Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhamad Ikbal Nur Umar

NIM : 215100900111027
Kelompok :4

Etika Pengutipan, Teknik Pengutipan, dan Penulisan Daftar Pustaka

Dalam menulis sebuah literatur kita akan membutuhkan sumber untuk


mengambil sebuah kutipan, kegiatan itu disebut mengutip. Sedangkan proses dan
cara dalam mengutip disebut dengan pengutipan. Kutipan merupakan bagian dari
pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan atau penelitian dari penulis
lain, atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi, serta dikutip untuk dibahas dan
ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Etika dalam pengutipan dibagi menjadi
tiga, yang pertama identifikasi pakar yang menyatakan tersebut. Kedua, harus
ditunjukkan media komunikasi ilmiah yang dipakai untuk menyampaikan
pernyataannya, misalnya: buku, jurnal, makalah, dan sebagainya. Ketiga, harus
dapat ditunjukkan pula institusi yang menerbitkan publikasi ilmiahnya,
tempat/kota, tahun terbit, dan halaman.
Pengutipan memiliki kaidah agar tulisan menjadi lebih terang, kredibel dan
akurat. Gunakanlah kutipan sehemat mungkin, dan jangan menghilangkan gaya
bahasa dari awal hingga akhir untuk kelancaran bahasa. Dalam mengutip kita harus
memperhatikan aturan yang berlaku, didalam Pasal 15 UU Hak Cipta No. 19 Tahun
2002 sudah diatur mengenai pengutipan:
1. Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta;
2. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna
keperluan pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;
3. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian guna
keperluan; (i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; atau (ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;
4. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam
huruf braille guna keperluan para tuna netra, kecuali jika Perbanyakan itu
bersifat komersial;
5. Perbanyakan suatu Ciptaan selai Program Komputer, secara terbatas dengan cara
atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial
semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
6. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas
karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
7. Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program
Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Dengan kata lain mengutip tulisan atau karya orang lain dengan menyebutkan
sumbernya secara lengkap maka tidak melanggar hukum.
Teknik dalam pengutipan, yang pertama adalah kutipan langsung. Kutipan
langsung merupakan salinan yang persis sama dengan sumbernya tanpa adanya
penambahan, berikut cara dan aturan dalam melakukan kutipan langsung:
• Mengutip secara apa adanya.
• Memakai tanda (“...”).
• Diintegrasikan ke dalam teks paparan penulis, jika berbahasa asing atau daerah,
kutipan ditulis dimiringkan.
• Jika ada bagian kalimat yang dihilangkan, ganti bagian itu dengan tanda titik
sebanyak tiga buah jika yang dihilangkan itu ada di awal atau di tengah kutipan.
• Sertakan sumber kutipan di awal atau di akhir kutipan, yaitu nama penulis,
tahun terbit, dan halaman sumber.
• Kutipan langsung dipakai untuk mengemukakan konsep atau informasi sebagai
data.
Contohnya:
Salah Satu dimensi kehidupan afektif emosional adalah kemampuan
memberikan perlindungan yang berlebihan, melainkan cinta dalam arti “… a
relationship that nourishes us as we give, and enriches us as we spend, and permits
ego and alter ego to grow in mutual harmony” (Cole, 1999:88).
Yang kedua adalah kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung
mengambil gagasan dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat
atau bahasa sendiri, aturan dan jenis dalam melakukan kutipan tidak langsung:
• Menggunakan penulisan dari penulis sendiri.
• Mencantumkan sumber (nama penulis, tahun, dan halaman).
• Pengutipan mengambil gagasan utama dari sumber. Lalu parafrase kalimat
dibuat sendiri oleh pengutip.
Contohnya:
Perempuan di Mesir hingga sekarang masih mengalami ketidakadilan
gender bahkan penindasan meskipun wacana keadilan gender telah berkembang
sejak satu abad terakhir. Relasi sosial laki-laki dan perempuan masih seperti dua
kutub yang berjauhan. Perempuan masih dipandang sebagai makhluk kelas dua (the
second sex) atau eksistensinya sekedar menjadi pelengkap bagi laki-laki (being for
others) (Siswanti, 2003:21).
Dimana beberapa kata merupakan bahasa yang dibuat oleh penulis sendiri dan
bukan berasal dari sumber.
Lalu ada teknik catatan kaki, yaitu teknik pengutipan konvensional dengan
catatan kaki biasanya menggunakan istilah Ibidem (Ibid,); Opere Citato (Op. Cit.);
dan Loca Citato (Loc. Cit.). Berbeda dengan catatan kaki konvensional dahulu,
artikel sekarang menggunakan catatan kaki sebagai keterangan tambahan tentang
istilah atau ungkapan yang tercantum dalam naskah yang dipandang perlu
mendapat penjelasan, bukan menunjukkan sumber acuan. Catatan kaki juga berupa
rujukan kepada sesuatu yang bukan buku, seperti wawancara, pidato di televisi, dan
sejenisnya. Kutipan yang akan diterangkan itu diberi nomor 1), 2), 3), dan
seterusnya di bagian belakangnya. Contohnya:
Justru setelah diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orpol
dan ormas, tidak ada lagi kecurigaan ideologis dari pemerintah terhadap umat
beragama. Ini membuat umat beragama dapat berkembang secara lebih sehat. Umat
beragama menjadi tuan rumah di negerinya sendiri 5).
_______________
5) Nakamura dan Hefner (1994) melihat landasan kultural yang memperjelas
proses tersebut. Landasan kultural itu adalah pemahaman baru terhadap Islam, yang
kemudian melandasi seluruh gerak umat Islam hingga berada pada posisi seperti
sekarang ini, terutama hubungannya dengan pemerintah.
Daftar pustaka perlu dicantumkan untuk menghindari plagiasi, memuat
daftar yang berisi semua tulisan ilmiah yang menjadi rujukan dalam penulisan
literatur. Terdapat ketentuan-ketentuan dalam penulisan daftar pustaka yang
dipisahkan berdasarkan sumber kutipannya. Daftar Pustaka disusun menurut urutan
abjad dengan nama pengarang. Sumber yang pertama adalah buku, berikut
ketentuannya:
• Penyebutan referensi dalam Daftar Pustaka dimulai dengan nama penulis (nama
keluarga/belakang terlebih dulu). tahun publikasi. judul buku dicetak miring.
tempat publikasi: penerbit.
• Buku yang dikarang oleh dua atau tiga pengarang, nama penulis ditulis
seluruhnya
• Jika sebuah buku mempunyai empat atau lebih penulis, cantumkan penulis
pertama, diikuti dengan et al. untuk mengindikasikan penulis lainnya
• Jika referensinya adalah seorang pengarang dengan dua karya ilmiah maka
nama pengarang tersebut di urutan kedua ditulis dengan “….” (garis bawah
panjang. yang artinya sama), dan referensinya diurut secara kronologis (tahun
terbit tulisan/buku), bukan secara alfabet.
• Referensi dengan pengarang yang sama dan tahun terbit yang sama disusun
secara alfabet dan ditandai dengan huruf kecil (a, b, c) setelah tahun.
• Sebuah buku yang ditulis oleh lembaga atau organisasi disusun seperti:
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). 2022. Economic and Social
Survey of Asia and the Pacific 2022. Bandung: ASEAN.
Yang kedua bersumber dari terbitan berkala ilmiah seperti jurnal ilmiah dan
lainnya, berikut ketentuannya:
• Jika Volume dan Nomor terbitannya lengkap, penyebutannya: nama jurnal.
Tahun terbit. Judul jurnal. Volume(nomor): halaman. Contohnya:
Blanton, Shannon Lindsey. 1999. Instruments of Security or Tools of
Repression? Arms Imports and Human Rights Conditions in Developing
Countries. Journal of Peace Research, 36(2): 233-244.
Lalu ada referensi bersumber dari majalah, berikut ketentuannya:
• Basri, Muhammad Chatib. 2008. “Mosaik Modal, 10 Tahun Setelah Krisis.”
Tempo, 18 Mei, 100-101.
Selanjutnya bersumber dari skripsi, contohnya:
• Sodikin D. 2020. Kualitas Udara Ambien di Kawasan Puspiptek Serpong.
Skripsi. Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sumber yang terakhir adalah artikel online, berikut contohnya:
Collier, Paul, dan Hoeffler, Anke. 1999. Justice-Seeking and Loot-Seeking in Civil
War. Washington DC: The World Bank.
http://www.worldbank.org/research/collier.pdf
DAFTAR PUSTAKA

Amien Januari A, dkk. (2018). Pelatihan Cara Teknik Pengutipan dan Cara
Menghindari Tindakan Plagiat bagi Para Guru SMK Muhammadiyah 3
Pekanbaru. Jurnal Pengabdian Untuk Mu NegeRI, 2(2), 40-43.
Azis, A. D. (2015). Introduksi Kaidah-Kaidah Penulisan Artikel Ilmiah bagi
Mahasiswa Guna Menghindari Plagiasi. Abdi Insani Unram, 2(1), 57-61.
PERTANYAAN

1. Menurut Anda, apakah karya tulis ilmiah harus menggunakan kutipan dan
daftar pustaka? Berikan alasan Anda!
Menurut saya sebuah karya ilmiah harus menggunakan kutipan dan daftar
pustaka agar sebuah karya tulis ilmiah dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Apabila suatu karya tulis ilmiah tidak menggunakan kutipan
dan daftar pustaka maka seluruh isi dari karya tulis ilmiah berisi pendapat
penulis. Dan karya tulis ilmiah tersebut tidak diketahui kredibilitas serta
keaslianya.

2. Kenapa mahasiswa perlu mendapatkan materi terkait kutipan dan daftar


pustaka?
Kutipan dan daftar pustaka merupakan hal yang sangat penting agar tidak
terjadi plagiasi pada suatu karya tulis ilmiah. Perlindungan hak cipta diatur
dalam Pasal 15 UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002. Apabila tidak
mencantumkan sumber maka dapat dikenakan tindak pidana plagiasi.
Selain itu kutipan dan daftar pustak pada suatu karya tulis ilmiah dapat
membuktikan kredibilitas dari karya tulis. Oleh karena itu mahasiswa harus
mengetahui tata cara penulisan daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai