Pada 1944 ia menikah dengan Elza Maria Costa de Oliveira, seorang rekan
gurunya. Mereka berdua bekerja bersama selama hidupnya sementara istrinya juga
membesarkan kelima anak mereka. Freire bersama saudara kandungnya dididik
dalam tradisi Katolik yang sangat kuat.Ibunya memiliki peran penting dalam proses
pendidikan untuk Freire dan semua saudaranya.
1
Pengalaman inilah yang merupakan pengenalan awal yang diterima Freire
tentang komunikasi (Gerhard, 2000). Tanpa disadari, didikan ayahnya tersebut
memberikan pengaruh besar dalam gagasan Freire tentang dialog dalam praktik
pendidikan yang membebaskan.
2
Gambar 1 Berita Tragedi Black Tuesday
Salah satu dampaknya juga dialami keluarga Freire untuk pindah ke daerah
lain yang secara ekonomi biaya hidupnya lebih rendah. Akibat lainnya, Freire
kehilangan waktu atau tertinggal selama dua tahun dalam sekolahnya.
Selain dikenal sebagai pengacara, Barbosa juga dikenal sebagai penulis dan
seorang politisi dari Brazil. Freire juga terpengaruh dengan sosok seorang dokter
yang bernama Carneiro Ribeiro. Ribeiro dikenal juga sebagai professor pendidikan
Brazil.
Meski demikian, jiwa dan totalitas Freire sangat kuat kepada pendidikan.
Freire bekerja sebagai guru di sekolah menengah mengajar Bahasa Portugis
3
selama 1944-1945. Pengalamannya sebagai guru dan kecintaannya pada
pendidikan membuktikan bahwa ia memiliki ketertarikan yang sangat mendalam
terhadap dunia pendidikan.Meskipun, Freire seorang sarjana hukum. Atas dasar
pengalaman mengajar dan ketertarikan terhadap dunia pendidikan menjadikan ia
seorang pemikir dan praktisi pendidikan berpengaruh di dunia melalui berbagai
karya akademiknya.
Ayahnya Freire meninggal pada 1934 ketika Freire berusia 13 tahun. Ketika
ayahnya meninggal, Freire adalah seorang remaja cerdas yang berasal dari
pinggiran kota. Hal tersebut yang membuat jalan hidupnya juga tidak mudah untuk
meneruskan kehidupan bersama ibu dan saudara-saudaranya.
Perlu dicatat bahwa di Brasil pada saat itu, melek huruf merupakan syarat
untuk ikut memilih dalam pemilu. Pada tahun 1959, Freire mendapatkan gelar
doktor dengan menulis disertasi yang berjudul Educacao e Actualidade Brasileira
(Present Day Education in Brazil).Setelah itu, Freire menjadi professor bidang
Sejarah dan Filsafat Pendidikan di School of Fine Arts of Recife, Brazil.
Pada 1964, sebuah kudeta militer mengakhiri upaya itu, dan menyebabkan
Freire dipenjarakan selama 70 hari atas tuduhan menjadi pengkhianat. Setelah
mengasingkan diri untuk waktu singkat di Bolivia, Freire bekerja di Chili selama lima
4
tahun untuk Gerakan Pembaruan Agraria Demokratis Kristen. Pada 1967, Freire
menerbitkan bukunya yang pertama, Pendidikan sebagai Praktik Pembebasan.
Buku ini disambut dengan baik, dan Freire ditawari jabatan sebagai profesor
tamu di Harvard pada 1969. Tahun sebelumnya, ia menulis bukunya yang paling
terkenal Pedagogy of the Oppressed, yang diterbitkan dalam bahasa Spanyol dan
Inggris pada 1970.
Buku itu baru diterbitkan di Brasil pada 1974 karena perseteruan politik antara
serangkaian pemerintahan diktatur militer yang otoriter dengan Freire yang Kristen
sosialis ketika Jenderal Ernesto Geisel mengambil alih kekuasaan di Brasil dan
memulai proses liberalisasi.
Pada 1979, ia dapat kembali ke Brazil, dan pindah kembali ke sana pada
1980. Freire bergabung dengan Partai Buruh (the worker’s party, PT) di kota São
Paulo. Freire merupakan salah seorang pendiri partai tersebut. Freire juga
bertindak sebagai penyelia untuk proyek melek huruf dewasa dari 1980 hingga
1986.
Setelah itu, konsentrasi Freire pada kegiatan akademik yaitu mengajar dan
menulis buku maupun artikel. Freire juga kemudian kembali aktif di kampus untuk
mengajar dan mensupervisi kurikulum untuk Program Sarjana di Pontifica
Universidad Catolica de Sao Paolo (PUC-SP). Pada tahun 1991, Freire juga
memberikan sejumlah kuliah di Universidade de Sao Paulo (USP), universitas
tertua dan terbesar di Brazil.
Posisi Freire itu kemudian digantikan oleh koleganya yang merupakan mantan
kepala kabinet yaitu Mario Sergio Cortella. Sayangnya, pasca Freire meninggalkan
aktifitas politiknya, Partai Buruh kehilangan pengaruh politiknya pada pemilu
munisipal pada November 1992.Perlahan-lahan, pengaruh partai buruh pun
semakin berkurang seiring dengan kepergian Freire dalam kiprah politik di Brazil.
5
Gambar 2 Lambang Partai Buruh di Brazil
Pada 1986, istrinya Elza meninggal dunia, dan Freire menikahi Maria Araújo
Freire, yang melanjutkan dengan pekerjaan pendidikannya sendiri yang radikal.
Pada 1991, didirikanlah Institut Paulo Freire di São Paulo untuk memperluas dan
menguraikan teori-teorinya tentang pendidikan rakyat. Institut ini menyimpan semua
arsip Freire.
Tahun 1980 setelah Amnesty diumumkan di Brasil, Freire kembali pulang dan
menjadi professor pada Universitas Katolik di Sao Paulo Ia juga menjadi direktur
institut pendidikan sekaligus sekertaris pendidikan Kotamadya di Sao Paulo.
Buku itu untuk pertama kalinya diterbitkan dalam bahasa Portugis pada tahun
1968. sudah diterjemahkan dalam 17 bahasa.Buku itu juga sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan judul Pendidikan Kaum Tertindas. Melalui teori
konsientisasi itu seorang pendidik harus menggunakan dialog dan kata-kata kunci
yang memiliki makna yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, sebagai dasar
bagi pembelajaran baca tulis rakyat.
6
Gambar 3 Buku Paulo Freire dalam Bahasa Indonesia
Pada 1979, dia dapat kembali ke Brazil. Setahun berikutnya, dia sudah
kembali beraktifitas di Brazil. Freire bergabung dengan Partai Buruh di kota São
Paulo dan dipilih sebagai supervisor proyek literasi orang dewasa sejak 1980
hingga 1986. Pada 1988, Partai Buruh memenangkan pemilu di kota Sao Paulo,
Freire dipilih sebagai Sekretaris Pendidikan.
Pada 1986, istrinya, Elza meninggal dunia. Freire kemudian menikah kembali
dengan Maria Araújo Freire yang merupakan mantan muridnya Freire. Mereka
berdua kembali meneruskan proyek pendidikan mereka. Sepanjang hidupnya,
Freire dikenal sebagai sosok pria yang memiliki rasa humor tinggi.Ia sejak kecil
dikenal sebagai orang yang selalu empati dengan berbagai praktik ketidakadilan
yang ada di masyarakat.
Pemikiran Paulo Freire dalam berbagai karya akademiknya tidak lepas dari
pengaruh pemikiran Ruy Barbosa de Oliveira atau lebih familiar dengan nama Ruy
7
Barbosa. Barbosa lahir pada 5 November 1849 di Salvador da Bahia, Brazil dan
meninggal pada 1 Maret 1923 di Petropolis Brazil.
Dalam forum tersebut, Barbosa dan mendapat julukan sebagai "Eagle of the
Hague" karena memiliki kemampuan orasi yang sangat memikat serta gagasannya
tentang kesetaraan negara kaya dengan negara miskin. Dia pernah gagal
mencalonkan diri sebagai Presiden Brazil pada 1910 dan 1919. Pada pemilu
tersebut, Barbosa mengajukan platform politik antimiliter.
8
Dia memimpin delegasi Brasil ke Konferensi Den Haag Kedua dan dianggap
brilian dalam perundingan tersebut. Sebagai calon dari Partai Civilista dalam
pemilihan presiden tahun 1910, Barbosa dilancarkan salah satu kampanye paling
mengesankan dalam politik Brasil. Dia tidak berhasil dan kalah Marsekal Hermes
da Fonseca. Barbosa meninggal di Petropolis, dekat Rio de Janeiro pada tahun
1923.
9
Gambar 5 Foto Ernesto Carneiro Ribeiro
Di luar itu, Freire juga banyak terinspirasi oleh pemikiran tokoh-tokoh lainnya
seperti Roland Corbisier, Alvaro Vieira Pinto dan Alberto Guerrreiro.Mereka bertiga
ini aktif di Instituto Superior de Estudos Brasileiros (ISEB) atau disebut juga Higher
10
Education for Brazilian Studies. ISEB didirikan pada 1955. Pada 1964 dibawah
rezim otoriter Brazil, lembaga ini dibubarkan.Sejumlah aktivisnya diasingkan ke luar
Brazil.Lembaga ini terdiri atas sejumlah ilmuwan sosial Brazil yang mengkritisi
realitas Brazil ketika itu (Kirylo,2011:39).
Paulo Freire telah menerbitkan ratusan buku, artikel dan tulisan yang sudah
diterjemahkan sebanyak 18 bahasa di seluruh dunia. Buku tersebut ditulis sendiri
oleh Freire maupun bersama dengan penulis lainnya. Selain itu terdapat juga
ratusan wawancara dengan Freire yang kemudian dituangkana dalam buku. Freire
juga mendapatkan penghargaan doktor honoris causa dari sekitar 20 universitas.
Dalam buku tersebut, Freire tampak juga semangat untuk melakukan kritik
terhadap sektarianisme. Ia mencoba untuk menjelaskan dan membela
postmodernitas progresif dan menolak konservatif maupun neoliberal
postmodernitas. Dia menggambarkan harapan sebagai kebutuhan ontologis yang
harus berlabuh dalam praktek untuk menjadi sejarah yang konkret. Tanpa harapan,
kita putus asa dan tidak dapat memulai perjuangan untuk perubahan.
Buku Pedagogy of Hope berisi runutan pengalaman nyata dan hidup yang
menjiwai buku pertama. Pengalaman-pengalaman mengesankan itu meliputi
peristiwa-peristiwa awal yang memberi inspirasi sebelum Pedagogy of the
Oppressed ditulis maupun pengalaman-pengalaman sesudah diterbitkan yang
memberi daging pada buku itu.
11
Gambar 7 Buku Paulo Freire “Pedagogy of Hope”
Pada tahun 2004, Freire menulis buku berjudul Pedagogy of Indignation. Buku
terakhir Freire ini terdiri dari serangkaian suratnya tentang praktik pedagogis di
mana ia mengeksplorasi pentingnya pendidikan dalam perjuangan untuk
membangun masyarakat demokratis. Buku ini ditulis Freire yang ditujukan untuk
siswa, orang tua dan pendidik.Freire memulainya dengan diskusi tentang
keniscayaan perubahan.
12
Gambar 8 Buku Freire “Pedagogy of Indignation”
Freire melihat manusia sebagai aktor yang aktif di dunia. Dia menulis bahwa
manusia mengambil risiko merupakan ciri penting dari kita dalam "kehadirannya di
dunia." Freire menyebutnya dengan “menjadi ada". Ia percaya bahwa pendidikan,
baik sebagai aktivitas politik dan ideologi, juga melibatkan perubahan dan risiko.
13
Gambar 9 Buku Freire “Teachers as Cultural Workers:Letters to those who Dare
Teach”
Freire juga meyakinkan bahwa guru harus berani untuk mengajar dengan cara
ini. Meskipun tampaknya negatif aspek pengajaran seperti gaji yang rendah, status
rendah, dan birokratisasi lebih dari sistem pendidikan. Dalam pandangan Freire,
guru juga harus memiliki keterlibatan politik yang aktif dalam perjuangan untuk
demokrasi dan kebebasan.
Freire juga konsen dengan prinsip etik, demokrasi dan keberanian sipil. Hal
tersebut ia tuangkan dalam bukunya berjudul Pedagogy of Freedom:Ethics,
Democracry, and Civic Courage (1998). Beberapa pengamat menganggap buku ini
merupakan puncak kehidupan Paulo Freire. Buku ini dianggap sebuah referensi
penting dan untuk dibaca oleh mereka yang terlibat dalam praktik pendidikan.
14
Freire meyakini bahwa pendidik juga belajar untuk menghormati apa yang diketahui
oleh muridnya. Selain itu, Freire memberikan penguatan kapasitas untuk kritis,
etika dan estetika. Kedua, Freire menjelaskan dengan sangat kritis bahwa
pengajaran bukan sekadar mentransfer pengetahuan.
Hal ini didalamnya membahas konstruksi kesadaran pendidik dan murid tanpa
batas, penghormatan terhadap otonomi murid, kerendahan hati, toleransi, dan
perjuangan hak pendidik. Ketiga, Freire menjelaskan bahwa praktik pendidikan itu
sejatinya berfokus pada percaya diri, kompetensi profesional, dan
kedermawanan,komitmen, kebebasan dan otorita. Keempat, penting juga dalam
pandangan Freire bahwa pendidikan itu juga didalamnya mengajarkan proses
dialog dan hubungan yang harmonis. Misalnya, mengetahui cara mendengarkan
murid, konsepsi pendidikan sebagai ideologis,keterbukaan untuk dialog, dan
merawat optimisme murid.
Beberapa buku lain yang ditulis Freire antara lain Politics and Education
(1998), Pedagogy of Heart (1998), Pedagogy of City (1993), Education for Critical
Consciousness (1994), Letters to Christina:Reflections on my Life and Work (1996),
The Politics of Education:Culture, Power, and Liberation (1985),Pedagogy of
Process:The Letters to Guinea-Bissau (1978),Cultural Action for Freedom (1975).
15
Gambar 11 Beberapa Buku Paulo Freire
Lima kontribusi mendasar Paulo Freire memiliki arti khusus dalam diskursus
dan praktik pedagogi kritis. Pertama, penekanannya pada dialog telah mendorong
sangat kuat dengan mereka yang peduli dengan pendidikan populer dan informal.
Freire beranggapan bahwa dialog bukan sekadar percakapan (conversation) sangat
penting dalam praktis pendidikan.Dalam hal ini, Paulo Freire mampu mendiskusikan
16
secara lebih mendalam tentang beberapa langkah dengan menekankan bahwa
dialog melibatkan rasa hormat satu dengan lainnya. Dialog dalam pandangan Freire
merupakan satu kesatuan dari proses yang disebut Freire conscientizacao
(conscientization).
Kedua, Paulo Freire prihatin dengan praksis (praxis), yaitu sebuah tindakan
yang diinformasikan dan dikaitkan dengan nilai-nilai tertentu. Praxis berasal dari
bahasa Yunani yang artinya adalah bertindak (act).Dialog tidak hanya tentang
memperdalam pemahaman tetapi merupakan bagian dari membuat perbedaan di
dunia. Menurut Mayo (2004:2), praxis adalah salah satu istilah kunci dalam kerja
intelektual Freire.
Dialog itu sendiri adalah aktivitas kooperatif yang melibatkan rasa hormat.
Proses ini penting dan dapat dilihat sebagai meningkatkan masyarakat dan
membangun modal sosial. Proses ini juga menginspirasi kita untuk bertindak
dengan cara yang membuat keadilan dan menjadikan manusia lebih humanis.
Paulo Freire berpendapat dengan praxis ini dapat memberikan pertimbangan-
berguna bagi mereka yang ingin mengurangi teori.
Selain itu, pemahaman kritis ini telah dijadikan sebagai landasan untuk
mengakhiri budaya bisu (culture of silence) dalam suatu masyarakat. Menurut
Freire, individu harus secara sadar memilik hak untuk mengutarakan pemikirannya
(Zygmantas, 2009:64). Dalam hal ini, ketika individu mengalami dehumanisasi, dia
tidak dapat berbicara akan kehidupannya. Akibatnya, individu tidak akan mampu
untuk mentransformasikan realitas kehidupan mereka.
17
Tindakan manusia dalam tingkat kesadaran semi intransitif cenderung
fatalistik, magis-defensif atau magis-terapis. ritual-ritual keagamaan yang dilakukan
oleh masyarakat yang awalnya sebagai ajaran agama (asli atau sinkretik), namun
perlahan beralih jadi sekadar tradisi.
18
Dalam model pendidikan ini secara jelas kita bisa melihat bahwa pendidikan
adalah alat kekuasaan guru yang dominatif dan “angkuh”. Tidak ada proses
komunikasi timbal-balik dan tidak ada ruang demokratis untuk saling mengkritisi.
Guru dan murid berada pada posisi yang tidak berimbang.
19
individu yang terhubung ke masalah sosial yang lebih besar. Peserta diberdayakan
untuk bertindak dalam upaya mempengaruhi perubahan pada masalah-masalah
yang mempengaruhi mereka.
Model penelitian ini banyak dilakukan para akademisi dan peneliti yang terjun
langsung dalam berbagai kelompok sosial yang termarjinalkan. Kalangan pegiat
lembaga swadaya masyarakat juga menjadikan model ini sebagai model advokasi
dan pendampingan kelompok sasarannya.
Lebih khusus 'populer' mengacu pada 'kelas populer,' yang meliputi petani,
pengangguran, kelas pekerja dan kadang-kadang kelas menengah ke bawah.
Penggunaan 'populer' yang dimaksud sebagian besar dari semua untuk
mengecualikan kelas atas maupun kelas menengah atas. Dalam bahasa Amerika
Latin, istilah „popular‟ merujuk kepada masyarakat miskin dan kelas buruh
(Bartlett,2005:344).
20
Laicité merupakan konsep yang dianut Prancis sejak Revolusi 1789. Dalam
berbagai pengertian, konsep ini bisa disamakan dengan sekularisme. Laicité
mengharuskan pemisahan mutlak antara kehidupan dunia dan urusan agama.
Tetapi, kebebasan setiap orang menjalankan ajaran agamanya dijamin
sepenuhnya, dan tidak satu agama pun yang dianggap paling baik atau menjadi
agama resmi negara.
21
Gambar 12 Nikolaj Frederik Severin Grundtvig (1783–1872)
Grundtvig adalah perintis the folk high school yaitu sebuah institusi untuk
orang dewasa yang tidak mendapatkan gelar akademik. Sekolah itu dirintis tidak
seperti pendidikan formal tetapi lebih menekankan membangun semangat
pencerahan. Ide dasarnya Grundtvig dipengaruhi dengan tulisan Condorcet (1743 -
1794) berjudul un rapport et un projet de décret sur l'organisation générale de
l'instruction publique (Report on the General Organization of Public
Instruction) (1792).
Tulisan Condercet itu ditulis selama berlangsung Revolusi Prancis. Pada saat
itu revolusi Prancis berpengaruh secara langsung terhadap praksis pendidikan
popular di Prancis. Gerakan Grundtvig dengan mendirikan The folk high school
berupaya menyerang praktik pendidikan dan kebudayaan konservatif yang
berkembang dalam praktik pendidikan Denmark.
22
Gambar 13 Logo Instituto Paulo Freire
IPF adalah sebuah organisasi, pendidikan nirlaba, didirikan pada tahun 1991
dan secara resmi diluncurlam pada 1 September 1992. Lembaga ini didirikan oleh
beberapa akademisi diantaranya Carlos Alberto Torres, Francisco Gutiérrez, José
Eustáquio Romão, Moacir Gadotti, Paulo Freire, dan Walter Garcia.
Saat ini, IPF memiliki jaringan internasional yang mengintegrasikan orang dan
lembaga lebih dari 90 negara di semua benua. IPF didirikan dengan tujuan utama
melanjutkan dan menciptakan kembali warisan pemikiran Paulo Freire.Lembaga itu
pada tahun 2011 merayakan momen usia 90 tahun Paulo Freire.
23
keanekaragaman, perbedaan dan persamaan antara budaya dan masyarakat,
didirikan atas dorongan diri-organisasi dan penentuan nasib sendiri.
Lembaga ini didukung oleh beberapa tokoh yang menjadi pihak donor
kehormatan diantaranya Nita Freire (Sao Paulo, Brazil),Henry Giroux, dan
Christopher Myers (Peter Lang Publishing, USA).Adapun Donaldo Macedo (UMass,
Boston, USA) dan Peter McLaren (UCLA, USA) menjadi donor lembaga tersebut.
Sementara itu, beberapa akademisi lainnya yang menjadi dewan penasehat
lembaga ini diantaranya Antonia Darder, Joe Kincheloe,Norman Denzin,Ira Shor.
24
Gambar 16 The International Journal of Critical Pedagogy
Lembaga ini dipimpin oleh Carlos Alberto Torres.Lembaga ini dirintis untuk
meneruskan warisan berfikir dan berbagai karya yang dikembangkan Paulo Freire.
Lembaga ini memiliki misi untuk membangun jaringan akademisi, intelektual,
aktivis, dan berbagai komunitas yang memiliki komitmen mempromosikan keadilan
sosial di seluruh lapisan masayarakat.
25
Adapun fokus workshop tersebut tentang kontribusi pemikiran Freire untuk
pembelajaran di kelas,filosofi dan metodologinya. Akademisi di lembaga ini juga
berpartisipasi dalam penyelenggaraan World Social Forum di Porto Alegre,Brazil
dan aktif terlibat dalam konferensi Comparative and International Education Society
di New Orleans.
Lembaga yang dipimpin Carlos Alberto Torres ini berkembang menjadi pusat
studi Paulo Freire di seluruh dunia. Lembaga ini memiliki hubungan kerjasama yang
sangat erat dengan Instituto Paulo Freire di Sao Paulo, Brazil yang diresmikan pada
1992 ketika Paulo Freire masih hidup. Setelah itu, lembaga sejenis juga didirikan di
Portugal, Spanyol,Argentina, dan Taipe. Dalam waktu dekat juga akan dirintis di
Afrika Selatan, Mesir, dan Korea.
***
26