PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhsn oksigen dalam proses aerasi sesuai
karakteristik air yang digunakan.
b. Mahasiswa mampu menganalisis oksigen terlarut yang dilakukan menggunakan
metode titrasi dengan winkler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aerasi adalah proses dilakukannya kontak antara air dan udara baik dengan cara
natural maupun dengan desain mekanis. Proses aerasi merupakan proses pengolahan
secara biologis dengan adanya penambahan EM 4. Tujuan aerasi sendiri adalah untuk
meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan kadar BOD dengan proses aerasi
mencapai 50%, sedangkan untuk kadar COD penurunan dapat mencapai 62%. Proses ini
sangat penting karena pada pengolahan air limbah domestik memanfaatkan bakteri aerob
untuk mereduksi zat organik dalam air limbah domestik, khususnya BOD dan COD.
BAB III
METODE PENELITIAN
2 Tabung winkler
3 Erlenmeyer
6 Termometer
7 Amilum
8 Gelas ukur
9 Pipet volume
10 Wadah kaca
11 Na2S2O3 0,01 N
12 NaOH + KI
13 MnSO4 25 ml
14 H2SO4 50 ml 4N
Disiapkan
- Disiapkan
- Diukur suhu sampel
- Dilakukan aerasi selama 1 jam
- Diukur DO setiap 10 menit
Tabel Pengamatan
Nilai konsentrasi
oksigen jenuh (Cs)
Selisih Cs terhadap
C
Kurva ln(Cs-C)
versus t
- Dibuat
- Ditentukan persamaan garis kurva
- Ditentukan nilai Kla dari persamaan garis tersebut
Disiapkan
Botol Winkler
Air sampel
- Dimasukkan 1 ml MnSO4
- Dimasukkan 1 ml NaOH+KI
- Dihomogenkan
- Diendapkan
- Dimasukkan amilum sampai berwarna biru
- Dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna bening
- Dicatat volume titrat yang digunakan
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Ditambah H2SO4
1. Sebelum homogen
-Bau : 3 (agak menyengat)
-Warna : coklat
-Kekeruhan : bagian atas lebih
keruh
2. Setelah homogen
- Bau : 2 (agak menyengat)
- Warna : oranye
- Kekeruhan : agak jernih
c. Ditambah amilum
Perubahan warna : biru kehitaman
Perhitungan
250
F pereaksi = = 1,016
250−4
Kapasitas Oksigen
OC = Kla x Cs x V pereaksi = 1,877 x 10-4 x 9,17 x 4 = 6,8848 x 10-3
ln(Cs-C)
R² = 0.02
2
1.98
1.96
1.94
1.92
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu
0.01
0.01
0
0
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu
mendapatkan suhu lebih tinggi, nilai Kla nya pun akan lebih besar dengan kelompok ini.
5.1 Kesimpulan
Aerasi adalah pemambahan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di dalam air
semakin tinggi. Pada prinsipnya aersi itu mencampurkan air dengan udara atau bahan lain
sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen atau udara. Aerasi termasuk
pengolahan secara fisika, karena lebih mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur
biologi. Aerasi merupakan proses pengolahan dimana air dibuat mengalami kontak erat
dengan udara dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen dalam air tersebut. Dengan
meningkatnya oksigen zat-zat mudah menguap seperti hiddrogen sulfide dan metana yang
mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan. Kandungan karbondioksida dalam air akan
berkurang. Mineral yang larut seprti besi dan mangan akan teroksidasi mementuk endapan
yang dapat dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Pada percobaan yang dilakukan, praktikan dapat menyimpulkan 2 perbandingan, yaitu
hubungan waktu dengan Ln Cs-C dan hubungan waktu dengan konsentrasi oksigen.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, hubungan antara waktu dengan Ln Cs-C tidak dapat
ditentukan. Hal ini terjadi karena grafik yang dihasilkan memiliki pola yang tidak beraturan
dan tidak relevan yang seharusnya berbanding terbalik. Hubungan antara waktu dengan
konsentrasi oksigen, grafik yang dihasilkan berbanding terbalik, hal ini sudah sesuai dengan
yang seharusnya bahwa hubungan antara waktu dengan konsentrasi oksigen berbanding
terbalik. Grafik dengan pola tak beraturan terjadi karena terdapat faktor-faktor kesalahan
yang terjadi.
5.2 Saran
Praktikum tidak berjalan begitu lancar karena keadaan alat yang sangat kurang.
Hasilnya adalah kemarin harus tunggu menunggu antar kelompok dan membuang buang
waktu. Semoga kedepannya alat bisa lebih dilengkapi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abuzar, Suarni Saidi, Yogi Dwi Putra, dan Reza Eldo Emargi. 2012. Koefisien Transfer Gas
(Kla) Pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (Lima). Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND 9 (2) : 155-163
Haryanto, Edi, Irene Arum AS, dan Retno Susetyaningsih. 2009. Pengaruh Bentuk Difuser
Terhadap Transfer Oksigen. Jurnal Rekayasa Perencanaan 2 (1)
Istihara, Izzati. 2019. Penurunan Kandungan Besi (Fe) Dengan Menggunakan Unit
Aerasi Pada Air. Jurnal Teknik Lingkungan
Mahyudin, Soemarno, dan Tri Budi Prayogo. 2015. Analisis Kualitas Air Dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten
Malang. J-PAL 6 (2) : 105 - 114
Oktavia, Devi Ambarwaty, Djumali Mangunwidjaja, dan Singgih Wibowo. 2012. Pengolahan
Limbah Cair Perikanan Menggunakan Konsorsium Mikroba Indigenous
Proteolitik Dan Lipolitik. Agrointek 6 (2) : 65 - 71
Prahutama, Alan. 2013. Estimasi Kandungan Do (Dissolved Oxygen) Di Kali Surabaya
Dengan Metode Kriging. Statistika 1 (2) : 9 - 14
Sari, Andyta Permana, Ristu Saptono, dan Esti Suryani. 2018. The Implementation of
Jaro- Winkler Distance and Naive Bayes Classifier for Identification System of Pests
and Diseases on Paddy. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi 7 (1) : 1 - 7
Silaen, William Fransisco, Madju Siagian, dan Asmika H. Simarmata. 2017. Concentration
of BOD5 in the Lacustrine and Transition Zones Koto Panjang Reservoir, Kampar
District, Riau Province. Jurnal online mahasiswa 4 (2)
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Abuzar, Suarni Saidi, Yogi Dwi Putra, dan Reza Eldo Emargi. 2012. Koefisien Transfer Gas
(Kla ) Pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5 (Lima). Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND 9 (2) : 155-163
Batara, Kapri, Badrus Zaman, dan Wiharyanto Oktiawan. 2017. Pengaruh Debit Udara Dan
Waktu Aerasi Terhadap Efisiensi Penurunan Besi Dan Mangan Menggunakan
Diffuser Aerator Pada Air Tanah. Jurnal Teknik Lingkungan 6 (1) : 1 – 10
Joko, Tri dan Savitri Rachmawat. 2016. Variasi Penambahan Media Adsorpsi Kontak
Aerasi Sistem Nampan Bersusun (Tray Aerator) Terhadap Kadar Besi (Fe) Air
Tanah Dangkal di Kabupaten Rembang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia
15 (1) : 1 – 5
LAMPIRAN
LAM
PIRAN TAMBAHAN