sebagai rumah leluhur para leluhur) yang menerangi kebiasaan dan institusi alkitabiah. Teks
Nuzi membuktikan kebiasaan adopsi untuk tujuan pewarisan - terutama adopsi seorang budak
tanpa adanya keturunan. Para cendekiawan Alkitab dengan bersemangat menunjuk ke bagian
alkitabiah di mana Abraham mengungkapkan ketakutan bahwa pelayannya Eliezer, dan bukan
daging dan darahnya sendiri, akan mewarisi janji Yahweh (Kej 15: 2-4). Juga menurut teks Nuzi,
seorang istri yang mandul adalah untuk memberi seorang pelayan sebagai pengganti untuk
melahirkan anak suaminya. Skenario ini terjadi dengan tiga dari empat orang tua: Sarah, Rahel,
dan Lea (Kej 16: 2, Kej 30: 3-13). Persamaan lain dalam hukum keluarga dan pernikahan yang
ditemukan oleh arkeolog berkorelasi dengan rincian alkitabiah. Sebagai tambahan, abad
kedelapan belas SM. Teks Mari mengandung nama yang sesuai dengan nama Israel seperti
Benjamin, Laban, dan Ismail.
Cendekiawan Alkitab, yang didukung oleh korelasi antara teks dan cerita blibalis
tersebut, menegaskan bahwa bapa leluhur adalah orang-orang nyata yang bea cukai, praktik
hukum dan institusi sosialnya dapat diverifikasi dengan latar belakang milenium kedua yang
diungkapkan oleh temuan arkeologi. Dengan demikian telah diperdebatkan bahwa modus
kehidupan yang dijelaskan pada periode tersebut sesuai dengan periode pra-kurikuler (pra-1000
SM) dengan cukup baik, meskipun sulit untuk menentukan waktu patriarki. Korespondensi
antara nama pribadi dan nama tempat yang digunakan dalam Alkitab Ibrani dan di tablo runcing
yang ditemukan di Elba, sebuah kota perdagangan kuno yang hancur sekitar tahun 2250 SM,
memimpin beberapa ilmuwan untuk menyarankan agar para leluhur tersebut tinggal di Zaman
Perunggu Awal (sebelum tahun 2150 SM). karena beberapa kebiasaan alkitabiah disejajarkan
dengan materi yang ditemukan di arsip kerajaan di Mari, yang berasal dari abad kedelapan belas,
beberapa ilmuwan memperdebatkan Zaman Perunggu Tengah (2150-1550 SM). Tanggal ini
nampaknya sangat tidak mungkin bagi banyak ilmuwan lainnya, yang mengidentifikasi latar
belakang cerita ini sebagai Zaman Perunggu Akhir 1550-1200 SM). Para leluhur dikatakan
berasal dari daerah-daerah di utara Syrial, yang merupakan wilayah Aram, dan orang Aram
tertanggal sampai saat ini. Selain itu, para leluhur digambarkan sebagai seminomads yang tinggal
di tenda, mengembara untuk mencari padang rumput musiman untuk ternak mereka, kadang-
kadang sampai ke Mesopotamia dan Mesir. Gaya hidup seminomadic ini, serta berbagai rincian
bahasa, kebiasaan, hukum, dan praktik kultis, diyakini sesuai dengan Zaman Perunggu Akhir.
Namun, bahkan jika kita harus menyimpulkan - dan ini jauh dari pasti - bahwa cerita
tersebut mencerminkan keadaan, atau diturunkan dari, Zaman Perunggu Akhir, pertanyaan masih
harus diajukan: apakah tokoh historis patriark, kepala suku dari klan seminomadik? Dan bahkan
jika kita berasumsi bahwa bapa leluhur, atau tokoh yang menjadi dasar cerita tentang patriark,
kadang-kadang tinggal antara tahun 1550 dan 1200, tanggal paling awal yang dihipotesiskan
untuk komposisi sastra dari cerita patriarkal adalah kesepuluh sampai abad kesembilan jika tidak.
kemudian menciptakan kesenjangan berabad-abad di mana transmisi lisan, elaborasi, dan
perkembangan tidak diragukan lagi terjadi.
Tentu saja, beberapa tingkat skeptisisme dilakukan secara berurutan, dan telah
dikemukakan bahwa beberapa sumber aceng telah salah membaca atau salah menafsirkan sebuah
usaha yang bersemangat untuk menemukan kesejajaran dengan institusi blibikal. Tapi sejauh
mana skeptisisme dibenarkan diperdebatkan dengan hangat. Orang-orang skeptis ekstrem seperti
Thomson dan Van Seters menunjukkan bahwa banyak kebiasaan alkitabiah yang disejajarkan
dengan sumber-sumber Timur Dekat kuno yang sangat tua masih hidup dan sehat di milenium
pertama juga. Cerita yang merujuk pada adat istiadat ini dapat diturunkan dari kapan saja di
milenium kedua atau pertama. Mengingat banyaknya ciri akhir yang muncul dalam kisah-kisah
alkitabiah - seperti referensi kepada orang Filistin yang tidak tinggal di wilayah ini sampai akhir
milenium kedua - lebih masuk akal untuk memperkirakan tanggal komposisi nanti.
Seiring waktu menjadi jelas bahwa perbedaan antara catatan arkeologi dan teks alkitabiah
tidak dapat dijelaskan dengan mudah. Semakin banyak, praktisi dari apa yang sekarang disebut
"Arkeologi Palestina" atau "Arkeologi Kuno Dekat Timur" tumbuh tidak tertarik untuk
menunjukkan korelasi antara data arkeologi dan cerita biblis dan berfokus pada rekonstruksi
terbaik sejarah wilayah ini berdasarkan bukti arkeologi saja - tidak tahu apakah hasilnya akan
mengkonfirmasi catatan biblikal. Rekonstruksi ini sering kali secara langsung bertentangan
dengan klaim biblikal (lihat Bab 13, yang membandingkan kisah serbuan petir Israel ke tanah
Kanaan seperti yang disajikan dalam kitab alkitabiah Yosua dengan data arkeologi).
Di sisi lain, Marc Brettler telah memperingatkan baru-baru ini terhadap skeptisisme
merayap "- menurut mana keraguan yang sah tentang keunikan dan historisitas unsur-unsur
tertentu dari Alkitab telah menyebabkan diskresi Alkitab secara grosir sebagai sumber
rekonstruksi historis. Dia juga memperingatkan terhadap "fundamentalisme negatif", yang
menurutnya Alkitab dianggap tidak berguna selamanya sampai terbukti sebaliknya - sebuah
pembalikan dari fundamentalisme positif yang lebih tua, yang menurutnya Alkitab dapat
diandalkan secara hukum sampai terbukti sebaliknya. Brettler menunjukkan bahwa Alkitab
dalam banyak hal tidak berbeda dengan sumber lain yang acaranya - meskipun dirusak oleh
anakronisme, revisi, dan presentasi ideologis - masih dapat digunakan dengan hati-hati dan
bersamaan dengan data ekstratextual lainnya dalam rekonstruksi sejarah (Brettler, 21)
Historisitas materi biblika terus menjadi subyek kontroversi. Salah satu alasannya jelas:
Banyak orang berpegang pada gagasan Alkitab sebagai dokumen historis yang akurat, karena
kebutuhan ideologis. Banyak yang takut jika informasi sejarah Alkitab tidak benar, maka Alkitab
tidak dapat dipercaya sebagai sumber pengajaran dan inspirasi religius. Ini adalah beban yang
tidak menguntungkan dan berat untuk menemukan perpustakaan tulisan yang menarik ini dari
zaman purbakala. Orang-orang yang menyamakan kebenaran dengan fakta sejarah pasti akan
akhirnya melihat Alkitab secara tidak pandang bulu - sebagai jaringan kebohongan yang naif dan
tidak canggih - karena ini penuh dengan unsur dan kontradiksi yang fantastis yang sama sekali
tidak benar secara harfiah. Tapi untuk melihatnya dengan cara ini adalah membuat kesalahan
genre. Dusun Shakespeare, sementara ditetapkan di Denmark, tempat yang sebenarnya, bukanlah
fakta sejarah, tapi itu tidak menjadikannya sebuah kebohongan yang naif dan tidak canggih. Kita
menerima saat kita membaca atau menonton drama bahwa itu bukan karya historiografi (tulisan
tentang sejarah) tapi karya sastra. Untuk menghormati genre dan konvinsinya, kita tahu dan
menerima bahwa kebenaran yang disampaikannya bukan fakta sejarah tapi juga kebenaran
sosial, politik, etika dan eksistensial. Alkitab sama pentingnya dengan memperhatikan sopan
santun yang sama.
Alkitab tidak berpura-pura menjadi seorang yang tidak boleh dibaca sebagai apa yang
mungkin disebut "sejarah obyektif" - sebuah narasi kosong tentang kejadian. Yang pasti, kita
menemukan bahwa beberapa peristiwa yang disebutkan dalam Alkitab berkorelasi dengan
kejadian yang diketahui dari sumber di luar Alkitab. Misalnya, peninggalan Firaun Shishak di
Palestina pada tahun 924 disebutkan di kedua sumber Mesir dan teks Bibel; penghancuran
kerajaan utara pada tahun 722, penangkapan Yerusalem pada tahun 597, dan penghancuran
kerajaan selatan pada tahun 586 dicatat dalam catatan Asyur dan Babilonia, seperti juga beberapa
peristiwa lain sejak zaman monarki. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan ilmuwan bersedia
menerima kronologi alkitabiah umum periode monarki yang dimulai sekitar tahun 1000 SM.
(urutan raja dan peperangan dan sebagainya). Tapi akhirnya, adalah sebuah kesalahan untuk
membaca Alkitab sebagai catatan sejarah. Komposisi Alkitab dibentuk oleh tujuan nonhistoris
serta konvensi dan bentuk sastra.
Ini adalah hal biasa bahwa tidak ada yang namanya sejarah obyektif semata. Kita tidak
pernah memiliki akses langsung ke kejadian masa lalu - hanya akses yang dimediasi, tetap
material yang menghasilkan informasi hanya setelah proses interpretasi, atau teks yang sudah
merupakan interpretasi dari kejadian tersebut. Narasi alkitabiah adalah penafsiran peristiwa yang
dipegang oleh tradisi berabad-abad agar bermakna dalam kehidupan masyarakat. Bagi perawi
alkitabiah kejadian ini, yang diketahui mungkin dari tradisi lisan kuno, menunjuk pada tujuan
ilahi, dan narasi tersebut diminta untuk menggambarkan proposisi dasar itu. Perawi alkitabiah
tidak mencoba menulis sejarah karena sejarawan modern mungkin akan berusaha melakukannya.
Mereka khawatir untuk menunjukkan kepada kita apa yang mereka yakini sebagai jari tuhan
mereka dalam kejadian dan pengalaman orang Israel. Seperti yang telah dicatat Brettler, di dalam
Alkitab masa lalu dibiaskan melalui lensa teologis jika bukan lensa politik-ideologis partisan
(22-23). Tapi kemudian semua narasi sejarah kuno ditulis dengan cara ini. Dengan hati-hati, kita
banyak belajar sesuatu dari sejarah Israel dari sumber-sumber alkitabiah, sama seperti sejarawan
klasik telah belajar banyak tentang penulis klasik.
Diskusi tentang kisah-kisah patriarki di bab berikutnya mengadopsi perspektif ini. Kami
tidak akan bertanya apakah cerita patriarkal akurat secara historis; kita akan menganggap mereka
tidak, jika hanya karena mereka tidak bersifat historiografi. Melepaskan diri dari beban
historisitas, kita bebas untuk menghargai cerita tentang apa adanya; narasi yang kuat yang harus
dibaca menentang konvensi sastra pada zaman mereka dan yang kebenarannya bersifat sosial,
politis, moral, dan eksistensial. Kita mulai dengan mengidentifikasi tema utama dari cerita-cerita
ini.

Anda mungkin juga menyukai