Hafdarani1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis plagiarisme linguistik dalam artikel
yang ditulis oleh akademisi. Korpus penelitian adalah satu artikel yang ditulis
oleh Anggito Abimanyu yang dimuat di kolom Opini koran Kompas pada 10
Februari 2014 dengan judul ‘Gagasan Asuransi Bencana’, dan satu artikel
pembanding yang ditulis Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan berjudul
‘Menggagas Asuransi Bencana’ yang dimuat dalam kolom Teropong Koran
Kompas edisi Jumat, 21 Juli 2006. Hasil analisis menunjukkan bahwa Anggito
Abimanyu telah melakukan tindakan plagiat terhadap karyaHotbonar Sinaga
dan Munawar Kasan dengan meniru beberapa paragraf 100 %, mengganti kata
dengan sinonim, menghilangkan kata, menyesuaikan informasi agar lebih
aktual, menambahkan kata dan menerjemahkan kata/frasa berbahasa Inggris.
Kata kunci: plagiarisme, plagiat, akademisi, artikel Anggito Abimanyu
Pendahuluan
Plagiarisme merupakan salah satu kajian linguistik forensik yang secara
langsung berhubungan dengan kepengarangan yang semakin marak dilakukan orang.
Bahkan penulis besar seperti William Shakespeare pun melakukan plagiat, tetapi ketika
zamannya (abad ke-17) tidak ada orang yang menuntutnya, karena isu plagiarisme
belum mencuat kepermukaan di kala itu, (Coulthard & Johnson, 2007: 5, 184, 185).
Karya besar Shakespeare seperti Antony and Cleopatra (drama tragedi) yang
dipentaskan pertama kali pada 1607 di Blackfriars Theatre atau The Globe Theatre
oleh kelompok teater Shakespeare The King's Men (dulu Chamberlain’s Men) dan
dipublikasikan dalam bentuk cetak pertama kali pada tahun 1623, juga tidak luput
diplagiat oleh orang lain seperti oleh T.S. Eliot dalam puisi 434 barisnya "The Waste
Land", yang dipublikasikan pada 1922 di Amerika Serikat dan Inggris dan merupakan
salah satu puisi terpenting abad ke-20 dan menjadi teks utama dalam Modernist
poetry. Orang terkenal lainnya yang dituduh melakukan plagiat adalah “Hellen
Keller”, si jenius yang bisu tuli sekaligus buta, versus “Margaret Canby”. Keller
dituduh menjiplak karya Canby dengan mengganti frasa umum dalam karya Caby kata-
kata umum yang jumlahnya lebih sedikit.(Olsson, 2008: 103-105).
Jika dirunut dari sejarahnya plagiarisme sama usianya dengan usia bahasa tulis.
Sebelum tradisi bahasa tulis, manusia berkomunikasi dengan bahasa lisan atau
menggunakan tradisi dengar.Sastra lisan yang tidak diketahui penulis aslinya
berkembang dari mulut ke mulut sebelum akhirnya dicetak.Pada awal penggunaan
mesin cetak pada tahun 1440-an yang ditemukan oleh Johannes Gutenberg di Jerman
tidak banyak yang berubah. Contohnya Shakespeare banyak mengadaptasi sastra lisan
untuk karyanya, namun tidak ada orang yang menggugatnya.
1
Penulis adalah Dosen di Departemen Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI Bandung
Pembahasan
Hakikat Plagiarisme
Plagiarisme merupakan penjiplakan yang melanggar hak cipta sedangkan plagiat
adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan
Metode Penelitian
Dalam kajian ini akandianalisis plagiarisme dalam artikel Anggito Abimanyu
dengan artikel Gagasan Asuransi Bencana yang dimuat di kolom Opini koran Kompas
pada 10 Februari 2014. Artikel Anggito akan dibandingkan dengan artikel Hotbonar
Sinaga dan Munawar Kasan berjudul Menggagas Asuransi Bencana yang dimuat
dalam kolom Teropong Koran Kompas edisi Jumat, 21 Juli 2006.Kedua artikel tersebut
akan dibandingkan dengan teknik Copycatch dan dilakukan analisis linguistik dengan
metode Menasche dan Roig. Pertanyaan penelitiannya adalah plagiarisme linguistik
apa yang dilakukan oleh Anggito Abimanyu dari artikel Sinaga & Kasan?
Hasil Penelitian
Setelah membandingkan artikel Anggito Abimanyu dan Hotbonar Sinaga &
Munawar Kasan (S&K) diperoleh hasil analisis linguistik, bahwa Anggito melakukan
hal-hal berikut:
a. membuat judul artikel sama-sama terdiri dari tiga kata, “Gagasan Asuransi
Bencana” (A); “Menggagas Asuransi Bencana” (S&K). Yang membedakannya
adalah A mengganti verba menggagas (S&K) menjadi nomina gagasan.
b. menggunakan pengantar yang terdiri dari empat paragraf yang tidak ada pada
artikel S&K.
c. membuat subjudul, sedangkan S&K tidak.
d. menjadikan dua paragraf S&K menjadi satu paragraf, yang dilakukannya
sebanyak tujuh kali.
e. mengganti frasa masuk peringkat menjadi berada di peringkatpada kalimat
pertama.
f. mengganti kalimat kedua S&K dengan dua klausa dengan menambahkan kata
pertama dan kedua, sehingga yang terbentuk bukan kalimat, melainkan hanya
klausa.
Penutup
Kasus plagiarisme di kalangan akademisi semakin sering terjadi. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor budaya, pendidikan dan linguistik, serta
adanya banyak kemudahan untuk melakukannya, misalnya dengan fasilitas internet.
Akademisi di perguruan tinggi atau universitas seharusnya menyadari fungsinya
sebagai pengemban ilmu pengetahuan serta menjadi contoh bagi masyarakat akademik
(terutama mahasiwa) dan masyarakat umum dalam sikap akademiknya. Dengan
memahami hakikat plagiarisme dan meningkatkan kesadaran untuk tidak
melakukannya diharapkan agar akademisi lebih menghargai karya orang lain dan
menjunjung tinggi kejujuran.
Daftar Pustaka
Amsberry. Dawn. (2010). Deconstructing plagiarism: International students and textual
borrowing practices. The Reference Librarian, 51, 31-44.
Coulthard, Malcolm & Johnson, Alison. (2007). An Introduction to Forensic
Linguistics Language Evidence. London: Routledge. pp. 184-199
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.(1996). KBBI
Edisi Kedua. Jakarta: Depdikbud Balai Pustaka.
Olsson, John. (2008). Forensic Linguistics: second edition. New York: Continuum. pp.
100-109
Shi, Ling. (2008). Textual Appripriation and citing behaviors of university
undergraduates.Applied Linguistics, 31(1), 1-24.