Anda di halaman 1dari 30

LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 13 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Pemeriksaan Kadar Oksigen Terlarut dalam Air

A. Alat dan Bahan :


1. DO meter (Dissolved Oxygen Meter)
2. Becker glass
3. Air keran
4. Aquades aerasi

B. Cara Kerja :
1. Masukkan sampel air keran dan aquades aerasi dalam becker glass
2. Masukan alat DO meter tersebut kedalam sampel air keran
3. Lalu tekan tombol ON
4. Tunggu beberapa saat hingga pembacaan stabil
5. Mencatat suhu dan slopenya
6. Setelah pembacaan DO meter pada air keran selesai, lap/keringkan
DO meter dengan tisu
7. Melakukan langkah yang sama pada sampel aquades aerasi

C. Hasil
1. Air kran :
a. Kadar oksigen terlarut : 2,29 mg/L
b. Suhu : 27,3ºC
2. Aquades aerasi :
a. Kadar oksigen terlarut : 2,36 mg/L
b. Suhu : 26,9ºC

D. Pembahasan
1. Baku mutu
Standar baku mutu oksigen terlarut adalah sebesar 2 mg/L dalam
keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Hasil
pemeriksaan yang telah kami lakukan terhadap kadar oksigen terlarut
dalam air kran biasa adalah sebesar 2,29 mg/L pada suhu 27,3oC dan
kadar oksigen terlarut dalam aquades aerasi yaitu 2,36 mg/L pada suhu
26,9oC.
Jika hasil pemeriksaan kami dibandingkan dengan standar baku
mutu oksigen terlarut pada air normal, dapat diketahui bahwa hasil
pemeriksaan kami baik pada air kran maupun aquades aerasi telah
memenuhi standar baku mutu karena nilainya di atas standar baku mutu
oksigen terlarut minimal.

2. Potensi gangguan kesehatan / lingkungan :


Sebagaimana diketahui bahwa oksigen memegang peranan
penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut
berperan dalam beberapa hal antara lain yaitu:
1. Proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.
Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan biologis yang
dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.
2. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun
menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
3. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti
mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa
kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan
tidak beracun.
4. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan
air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme.
5. Pemeriksaan kadar oksigen terlarut didalam air untuk
mengetahui tingkat pencemarannya, dapat diketahui melalui
pemeriksaan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan
pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand).
6. Kadar oksigen terlarut yang mencukupi dalam air dapat
meningkatkan penyerapan makanan dalam tubuh, mengatasi
gangguan pencernaan, membantu proses pemulihan tubuh dari
penyakit, meningkatkan proses detoksifikasi (pembuangan zat
racun) dari dalam tubuh serta meningkatkan dan menjaga daya
tahan tubuh.
Jadi jika kadar oksigen terlarut tidak memenuhi syarat tentu
potensi gangguan yang dialami oleh kesehatan dan lingkungan
adalah tidak terjadinya manfaat-manfaat yang disebutkan di atas.

3. Solusi :
Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah
dengan cara :
1. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka
kadar oksigen terlarut akan menurun.
2. Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka
semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses
fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk
pernapasan dan oksidasi bahan – bahan organik  dan anorganik.
Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut
adalah dengan cara :
1. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka
kadar oksigen terlarut akan naik.
2. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka
semakin kadar oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis
semakin meningkat.
3. Mengurangi bahan – bahan organik dalam air, karena jika banyak
terdapat bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya
rendah.
4. Diusahakan agar air tersebut mengalir

Berdasarkan pemeriksaan kadar oksigen terlarut (DO), baik pada


air keran maupun aquades aerasi, hasilnya di atas standar baku mutu
oksigen terlarut minimum. Hal itu berarti bahwa air sampel tersebut masih
aman dan tidak menimbulkan potensi gangguan pada kesehatan maupun
lingkungan. Kandungan oksigen terlarut pada air yang diperiksa tersebut
sudah cukup mendukung kehidupan organisme.
Semakin tinggi suhu (diatas 200C) maka semakin rendah kadar O2
nya dan semakin tinggi suhu maka maka makin sedikit gas yang terlarut.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 13 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Pemeriksaan Udara dengan Oximeter

A. Alat dan Bahan :


1. Udara ambient
2. Oximeter

B. Cara Kerja :
1. Siapkan oximeter, lalu aktifkan/nyalakan oximeter agar dapat
berfungsi
2. Lalu tunggu hingga bunyi dan terdapat tulisan di layar display
3. Setelah terlihat tulisan dan terdapat bunyi, dekatkan selang ke udara
ambient kemudian akan muncul hasilnya kemudian dicacat.
4. Tetapi apabila pada alat mengeluarkan bunyi, pengukur harus segera
menjauhi lokasi yang diukur. Hal ini menunjukan bahwa kadar udara
yang diukur melebihi ambang batas dan melebihi batas kemampuan
maksimal alat dalam mengukur kadar dalam udara ambient.

C. Hasil :
1. Kadar O2 : 235%
2. Kadar H2S : 15 ppm
3. Kadar CO : 200 ppm
4. LEL : 20%
D. Pembahasan
1. Baku mutu :
Dari pemeriksaan oksigen di udara yang dilakukan praktikan,
diperoleh hasil kadar oksigen dalam udara adalah sebesar 235%.
Selain itu, didapat pula hasil pemeriksaan kadar H2S sebesar 15 ppm,
kadar CO sebesar 200 ppm dan LEL sebesar 20%. Jika ditinjau
kembali dengan merujuk pada standar baku mutu udara ambient
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 41 Tahun
1999 tentang standar baku mutu udara ambient nasional, dapat
diketahui bahwa hasil pemeriksaan tersebut, nilai kadar oksigen di
udara, H2S, CO, dan LEL berbahaya, karena nilainya di melebihi
standar baku mutu udara ambient.
Pencemaran : karbonmonoksida
Sumber : buangan kendaran bermotor, beberapa proses
industri
Standar kesehatan: 10 mg/m (9ppm)

2. Potensi gangguan kesehatan / lingkungan :


a. Dapat menyebabkan global warming, efek rumah kaca dan suhu
bumi yang meningkat menjadi lebih panas
b. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah
kematian bayi serta kerusakan otak.

3. Solusi :
a. Berdasarkan bahan bakar :
 Penggunaan bahan bakar yang rendah Nitrogen dan Sulfur
termasuk penggunaan non fossil fuel
 Penggalangan penggunaan Non Petroleum Liquid Fuels
 Penggunaan angka cetan yang tinggi bagi motor diesel dan
angka oktan bagi motor bensin
 Penggunaan bahan bakar Gas
 Penerapan teknologi emulsifikasi (pencampuran bahan bakar
dengan air atau lainnya)

b. Berdasarkan Perlakuan Udara :


 Penggunaan teknologi Exhaust Gas Recirculation (EGR)
 Pengaturan temperature udara yang masuk pada motor
 Humidifikasi

c. Berdasarkan Proses Pembakaran :


 Modifikasi pada pompa bahan bakar dan sistem injeksi bahan
bakar
 Pengaturan waktu injeksi bahan bakar
 Pengaturan ukuran droplet dari bahan bakar yang diinjeksikan
 Injeksi langsung air ke dalam ruang pembakaran

d. Sementara itu pengurangan emisi metoda sekunder adalah :


 Penggunaan Selective Catalytic Reduction (SCR)
 Penerapan teknologi Sea Water Scrubber untuk aplikasi di
kapal
 Penggunaan katalis magnet yang dipasang pada pipa bahan
bakar
 Penggunaan katalis pada pipa gas buang kendaraan bermotor.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 13 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Pemeriksaan Getaran

A. Alat dan Bahan :


1. Vibrationmeter
2. Getaran

B. Cara Kerja :
1. Pasang baterai
2. Masukkan pentil yang berwarna merah kedalam lubang.
3. Pasang sensor elektroda ke alam atau ke tanah
4. Kemudian lihat hasilnya dan catat.

C. Hasil :
A (percepatan) = 3,10 m/s2
V (kecepatan) = 0,039 cm/s = 3,9 x 10-4 m/s
D (simpangan) = 0,0005 mm = 5 x 10-4 mm = 5 x 10-7 m = 0,5 mikron

Rumus : Kecepatan = 2 πf x simpangan


−7
3,9 x 10-4 = 2 ∙3,14 ∙ f x 5∙ 10
3,9 x 10-4 = 6,28 f x 5∙ 10−7
3,9 x 10−4
6,28 f =
5 x 10−7
3
3,9 x 10
6,28 f =
5
78 0
f =
6,28
f = 124,2 Hz

D. Pembahasan :
1. Baku mutu :
Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No 49  tahun 1996 ditetapkan
tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan kesehatan dalam
kategori menganggu, tidak nyaman dan menyakitkan. Dan menurut hasil
pengukuran yang telah kami lakukan, frekuensi yang dihasilkan adalah
124,2 Hz. Hasil tsb tidak masuk dalam nilai getaran yang diatur dalam SK
Mentri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996. Hal itu berarti bahwa
getaran yang ditimbulkan tidak berpotensi bahaya apapun dan tidak
mengganggu. Oleh karena itu maka getaran tsb telah memenuhi syarat dan
tidak melampaui Nilai Ambang Batas Baku Mutu. Dibawah ini merupakan
tabel Nilai Baku Mutu Getaran berdasarkan tingkat kenyamanan dan
kesehatan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49
Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran :
Konversi :
Percepatan = (2πf)2 x simpangan
Kecepatan = 2πf x simpangan
π = 3,14
2. Potensi gangguan kesehatan / lingkungan :
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada kehidupan
manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup no 49  tahun 1996
ditetapkan tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan
kesehatan dalam kategori menganggu, tidak nyaman dan menyakitkan.
Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal
tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada
media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan
dan kesehatan serta keutuhan bangunan.
Untuk mengetahui dampak langsung dari getaran saat dilakukan proses
pemancangan maka perlu diketahui intensitas getaran dan dibandingkan
dengan standar yang berlaku. Pengukuran dilakukan pada jarak 25 – 200
m dari sumber getar dengan interval 25 m dengan menggunakan alat
mikrotremometer yaitu sejenis seismograf dengan sensitivitas yang sangat
tinggi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada beberapa
lokasi diketahui bahwa secara empirik dampak getaran tiang pancang
sampai jarak 200 m adalah kategori B dan C terhadap kenyamanan
manusia dan kategori B terhadap kerusakan bangunan.

3. Solusi :
a. Sebaiknya melakukan peregangan tubuh 5 menit setiap 30 menit saat
bekerja menggunakan mesin.
b. Mengurangi jam lembur mengingat lama kerja yang semakin panjang
sehingga dapat mengurangi munculnya keluhan Hand Arm Vibration
Syndrome (Keluhan kesehatan subyektif)
c. Perawatan pada mesin atau pengantian spear-part mesin sehingga
dapat mengurangi efek terjadinya Hand Arm Vibration Syndrome
(Keluhan kesehatan subyektif)
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 13 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Pemeriksaan Radiasi Non Ionik/EMF

A. Alat dan Bahan :


1. Tablet dengan aplikasi pemeriksaan EMF / radiasi non ionic
2. Ponsel / HP / benda magnetic

B. Cara Kerja :
1. Membuka aplikasi EMF pada tablet
2. Meletakkan benda magnetic/logam/ponsel yang akan diperiksa/dibaca
EMF/radiasi non ioniknya dekat dengan tablet tersebut. Benda/ponsel
diletakkan ditempat yang sama pada setiap pemeriksaan
3. Mengamati tingkat radiasi benda tersebut yang dapat dilihat dari
konstannya nilai
4. Mencatat hasil pemeriksaan benda/ponsel tersebut

C. Hasil :
Nama Pemilik Jenis Ponsel/HP Radiasi (µT)
Isna Fadlilah Nokia 6020 93
R. Segara Wasesa BB 147
Maili Wijhah Tsabity BB 153
Presilia Jesika Samsung 144
M. Ridhlo Hanandika Sony 117
Retno Printis Mulyani Smartfren 89
Rezky Muryedi P. Nokia 64

D. Pembahasan :
Baku mutu :
Menurut Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, baku mutu
batasan pajanan radiasi non pengion adalah sebagai berikut:
Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion

No Keterangan Baku Mutu Medan Magnetik


. (milli Tesla)
1. Lingkungan Kerja
(1) Sepanjang hari kerja <0,5 mT
(2) Waktu singkat 5,0 mT (sampai 2 jam/hari)
2. Lingkungan Umum
(1) Sampai 24 jam/hari 0,1 mT (ruang terbuka)
(2) Beberapa jam/hari 1 mT (sampai 5 jam/hari)

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang baku


mutu pajanan radiasi non pengion tersebut, dari hasil pengujian dapat
diketahui bahwa radiasi dari ponsel yang diperiksa ada yang masih aman
dan ada yang tidak. Tetapi sebenarnya penggunaan ponsel tsb tidak sampai
24 jam, sehingga hanya berpotensi bagi penggunanya. Pemajanan radiasi
dipengaruhi oleh lama tidaknya seorang pengguna kontak dengan
ponselnya.
Dibawah ini merupakan data hasil pemeriksaan dalam bentuk (mT) :
Nama Pemilik Jenis Ponsel/HP Radiasi (mT)
Isna Fadlilah Nokia 6020 0, 093
R. Segara Wasesa BB 0,147
R. Segara Wasesa Cross 0,257
Maili Wijhah Tsabity BB 0,153
Presilia Jesika Samsung 0,144
M. Ridhlo Hanandika Sony 0,117
Retno Printis Mulyani Smartfren 0,089
Rezky Muryedi P. Nokia 0,064

Potensi gangguan kesehatan / lingkungan :


Paparan radiasi non pengion dapat menyebabkan:
1. Kerusakan DNA dan gangguan kromosom
2. Peningkatan produksi radikal bebas
3. Penuaan dini
4. Perubahan fungsi otak termasuk kehilangan ingatan
5. Penurunan kemampuan belajar, pusing-pusing, juga penyakit
berbahaya seperti kanker dan impotensi dalam jangka waktu panjang.
6. Potensi gangguan lingkungan akibat paparan radiasi non pengion
tersebut antara lainmenyebabkan efek suara/bunyi sinyal jika
didekatkan dengan alat elektronik lainnya serta dapat merusak benda-
benda elektronik lainnya.
Solusi :
1. Tidak menggunakan handphone di saat kita tidak butuh dan
meletakkannya jauh dari tubuh kita dan alat elektronik lainnya.
2. Jika memang harus menggunakan handphone yang memiliki radiasi
besar gunakan handphone seminimal dan sesuai kebutuhan saja jangan
terlalu sering menggunakan handphone.
3. Sebaiknya lebih selektif dalam memilih handphone saat membeli, dan
sebaiknya memilih handphone yang kira-kira beradiasi radiasi
4. Jika menelepon sebaiknya menggunakan headshet.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah


Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 06 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Porositas

A. Alat dan Bahan :


1. Pipet ukur
2. Gelas Ukur
3. Oven / inkubator
4. Pasir / tanah / kerikil
5. Air Jernih

B. Cara Kerja :
1. Siapkan tanah yang sudah dikeringkan
2. Masukan ke dalam gelas ukur dengan volume tertentu (catat
volumenya, misal : X)
3. Masukan / teteskan air sedikit demi sedikit hingga permukaan air rata
dengan permukaan tanah (catat volume air yang digunakan, misal : Y)
4. Hitung Porositas Tanah ( P ) dengan rumus :
Y
P = x 100 %
X

C. Hasil :
Menurut pengamatan yang telah kami lakukan porositas (volume rongga
yang dapat diisi oleh air dalam batuan)
 Sumber / Asal Batu : Batu Akuarium (Disediakan oleh
Laboratorium)
 Jenis Batu : Batu kerikil untuk akuarium
 Volume Tanah Kering ( X ) : 100
 Volume Air yang ditambahkan : 46
 Porositas Tanah ( P ) :
Y 46
P= x 100 % = x 100 % = 46 %
X 100

D. Pembahasan
- Skala Visul Pemeriksaan Porositas
Di lapangan bila kita dapatkan perkiraan secara visual dengan
menggunakan peraga visual. Penentuan ini bersifat semi - kuantitatif dan
dipergunakan suatu skala sebagai berikut :
0 - 5% : dapat diabaikan (negligible)
5 - 10% : buruk (poor)
10 - 15% : cukup (fair)
15 - 20% : baik (good)
20 - 25% : sangat baik (very good)
25 % : istimewa (excellent)

Pemeriksaan secara mikroskopis untuk jenis porositas dapat pula


dilakukan secara kualitatif. Antara lain ialah jenis :

a. Antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori – pori yang


didapat di antara butir – butir.
b. Antar Kristal (interkristalin), dimana pori – pori berada di atara
kristal – kristal.
c. Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara celah – celah.
d. Bintik – bintik jarum (point – point porosity), berarti bahwa pori –
pori merupakan bintik – bintik terpisah – pisah, tanpa kelihatan
bersambungan.
e. Ketat (thigt), yang berarti butir – butir berdekatan dan kompak
sehingga pori – pori kecil sekali dan hamper tidak ada porositas.
f. Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga hampir tidak
ada porositas.
g. Growing (vugular), yang berarti rongga – rongga besar berdiameter
beberapa mili dan kelihatan sekali bentuk – bentuknya tidak
beraturan, sehingga porositas besar.
h. Bergua – gua (cavernous), yang berarti rongga – rongga besar
sekali malahan berupa gua – gua, sehingga porositas sangat besar.

- Setelah melakukan pengukuran pada batu kerikil yang biasa digunakan


untuk akuarium hasil yang didapat adalah 46% sehingga tingkat porositas
kerikil tersebut dapat dikatakan sangat bagus atau baik.

15 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
porositas dari sampel batu kerikil adalah 46 %. Hal tersebut berarti
menunjukkan bahwa batu kerikil termasuk porositas yang sangat baik.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 06 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Permiabilitas

A. Alat dan Bahan :


 Pipet ukur
 Gelas ukur
 Tabung uji permiabilitas
 Oven / incubator
 Pasir / tanah
 Air jernih

B. Cara kerja :
 Siapkan tanah yang sudah dikeringkan
 Pasangkan kain tile ( kain kassa / filter ) pada alas tabung uji
 Masukan tanah kering kedalam tabung uji setebal minimal 40 cm
 Tutup kran permatus pada tabung uji
 Masukan air jernih ke dalam tabung uji sampai tanah dimaksud
menjadi jenuh ( Moisture / Kelembapan 100% )
 Tambahkan air jernih sampai dengan volume tertentu ( catat
volumenya, misal : J ml)
 Bukan kran permatus, kemudian tampung airnya. Catat lama
pembukaan kran ( misal : K menit ). Catat pula volume air yang
tertampung ( misal : L ml )
 Catat sisa air jernih pada tabung uji ( Misal : S ml )
 Catat luas tabung uji ( misal : A cm2)
 Hitung permiabilitas tanah ( Pm ) sbb
Pm = L / K / A ( ml/ menit / cm2 )

C. Hasil :
 Sumber / asal tanah = dari alam
 Jenis tanah = tanah biasa
 Ketebalan tanah = 11 cm
 Diameter tabung uji = 8,5 cm
 Volume awal ( J ) = 200 ml
 Volume akhir / volume sisa ( S ) = 120 ml
 Volume permiat / volume air yang tertampung ( L) = 56,72 cm2
 Lama waktu pembukaan kran permatus ( K ) = 1,50 minute
 Permiabilitas tanah ( Pm ) = L / K / A
= 120 / 1,50 / 56,72
= 1,41 cm3/ menit / cm2

D. Pembahasan :
Setelah melakukan pengukuran pada tanah kerikil hasil yang didapat
adalah 1,41 cm3/ menit / cm2 sehingga tingkat permiabilitas kerikil tersebut
dapat dikatakan bagus atau baik. Permiabilitas adalah kemampuan batuan
untuk bisa melalukan air dalam Volume tertentu per satuan luas/waktu.

E. Kesimpulan :
Dari pengamatan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
porositas dari sampel batu kerikil adalah 1,41 cm3/ menit / cm2 . Batu
kerikil tersebut termasuk permiabilitas yang baik dalam melalukan air
dalam volume tertentu per satuan luas/waktu.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 26 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Uji anti antractansi

A. Alat dan Bahan


a. Alat :
1. Pipet ukur
2. Cawan petri
3. Sendok pengaduk
b. Bahan
1. Termitisida (pestisida untuk rayap)
2. Tanah
3. Kertas saring
4. 10 ekor rayap

B. Cara Kerja
1. Siapkan alat yang dibutuhkan
2. Ambil kertas saring yang seukuran dengan cawan petri kemudian bagi
menjadi dua bagian. Lalu beri kode yang berbeda untuk membedakan
antara toksin dan clean.
3. Masukkan kertas saring tersebut kedalam cawan petri.
4. Tambahkan tanah sampai separuh cawan petri, tanah tersebut di bagi
sesuai dengan kertas saring tadi, beri celah antara tanah pada tanda
toksin dan tanda clean.
5. Tambahkan termitisida pada tanah bagian toksin hingga merata, dan
biarkan utuh untuk tanah pada bagian clean.
6. Letakkan 10 > rayap pada celah antara toksin dan clean. Kemudian
amati rayap menuju kebagian mana.
7. Apabila 10 rayap tersebut menuju tanah tanpa termitisida (clean) maka
rayap tersebut di katakan memiliki anti atraktansi.

C. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan hasilnya menunjukkan
bahwa dari 10 rayap yang di masukkan ke dalam cawan petri terdapat 3
rayap yang berjalan ke tanah yang sudah dicampur Thermitisida. Dan 7
rayap lainnya berada di tanah yang utuh atau tanah yang tidak diberi
thermitisida.

D. Pembahasan
Thermitisida yang efektif / baik adalah thermitisida yang jika dicampur
dengan tanah maka tidak dilalui oleh rayap. Dan sampel thermitisida yang
kelompok kami amati merupakan thermitisida yang tidak efektif, karena
tanah yang dicampur dengan sampel thermitisida tersebut dilalui oleh
rayap.

E. Solusi
- Sebaiknya lebih selektif dalam memilih thermitisida yang efektif
digunakan untuk memberantas rayap

F. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa sampel thermitisida tersebut tidak efektif karena dari 10 rayap di
masukkan ke dalam cawan petri terdapat 3 rayap yang berjalan ke tanah
yang sudah dicampur Thermitisida. Dan 7 rayap lainnya berada di tanah
yang utuh atau tanah yang tidak diberi thermitisida.
Jika kita membeli thermitisida seharusnya kita harus lebih selektif dalam
memilih.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 26 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Uji Lipophilic dan Lipofobic

A. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Pipet Ukur
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
b. Bahan
1. Air
2. Sabun
3. Malation
4. Spirtus
5. Minyak
B. Cara Kerja
1. Siapkan tabung reaksi , masukkan 1ml minyak goreng pada tabung.
2. Tambahkan 1ml pestisida pada masing-masing tabung.
3. Kocok selalama beberapa menit supaya kedua cairan tercampur ,
biarkan beberapa menit dan amati.
4. Kalau zat tersebut dapat bercampur dengan lemak (minyak goreng)
maka disebut dengan lipophilic dan jika tidak dapat bercampur atau
terpiseh maka di sebut dengan lipophobic.
C. Hasil

No Sampel Hasil
1 Minyak dan air Lipophobic
2 Minyak dan spirtus Lipophobic
3 Minyak dan Sabun Lipophilic
4 Minyak dan Bensin Lipophilic
5 Minyak dan thermitisida / malation Lipophobic

D. Pembahasan
Liphophilic adalah zat yang dapat bereaksi dengan minyak, sedangkan
Lipophobic adalah zat yang tidak dapat bereaksi dengan minyak.
Dari hasil pemeriksaan yang kami lakukan, didapatkan hasil yang
menunjukan bahwa malation, spirtus, dan air merupakan lipophobic yang
artinya zat tersebut dapat bereaksi dengan minyak, sedangkan bensin dan
sabun merupakan lipophilic yang berarti tidak dapat bereaksi dengan
minyak..

E. Kesimpulan

Setelah melakukan pemeriksaan uji lipophilic dan Uji lipophobic, maka


dapat di simpulkan bahwa malation, spirtus dan sabun berpotensi
mempunyai akumulasi dalam tubuh . Sedangkan minyak dan bensin tidak
mempunyai akumulasi pada tubuh.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Rabu, 26 November 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Uji Hidrophilic dan Hidrofobic

A. Alat dan Bahan


1. Alat
1. Pipet Ukur
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
2. Bahan
1. Air
2. Sabun
3. Malation
4. Spirtus
5. Minyak

B. Cara Kerja
1. Siapkan tabung reaksi , masukkan 1ml air kedalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 1ml pestisida pada masing-masing tabung.
3. Kocok selalama beberapa menit supaya kedua cairan tercampur ,
biarkan beberapa menit dan amati.
4. Kalau zat tersebut dapat bercampur dengan air maka disebut dengan
hydrophilic dan jika tidak dapat bercampur atau terpisah maka di sebut
dengan hydrophobic.
C. Hasil

No Sampel Hasil
1 Air dan Sabun Hidrophilic
2 Air dan spirtus Hidrophilic
3 Air dan Minyak Hidrophobic
4 Air dan Bensin Hidrophobic
5 Air dan thermitisida / malation Hidrophobic

D. Pembahasan
Hidrophilic yaitu suatu zat yang dapat bereaksi dengan air sedangkan
Hidrophobic adalah suatu zat yang tidak dapat bereaksi dengan air.
Dari hasil pemeriksaan yang telah kami lakukan hasilnya menunjukkan
bahwa larutan air dan sabun, air dan spirtus merupakan Hidrophilic, yaitu
berarti bahwa larutan tersebut dapat bereaksi dengan air. Sedangkan air dan
minyak, air dan bensin, air dan thermitisida / malation adalah hidrophobic,
yaitu berarti larutan tersebut tidak dapat bereaksi dengan air.

E. Kesimpulan

Setelah melakukan pemeriksaan uji hydrophilic dan Uji hydrophobic dapat


di simpulkan bahwa malation, spirtus dan sabun berpotensi mempunyai
akumulasi dalam tubuh. Sedangkan minyak dan bensin tidak mempunyai
akumulasi pada tubuh.
LEMBAR KERJA PRAKTIK (LKP)

Nama Mahasiswa & NIM : Isna Fadlilah (P17433212038)


Karina Pravi Jayanti (P17433212039)
Maili Wijhah Tsabity (P17433212040)
M. Ridhlo Hanandika (P17433212041)
Nurina Suciani Ma’ruf (P17433212042)
Hari / Tanggal Praktik : Kamis, 5 Desember 2013
Lokasi Praktik : Laboratorium
Acara / Kegiatan Praktik : Pemeriksaan Air Raksa (Hg)

A. Alat
Metalyzer (Metal Analyzer)

B. Bahan
Sampel air Hg

C. Cara Kerja :
1. Masukkan M2 buffer ke dalam becker glass
2. Pasang sonde
3. Masukkan larutan air sampel ke dalam becker glass melalui celah samping
menggunakan pipet ukur.
4. Tunggu sampai gelembung berhenti.
5. Nyalakan alat, tekan test metode
6. Tekan Hg, kemudian pilih conditioning electrode, enter. Tunggu hingga
muncul OK
7. Pilih standar edition, kemudian enter.
8. Pilih yes
9. Tunggu 60 detik
10. Tambahkan 20 PPB Hg
11. Tambahkan 20 ml M2 standar
12. Tambahkan 280 µL M3 menggunakan pipet mikro
13. Masukkan ketiga larutan tersebut ke dalam becker glass melalui celah
samping.
14. Tekan Ok, tunggu beberapa saat sampai muncul OK.

D. Hasil
Dari hasil pemeriksaan yang telah kami lakukan adalah error.

E. Pembahasan
- Baku Mutu :
Untuk Hg atau Air raksa standar baku mutunya diatur dalam Permenkes
No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat kualitas air bersih adalah
maksimal sebesar 0,001 mg/L
- Potensi Bahaya :
Potensi bahaya terhadap lingkungan tidak terlalu berbahaya, namun jika
terurai dengan unsur lain akan menimbulkan bahaya.
Potensi bahaya terhadap manusia yaitu bila gas merkuri terhirup akan
mengakibatkan bronkitis sampai rusaknya paru-paru. Logam merkuri akan
menumpuk sebagian besar dalam ginjal, ditemukan di dalam otak, hati,
dan janin.
- Solusi :
Pada kondisi lingkungan yang telah terpapar merkuri, upaya yang
dilakukan adalah penyehatan kembali lingkungan. Alternatif remediasi
secara biologis yang disebut fitoremediasipun dapat dilakukan. Pada cara
ini digunakan tumbuhan yang dapat menyerap metil merkuri.
Hingga saat ini belum ditemukan antidote maupun obat untuk menanganikeracunan kronis Hg.
Untuk keracunan kronis Hg. Untuk keracunan akut, bisa diberikan BAL (British Anti Lewisite),
senyawa yang mengandung 2,3-merkaptopropanol (H2SC-CSH-CH2OH), atau Ca-EDTA
(kalsium etilendiamin tetra asetat) dan NAP (N-Asetil-d,-penicilamin). Senyawa tersebut akan
membentuk kompleks dengan Hg serta meningkatkan ekskresi Hg melalui urin. Hewan yang
keracunan Hg bisa diberi BAL (dimercaptopropanol, dimercaprol, dithioglycerol) atau D-
penicillamine sebagai antidot bagi manusia, sedangkan sebagai pertolongan pertama bisa
diberikan pencuci alat pencernaan berupa larutan yang mengandung protein,seperti susu atau
putih telur.

Anda mungkin juga menyukai