Anda di halaman 1dari 26

MENELUSURI DASAR KURIKULUM MELALUI PEMIKIRAN PAULO FREIRE

1. Biografi Intelektual Paule Freire


Paulo Reglus Neves Freire atau lebih akrab dipanggil Paulo Freire lahir pada
19 September 1921 dan meninggal pada 2 Mei 1997 di Sao Paulo karena
serangan jantung. Paulo Freire dilahirkan di Recife, salah satu daerah paling miskin
dan terbelakang di timur laut Brazil.

Lewat karya pendidikannya dapat kita sebut sebagai bahwa pikirannya


mewakili jawaban dari sebuah pikiran kreatif dan hati nurani yang peka akan
kesengsaraan dan penderitaan luar biasa kaum tertindas di sekitarnya. Kondisi
ketertindasannya di Recife tersebut sangat memberikan fondasi pemikirannya kelak
di kemudian hari.

Freire dilahirkan dalam keluarga kelas menengah di Recife, Brasil. Namun ia


mengalami langsung kemiskinan dan kelaparan pada masa Depresi Besar 1929,
suatu pengalaman yang membentuk keprihatinannya terhadap kaum miskin dan
ikut membangun pandangan dunia pendidikannya yang khas.

Freire mulai belajar di Universitas Recife pada 1943, sebagai seorang


mahasiswa hukum, tetapi ia juga belajar filsafat dan psikologi bahasa. Meskipun ia
lulus sebagai ahli hukum, ia tidak pernah benar-benar berpraktik dalam bidang
tersebut. Sebaliknya, ia bekerja sebagai seorang guru di sekolah-sekolah
menengah, mengajar bahasa Portugis.

Pada 1944 ia menikah dengan Elza Maria Costa de Oliveira, seorang rekan
gurunya. Mereka berdua bekerja bersama selama hidupnya sementara istrinya juga
membesarkan kelima anak mereka. Freire bersama saudara kandungnya dididik
dalam tradisi Katolik yang sangat kuat.Ibunya memiliki peran penting dalam proses
pendidikan untuk Freire dan semua saudaranya.

Ayahnya Freire bernama Joaquim Ternistocles Freire yang bekerja sebagai


pegawai polisi militer di Pernambuco. Freire menggambarkan ayahnya sebagai
seorang motivator, meskipun tidak berafiliasi dengan salah satu agama. Ayahnya
juga dikenal sebagai orang baik yang memiliki intelektual tinggi dan mencintai
sesama. Jika melihat latar belakang sosial ekonomi ayahnya Freire, mereka
memang merupakan keluarga kelas menengah.

Dari ayahnya, Freire diajarkan bagaimana komunikasi dan pola pemahaman


dibangun dalam kehidupan sehari-hari di keluarganya. Hal tersebut dilihat dari
komunikasi yang dilakukan ayahnya kepada semua anak-anaknya.Apalagi,
ayahnya Freire memiliki kewenangan terkait dengan kedudukannya di Kepolisian
Militer.

1
Pengalaman inilah yang merupakan pengenalan awal yang diterima Freire
tentang komunikasi (Gerhard, 2000). Tanpa disadari, didikan ayahnya tersebut
memberikan pengaruh besar dalam gagasan Freire tentang dialog dalam praktik
pendidikan yang membebaskan.

Di Jaboatao, Freire mulai muncul kesadaran terhadap lingkungan sekitar yang


dianggap tidak baik terutama ketika teman-temannya tinggal di daerah yang sangat
miskin. Freire menyebut dirinya sebagai "connective boy". Dalam hal ini, Freire
menjadi penghubung dari teman-temannya yang bisa makan bahkan berlebihan
dengan mereka yang sudah beberapa hari tidak makan. Suatu saat Freire
mengatakan “Di Jaboatao, ketika saya berusia 10 tahun, saya mulai berpikir bahwa
didunia terdapat berbagai hal yang tidak baik”.

Pengalaman kehidupannya bersama warga miskin di sekitar rumahnya yang


membentuk pandangannya tentang pendidikan. Freire berpandangan bahwa
kemiskinan dan kelaparan sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar.
Daerah tempat tinggal Freire memang dikenal sebagai kantong kemiskinan.

Dalam bukunya Pedagogy of the Heart (1998:40), Freire mengatakan, “My


homeland is the dramatic coexistence of different times that come together in the
same geographical space-backwardness, misery, poverty, hunger, traditionalism,
magical conscience, authoritarianism, democracy, modernity, and postmodernity”.

Pengaruh ini kemudian yang membuat ia mendedikasikan hidupnya untuk


membantu kehidupan orang-orang miskin. Apalagi ketika tahun 1929 terjadi apa
yang disebut „depresi besar‟ atau sering juga disebut dengan tragedi runtuhnya
Wall Street 1929 (The Wall Street Crash of 1929). Peristiwa ini adalah peristiwa
jatuhnya bursa saham di Amerika Serikat, yang menandai dimulainya sebuah era
yang disebut Depresi Besar. Keruntuhan ini merupakan salah satu peristiwa
kehancuran bursa yang paling besar dalam sejarah Amerika.

Peristiwa kehancuran bursa tersebut juga dikenal dalam beberapa tahapan


yang dikenal dengan julukan Black Thursday (Kamis Hitam) yang merupakan awal
terjadinya keruntuhan pada bursa dan Black Tuesday (Selasa Hitam) yaitu saat
kehancuran terjadi yang membuat panik hingga lima hari setelahnya.

2
Gambar 1 Berita Tragedi Black Tuesday

Tragedi ini memberikan dampak terjadinya peningkatan kemiskinan, kelaparan


dan membengkaknya pengangguran di seluruh dunia.Tidak terkecuali dengan
daerah dimana Freire tinggal.Daerah itu sebelum terjadi depresi besar sudah
miskin, semakin miskin dan menderita setelah tragedi dunia tersebut.

Salah satu dampaknya juga dialami keluarga Freire untuk pindah ke daerah
lain yang secara ekonomi biaya hidupnya lebih rendah. Akibat lainnya, Freire
kehilangan waktu atau tertinggal selama dua tahun dalam sekolahnya.

Perlahan-lahan kondisi ekonomi keluarganya mulai membaik. Freire terdaftar


di Fakultas Hukum Universitas Recife pada 1943. Dia juga belajar filsafat, lebih
khusus fenomenologi, dan psikologi bahasa. Freire memilih Fakultas Hukum karena
ia sangat terpengaruh kepada sosok pengacara sekaligus filosof Brazil yang
bernama Ruy Barbosa. Nama lengkapnya adalah Ruy Barbosa de Oliveira.

Selain dikenal sebagai pengacara, Barbosa juga dikenal sebagai penulis dan
seorang politisi dari Brazil. Freire juga terpengaruh dengan sosok seorang dokter
yang bernama Carneiro Ribeiro. Ribeiro dikenal juga sebagai professor pendidikan
Brazil.

Meskipun Freire sarjana hukum, ia tidak pernah benar-benar mempraktekkan


ilmu hukum secara totalitas. Dia mulai untuk praktek hukum, tetapi berhenti
sebelum membela klien pertamanya, seorang dokter gigi muda. Freire juga pernah
menjadi pengacara untuk serikat buruh perdagangan dan memberikan sejumlah
kuliah maupun pelatihan tentang hukum kepada anggota serikat buruh di daerah
suburban Redice.

Meski demikian, jiwa dan totalitas Freire sangat kuat kepada pendidikan.
Freire bekerja sebagai guru di sekolah menengah mengajar Bahasa Portugis

3
selama 1944-1945. Pengalamannya sebagai guru dan kecintaannya pada
pendidikan membuktikan bahwa ia memiliki ketertarikan yang sangat mendalam
terhadap dunia pendidikan.Meskipun, Freire seorang sarjana hukum. Atas dasar
pengalaman mengajar dan ketertarikan terhadap dunia pendidikan menjadikan ia
seorang pemikir dan praktisi pendidikan berpengaruh di dunia melalui berbagai
karya akademiknya.

Setelah menikah, Freire semakin tertarik untuk mendalami berbagai masalah


pendidikan dengan cara berpikir yang lebih sistematik. Sejak 1940 hingga 1950,
Freire menghabiskan banyak waktu untuk membaca dan mengkoleksi berbagai
catatan. Ia menulis 572 buku dari tangannya sendiri.Freire juga membaca referensi
dalam bahasa Spanyol sejak 1943, dalam bahasa Prancis sejak 1945 dan bahasa
Inggris pada 1947.

Freire kemudian kembali ke Recife dan bisa melanjutkan sekolahnya. Ibunya


berhasil meyakinkan Direktur Sekolah Oswaldo Cruz yang bernama Aluizio Pessoa
de Araujo, untuk menerima Paulo sebagai pelajar beasiswa. Kemudian, Freire
dapat kembali ke sekolah tersebut untuk mengabdi sebagai guru Portugis.

Ayahnya Freire meninggal pada 1934 ketika Freire berusia 13 tahun. Ketika
ayahnya meninggal, Freire adalah seorang remaja cerdas yang berasal dari
pinggiran kota. Hal tersebut yang membuat jalan hidupnya juga tidak mudah untuk
meneruskan kehidupan bersama ibu dan saudara-saudaranya.

Pada 1946, Freire diangkat menjadi Direktur Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan dari Dinas Sosial di negara bagian Pernambuco (yang ibu kotanya
adalah Recife). Selama bekerja itu, terutama ketika bekerja di antara orang-orang
miskin yang buta huruf, Freire mulai merangkul bentuk pengajaran yang non-
ortodoks yang belakangan dianggap sebagai teologi pembebasan.

Perlu dicatat bahwa di Brasil pada saat itu, melek huruf merupakan syarat
untuk ikut memilih dalam pemilu. Pada tahun 1959, Freire mendapatkan gelar
doktor dengan menulis disertasi yang berjudul Educacao e Actualidade Brasileira
(Present Day Education in Brazil).Setelah itu, Freire menjadi professor bidang
Sejarah dan Filsafat Pendidikan di School of Fine Arts of Recife, Brazil.

Pada 1961, ia diangkat sebagai direktur dari departemen Perluasan Budaya


dari Universitas Recife, dan pada 1962 ia mendapatkan kesempatan pertama untuk
menerapkan secara luas teori-teorinya, ketika 300 orang buruh kebun tebu diajar
untuk membaca dan menulis hanya dalam 45 hari. Sebagai tanggapan terhadap
eksperimen ini, pemerintah Brasil menyetujui dibentuknya ribuat lingkaran budaya
di seluruh negeri.

Pada 1964, sebuah kudeta militer mengakhiri upaya itu, dan menyebabkan
Freire dipenjarakan selama 70 hari atas tuduhan menjadi pengkhianat. Setelah
mengasingkan diri untuk waktu singkat di Bolivia, Freire bekerja di Chili selama lima

4
tahun untuk Gerakan Pembaruan Agraria Demokratis Kristen. Pada 1967, Freire
menerbitkan bukunya yang pertama, Pendidikan sebagai Praktik Pembebasan.

Buku ini disambut dengan baik, dan Freire ditawari jabatan sebagai profesor
tamu di Harvard pada 1969. Tahun sebelumnya, ia menulis bukunya yang paling
terkenal Pedagogy of the Oppressed, yang diterbitkan dalam bahasa Spanyol dan
Inggris pada 1970.

Buku itu baru diterbitkan di Brasil pada 1974 karena perseteruan politik antara
serangkaian pemerintahan diktatur militer yang otoriter dengan Freire yang Kristen
sosialis ketika Jenderal Ernesto Geisel mengambil alih kekuasaan di Brasil dan
memulai proses liberalisasi.

Setelah setahun di Cambridge, Freire pindah ke Jenewa, Swiss untuk bekerja


sebagai penasihat pendidikan khusus di Dewan Gereja-gereja se-Dunia. Pada
masa itu Freire bertindak sebagai penasihat untuk pembaruan pendidikan di bekas
koloni-koloni Portugis di Afrika, khususnya Guinea Bissau dan Mozambik.

Pada 1979, ia dapat kembali ke Brazil, dan pindah kembali ke sana pada
1980. Freire bergabung dengan Partai Buruh (the worker’s party, PT) di kota São
Paulo. Freire merupakan salah seorang pendiri partai tersebut. Freire juga
bertindak sebagai penyelia untuk proyek melek huruf dewasa dari 1980 hingga
1986.

Ketika PT menang dalam pemilu-pemilu munisipal pada 1988, Pada 3 Januari


1989, Freire diangkat menjadi Sekretaris Pendidikan untuk São Paulo. São Paulo
dikenal sebagai kota yang paling padat sekaligus kota utama di Brazil. Freire
mengemban jabatan tersebut selama dua tahun, tepatnya pada 27 Mei 1991.

Setelah itu, konsentrasi Freire pada kegiatan akademik yaitu mengajar dan
menulis buku maupun artikel. Freire juga kemudian kembali aktif di kampus untuk
mengajar dan mensupervisi kurikulum untuk Program Sarjana di Pontifica
Universidad Catolica de Sao Paolo (PUC-SP). Pada tahun 1991, Freire juga
memberikan sejumlah kuliah di Universidade de Sao Paulo (USP), universitas
tertua dan terbesar di Brazil.

Posisi Freire itu kemudian digantikan oleh koleganya yang merupakan mantan
kepala kabinet yaitu Mario Sergio Cortella. Sayangnya, pasca Freire meninggalkan
aktifitas politiknya, Partai Buruh kehilangan pengaruh politiknya pada pemilu
munisipal pada November 1992.Perlahan-lahan, pengaruh partai buruh pun
semakin berkurang seiring dengan kepergian Freire dalam kiprah politik di Brazil.

5
Gambar 2 Lambang Partai Buruh di Brazil

Pada 1986, istrinya Elza meninggal dunia, dan Freire menikahi Maria Araújo
Freire, yang melanjutkan dengan pekerjaan pendidikannya sendiri yang radikal.
Pada 1991, didirikanlah Institut Paulo Freire di São Paulo untuk memperluas dan
menguraikan teori-teorinya tentang pendidikan rakyat. Institut ini menyimpan semua
arsip Freire.

Saat awal pengasingannya Freire mengatakan “Aku dihukum karena


memperlihatkan bahwa penderitaaan mereka yang kelaparan itu bukanlah akibat
murka Allah, melainkan akibat kurangnya kesadaran rakyat yang hidup tanpa
kemampuan baca tulis”.

Tahun 1980 setelah Amnesty diumumkan di Brasil, Freire kembali pulang dan
menjadi professor pada Universitas Katolik di Sao Paulo Ia juga menjadi direktur
institut pendidikan sekaligus sekertaris pendidikan Kotamadya di Sao Paulo.

Setelah pengasingan singkat di Bolivia, Freire bekerja di Chili selama lima


tahun untuk Gerakan Pembaruan Agraria Demokratis Kristen dan Organisasi
Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada 1967, Freire
menerbitkan buku pertamanya, Pedagogy of the Oppressed.

Buku itu untuk pertama kalinya diterbitkan dalam bahasa Portugis pada tahun
1968. sudah diterjemahkan dalam 17 bahasa.Buku itu juga sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan judul Pendidikan Kaum Tertindas. Melalui teori
konsientisasi itu seorang pendidik harus menggunakan dialog dan kata-kata kunci
yang memiliki makna yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, sebagai dasar
bagi pembelajaran baca tulis rakyat.

6
Gambar 3 Buku Paulo Freire dalam Bahasa Indonesia

Setahun setelah tinggal di Cambridge, Massachusetss, Freire kemudian


pindah ke Jenewa, Swiss untuk bekerja sebagai penasehat pendidikan luar biasa
dengan Dewan Gereja Dunia. Selama periode ini, Freire aktif sebagai penasehat
dari reformasi pendidikan dalam kolonialisasi Portugis di Afrika terutama Negara
Guinea Bissau dan Mozambique.

Pada 1979, dia dapat kembali ke Brazil. Setahun berikutnya, dia sudah
kembali beraktifitas di Brazil. Freire bergabung dengan Partai Buruh di kota São
Paulo dan dipilih sebagai supervisor proyek literasi orang dewasa sejak 1980
hingga 1986. Pada 1988, Partai Buruh memenangkan pemilu di kota Sao Paulo,
Freire dipilih sebagai Sekretaris Pendidikan.

Pada 1986, istrinya, Elza meninggal dunia. Freire kemudian menikah kembali
dengan Maria Araújo Freire yang merupakan mantan muridnya Freire. Mereka
berdua kembali meneruskan proyek pendidikan mereka. Sepanjang hidupnya,
Freire dikenal sebagai sosok pria yang memiliki rasa humor tinggi.Ia sejak kecil
dikenal sebagai orang yang selalu empati dengan berbagai praktik ketidakadilan
yang ada di masyarakat.

2. Pengaruh Intelektual Paulo Freire


Paulo Freire sangat akrab dengan pemikiran Marxisme, tetapi ia juga tidak
pernah menjauhkan dia dari pengaruh Katolik yang sejak kecil sangat berpengaruh
dalam kehidupannya. Suatu saat, Freire pernah mengatakan meskipun ia sangat
terpengaruh dengan Marxisme, ia tidak mungkin meninggalkan tradisi Katolik yang
ditanamkan ibunya sejak kecil. Kedua pengaruh ini yang membangun basis
pemikiran Freire dalam berbagai karya intelektualnya.

Pemikiran Paulo Freire dalam berbagai karya akademiknya tidak lepas dari
pengaruh pemikiran Ruy Barbosa de Oliveira atau lebih familiar dengan nama Ruy

7
Barbosa. Barbosa lahir pada 5 November 1849 di Salvador da Bahia, Brazil dan
meninggal pada 1 Maret 1923 di Petropolis Brazil.

Barbosa adalah seorang penulis, pengacara, jurnalis dan politisi Brazil.


Barbosadikenal sebagai seorang liberal yang cemerlang.Ia menulis menulis
konstitusi untuk Republik Brazil yang baru dibentuk pada tahun 1890. Barbosa
pernah menjadi perwakilan federal, senator, Menteri Keuangan, serta diplomat. Ia
pernah berpartisipasi dalam Konferensi Perdamaian Den Hag pada 1907 sebagai
Ketua Delegasi.

Dalam forum tersebut, Barbosa dan mendapat julukan sebagai "Eagle of the
Hague" karena memiliki kemampuan orasi yang sangat memikat serta gagasannya
tentang kesetaraan negara kaya dengan negara miskin. Dia pernah gagal
mencalonkan diri sebagai Presiden Brazil pada 1910 dan 1919. Pada pemilu
tersebut, Barbosa mengajukan platform politik antimiliter.

Gambar 4 Foto Ruy Barbosa de Oliviera (1849-1923)

Freire terinspirasi Barbosa karena Barbosa sangat konsen dengan


penghapusan perbudakan di Brazil. Sebagaimana diketahui, Ruy Barbosa
memberikan pidato publik pertama untuk penghapusan perbudakan ketika ia
berusia 19 tahun. Selama sisa hidupnya ia tetap pembela kebebasan sipil tanpa
kompromi. Perbudakan di Brazil akhirnya dihapuskan oleh Aurea Lei atau sering
disebut juga "Hukum Emas" pada tahun 1888. Kontribusi terpenting Barbosa ketika
ia menjabat Menteri Keuangan pada 14 Desember 1890 dalam upaya
penghapusan perbudakan.

Barbosa dikenal sebagai tokoh yang memiliki gagasan liberal.Ide-ide liberal


Barbosa yang sangat berpengaruh dalam penyusunan konstitusi republik pertama
du Brazil. Dia dipaksa ke pengasingan pada tahun 1893 oleh Presiden Floriano
Peixoto selama dua tahun sebelum kembali dan menjadi terpilih sebagai Senator.

8
Dia memimpin delegasi Brasil ke Konferensi Den Haag Kedua dan dianggap
brilian dalam perundingan tersebut. Sebagai calon dari Partai Civilista dalam
pemilihan presiden tahun 1910, Barbosa dilancarkan salah satu kampanye paling
mengesankan dalam politik Brasil. Dia tidak berhasil dan kalah Marsekal Hermes
da Fonseca. Barbosa meninggal di Petropolis, dekat Rio de Janeiro pada tahun
1923.

Selain dipengaruhi pemikiran dan kiprah Barbosa, Freire juga banyak


terinspirasi oleh sosok Ernesto Carneiro Ribeiro. Ernesto Ribeiro Carneiro lahir di
Itaparica,pada 12 September 1839.Dia meninggal di Salvador, pada 13 November
1920.Ribeiro adalah seorang dokter, guru, psikolog, ahli linguistik Brasil.Dia
adalah keturunan Afrika.

Dia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Bahia, pada tahun


1854. Ia memiliki komitmen pada pendidikan.Hal itu dibuktikan sejak menjadi
mahasiswa. Pada tahun 1874 ia mendirikan Sekolah Bahia, yang berlangsung
sampai 1883. Ia juga berpartisipasi, ketika Republik Brasil diproklamasikan.Dia
menjadi anggota komite yang dibentuk oleh Gubernur Manuel Vitorino.Komite ini
bertujuan untuk mengembangkan rencana aksi pendidikan.

Ribeiro juga dikenal sebagai psikolog berpengaruh di Brasil. Pemikiran dan


gagasannya mempengaruhi dalam bidang psikologi di Brasil sepanjang abad ke-19.
Pada 1822, deklarasi kemerdekaan Brazil dari Portugal mengakibatkan tumbuh
subur bagi pengembangan pendidikan budaya, ilmiah. Beberapa lembaga
pendidikan tinggi diciptakan, seperti sekolah hukum, fakultas teknik tambang, dan
sekolah kedokteran.

Bersama beberapa psikolog Brasil berpengaruh lainnya seperti Manuel de


Figueiredo, José Augusto de Menezes, Francisco da Cunha, Ernesto Carneiro
Ribeiro sangat mewarnai perkembangan psikologi medis Brasil. Mereka juga
berkontribusi dalam lahirnya fakultas psikologi maupun kedokteran di Brasil pada
abad ke-19. Selain itu, kiprah mereka juga menunjukkan bahwa pekerjaan dalam
psikologi terlibat langsung dalam pengembangan beberapa bidang kedokteran.

Seperti di negara lain, psikologi juga memiliki banyak penting dalam


pengembangan bidang pendidikan di Brazil. Beberapa dokumen menunjukkan
hubungan erat antara psikologi dan pendidikan pada akhir abad 19 dan awal abad
ke-20 di Brasil.

9
Gambar 5 Foto Ernesto Carneiro Ribeiro

Pemikiran Freire juga dipengaruhi oleh Alceu Amoroso Lima. Ia lahir di


Petrópolis 11 Desember 1893 dan meninggal di Rio de Janeiro,14 Agustus 1983.
Ia dikenal sebagai penulis, jurnalis dan aktivis Brasil. Ia pernah menggunakan nama
samaran Tristão de Ataíde pada tahun 1919 dan menulis dengan nama itu. Pada
tahun 1928 ia masuk Katolik dan akhirnya menjadi Kepala Aksi Katolik di Brasil.

Meskipun ia awalnya memiliki beberapa simpati untuk tujuan tertentu


integralisme Brasil ia menjadi lawan yang kuat otoriterisme pada umumnya dan
fasisme pada khususnya. Itu datang di bagian melalui pengaruh Jacques Maritain.
Ia juga dikenal adalah seorang advokat yang gigih bagi kebebasan pers selama
periode kediktatoran militer.

Gambar 6 Foto Alceu de Amoroso Lima

Di luar itu, Freire juga banyak terinspirasi oleh pemikiran tokoh-tokoh lainnya
seperti Roland Corbisier, Alvaro Vieira Pinto dan Alberto Guerrreiro.Mereka bertiga
ini aktif di Instituto Superior de Estudos Brasileiros (ISEB) atau disebut juga Higher

10
Education for Brazilian Studies. ISEB didirikan pada 1955. Pada 1964 dibawah
rezim otoriter Brazil, lembaga ini dibubarkan.Sejumlah aktivisnya diasingkan ke luar
Brazil.Lembaga ini terdiri atas sejumlah ilmuwan sosial Brazil yang mengkritisi
realitas Brazil ketika itu (Kirylo,2011:39).

3. Karya Intelektual Paulo Freire

Paulo Freire telah menerbitkan ratusan buku, artikel dan tulisan yang sudah
diterjemahkan sebanyak 18 bahasa di seluruh dunia. Buku tersebut ditulis sendiri
oleh Freire maupun bersama dengan penulis lainnya. Selain itu terdapat juga
ratusan wawancara dengan Freire yang kemudian dituangkana dalam buku. Freire
juga mendapatkan penghargaan doktor honoris causa dari sekitar 20 universitas.

Bukunya yang sangat terkenal Pedagogy of the Opressed didedikasikan


kepada masyarakat dunia yang menurutnya sedang berada pada keterperosokan
dunia serta kepada individu yang diidentifikasikan sebagai korban penindasan
maupun mereka yang sedang berjuang melawan kemiskinan.

Freire juga menulis buku yang berjudul Pedagogy of Hope:Reliving Pedagogy


of the Oppressed pada tahun 1994. Buku ini ditulis 25 tahun terbitnya buku
Pedagogy of the Oppressed. Maksudnya untuk menghayati kembali Pedagogy of
the Oppressed. Menurut Freire, buku ini ditulis dalam amarah dan cinta. Hal ini
dimaksudkan sebagai pertahanan toleransi.

Dalam buku tersebut, Freire tampak juga semangat untuk melakukan kritik
terhadap sektarianisme. Ia mencoba untuk menjelaskan dan membela
postmodernitas progresif dan menolak konservatif maupun neoliberal
postmodernitas. Dia menggambarkan harapan sebagai kebutuhan ontologis yang
harus berlabuh dalam praktek untuk menjadi sejarah yang konkret. Tanpa harapan,
kita putus asa dan tidak dapat memulai perjuangan untuk perubahan.

Buku Pedagogy of Hope berisi runutan pengalaman nyata dan hidup yang
menjiwai buku pertama. Pengalaman-pengalaman mengesankan itu meliputi
peristiwa-peristiwa awal yang memberi inspirasi sebelum Pedagogy of the
Oppressed ditulis maupun pengalaman-pengalaman sesudah diterbitkan yang
memberi daging pada buku itu.

Pada tahun 2002, buku tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia


dengan judul Pedagogi Pengharapan-Menghayati Kembali Pedagogi Kaum
Tertindas. Buku dengan tebal 328 halaman tersebut diterjemahkan oleh A.
Widyamartaya dan diterbitkan oleh Kanisius-Yogyakarta.

11
Gambar 7 Buku Paulo Freire “Pedagogy of Hope”

Pada tahun 2004, Freire menulis buku berjudul Pedagogy of Indignation. Buku
terakhir Freire ini terdiri dari serangkaian suratnya tentang praktik pedagogis di
mana ia mengeksplorasi pentingnya pendidikan dalam perjuangan untuk
membangun masyarakat demokratis. Buku ini ditulis Freire yang ditujukan untuk
siswa, orang tua dan pendidik.Freire memulainya dengan diskusi tentang
keniscayaan perubahan.

Freire percaya bahwa perubahan dan mobilitas yang mendefinisikan


karakteristik dan ciri-ciri budaya dan sejarah. Dia menulis bahwa dalam ketiadaan
perubahan tidak ada budaya atau sejarah. Freire berpendapat bahwa perubahan
dapat dipahami hanya dalam hubungan dengan risiko. Tanpa resiko, perubahan
tidak mungkin. Jadi, bagi Freire, membuat sejarah dan budaya melibatkan
mengambil risiko.

Namun, Freire memperingatkan terhadap mengambil risiko spontan.


Sebaliknya, ia mendorong pendidik untuk mengambil risiko; risiko informasi dan
dipandu oleh studi sejarah, politik dan budaya.

12
Gambar 8 Buku Freire “Pedagogy of Indignation”

Freire melihat manusia sebagai aktor yang aktif di dunia. Dia menulis bahwa
manusia mengambil risiko merupakan ciri penting dari kita dalam "kehadirannya di
dunia." Freire menyebutnya dengan “menjadi ada". Ia percaya bahwa pendidikan,
baik sebagai aktivitas politik dan ideologi, juga melibatkan perubahan dan risiko.

Sebagai makhluk politik dan ideologis, manusia dipaksa untuk mengambil


sikap terhadap dunia. Freire melihat sejarah diresapi dengan kemungkinan dan
harapan. Namun, untuk membuat kemungkinan itu nyata, ia percaya bahwa kita
harus secara aktif terlibat dan campur tangan di dunia.

Buku Freire berpengaruh lainnya adalah Teachers as Cultural Workers:Letters


to those who Dare Teach. Buku ini dikembangkan selama lebih dari dua dekade
setelah Freire menulis Pedagogy of Opressed dan Pedagogy of Hope.

Pada dasarnya, buku ini ingin memberikan pendasaran filosofis berbasiskan


pengalaman praktis pedagogisnya Freire untuk untuk siswa pendidikan guru. Buku
ini terdiri dari dua belas bab pendek termasuk sepuluh surat. Masing-masing surat
terdiri atas enam sampai dua belas halaman panjang yang berfokus pada apa yang
Freire percaya menjadi isu penting bagi calon pendidik.

13
Gambar 9 Buku Freire “Teachers as Cultural Workers:Letters to those who Dare
Teach”

Secara umum, Freire menulis buku tersebut dengan tujuan untuk


menunjukkan bahwa tugas guru, yang juga seorang pembelajar, adalah
menyenangkan sekaligus ketat karena menuntut keseriusan dan kemampuan
ilmiah. Selain itu, guru juga dituntut memiliki kemampuan fisik, emosional, dan
persiapan afektif. Ini adalah tugas yang dibutuhkan guru bahwa mereka yang
berkomitmen untuk mengembangkan ajaran cinta tertentu tidak hanya orang lain
tetapi juga dari proses yang sangat tersirat dalam mengajar. Ini menjadi tema
sentral dalam bukunya tersebut.

Freire juga meyakinkan bahwa guru harus berani untuk mengajar dengan cara
ini. Meskipun tampaknya negatif aspek pengajaran seperti gaji yang rendah, status
rendah, dan birokratisasi lebih dari sistem pendidikan. Dalam pandangan Freire,
guru juga harus memiliki keterlibatan politik yang aktif dalam perjuangan untuk
demokrasi dan kebebasan.

Freire juga konsen dengan prinsip etik, demokrasi dan keberanian sipil. Hal
tersebut ia tuangkan dalam bukunya berjudul Pedagogy of Freedom:Ethics,
Democracry, and Civic Courage (1998). Beberapa pengamat menganggap buku ini
merupakan puncak kehidupan Paulo Freire. Buku ini dianggap sebuah referensi
penting dan untuk dibaca oleh mereka yang terlibat dalam praktik pendidikan.

Tema-tema tulisan sebelumnya Freire diperluas ke dalam eksplorasi


pemikiran etika dan demokrasi dan cara-cara di mana mereka dapat melepaskan
rasa lembaga dalam dieksploitasi panjang dan kejam dibungkam. Selain itu, ia
memiliki hal-hal baru untuk mengatakan tentang ideologi dan kebebasan dalam
dunia yang ditandai dengan ancaman 'globalisasi'.

Buku ini secara umum menjelaskan beberapa prinsip penting. Pertama,


menurut Freire tidak ada kegiatan mengajar tanpa belajar. Ini merupakan filosofi
penting untuk para pendidik dalam praksis pendidikannya.Di dalam prinsip ini,

14
Freire meyakini bahwa pendidik juga belajar untuk menghormati apa yang diketahui
oleh muridnya. Selain itu, Freire memberikan penguatan kapasitas untuk kritis,
etika dan estetika. Kedua, Freire menjelaskan dengan sangat kritis bahwa
pengajaran bukan sekadar mentransfer pengetahuan.

Hal ini didalamnya membahas konstruksi kesadaran pendidik dan murid tanpa
batas, penghormatan terhadap otonomi murid, kerendahan hati, toleransi, dan
perjuangan hak pendidik. Ketiga, Freire menjelaskan bahwa praktik pendidikan itu
sejatinya berfokus pada percaya diri, kompetensi profesional, dan
kedermawanan,komitmen, kebebasan dan otorita. Keempat, penting juga dalam
pandangan Freire bahwa pendidikan itu juga didalamnya mengajarkan proses
dialog dan hubungan yang harmonis. Misalnya, mengetahui cara mendengarkan
murid, konsepsi pendidikan sebagai ideologis,keterbukaan untuk dialog, dan
merawat optimisme murid.

Gambar 10 Buku Freire “Pedagogy of Freedom:


Ethics, Democracry, and Civic Courage”

Beberapa buku lain yang ditulis Freire antara lain Politics and Education
(1998), Pedagogy of Heart (1998), Pedagogy of City (1993), Education for Critical
Consciousness (1994), Letters to Christina:Reflections on my Life and Work (1996),
The Politics of Education:Culture, Power, and Liberation (1985),Pedagogy of
Process:The Letters to Guinea-Bissau (1978),Cultural Action for Freedom (1975).

15
Gambar 11 Beberapa Buku Paulo Freire

4. Kontribusi Paulo Freire


Paulo Freire mendapatkan berbagai penghargaan.Freire mendapatkan
penghargaan dari King Baudouin International Development Prize 1980. Paulo
Freire adalah orang pertama yang mendapatkan penghargaan tersebut. Dia
dinominasikan oleh Dr. Mathew Zachariah, seorang Professor pendidikan dari
University of Calgary.

Pada 1986, Freire juga bersama istrinya mendapatkan penghargaan sebagai


Outstanding Christian Educators dari UNESCO. Pada 1996, Freire mendapatkan
penghargaan untuk Education for Peace, Honorary Doctorate, the University of
Nebraska at Omaha. Penghargaan tersebut ia dapatkan bersama dengan Augusto
Boal.

Paulo Freire telah meninggalkan kontribusi signifikan pada pemikiran tentang


praktek progresif. Buku Pedagogy of the Opressed, saat ini menjadi salah satu dari
teks pendidikan yang paling dikutip terutama di Amerika Latin, Afrika dan Asia.
Freire mampu memanfaatkan, dan mengkontekstualisasikan sejumlah aliran dalam
pemikiran tentang praktek pendidikan dan pembebasan.

Freire meneruskan jejak pemikiran John Dewey dengan mengembangkan


sejumlah inovasi teoritis penting yang memiliki dampak yang besar terhadap
pengembangan praktik pendidikan khususnya pendidikan informal dan pendidikan
populer.

Lima kontribusi mendasar Paulo Freire memiliki arti khusus dalam diskursus
dan praktik pedagogi kritis. Pertama, penekanannya pada dialog telah mendorong
sangat kuat dengan mereka yang peduli dengan pendidikan populer dan informal.
Freire beranggapan bahwa dialog bukan sekadar percakapan (conversation) sangat
penting dalam praktis pendidikan.Dalam hal ini, Paulo Freire mampu mendiskusikan

16
secara lebih mendalam tentang beberapa langkah dengan menekankan bahwa
dialog melibatkan rasa hormat satu dengan lainnya. Dialog dalam pandangan Freire
merupakan satu kesatuan dari proses yang disebut Freire conscientizacao
(conscientization).

Kedua, Paulo Freire prihatin dengan praksis (praxis), yaitu sebuah tindakan
yang diinformasikan dan dikaitkan dengan nilai-nilai tertentu. Praxis berasal dari
bahasa Yunani yang artinya adalah bertindak (act).Dialog tidak hanya tentang
memperdalam pemahaman tetapi merupakan bagian dari membuat perbedaan di
dunia. Menurut Mayo (2004:2), praxis adalah salah satu istilah kunci dalam kerja
intelektual Freire.

Dialog itu sendiri adalah aktivitas kooperatif yang melibatkan rasa hormat.
Proses ini penting dan dapat dilihat sebagai meningkatkan masyarakat dan
membangun modal sosial. Proses ini juga menginspirasi kita untuk bertindak
dengan cara yang membuat keadilan dan menjadikan manusia lebih humanis.
Paulo Freire berpendapat dengan praxis ini dapat memberikan pertimbangan-
berguna bagi mereka yang ingin mengurangi teori.

Ketiga, Freire sangat perhatian untuk mengkonseptualisasikan secara


signifikan bagi para pendidik yang secara tradisional bekerja tanpa memiliki suara
penting, dan mereka dalam keadaan tertindas. Ide membangun 'pedagogi yang
tertindas' atau 'pedagogi harapan' dan bagaimana hal ini dapat dilakukan ke depan
telah membentuk dorongan yang signifikan untuk bekerja.Kontribusi Freire adalah
meletakkan sebuah elemen penting yaitu keprihatinannya dengan penyadaran.

Pada level ini Freire mengintrodusir konsep conscientization. Pendekatan


yang Freire gunakan adalah “penyadaran”.Pendekatan ini adalah suatu metode
bagi individu dan masyarakat dalam mengembangkan pemahaman kritis tentang
realitas sosial melalui refleksi dan tindakan. Ini melibatkan, memeriksa dan
bertindak atas akar masalah penindasan yang dialami. Hal ini berlangsung lebih
dari sekedar memperoleh keterampilan teknis membaca dan menulis.

Selain itu, pemahaman kritis ini telah dijadikan sebagai landasan untuk
mengakhiri budaya bisu (culture of silence) dalam suatu masyarakat. Menurut
Freire, individu harus secara sadar memilik hak untuk mengutarakan pemikirannya
(Zygmantas, 2009:64). Dalam hal ini, ketika individu mengalami dehumanisasi, dia
tidak dapat berbicara akan kehidupannya. Akibatnya, individu tidak akan mampu
untuk mentransformasikan realitas kehidupan mereka.

Freire menjelaskan tiga kesadaran yang berkembang dalam masyarakat.


Pertama, kesadaran semi intransitif. Kesadaran ini merupakan kesadaran
masyarakat yang tidak dapat mengobyektifikasi fakta, masyarakat kurang memiliki
persepsi struktural sehingga kenyataan hidup adalah superealitas (sesuatu yang
ada di luar kenyataan obyektif).

17
Tindakan manusia dalam tingkat kesadaran semi intransitif cenderung
fatalistik, magis-defensif atau magis-terapis. ritual-ritual keagamaan yang dilakukan
oleh masyarakat yang awalnya sebagai ajaran agama (asli atau sinkretik), namun
perlahan beralih jadi sekadar tradisi.

Kedua, kesadaran transitif naif (naive transitivity). Masyarakat mulai sadar


bahwa ia tertindas, hingga membawa mereka untuk melakukan gerakan protes.
Masyarakat sudah mampu merefleksikan dirinya, dimana masyarakat sadar akan
keadaannya namun belum dapat bicara atas nama kepentingannya. Dalam tahap
ini, masyarakat sadar bahwa dirinya (atau masyarakat dan negaranya) berada
dalam kondisi belum mandiri. Ketiga, kesadaran transitif kritis. Masyarakat mampu
memandang kritis lingkungannya, memisahkan dirinya dengan keadaan sekitar
yang menindas, kemudian bertindak untuk membebaskan dirinya. Singkatnya,
dalam pandangan Freire, kesadaran yang dipahami memiliki kekuatan untuk
mengubah realitas (Taylor 1993: 52).

Keempat, desakan Paulo Freire yang menempatkan kegiatan pendidikan


berbasiskan pengalaman hidup peserta. Dengan cara ini, proses tersebut telah
membuka serangkaian kemungkinan untuk cara pendidik informal lebih optimal
dalam prakteknya. Perhatian Freire untuk menggali berbagai konsep yang
bermanfaat dalam praktik pendidikan di masyarakat adalah salah satu contoh
kontribusi tersebut. Pendidikan berbasiskan pengalaman hidup menurut Freire
sesungguhnya merupakan upaya pengenalan realitas diri manusia dan dirinya
sendiri. Dengan cara ini mereka mengenal dirinya sebagai subjek, bukan sekadar
objek.Disinilah kesadaran kritis muncul sebagai filosofis gerakan pedagogi kritis.

Kelima,pendidikan berbasiskan pengalaman hidup ini sekaligus mengkritik


terhadap sistem pendidikan yang sudah mapan berkembang di masyarakat. Freire
menegaskan bahwa pola pendidikan yang selama ini terjadi bahwa hubungan
antara guru dan murid dengan menggunakan model “watak bercerita” (narrative).
Model ini menggambarkan seorang subyek yang bercerita (guru) dan obyek-obyek
yang patuh dan mendengarkan (murid-murid). Tugas guru dalam proses pendidikan
adalah dengan menceritakan realitas-realitas, seolah-olah sesuatu yang tidak
bergerak, statis, terpisah satu sama lain, dan dapat diramalkan.

Akhirnya guru hanya “mengisi” para murid dengan bahan-bahan yang


dituturkan, padahal itu terlepas dari realitas dan terpisah dari totalitas. Pendidikan
yang bercerita mengarahkan murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa
yang diceritakan kepadanya. Pendidikan menjadi kegiatan “menabung”, ibaratnya
para murid adalah celengannya dan para guru adalah penabungnya.

Sistem pendidikan tersebut yang kemudian lazim dikenal sebagai sistem


pendidikan bank (bank concept of education). Dalam model pendidikan ini, pelajar
diberikan ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan lipat
ganda. murid hanya beraktivitas seputar menerima pengetahuan, mencatat, dan
menghafal.

18
Dalam model pendidikan ini secara jelas kita bisa melihat bahwa pendidikan
adalah alat kekuasaan guru yang dominatif dan “angkuh”. Tidak ada proses
komunikasi timbal-balik dan tidak ada ruang demokratis untuk saling mengkritisi.
Guru dan murid berada pada posisi yang tidak berimbang.

Disanalah tumbuhnya kebudayaan bisu dikalangan orang-orang yang


tertindas. Lebih jauh Paulo Freire mengungkapkan bahwa proses pendidikan---
dalam hal ini hubungan guru-murid---di semua tingkatan identik dengan watak
bercerita. Murid lebih menyerupai bejana-bejana yang akan dituangkan air (ilmu)
oleh gurunya.

Karenanya, pendidikan seperti ini menjadi sebuah kegiatan menabung. Murid


sebagai "celengan" dan guru sebagai "penabung". Secara lebih spesifik, Freire
menguraikan beberapa ciri dari pendidikan yang disebutnya model pendidikan
"gaya bank" tersebut.

Freire-lah yang mempopulerkan istilah „pendidikan gaya bank‟. Istilah tersebut


digunakan untuk sistem pendidikan yang menjadikan guru sebagai subjek, yang
memiliki pengetahuan yang diisikan kepada murid. Murid adalah wadah atau suatu
tempat deposit belaka. Dalam proses belajar itu, murid semata–mata merupakan
objek. Murid–murid banyak mencatat, menghapal, tanpa mengeri dengan baik
maksud dari bahan–bahan yang diberikan oleh guru

Pendidikan yang membebaskan yang diusung oleh Freire merupakan


kebalikan dari model pendidikan gaya bank. Guru, dalam pandangan Freire tidak
hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi
mereka harus menjalani peran sebagai orang yang mengajar dirinya melalui dialog
dengan para murid, yang pada gilirannya di samping diajar mereka juga mengajar.

5. Freire dan Pendidikan Popular


Salah satu kontribusi signifikan Freire adalah mengintrodusir pendidikan
popular (popular education) yang hingga saat ini banyak berpengaruh di kalangan
akademisi,praktisi pendidikan maupun aktivis lembaga swadaya masyarakat.
Pendidikan popular sudah bergerak secara massif dalam ranah pemikiran hingga
praksis.

Aktivis lembaga swadaya masyarakat yang bergulat dengan praksis advokasi


dan pemberdayaan masyarakat menjadikan pendidikan popular sebagai metdologi
pemberdayaan terhadap berbagai kelompok marjinal seperti buruh, kaum miskin
kota, petani, nelayan, dan sebagainya.

Pendidikan populer dapat didefinisikan sebagai model pendidikan yang


dirancang untuk meningkatkan kesadaran peserta dan memungkinkan mereka
untuk menjadi lebih sadar tentang bagaimana pengalaman-pengalaman pribadi

19
individu yang terhubung ke masalah sosial yang lebih besar. Peserta diberdayakan
untuk bertindak dalam upaya mempengaruhi perubahan pada masalah-masalah
yang mempengaruhi mereka.

Pendidikan populer ini paling sering dipahami sebagai suatu pendekatan


pendidikan yang muncul di Amerika Latin selama tahun 1930-an. Terkait erat
dengan Marxisme dan terutama teologi pembebasan. Salah satu model pendidikan
populer di Amerika Latin telah melahirkan model penelitian aksi partisipatif
(participatory action research).

Model penelitian ini banyak dilakukan para akademisi dan peneliti yang terjun
langsung dalam berbagai kelompok sosial yang termarjinalkan. Kalangan pegiat
lembaga swadaya masyarakat juga menjadikan model ini sebagai model advokasi
dan pendampingan kelompok sasarannya.

Pendidikan popular adalah konsep didasarkan pada pengertian tentang kelas,


perjuangan politik, dan transformasi sosial. Istilah ini adalah terjemahan dari
Spanyol educación populer atau bahasa Portugis yaitu educação populer.
Penggunaan istilah „populer‟ di sini berarti 'orang-orang‟.

Lebih khusus 'populer' mengacu pada 'kelas populer,' yang meliputi petani,
pengangguran, kelas pekerja dan kadang-kadang kelas menengah ke bawah.
Penggunaan 'populer' yang dimaksud sebagian besar dari semua untuk
mengecualikan kelas atas maupun kelas menengah atas. Dalam bahasa Amerika
Latin, istilah „popular‟ merujuk kepada masyarakat miskin dan kelas buruh
(Bartlett,2005:344).

Pendidikan populer digunakan untuk mengklasifikasikan berbagai macam


upaya pendidikan dan telah menjadi tradisi yang kuat di Amerika Latin sejak akhir
paruh pertama abad ke-20. Ini upaya yang massif dan dilakukan demi kepentingan
kelas populer. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pendidikan populer adalah
berbasis kelas di alam dan menolak gagasan pendidikan sebagai transmisi atau
'edukasi perbankan‟ (banking education). Pendidikan popular menekankan
dialektika atau model dialogis antara pendidik dan murid.

Meskipun berbagi banyak kesamaan dengan bentuk-bentuk pendidikan


alternatif, pendidikan populer adalah bentuk yang berbeda. Dalam konteks
ketidakadilan sosial, pendidikan politik tidak pernah bisa netral. Pendidikan popular
berpihak pada kelompok termiskin, terpinggirkan serta tertindas.

Sebelum pendidikan popular dirintis Paulo Freire, sebenarnya semangat dan


praksis itu juga berlangsung di Prancis khususnya dan Eropa umumnya. Di Prancis
pada abad 19, gerakan pendidikan popular juga sangat berpengaruh khususnya
apa yang disebut dengan gerakan Republican dan sosialis. Komponen utamanya
adalah gerakan buruh. Gerakan pendidikan popular ketika itu dipengaruhi secara
kuat oleh kalangan positivis, materialis dan laicité.

20
Laicité merupakan konsep yang dianut Prancis sejak Revolusi 1789. Dalam
berbagai pengertian, konsep ini bisa disamakan dengan sekularisme. Laicité
mengharuskan pemisahan mutlak antara kehidupan dunia dan urusan agama.
Tetapi, kebebasan setiap orang menjalankan ajaran agamanya dijamin
sepenuhnya, dan tidak satu agama pun yang dianggap paling baik atau menjadi
agama resmi negara.

Sementara itu gerakan republikanisme yang disebut juga dengan Revolusi


Eropa 1848 adalah rentetan pergolakan politik di seluruh benua Eropa. Periode
kekacauan dimulai di Perancis, dan lalu menyebar ke seluruh Eropa. Revolusi
terjadi di Perancis, negara-negara di Jerman, Kekaisaran Austria, negara-negara di
Italia, Denmark, Wallachia, Polandia dan lainnya.

Meskipun kebanyakan revolusi berhasil dipadamkan, terdapat jumlah


kekerasan yang signifikan di banyak wilayah, dengan 10.000 orang disiksa dan
dibunuh.Gerakan republikanisme diawali dengan perubahan radikal tata
pemeritahan personal melalui Revolusi Perancis pada 1789.

Gerakan republikanisme yang diawali dengan Revolusi Prancis pada 1978


sebenarnya awalnya dipengaruhi dengan bukunya Immanuel Kant's yang berjudul
Was Ist Aufklärung? (What is Enlightenment?). Buku ini diterbitkan lima tahun
sebelum terjadinya Revolusi Perancis.

Sebelumnya, Jean-Jacques Rousseau's menulis buku berjudul L'Emile: Or,


On Education (1762). Sebuah buku yang sangat berpengaruh dalam mendorong
gerakan revolusi Perancis. Tidak ketinggalan juga, pemikiran yang dirintis Nikolaj
Frederik Severin Grundtvig (1783–1872) berpengaruh dalam pendidikan popular di
Eropa. Namanya lebih dikenal dengan N.F.S Grundtvig. Gruntdvig berperan penting
dalam mendorong pencerahan di Denmark khususnya dengan gerakan merintis
sekolah rakyat.

Nikolaj Frederik Severin Grundtvig (lebih dikenal dengan N.F.S Grundtvig)


adalah seorang pastor, penulis, sastrawan, filosof, sejarawan, guru dan politisi
berasal dari Denmark. Grundtvig dikenal sebagai salah satu intelektual Denmark
yang sangat berpengaruh dalam melahirkan nasionalisme baru di akhir abad 19.

21
Gambar 12 Nikolaj Frederik Severin Grundtvig (1783–1872)

Grundtvig adalah perintis the folk high school yaitu sebuah institusi untuk
orang dewasa yang tidak mendapatkan gelar akademik. Sekolah itu dirintis tidak
seperti pendidikan formal tetapi lebih menekankan membangun semangat
pencerahan. Ide dasarnya Grundtvig dipengaruhi dengan tulisan Condorcet (1743 -
1794) berjudul un rapport et un projet de décret sur l'organisation générale de
l'instruction publique (Report on the General Organization of Public
Instruction) (1792).

Condercet adalah filosof, ekonom dan ahli matematika yang sangat


berpengaruh di Prancis. Condorcet mempresentasikan tulisannya tersebut pada
tanggal 20 dan 21 April 1792 di parlemen Prancis, Paris.

Tulisan Condercet itu ditulis selama berlangsung Revolusi Prancis. Pada saat
itu revolusi Prancis berpengaruh secara langsung terhadap praksis pendidikan
popular di Prancis. Gerakan Grundtvig dengan mendirikan The folk high school
berupaya menyerang praktik pendidikan dan kebudayaan konservatif yang
berkembang dalam praktik pendidikan Denmark.

6. Pengembangan Pemikiran Paulo Freire

Pemikiran Paulo Freire sangat berpengaruh dalam praksis pendidikan


dunia.Berbagai literature akademiknya banyak menjadi rujukan praktek pendidikan
di kalangan akademisi, peneliti, mahasiswa, pengambil kebijakan hingga kalangan
lembaga swadaya masyarakat yang konsen dengan pendidikan popular.

Untuk terus mengembangkan pemikiran Paulo Freire, pada 1991, didirikanlah


Instituto Paulo Freire (IPF) di São Paulo.Lembaga ini untuk memperluas dan
menguraikan teori-teorinya tentang pendidikan rakyat. Institut ini menyimpan semua
arsip Freire.

22
Gambar 13 Logo Instituto Paulo Freire

IPF adalah sebuah organisasi, pendidikan nirlaba, didirikan pada tahun 1991
dan secara resmi diluncurlam pada 1 September 1992. Lembaga ini didirikan oleh
beberapa akademisi diantaranya Carlos Alberto Torres, Francisco Gutiérrez, José
Eustáquio Romão, Moacir Gadotti, Paulo Freire, dan Walter Garcia.

Saat ini, IPF memiliki jaringan internasional yang mengintegrasikan orang dan
lembaga lebih dari 90 negara di semua benua. IPF didirikan dengan tujuan utama
melanjutkan dan menciptakan kembali warisan pemikiran Paulo Freire.Lembaga itu
pada tahun 2011 merayakan momen usia 90 tahun Paulo Freire.

Gambar 14 Peringatan 90 Tahun Paulo Freire

IPF mengembangkan proyek-proyek konsultasi, penelitian, pendidikan


pelatihan berkelanjutan. Kegiatan tersebut didasarkan oleh dimensi sosial dan
lingkungan dan interkultural.Lembaga ini terdiri dari tiga bidang: Pendidikan Orang
Dewasa (adult education), pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan populer.

IPF mempromosikan kegiatan berbasiskan pada prinsip-prinsip kerja


horisontal dan kolektif, menggunakan metodologi dialogis, inklusif, menghormati

23
keanekaragaman, perbedaan dan persamaan antara budaya dan masyarakat,
didirikan atas dorongan diri-organisasi dan penentuan nasib sendiri.

Sejumlah akademisi yang konsen dengan pemikiran Paulo Freire dan


pedagogi kritis membentuk sebuah lembaga yang disebut The Freire Project: The
Paulo and Nita Freire International Project for Critical Pedagogy. Lembaga ini
didedikasikan untuk membangun sebuah komunitas kritis internasional yang
bekerja untuk mempromosikan keadilan sosial berdasarkan keanekaraman konteks
sosial.

Lembaga ini juga melakukan serangkaian penelitian dalam bidang sosial,


politik dan pendidikan. Salah satu kegiatan lembaga ini adalah mempublikasikan
International Journal of Critical Pedagogy.Jurnal ini dapat diakses secara cetak
maupun virtual di website. Proyek ini juga mempromosikan penelitian dalam studi
pedagogi kritis dengan menggabungkan pendidik lokal dan internasional untuk
secara sinergis memperjuangkan kelompok termarjinalkan dan kelompok-kelompok
lokal.

Gambar 15 Logo The Freire Project Project for Critical Pedagogy

Lembaga ini didukung oleh beberapa tokoh yang menjadi pihak donor
kehormatan diantaranya Nita Freire (Sao Paulo, Brazil),Henry Giroux, dan
Christopher Myers (Peter Lang Publishing, USA).Adapun Donaldo Macedo (UMass,
Boston, USA) dan Peter McLaren (UCLA, USA) menjadi donor lembaga tersebut.
Sementara itu, beberapa akademisi lainnya yang menjadi dewan penasehat
lembaga ini diantaranya Antonia Darder, Joe Kincheloe,Norman Denzin,Ira Shor.

24
Gambar 16 The International Journal of Critical Pedagogy

Di Amerika Serikat, pemikiran Paulo Freire dikembangkan lebih massif dalam


lembaga Paulo Freire Institute (PFI) yang didirikan pada 19 September
2002.Pendirian lembaga ini bertepatan dengan 81 tahun usia Paulo Freire.
Lembaga ini berada di University of California, Los Angeles.

Lembaga ini dipimpin oleh Carlos Alberto Torres.Lembaga ini dirintis untuk
meneruskan warisan berfikir dan berbagai karya yang dikembangkan Paulo Freire.
Lembaga ini memiliki misi untuk membangun jaringan akademisi, intelektual,
aktivis, dan berbagai komunitas yang memiliki komitmen mempromosikan keadilan
sosial di seluruh lapisan masayarakat.

Gambar 17 Logo Paulo Freire Institut UCLA

Pada September 2000, lembaga ini menyelenggarakan Forum Internasional


Ketiga tentang Paulo Freire. Forum tersebut mengambil tema “Education and the
Possible Dream”. Pada Juni 2003, lembaga ini juga menyelenggarakan
serangkaian workshop yang diselenggarakan UCLA Graduate School of Education
and Information Studies (GSE&IS).

25
Adapun fokus workshop tersebut tentang kontribusi pemikiran Freire untuk
pembelajaran di kelas,filosofi dan metodologinya. Akademisi di lembaga ini juga
berpartisipasi dalam penyelenggaraan World Social Forum di Porto Alegre,Brazil
dan aktif terlibat dalam konferensi Comparative and International Education Society
di New Orleans.

Lembaga yang dipimpin Carlos Alberto Torres ini berkembang menjadi pusat
studi Paulo Freire di seluruh dunia. Lembaga ini memiliki hubungan kerjasama yang
sangat erat dengan Instituto Paulo Freire di Sao Paulo, Brazil yang diresmikan pada
1992 ketika Paulo Freire masih hidup. Setelah itu, lembaga sejenis juga didirikan di
Portugal, Spanyol,Argentina, dan Taipe. Dalam waktu dekat juga akan dirintis di
Afrika Selatan, Mesir, dan Korea.

Pemikiran Paulo Freire juga dikembangkan di Inggris melalui pendirian


lembaga The London Paulo Freire Institute (LPFI). Lembaga ini diresmikan pada 14
Mei 2010 di Roehampton University. Pada peresmian itu diisi dengan stadium
generale yang diberikan Carlos Alberto Torres dari University of California, Los
Angeles (UCLA). Lembaga ini merupakan sebuah jaringan internasional yang
terdiri atas individu maupun lembaga yang terdiri dari 90 negara di seluruh dunia.

Masing-masing anggota LPFI akan berkontribusi untuk mengembangkan


jaringan internasional yang juga mencakup universitas virtual Paulo Freire
University (UNIFREIRE) dan forum tahunan/konferensi Paulo Freire.Secara
struktural, LPFI berada di Centre of Educational Research in Equalities, Policy and
Pedagogy (CEREPP). CEREPP sendiri merupakan bagian dari Roehampton
Universty, London. The LPFI memiliki jaringan dengan Paulo Freire Institute (PFI) di
University of California Los Angeles. (UCLA).

***

26

Anda mungkin juga menyukai