Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI TEKNIK LINGKUNGAN


Analisis Kebutuhan Oksigen pada Aerasi
DISUSUN OLEH :

NAMA : PRADITA SEPTIANI SIREGAR

NIM : 215100907111016

KELOMPOK : O5

ASISTEN :
Abdurrahim’ Azmi I Wayan Ardiana
Dian Sari Gladys Janggul Laili Anisa
Fadhilah Diana M. Enstein Bagas Tryanjas
Fransisco Edward Perez Ni Luh Wayan Yugi
Gracia Marthauli Siahaan Nurul Sakinah Barus
Gusni Amalia Vianti Santa Gabriell Br Brahmana

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting untuk kebutuhan
sehari-hari. Banyak sumber air yang dapat digunakan oleh manusia. Air sungai memiliki
kandungan padatan yang tinggi, sehingga tidak dapat langsung digunakan sebagai sumber
air bersih untuk kegunaan sehari-hari. Oleh karena itu, air sungai harus diolah terlebih dahulu
sebelum dapat didistribusikan pada masyarakat. Secara fisik, air yang sehat memiliki tampak
yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Untuk dapat mencapai baku mutu
air bersih, air sungai harus melewati beberapa proses. Salah satu prosesnya adalah proses
aerasi.
Aerasi merupakan salah satu cara pengolahan air. Cara pengolahan air dengan aerasi
adalah dengan menambahkan oksigen ke dalam air. Oksigen yang ditambahkan berfungsi
untk mengambil zat tercemar yang terdapat dalam air. Hal ini membuat konsentrasi zat
pencemar akan hilang. Terdapat dua cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air. Cara
tersebut adalah dengan memasukkan udara ke dalam air atau memaksa air untuk kontak
dengan oksigen ke atas. Aerasi memiliki tujuan utama agar oksigen yang ada di udara dapat
bereaksi dengan kation yang ada dalam air olahan.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan oksigen dalam proses aerasi sesuai
karakteristik air yang digunakan.
b. Mahasiswa mampu menganalisis oksigen terlarut yang dilakukan menggunakan
metode titrasi dengan winkler.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Aerasi


Aerasi merupakan salah satu cara pengolahan air. Cara pengolahan air dengan aerasi
adalah dengan menambahkan oksigen ke dalam air. Oksigen yang ditambahkan berfungsi
untk mengambil zat tercemar yang terdapat dalam air. Hal ini membuat konsentrasi zat
pencemar akan hilang. Terdapat dua cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air. Cara
tersebut adalah dengan memasukkan udara ke dalam air atau memaksa air untuk kontak
dengan oksigen ke atas. Aerasi memiliki tujuan utama agar oksigen yang ada di udara dapat
bereaksi dengan kation yang ada dalam air olahan (Yuniarti et al., 2019).
Aerasi adalah istilah lain dari transfer gas, yaitu proses transfer oksigen dari fase gas ke
fase cair. Aerasi memiliki fungsi utama dalam pengolahan air yaitu untuk melarutkan osigen
ke dalam air. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan
melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air. Hal ini juga untuk membantu
pengadukan air. Aerasi berfungsi pula untuk menghilangkan kandungan gas-gas terlarut,
oksidasi kandungan besi dan mangan dalam air, untuk mereduksi kandungan amonia dalam
air dengan proses nitrifikasi, serta untuk meningkatkan kandungan oksigen (Yulistianto, 2014).

2.2 Pengertian Oksigen Terlarut


Oksigen terlarut merupakan jumlah konsentrasi oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen
terlarut disebut juga dengan dissolved oxygen atau disingkat DO. Oksigen terlarut yang berada
di dalam air berasal dari hasil fotosintesis fitoplankton maupun tumbuhan air lain dan difusi
dari atmosfer. Semakin tinggi suhu, maka tingkat kelarutan oksigen juga terpengaruh. Kadar
oksigen terlarut yang ada dalam perairan dapat digunakan untuk respirasi serta proses
perombakan bahan organik. Oksigen terlarut adalah faktor penting yang dibutuhkan oleh
organisme untuk melakukan respirasidan proses metabolisme pada ikan. Selain itu, oksigen
terlarut juga digunakan untuk dekomposisi bahan organik. Apabila kadar oksigen terlarut
dalam air turun, maka proses respirasi dapat terhambat bahkan menyebabkan kematian ikan
secara masal. Kadar oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh suhu dan kadar garam
yang terlarut di dalam air (Anggraini et al., 2015).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Oksigen Terlarut dalam Cairan


Terdapat beberapa faktor yang dapatn memengaruhi konsentrasi oksigen terlarut dalam
cairan. Faktor tersebut adalah suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara. Contoh
pergerakan tersebut adalah arus, gelombang air, serta pasang surut air. Pada saat kondisi
pasang menuju surut, konsentrasi oksigen terlarut akan lebih tinggi dibanding saat kondisi
pasang tertinggi. Hal ini dikaernakan oleh tingginya pergerakan massa air, sehingga terjadi
difusi oksigen dari udara. Pada saat kondisi surut terendah, maka konsentrasi oksigen terlarut
akan sangat tinggi (Madyawan et al., 2020).

2.4 Penjelasan Metode Winkler dalam Analisis Oksigen Terlarut


Metode winkler adalah salah satu metoed yang dapat digunakan untuk menguji BOD
maupun menganalisis oksigen terlarut. Metode winkler memiliki prinsip yaitu oksigen yang
terdapat dalam sampel mengoksidasi MnSO4 yang ditambahkan ke dalam larutan pada saat
alkalis. Oksidasi ini menyebabkan terjadinya endapan MnO2. Ketika ditambahkan asam sulfat
dan kalium iodida, maka akan menyebabkan pembebasan iodin yang ekuivalen dengan
oksigen terlarut. Iodin yang dibebaskan terebut kemudian dianalisis dengan metode titrasi
iodometri (Pitalokasari et al., 2021).
Metode winkler dalam menganalisis oksigen terlarut memiliki beberapa kelebihan.
Kelebihan metode ini adalah lebih mudah dikarenakan hanya dilakukan cara titrasi. Cara titrasi
lebih teliti dan akurat apabila dibandingkan dengan menggunakan alat DO-meter. Dalam titrasi
iodometri, perlu diperhatikan penentuan titik akhir titrasi, standarisasi larutan tiosulfat, dan
penambahan indikator amilum. Sedangkan apabila menggunakan cara DO-meter, perlu
diperhatikan suhu dan salinitas dari sampel yang akan diperiksa. DO-meter juga perlu
dikalibrasi dengan teliti terlebih dahuhlu agar hasilnya akurat. Sementara cara titrasi memiliki
tingkat akurat yang lebih tinggi (Septiawan et al., 2014).

2.5 Pengertian Transfer Oksigen dan Faktor yang Mempengaruhi


Transfer oksigen adalah saalah satu dari jenis transfer gas. Gas yang ditransfer oleh
transfer gas ini adalah oksigen. Proses transfer oksigen memiliki 3 fase. Pada fase pertama,
molekul oksigen ditransfer pada permukaan zat cair sehingga terjadi kesetimbangan pada
kedua interfase. Permukaan zat cair tersebut disusun oleh molekul-molekul air. Pada fase
kedua, molekul oksigen kemudian dipaksa melewati lapisan interfase dengan proses difusi
molekular. Pada fase ketiga, oksigen akan bercampur dengan seluruh air dan oksigen dapat
terdistribusi ke seluruh cairan (Lutfihani, 2015).
Pada transfer oksigen, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi. Faktor pertama
yang memengaruhi adalah koefisien transfer gas atau KLa dan suhu. Koefisien transfer gas
akan meningkat seiring kenaikan suhu. Hal ini dikarenakan suhu dalam air akan memengaruhi
tingkat difusi, tegangan permukaan, serta kekentalan air. Faktor lain yang memengaruhi
transfer osigen adalah konsentrasi jenuh oksigen dalam air. Selain itu, turbulensi air juga
memengaruhi transfer oksigen. Faktor lainnya adaalh kejenuhan oksigen serta karakteristik
air (Harfadli et al., 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini N, Simarmata AH, Sihotang C. 2015. Dissolved oxygen concentration from the water
around the floating cage fish culture area and from the area with no cage, in the dam
site of the koto panjang reservoir. Jurnal Online Mahasiswa 2(1): 1-7.
Harfadli MM, Saud MNIL, Nikmah IC. 2019. Estimasi koefisien transfer oksigen (kla) pada
metode aerasi fine bubble diffuser: studi kasus pengolahan air lindi tpa manggar kota
balikpapan. Jurnal Sains Terapan 5(2): 107-112.
Lutfihani A. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan Menggunakan Tray Aerator
dan Diffuser Aerator. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Madyawan D, Hendrawan IG, Suteja Y. 2020. Pemodelan oksigen terlarut (dissolved
oxygen/do) di perairan teluk benoa. Journal of Marine and Aquatic Sciences 6(2): 270-
280.
Pitalokasari OD, Fikri S, Ayudia D. 2021. Validasi metode pengujian biochemical oxygen
demand (bod) dalam air laut secara titrimetri berdasarkan sni 6989.72:2009. ECOLAB
15(1): 63-75.
Septiawan M, Sedyawati SMR, Fransiska WM. 2014. penurunan limbah cair industri tahu
menggunakan tanaman cattail dengan sistem constructed wetland. Indonesian Journal
of Chemical Science 3(1): 22-27.
Yulistianto R. 2014. Analisis Kinerja Aerasi, Bak Pengendap, dan Biosand Filter Sebagai
Pereduksi COD, Nitrat, Fosfat Dan Zat Padat pada Black Water Artificial. Skripsi.
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
Yuniarti DP, Komala R, Aziz S. 2019. Limbah cair pabrik kelapa sawit di ptpn vii secara aerobik.
Jurnal Redoks 4(2): 7-16.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai