yang kreatif. Namun, Frobel tidak mengetahui apa-apa tentang pengelolaan urusan keuangan.
Sehingga, meskipun baru dua tahun saja di bawah pengelolaannya sekolah idaman Frobel itu
nyaris bangkut.
Di bawah pengelolaan Johannes A. Barop keadaan keuangan sekolah semakin baik lagi.
Hubungan kekeluargaan di Kelihau lambat laun rusak.
Denton J. Snider {1900} menulis bahwa dengan pembicaraan ini pemikiran Frobel mulai
berpaling pada pendidikan bagi anak-anak prasekolah yang terwujud dalam gagasan Taman
Kanak-kanak nanti.
Sesudah mereka bermusyawarah, mereka bertemu lagi dengan Frobel, Barop, dan
Middendorff dana yang cukup untuk medirikan sekolah yang serupa di tempat mereka.
Tawaran itu diterima dan sekolah baru itu pun dibuka pada bulan April 1833 yang ditandai
dengan hadirnya 36 anak.
Frobel mendirikan sekoah tersebut tidaklah dengan maksud yang demikian. Ia ingin anak-
anak hendaknya bertumbuh lebih bebas seperti tanaman sampai ia berbunga indah. Tentu saja
anak-anak itu tidak bebas untuk menikati kehidupan di bawah pengawasan yang penuh kasih.